Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205245 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fairus Ali Abdad
"Pasien gangguan jiwa kerap kali mendapatkan perawatan yang kurang sesuai dengan pemenuhan hak azasi manusia. Model safeward merupakan intervensi keperawatan yang dirancang untuk mengurangi konflik dan kejadian restrain dan seklusi dalam layanan rawat inap psikiatri dengan sepuluh intervensi berbasis bukti. Ruang PHCU (Psychiatric High Care Unit) merupakan ruang perawatan psikiatri yang digunakan untuk merawat pasien akut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional yang dilakukan di Ruang PHCU RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Populasi penelitian adalah perawat Ruang PHCU dengan metode total sampling. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner dalam format digital. Hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik perawat sebagian besar adalah wanita, berumur 31-60 tahun, jenjang pendidikan D-III Keperawatan, pengalaman kerja di Ruang PHCU lebih dari lima tahun dan sebagian besar belum pernah mengikuti pelatihan safeward. Jenis konflik yang sering dijumpai adalah pasien menolak minum obat dan jenis restrain yang sering dilakukan adalah mengikat pasien. Dari hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 95% dan nilai α ≤ 0,05 diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap perawat, namun tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kejadian restrain dan seklusi dan tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian restrain dan seklusi. Manajemen kiranya perlu segera melengkapi perangkat regulasi yang jelas untuk mendorong pelaksanaan model safeward yang lebih terstruktur, melaksanakan monitor dan evaluasi terkait penerapan model, menyiapkan program inovasi yang mendukung penerapan model, melakukan upaya percepatan pemenuhan fasilitas, sarana dan prasarana terutama yang berkaitan dengan sistem informasi terintegrasi dan mulai mengkaji kemungkinan burnout dari perawat yang bekerja di Ruang PHCU.

Patients with mental disorders often receive treatment that is not in accordance with the fulfillment of human rights. The safeward model is a nursing intervention designed to reduce conflict and the incidence of restraint and exclusion in psychiatric inpatient services with ten evidence-based interventions. The PHCU (Psychiatric High Care Unit) room is a psychiatric treatment room used to treat acute patients. This research is a descriptive analytic study with cross sectional method which was conducted in the PHCU Room of RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. The research population is PHCU room nurses with total sampling method. Data were collected using a questionnaire in digital format. The results showed that the characteristics of nurses were mostly women, aged 31-60 years, education level D-III Nursing, working experience in the PHCU Ward more than five years and most of them had never attended safeward training. The type of conflict that is often encountered is the patient refusing to take medication and the type of restraint that is often used is to bind the patient. From the results of statistical analysis using the chi-square test with a significance level of 95% and a value of 0.05, it is known that there is a relationship between the level of knowledge and the attitude of nurses, but there is no relationship between the level of knowledge of nurses with the incidence of restraint and exclusion and there is no relationship between the level of knowledge of nurses and the incidence of restraint and exclusion. attitude with the incidence of restraint and seclution. Management should immediately complete clear regulatory tools to encourage the implementation of a more structured safeward model, carry out monitoring and evaluation related to the application of the model, prepare an innovation program that supports the implementation of the model, make efforts to accelerate the fulfillment of facilities, facilities and infrastructure, especially those related to integrated information systems. and begin to examine the possibility of burnout from nurses who work in the PHCU Ward."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiana Intan Rahayu Pertiwi
"ABSTRAK
Ansietas merupakan kecemasan yang tidak disertai objek yang jelas. Namun seseorang yang memiliki ansietas dapat terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah. Pasien yang memiliki tanda-tanda fisik mengarah ke ansietas jika diukur tekanan darahnya akan mengalami yang peningkatan tekanan darah. Penderita Hipertensi, merupakan penderita yang pada dasarnya memiliki tekanan darah diatas 140 untuk sistol dan diatas 90 untuk diastol. Seseorang yang tidak memiliki ansietas dapat meningkatkan tekanan darahnya, demikian pada penderita hipertensi, maka dampaknya akan bisa menjadi lebih buruk. Untuk itu, karya ilmiah akhir ners ini dilakukan bertujuan agar masalah psikososial Ansietas menjadi perhatian bagi implikasi keperawatan khususnya perawat agar dapat diterapi sehingga masalah fisik akan terbantu jika masalah psikososial juga diatas dengan baik. Penulisan ini melibatkan satu klien yang memiliki masalah ansietas pada kondisi fisiknya yaitu hipertensi. Hasil menunjukkan bahwa asuhan keperawatan ansietas selama 6 hari pada klien dapat menurunkan skor ansietas dengan menggunakan Skor HARS (Hamilton Anxiety Ratng Scale) menjadi 15 poin pada akhir pertemuan dari 27 poin pada awal pertemuan. Asuhan keperawatan yang digunakan hingga skor dapat turun diantaranya melakukan tarik nafas dalam distraksi, hipnotis 5 jari spiritual dan terapi though stopping.

