Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deliana Attasya Widyasari
"Penelitian ini adalah mengenai hubungan antara pengetahuan, sikap, dan penerimaan informasi dengan tindakan pencegahan Computer Vision Syndrome (CVS) pada pegawai PT. Nutricell Pacific Tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi observasional deskriptif dan analitik dengan jenis potong lintang. Sampel yang digunakan pada penelitian ini merupakan jumlah keseluruhan populasi. 68 responden yang berpartisipasi pada penelitian ini mengisi kuesioner secara daring menggunakan google form. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang CVS masih kurang. Sebagian responden memiliki sikap yang negatif terhadap faktor risiko dan pencegahan CVS. Responden lebih banyak menerima informasi tentang CVS dari internet dibandingkan dengan sumber informasi lainnya. Sebagian besar responden menerapkan tindakan pencegahan CVS yang kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, dan penerimaan informasi dengan tindakan pencegahan CVS. Berdasarkan hasil penelitian disarankan bahwa perlu adanya pendidikan kesehatan melalui kegiatan edukasi kesehatan. Kegiatan edukasi kesehatan dapat ditunjang dengan penggunaan media poster di area kerja. Edukasi kesehatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan CVS.

This research is about the association between knowledge, attitude, and information acceptance with Computer Vision Syndrome (CVS) prevention on employees of PT. Nutricell Pacific Year 2022. This research is a quantitative research with descriptive and analytical observational study design with cross sectional type. The sample used in this study is the total number of the research population. 68 respondents who participated in this study filled out online questionnaires using google forms. The results of this study found that most of the respondent’s knowledge about CVS was still lacking. Some respondents have negative attitudes towards CVS risk factors and prevention. Respondents get more information about CVS from the internet compared to other sources of information. Most of the respondents are not good at implementing CVS prevention measures. The results showed that there was no significant relationship between knowledge, attitude, and acceptance of information with CVS prevention measures. Based on the results of the study, it is suggested that there is a need for health education through health education activities. Health education activities can be supported by the use of poster media in the work area. This health education is expected to increase knowledge, attitude, and prevention of CVS. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Maretia Rahmayanti
"Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan gejala okular dan ekstraokular akibat penggunaan komputer dan menyebabkan penurunan produktivitas kerja. CVS adalah keluhan kesehatan akibat kerja dengan kasus terbanyak di seluruh dunia. Mahasiswa jurusan Teknik Informatika dan Komputer termasuk kelompok rentan terkena keluhan CVS.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu (usia, jenis kelamin, postur kerja, sudut pandang, jarak pandang, durasi kerja, pola istirahat, dan penggunaan alat bantu penglihatan), lingkungan kerja (intensitas pencahayaan ruang kerja, suhu udara, kelembaban udara), dan karakteristik komputer (jenis komputer, jenis monitor, intensitas radiasi elektromagnetik, penggunaan lapisan antiglare, dan polaritas monitor) dengan kejadian CVS pada mahasiswa di jurusan Teknik Informatika dan Komputer Politeknik Negeri Jakarta tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer, dan jumlah sampel sebanyak 100 mahasiswa.Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian CVS pada mahasiswa adalah jenis kelamin responden (4,09;1,41-11,90), durasi kerja di luar praktikum (0,32;0,14-0,76), intensitas pencahayaan ruang kerja (8,75;1,26-60,59), dan intensitas radiasi elektromagnetik (2,54;1,09-5,92). Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kejadian CVS adalah intensitas pencahayaan ruang kerja. Diperlukan penerapan aspek K3L untuk menurunkan angka kejadian CVS.

Computer Vision Syndrome (CVS) is ocular and extraocular symptoms caused by the use of computer and it decreases work productivity. CVS has the highest incidence of occupational health problem worldwide. Students of informatics and computer engineering major are included the population at risk of CVS. This study aims to determine the relationship between individual characteristic (age, gender, work position, sight angle, distance angle, duration of work, break pattern, and the use of glasses), environmental (lighting, temperature, and humidity), and computer characteristics (computer type, monitor type, electromagnetic radiation intencity, the use of antiglare screen, and monitor polarity) with incidence of CVS among students in Informatics and Computer Engineering major, Politeknik Negeri Jakarta 2015.