ABSTRACT
Anxiety is a general term for several disorders that cause nervousness, fear, apprehension
and worrying, which did not accompanied by clear measure. However, people with anxiety
could be diagnosed by their physical symptoms because they tend to have an increase in
blood pressure. Hypertension is defined as a systolic blood pressure (SBP) of 140 mm Hg or
more or a diastolic blood pressure (DBP) of 90 mm Hg or more. Hypertensive patient could
worsen their condition if they also have anxiety as their blood pressure could increase even
more. Therefore this scientific journal done to make the psychosocial problem of anxiety
become a concern for nurses as physical problems could be treated better when psychosocial
problems were also handled well. This paper involves one patient who have hypertension
with anxiety. The anxiety scores is measured by HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) score
and results showed that an anxiety nursing care for 6 days on patient could reduce anxiety
score from 27 points to 15 points. The nursing care used includes deep breathing
distraction, five spiritual fingers hypnosis and though stopping therapy"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
B Antonelda Marled Wawo
"Pasien ansietas dapat diikuti dengan gangguan fisik berupa hipertensi, diabetes melitus, hiperurisemia, gastritis, dan radang sendi. Penanganan ansietas pasien dengan gangguan fisik menggunakan pendekatan model adaptasi stres Stuart yang membantu perawat melakukan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan dari pengkajian, diagnosa, rencana, implementasi, dan evaluasi untuk menurunkan tanda gejala ansietas dan meningkatkan kemampuan mengatasi ansietas. Ansietas mulai dari tingkat ringan sampai berat memiliki prevalensi tinggi yang tidak diatasi sehingga dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup pasien yang dapat menjadi predisposisi dari gangguan jiwa. Pasien berjumlah 30 orang, berusia dewasa, berjenis kelamin perempuan, berstatus kawin, berlatar belakang pendidikan dasar, dan tidak bekerja; memiliki pikiran yang salah terhadap gangguan fisik yang berpengaruh pada seluruh sistem tubuh. Dengan demikian memerlukan terapi spesialis keperawatan jiwa berupa terapi penghentian pikiran dan relaksasi otot progresif. Kedua terapi ini terbukti efektif menurunkan tanda gejala dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi ansietas terutama pada pasien hiperglikesemia dan radang sendi. Kemampuan yang dimiliki menjadi kemampuan dalam melakukan perawatan diri pasien gangguan fisik untuk mengatasi ansietas.
Anxiety patients can be followed by physical disorders such as hypertension, diabetes mellitus, hyperuricemia, gastritis, and arthritis. Handling patient anxiety with a physical disorder using Stuart 39 s adaptation stress model approach that helps nurses conduct nursing care through nursing process from assessment, diagnosis, plan, implementation, and evaluation to reduce anxiety symptoms and improve anxiety skills. Anxiety ranging from mild to severe levels has a high prevalence that is not addressed so as to decrease the productivity and quality of life of patients who can predispose to mental disorders. Patients were 30, adults, female, married, elementary, and non working Have the wrong mind against the physical disorder that affects the entire system of the body. Thus requires the therapy of mental nursing specialist in the form of therapy thought stopping and progressive muscle relaxation. Both of these therapies have been shown to be effective in reducing symptoms and improving the ability to treat anxiety especially in hyperuricemia and arthritis patients. Ability possessed into the ability to perform self care patients with physical disorders to overcome anxiety."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1985
616.890 231 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Rahmah Suri
"Stigma mengenai pasien dengan gangguan jiwa mampu menimbulkan terjadinya ansietas dan dapat mempengaruhi kinerja mahasiswa keperawatan saat melakukan praktik klinik. Ansietas dapat ditangani dengan cara memiliki efikasi diri yang tinggi agar dapat melakukan kegiatan yang akan dijalani dengan baik. Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional dan bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan tingkat ansietas mahasiswa keperawatan yang sedang praktik klinik dalam menghadapi pasien di rumah sakit jiwa. Jumlah responden adalah 107 mahasiswa yang dipilih dengan teknik non probability sampling yaitu purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi yaitu mahasiswa D3 dan S1 Profesi atau Ners, mahasiswa keperawatan yang melakukan praktik klinik dalam menghadapi pasien di rumah sakit jiwa, dan mahasiswa yang bersedia menjadi responden. Instrumen yang digunakan adalah General Self Efficacy dan Hamilton Anxiety Rating Scale. Penelitian ini telah dinyatakan lolos uji etik dengan nomor surat S-197/UN2.F12.D1/PDP.04.04/2022. Adapun analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat berupa Uji One Way Anova. Berdasarkan analisis data univariat didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa berusia dewasa awal, berjenis kelamin perempuan, dan memiliki tingkat pendidikan D3. Efikasi diri yang terjadi pada responden dalam penelitian ini yaitu cenderung tinggi tanpa memiliki ansietas atau normal. Berdasarkan uji One Way Anova didapatkan bahwa nilai p value adalah 0,000. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri dengan tingkat ansietas mahasiswa keperawatan yang sedang praktik klinik dalam menghadapi pasien di rumah sakit jiwa. Penelitian ini merekomendasikan agar mahasiswa dapat meningkatkan efikasi diri atau keyakinan diri sehingga dapat meminimalkan perasaan cemas ketika dihadapkan langsung dengan pasien untuk memberikan asuhan keperawatan saat praktik klinik. Penelitian lebih lanjut yang menghubungkan kondisi lingkungan dengan tingkat ansietas saat praktik klinik pada mahasiswa keperawatan disarankan.

Stigma regarding patients with mental disorders can cause anxiety and can affect student sleep performance when doing clinical practice. Anxiety can be handled by having high self-efficacy in order to carry out the activities that will be carried out well. The study was conducted with a cross sectional method and aimed to determine the relationship between self-efficacy and anxiety levels of nursing students who are practicing clinically in dealing with patients in psychiatric hospitals. The number of respondents was 107 students who were selected using a non-probability sampling technique, namely purposive sampling based on inclusion criteria, namely D3 and S1 Professional or Nurse students, nursing students who did clinical practice in dealing with people with mental disorders in mental hospitals, and students who were willing to become respondents. The instruments used are General Self Efficacy and Hamilton Anxiety Rating Scale. This research has been declared to have passed the ethical test with letter number S-197/UN2.F12.D1/PDP.04.04/2022. The data analysis carried out is univariate analysis and bivariate analysis in the form of One Way Anova Test. Based on univariate data analysis, it was found that most of the students were in early adulthood, female, and had a D3 level of education. The self-efficacy that occurred in the respondents in this study tended to be high without having anxiety or being normal. Based on the One Way Anova test, it was found that the p value was 0.000. The results of this study indicate that there is a relationship between self-efficacy and anxiety levels of nursing students who are practicing clinically in dealing with patients in psychiatric hospitals. This study recommends that students can increase self-efficacy or self-confidence so as to minimize feelings of anxiety when confronted directly with patients to provide nursing care during clinical practice. Further research that relates environmental conditions to the level of anxiety during clinical practice in nursing students is recommended."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risza Farah Ramadhina
"Gangguan jiwa merupakan kondisi di mana terjadi perubahan cara berpikir, emosi atau perilaku, atau gangguan kombinasi emosi dan perilaku. Salah satu gangguan jiwa berat adalah skizofrenia yang menyebabkan gangguan pada proses berpikir, merasakan, dan berperilaku seseorang. Pada orang yang didiagnosis skizofrenia, sekitar setengahnya mengalami waham. Salah satu jenis waham yang paling umum adalah waham kebesaran. Perawat perlu memberikan asuhan keperawatan pada masalah waham kepada pasien, keluarga, maupun kepada kelompok. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran terkait penerapan orientasi realita pada pasien dengan waham kebesaran. Penerapan tindakan generalis orientasi realita diharapkan dapat menurunkan intensitas waham pasien.