This study uses cross-sectional study design and primary data with sample of 100 students. Result of bivariate analysis shows that variable which significantly associated with CVS incidence among students are gender (4,09;1;41-11,90), duration of work outside class (0,32;0,14-076), lighting intencity (8,75;1,26-60,59), and electromagnetic radiation intencity 2,54;1,09-5,92). The most dominant factor associated with the occurance of CVS is lighting intencity. Occupational and Environmental Health and Safety implementation is needed to reduce the incidence of CVS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachri
"Pendahuluan: Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan penyakit yang muncul sejak perkembangan teknologi diabad ke-21 dengan tingkat prevalensi kejadian secara global sebesar 60 juta dan kerugian Rp192 trilliun setiap tahunnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu, lingkungan dan komputer serta faktor risiko dominan dengan kejadian CVS pada staf POLRES Metro Jakarta Pusat tahun 2020. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi potong lintang dengan jumlah sampel 92 staf kepolisian yang bertugas di markas besar POLRES Metro Jakarta Pusat dan waktu penelitian pada bulan Juni 2020. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen kuesioner dan pengukuran lingkungan langsung menggunakan lux meter dan RH index. Analisis deskriptif dengan melihat frekuensi serta proporsi, uji kai kuadrat memunculkan nilai odd ratio dan uji regresi logistik ganda. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan pada semua variabel dari faktor individu, lingkungan dan komputer dengan kejadian CVS. Walaupun begitu, terdapat empat variabel yang menjadi faktor risiko dengan kejadian CVS diantaranya kelainan refraksi (OR=1,65), perilaku merokok (OR=1,89), kelembaban (OR=2,5) dan jenis monitor (OR=1,11). Analisis multivariat menunjukkan kelembaban ruang kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian CVS (p=0,04) dan merupakan faktor risiko dominan (OR=2,5). Kesimpulan: Terdapat empat faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian CVS pada staf POLRES Metro Jakarta Pusat. Saran: Pengendalian faktor risiko kejadian CVS perlu dilakukan oleh pihak POLRES Metro Jakarta Pusat melalui berbagai program promosi kesehatan dan kebijakan terkait kesehatan dan keselamatan kerja

Introduction: Computer Vision Syndrome (CVS) is one of the emerging diseases in the 21st century because of advanced technology with the global prevalence around 60 million from various population characteristics and could cause an economic burden equivalent to 192 trillion rupiah. Objective: This study aims to determine the relationship of individual, environmental, and computer factors as well as the dominant risk factor with the occurrence of CVS in the Central Jakarta Metropolitan Police Officers in 2020. Method: This study uses a cross-sectional study approach with a sample of 92 police officers who are serving at the headquarters with the research time along June 2020. Data were collected through questionnaire and direct environmental measurements using lux meter and RH Index. Descriptive statistics (chi square) and binary logistic regression were carried out to compute frequencies, proportion, relevant associations and dominant risk factors. Results: The results showed there was no significant relationship on all variables from individual, environment, and computer factors with the occurrence of CVS. Nevertheless, there are four variables that are risk factors for CVS such as refractive errors (OR=1.65), smoking behavior (OR=1.89), humidity (OR=2.50), and computer monitor type (OR=1.11). Multivariate analysis showed that humidity had a significant relationship with CVS (p=0,04) and a dominant risk factor (OR=2.5). Conclusion: There are four risk factors that can cause CVS occurrence in the police officers at the Central Jakarta Metropolitan Police Headquarters. Suggestion: Risk factors for CVS at the Central Jakarta Metropolitan Police Headquarters need to be done through various health promotion programs and policies related to occupational health, environmental, and safety."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andraditta Safitri
"Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan sekumpulan gejala yang sering dialami oleh pengguna komputer dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor personal, komputer, durasi, lingkungan, dan kombinasi dari keempatnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk melihat distribusi dan frekuensi dari faktor risiko CVS pada pegawai Pengembagan & Pelayanan Sistem Informasi (PPSI) di Gedung Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI).