Mental disorder is a condition in which changes in ways of thinking, emotions or behavior, or a combination of emotional and behavioral disorders. One of the severe mental disorders is schizophrenia which causes disruption in the process of thinking, feeling, and behaving a person. In people diagnosed with schizophrenia, about half experience a delusions. One of the most common types of delusions is grandiose delusions. Nurses need to provide nursing care to the patients, families, and to groups with delusions. The purpose of writing this paper is to provide an overview related to the application of reality orientation to patients with greatness. The application of generalist reality orientation is expected to reduce the delusions intensity of patient. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetiyawan
"Metamfetamin merupakan salah satu zat yang paling banyak disalahgunakan di Indonesia diantara zat yang lainnya dan dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif. Prevalensi gangguan fungsi kognitif pada orang dengan ketergantungan metamfetamin kira-kira 40% pada penelitian di Amerika Serikat. Sedangkan di Cina ditemukan 69,89% pengguna metamfetamin kronis mengalami gangguan fungsi kognitif. Di Indonesia penelitian mengenai metamfetamin masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini untuk melihat profil fungsi kognitif pada orang dengan gangguan penggunaan metamfetamin. Penelitian dilakukan dengan rancang potong lintang. Subyek penelitian adalah pasien dengan gangguan penggunaan metamfetamin di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta pada bulan Maret 2019. Besar sampel sebanyak 81 orang. Pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan instrumen RAVLT dan pemeriksaan psikopatologi menggunakan instrumen SCL-90. Dari penelitian ini didapatkan hasil prevalensi gangguan fungsi kognitif pada orang dengan gangguan penggunaan metamfetamin sebanyak 37%. Sebagian besar orang dengan gangguan penggunaan metamfetamin yang mengalami gangguan fungsi kognitif adalah laki-laki (80%), berusia ≥30 tahun (63%), pendidikan tinggi (70%), telah bekerja (56,7%), status tidak menikah (53,3%) , tingkat keparahan berat (70%), penggunaan > 24 bulan (83,3%), frekuensi tidak setiap hari (80%), dosis yang digunakan ≤ 0,5 gram (70%), menggunakan alkohol (46,7%%) dan ganja (46,7%), mempunyai psikopatologi (53,3%) dan gejala psikotik (40,0%). Secara statistik tidak terdapat hubungan antara karakteristik subyek, tingkat keparahan gangguan penggunaan metamfetamin, pola penggunaan metamfetamin, penggunaan zat lain serta psikopatologi dengan fungsi kognitif. Prevalensi gangguan fungsi kognitif pada orang dengan gangguan penggunaan metamfetamin cukup besar dan tidak ditemukan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Methamphetamine use is increasing in Indonesia and commonly associated with cognitive impairment. The estimated prevalence of cognitive impairment in methamphetamine dependent individuals was found to be approximately 40% in the United States. In China, approximately 69.89% of chronic methamphetamine user exhibit cognitive impairment. Methamphetamine study in Indonesia is still limited. The research purpose is to explore profile of cognitive impairment in people with methamphetamine use disorder. The research was conducted with cross-sectional design. The subjects were the people with methamphetamine use disorder in Marzoeki Mahdi Mental Hospital in Bogor and Drug Dependence Hospital in Jakarta in March 2019. The sample consisted of 81 persons. The cognitive function was measured using RAVLT and psychopathology examination using SCL-90. The estimated prevalence of cognitive impairment in people with methamphetamine use disorder was found to be approximately 37%. Subjects with cognitive impairment were aged ≥30 years (63%), males (80%), had a higher level of education (70%), employed (56.7%), married (53.3%), with profound severity (70%), methamphetamine ever used > 24 months (83.3%), not daily use of methamphetamine (80%), dose of methamphetamine use ≤ 0,5 gram (70%), reported less alcohol drinking (46.7%%), less cannabis use (46.7%), had psychopathology (53.3%) and had more psychotic symptoms (40,0%). No association was found between subjects characteristic, severity, pattern, another drug and psychopathology with cognitive impairment. Cognitive impairment occurred frequently among methamphetamine use disorder. This study provides no association between potential related factors of cognitive impairment among patients with methamphetamine use disorder."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Anggara Kridahutama
"Tindakan Restrain merupakan tindakan yang mempunyai resiko tinggi sehingga memerlukan 'Informed Consent'. Tindakan Restrain biasanya diberikan kepada pasien gangguan jiwa dengan kondisi amuk. Kondisi amuk ini tidak dapat diprediksi kapan terjadinya.  Skripsi ini akan membahas mengenai bagaimana hubungan hukum antara dokter dan pasien dalam penerapan 'Informed Consent 'pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa serta bagaimana peranan 'Informed Consent 'dalam tindakan restrain pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis-normatif, dengan sumber data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan wawancara. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah hubungan antara dokter dan pasien dalam 'Informed Consent' pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa adalah berdasarkan hubungan transaksi terapeutik. Selain itu, 'Informed Consent' dalam tindakan restrain pada pasien gangguan jiwa di Rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tidak diatur dalam formulir tersendiri, melainkan diatur secara umum pada formulir  'General Consent'.
Penulis memberikan saran bahwa apabila tindakan restrain di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor memang diatur secara umum pada 'General Consent', maka jenis persetujuannya berupa 'Presumed Consent' dan pada saat pelaksanaan 'General Consent 'tersebut, dokter harus memberitahukan kepada pihak keluarga bahwa sewaktu-waktu apabila diperlukan pasien akan diberikan tindakan restrain oleh dokter. Selain itu, Menteri Kesehatan perlu membuat peraturan berupa PERMENKES mengenai tindakan restrain agar dokter dan masyarakat mendapatkan kepastian hukum terkait tindakan restrain yang hendak dilakukan.

Restraint is an action that posses high-risk so it needs an Informed Consent. Restraint often given to the Mental Disorders Patients with tantrums. Tantrums, could not be predicted in any way. This  thesis  consisting how law relating between doctors and patients in conditioning Informed Consent on Mental Disorders Patient at Mental Health Hospital and also how Informed Consent play a role of restraint at Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital Bogor. This thesis used juridical-normative method with literature study and interview. This thesis also used descriptive method.
This thesis showed that the Informed Consent relations between doctors and Mental Disorders Patients at Mental Health Hospital are based on tereapeutik transaction. Other than that, Informed Consent in Mental Disorders Patients at Mental Health Hospital's restraint are not regulated on designated form, but in more general form of General Consent.
Writer suggest that if restraint in Dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital Bogor is regulated generally through General Consent, then the agreement will be presumed consent and when it comes to the implication of General Consent, doctors should inform to the patient's family that when it is necessary patient will be given the restraint from doctors. Moreover, the ministry of health need to enact the rule such as PERMENKES regarding restraint so that doctors and people get their law certainty associated to the actions will be done.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Videbeck, Sheila L.
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2017
616.89 VID p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fontaine, Karen Lee
New Jersey: Prentice-Hall, 2003
610.736 8 FON m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>