Desain studi penelitian ini adalah cross sectional dan melibatkan 26 pegawai sebagai responden penelitian. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, wawancara, observasi, dan pengukuran langsung.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 84,6% responden mengalami keluhan gejala CVS dengan keluhan yang paling banyak dirasakan adalah eyestrain (73,1%), fatigue (65,4%), nyeri pundak dan nyeri punggung (57,7%) pada responden yang memiliki area kerja dengan tingkat pencahayaan < 300 lux. Memperbaiki tingkat pencahayaan pada area kerja, melakukan koreksi yang tepat pada kelainan refraksi mata, dan memperbaiki postur duduk saat bekerja dengan menggunakan komputer dapat membantu mengurangi gejala CVS.

Computer Vision Syndrome (CVS) is a group of symptoms that are often experienced by computer users and it is influenced by various factors: personal, computer, duration, and environmental factors or combination of these factors.
This descriptive study aims to determine the distribution and frequency of CVS risk factors in PPSI employee at Faculty of Computer Science, University of Indonesia (UI).
The design of this study is cross-sectional and involved 26 employees as respondent. The data were collected by questionnaires, interviews, observation, and direct measurement.
The results showed that 84.6 % respondents get CVS complaint with the most complaints are eyestrain (73.1 %), fatigue (65.4 %), shoulder and back pain (57.7 %) in work area with light levels <300 lux. Improve the level of lighting in the work area, correct the vision error with a proper lens, and improve sitting posture while working with computer may help to reduce the CVS symptoms.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Yulita
"Pendahuluan: Computer Vision Syndrome merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dikeluhkan pada mahasiswa. Upaya pencegahan CVS diutamakan dengan cara modifikasi perilaku pengguna komputer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan komputer dengan kejadian sindrom penglihatan akibat komputer {Computer Vision Syndrome (CVS)} pada mahasiswa FIK UI Angkatan 2012-2015.
Metode: Menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan April-Mei 2016 pada 112 mahasiswa FIK UI Angkatan 2012-2015.
Hasil: Angka kejadian CVS pada mahasiswa FIK UI adalah 78%. Perilaku penggunaan komputer yang berhubungan dengan kejadian CVS adalah penggunaan kacamata/lensa kontak (p=0,020) dan usia (p=0,033). Perilaku penggunaan komputer yang berhubungan dengan kejadian CVS pada mahasiswa FIK UI Angkatan 2012-2015 adalah penggunaan kacamata/lensa kontak dan usia.
Rekomendasi: Mahasiswa melakukan modifikasi perilaku dalam menggunakan komputer dan bagi pendidikan di Indonesia bisa mengurangi pemakaian komputer dalam proses pembelajaran seperti menggunakan papan tulis kembali.

Introduction: Computer Vision Syndrome is a health problem that is often complained to the student. Efforts to prevent CVS preferably by way of computer user behavior modification. This study aims to determine the relationship with the incidence of computer use behavior as a result of computer vision syndrome {Computer Vision Syndrome (CVS)} on student FIK UI Force from 2012 to 2015.
Methods: Using a descriptive design with cross sectional study conducted in April-May 2016 on 112 students FIK UI Force from 2012 to 2015.
Results: The incidence of CVS on FIK UI students is 78%. The behavior of computer use in connection with the CVS is the use of glasses/contact lenses (p=0.020) and age (p=0.033). The behavior of computer use in connection with the CVS on students FIK UI Force 2012-2015 is the use of glasses/contact lenses and age.
Recommendation: Students perform behavior modification in using computers and for education in Indonesia could reduce the use of computers in the learning process such as using a whiteboard back.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Riandika
"Pekerja yang menggunakan komputer berisiko menderita keluhan Computer Vision Syndrome (CVS). Keluhan CVS dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan gambaran prevalensi CVS dan faktor-faktor risiko CVS yang terdiri dari faktor individu, faktor lingkungan, faktor komputer dan faktor proses kerja pada pekerja yang menggunakan komputer di PT. Sukabumi Trading Coy. Jenis penelitian ini merupakan deskriptif yang menggambarkan faktor-faktor risiko pada 15 responden yang dipilih berdasarkan total sampling.
Hasil penelitian menunjukan 60% responden menderita CVS, 83,3% responden perempuan menderita CVS, 75% responden yang menggunaka kacamata menderita CVS, 50% responden yang jarak penggunaan komputer tidak sesuai menderita CVS dan 53,85% responden yang memiliki tingkat pencahayaan meja kerja yang tidak sesuai menderita CVS . oleh karena itu diperlukan perbaikan lingkungan kerja dan perhatian lebih kepada pekerja untuk mencegah terjadinya keluhan CVS di PT. Sukabumi Trading Coy.

Workers who use computers at risk of suffering from complaints Computer Vision Syndrome (CVS). Complaints CVS can cause discomfort and decreased work productivity. The purpose of this study was to clarify the picture of the prevalence of CVS and CVS risk factors consisting of individual factors, environmental factors, factors computer and work process factors in workers who use a computer at PT. Sukabumi Trading Coy. This type of research is descriptive that describes the risk factors in 15 respondents were selected based on the total sampling.
The results showed 60% of respondents suffer from CVS, 83.3% of women suffer from CVS respondents, 75% of respondents make use of glasses suffer CVS, 50% of respondents who use computers are not appropriate distance suffers CVS and 53.85% of respondents who have a work desk lighting levels CVS incompatible suffer. therefore necessary repair work environment and more attention to workers to prevent complaints CVS PT. Sukabumi Trading Coy
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfi Rahma Yunita
"Konsumsi gula yang meningkat merupakan suatu keprihatinan global, karena terkait dengan berbagai masalah kesehatan. Indonesia merupakan konsumen gula terbesar ketiga di dunia, dengan konsumsi gula meningkat menjadi 7.15 juta metric ton (MMT) pada tahun 2019/20 dari 7.05 MMT pada tahun 2018/19, dan diperkirakan akan naik menjadi 7.2 MMT pada tahun 2021. Pemerintah telah mengambil beberapa langkah untuk mengurangi konsumsi gula, salah satunya dengan menggunakan label pada makanan kemasan. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong orang untuk menggunakan dan membaca label, termasuk usia, pendapatan, pendidikan, jenis kelamin, status pekerjaan, pengetahuan tentang gizi dan label makanan, pendapatan orang tua dan pentingnya rasa dan nutrisi. Peneliti ingin menyelidiki hubungan antara pengetahun dan sikap pada label informasi nilai gizi terhadap asupan gula pada remaja. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menggunakan kuesioner online untuk remaja di Indonesia dengan rentang usia 15-18 tahun. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa usia median responden adalah 17 tahun dan mayoritas responden adalah perempuan (90%), serta rata-rata pendidikan orang tua responden kurang dari 12 tahun bersekolah. Uang saku dan uang saku untuk makanan dan minuman dalam sebulan berada dalam kategori dibawah median, yaitu Rp 300.000 untuk uang saku dan Rp 200.000 untuk uang saku makanan dan minuman. Dalam studi ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden memiliki pengetahuan yang baik (51.7%) dan memiliki sikap yang baik terhadap label informasi nilai gizi (53.5%). Analisis bivariate menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang informasi nilai gizi dan media massa dengan konsumsi gula, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap informasi nilai gizi dan konsumsi gula. Analisis multivariat menunjukkan hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dan konsumsi gula pada remaja. Temuan dari penelitian menyatakan bahwa baik pengetahuan maupun pendidikan ibu memiliki peran penting dalam konsumsi gula pada remaja. Sehingga disarankan untuk meningkatkan pengetahuan terkait label informasi nilai gizi pada remaja maupun ibu, agar nantinya dapat memilih dan mengonsumsi makanan yang tepat. 

Increased sugar consumption is a global concern, as it has been linked to a variety of health problems. Indonesia is the third-largest sugar consuming in Indonesia increased to 7.15 million metric tons (MMT) in 2019/20 from 7.05 MMT in 2018/19, and is expected to rise to 7.2 MMT in 2021. The government has taken several ways to reduce sugar intake, one of which is by using labels on packaged food. However, there are several factors that can encourage people to use and read labels include age, income, education, gender, employment status, knowledge of nutrition and food labels, parent’s income, and the importance of flavor and nutrients. The researchers want to investigate what knowledge and attitudes adolescent have about sugar intake based on the nutrition fact panel. This research was a cross-sectional study using an online questionnaire for adolescent in Indonesia with age range between 15-18 years old. Finding of this study that the respondent median age was 17 and attended by more women (90%) and the average education of the respondent’s parent was less than 12 years of schooling. Pocket money and pocket money for food and drink in a month are in the category below the median cut off 300.000 for pocket money and 200.000 for pocket money for food and drink. This study also showed that more than half respondents had good knowledge (51.7%) and had positive attitude of NFP (60.8%). The majority of respondents have high sugar intake (53.5%). The results of the bivariate analysis indicated a significant relationship between knowledge of NFP and mass media with sugar intake, and there is no significant relationship between attitudes of NFP with sugar intake. Multivariate analysis revealed a significant relationship between mother education and sugar intake. The findings of this study suggest that both knowledge and mother education play a significant role in influencing sugar intake among adolescents. As a result, it is advisable to enhance the understanding of NFP among both adolescents and mothers, in order to enable them to make informed decisions and select appropriate dietary options.  "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Retno Miranti
"Latar belakang: Anemia masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan masyarakat, khususnya adalah berkaitan dengan permasalahan gizi. Berdasarkan data tahun 2018, prevalensi anemia remaja putri di Jawa Barat adalah 41,93%. Anemia remaja putri di tingkat provinsi Jawa Barat masuk ke dalam kategori berat (≥40%). Menurut data dari Profil Kesehatan Kota Depok tahun 2017 menyebutkan sebesar 34,5% remaja putri di Kota Depok mengalami anemia.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap terhadap upaya pencegahan anemia yang dilakukan oleh remaja putri di Kota Depok tahun 2022.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan metode kuantitatif serta menggunakan data primer yang dikumpulkan oleh 520 responden.
Hasil: Sebagian besar responden memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, sedangkan sebagian responden memiliki perilaku yang kurang baik terhadap perilaku pencegahan anemia. Pengetahuan tentang penyebab anemia dan upaya pencegahannya memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku konsumsi makanan sedangkan pengetahuan dasar, gejala dan tanda, penyebab, dan pencegahan anemia memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi TTD. Semua variabel sikap juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku pencegahan anemia.
Kesimpulan: Sebagian besar remaja putri telah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap upaya pencegahan anemia, namun sebagian besar remaja putri masih memiliki perilaku yang kurang baik terhadap perilaku pencegahan anemia.

Background: anemia is still the one of public health problems, especially it related to nutritional problem. Basen on 2018 data, the prevalence of anemia among adolescent female in west java is 41,93%. Anemia among adolescent female at provincial level in west java is in the severe category. According to data from Depok City Health Profile 2017, 34,5% adolescent female in Depok city are anemia.
Objective: the purpose of this study is to describe knowledge and attitude toward anemia prevention by adolescent female in Depok City in 2022.
Methods: this study using cross sectional design with quantitative methods and use primary data collected by 520 respondents.
Results: most of respondents have good knowledge and attitude. But most of respondents have poor attitudes towards anemia prevention behavior. Knowledge about causes of anemia and it’s prevention efforts have a significant relationship with food consumption behavior while basic knowledge, symptoms and signs, causes, prevention of anemia have a significant relationship with the consumption behavior of iron supplementation. All attitude variables also have a significant relationship with anemia prevention behavior.
Conclusion: most adolescent female have good knowledge and attitude toward anemia prevention, but most adolescent female still have poor behavior toward anemia prevention behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Ekawati
"Pengkajian yang tidak akurat dan penanganan nyeri yang tidak adekuat dapat berakibat pada terapi dan kualitas hidup anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan, sikap perawat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan masalah nyeri pada anak kanker. Desain yang digunakan adalah analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional. Cara pengambilan sampel adalah accidental sampling technic pada 41 perawat. Analisis data dengan chi square dan regresi logistik.
Hasilnya menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pengetahuan perawat (p=0,031), variabel pelatihan manajemen nyeri dengan sikap perawat (p=0,022), dan variabel usia dengan pelaksanaan asuhan keperawatan masalah nyeri (p=0,017) pada kelompok pendidikan vokasional. Selain itu, tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap perawat dengan pelaksanaan asuhan keperawatan masalah nyeri (p>0,005).
Hasil analisis regresi logistik didapatkan perawat yang berusia ≤ 29 tahun dan telah mendapatkan pelatihan manajemen nyeri mampu melaksanakan asuhan keperawatan masalah nyeri lebih baik. Rekomendasi: Rumah sakit mengadakan pelatihan manajemen nyeri dasar dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan masalah nyeri.

Underassessment and inadequate pain management affected treatment process and the children's quality of life. This research aim to identify the association among nurse's knowledge, attitude and the nursing care for pain problem in children with cancer. Research design was analysis correlation with cross sectional approach. The samples consist of 41 nurses determined by accidental sampling technic. Data was analyzed by chi square and logistic regression.
The result found that there was significant association between education level and nurse's knowledge (p=0,031), between pain management training and nurse?s attitude (p=0,022) and between age and nursing care for pain problem in nursing vocational group (p=0,017). Furthermore there was no significant association among nurse's knowledge, attitude and nursing care for pain problem (p>0,005).
Multivariate analysis shown that nurses less than 29 years old and have trained of pain management are nurses who were better in nursing care for pain. This research imply nurses need to be trained in basic and advanced level in order to increase quality of nursing care for pain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T45566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Firdaus
"Latar belakang: Penggunaan komputer dapat menimbulkan suatu keluhan kesehatan yang disebut dengan Computer Vision Syndrome (CVS), Sindrom ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko individual, lingkungan dan komputer.
Tujuan: Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor resiko ergonomik individual dan komputer yang berhubungan dengan kejadian Computer Vision Syndrome (CVS) pada pekerja pengguna komputer yang berkacamata dan pekerja yang tidak berkacamata.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian metode kualitatatif. Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2013 di Unit Pelakasana dan Pelatihan. Sampel sebanyak 18 orang dengan kriteria tertentu, dibagi menjadi 2 kelompok pekerja berkacamata dan pekerja yang tidak berkacamata. Peneliltian dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner dan pengukuran.
Hasil: Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian CVS adalah Kelembaban 71%, Pencahayaan kurang dari 300-500 lux (KEPMENKES nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002), Usia lebih dari 40 tahun (das et al.), lama bekerja dengan komputer, dan jarak komputer dengan mata.
Kesimpulan: Gejala ekstraokuler pada pekerja pengguna kacamata bifocal melakukan retrofleksi leher sehingga leher tertekuk kebelakang yang menyebabkan keluhan nyeri pada leher. Penderita terbanyak bukan dari pengguna kacamata tetapi pada pekerja yang tidak berkacamata. Serta penderita CVS (berdasarkan kriteria anamnesa) di usia 25 tahun, kedua hal ini berkaitan dengan potur ergonomi pada saat kerja baik secara design tempat kerja, kondisi ruangan ataupun durasi kerja yang semuanya saling berkaitan sehingga menimbulkan gejala Computer Vision Syndrome (CVS).

Background: Computer usage could cause health complaints called Computer Vision Syndrome (CVS). This syndrome was influenced by individual and computer risk factors.
Aim: The objective of the study is to identify and to analyze individual and computer factors of computer Vision Syndrome (CVS).
Methods: This study was an observational study with methods qualitatively. The research was conducted in April-May 2013 in the Pelakasana and Training Unit. Sample of 18 people with certain criteria, divided into 2 groups of workers and workers who are not wearing glasses glasses. Peneliltian done by direct interviews using questionnaires and measurements.
Results: Factors associated with the incidence of CVS is Humidity 71%, less than the 300-500 lux lighting (KEPMENKES 1405/Menkes/SK/XI/2002), age over 40 years (das et al.), Long working computers, and computer distance by eye.
Conclusion: Extraocular symptoms in workers bifocal glasses users do retrofleksi neck so the neck is bent backwards which causes pain in the neck. Most patients but not from users goggles to workers who do not wear glasses. And people with CVS (based on criteria anamnesis) at the age of 25 years, these two things related to ergonomic posture at work both in design work, ambient conditions or duration of action that are all intertwined, giving rise to symptoms of Computer Vision Syndrome (CVS).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>