Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurmansyah
"Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang berdiri kurang lebih satu tahun terhitung sejak April 2000, sampai saat sekarang belum memperlihatkan kinerja yang optimal. Selama April-Juli 2000 permasalahan yang dihadapi adalah keterlambatan dalam hal pengolahan laporan dari puskesmas dan pengiriman ke propinsi. Untuk mengetahui gambaran kinerja perlu dilakukan suatu analisa pada sumber daya manusia dalam rangka pengembangan produktifitas kerja menuju era desentralisasi pada tahun 2001. Analisa ini dilakukan melalui penelitian kualitatif terbadap 19 orang pejabat struktural. Kinerja lima orang kepala seksi ditelaah melalui wawancara mendalam. Kepada 14 orang kepala sub seksi dilakukan fokus grup diskusi. Self assesment tentang penilaian prestasi kerja dan penilaian kehadiran dilakukan terhadap 19 orang pejabat struktural. Secara faktual kepemimpinan kepala seksi sudah cukup baik, tapi belum diikuti dengan ketegasan khususnya kedisiplinan. Kemampuan dan keterampilan kepala seksi dan kepala sub seksi masih kurang. Seluruh kepala seksi dan kepala sub seksi baru satu tahun bekerja di jabatan yang diembannya sekarang. Sarana dan prasarana yang sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran tugas masih sangat kurang. Sedangkan motivasi kerja baik kepala seksi maupun kepala sub seksi masih cukup tinggi. Selanjutnya pengawasan dalam bentuk absensi kehadiran masih sangat lemah. Kesimpulan dari penelitian ini memberikan gambaran rendahnya kinerja karena kurangnya kemampuan dan pengalaman kerja kepala seksi dan kepala sub seksi, serta kurangnya fasilitas sarana prasarana ditambah lagi lemahnya pengawasan pengendalian pimpinan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang dalam menyongsong otonomi daerah pada tahun 2001. Karena itu disarankan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan baik melalui on the job training, pelatihan, kursus dan tugas belajar. Jabatan rangkap sebaiknya dihilangkan dengan mengisi formasi struktural yang kosong. Pengadaan sarana seperti komputer, mesin ketik, kendaraan roda dua, ruangan yang cukup baik dan representatif untuk jangka panjang penyediaan perumahan untuk pegawai.

Staffs Performance Analysis of Bengkayang Health District Office in the Year 2000 Bengkayang Health District office was founded in April 2000, and has not carried out its optimal performance. As a new founded health service, during April - July 2000, Bengkayang Health District Office faced unpunctuality in the report processing from the Community Health Center and the delivery of the report to provincial level. Identification of the performance portrayal required the analysis of human resources in relation with the work productivity development towards the decentralization period in 2001. The analysis was conducted by qualitative research to 19 structural officials; where five section heads were analyzed by in-depth interview, and 14 sub-section heads were analyzed by focused urn up discussion. Self-assessment was also performed to the 19 structural officials. The leadership of the section heads was good enough, but it hadn't accompanied by showing their determination and discipline. The ability and skill of the section heads and sub section heads were still not favorable. They had held their duties for only a year. Although all the officials were high motivated enough, the facilities were still inadequate to support their tasks. In other side, the absence was also not controlled well enough, The result of this research illustrated low performances, which had been produced by the lack of ability and work experiences of the section heads and sub section heads, inadequate facilities, and inadequate control of the principal. This condition would have great impact to the readiness of Bengkayang Health District Office to encounter the district autonomy in the year 2001. I would like to suggest the 13engkayang Health District Office to enhance the ability and skill of its staffs by providing job training, courses, and study opportunity. Double job responsibility should be eliminated by fulfilling the other vacant position in the organization structure. There are also requirements to provide facilities such as computers, typewriters, motorcycles, representative and comfortable rooms, and for long term, to provide housing facilities for the staffs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ali Muchtar
"Ada masalah pencapaian target program kesehatan yang masih rendah, tingkat disiplin kerja Staf yang belum baik, inisiatif staf yang kurang, penyelesaian pekerjaan yang lambat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat, yang kesemuanya memberikan petunjuk sementara adanya penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat: yang rendah. Untuk meningkatkan pencapaian kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat terlebih dahulu harus diketahui factor-faktor yang mempengaruhi penampilan kerja staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat.
Banyak faktor yang mempengaruhi penampilan kerja, seperti karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi dan lingkungan. O1eh karena penelitian ini dilakukan terbatas pada Staf kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat, dimana karakteristik organisasi, karakteristik pekerjaan dan lingkuagan kerja hampir sama ; maka pada penelitian ini hanya akan dilihat karakteristik individu. Dari karakteristik individu ini yang akan dilihat pengaruhnya terhadap penampilan kerja staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat adalah motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi Staf atas pekerjaannya . Untuk itu perlu diketahui gambaran penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat, pengaruh antara motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat masing-masing terhadap penampilan kerjanya, kemudian pengaruh motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi Staf Dinas Kesahatan Kabupaten Dati II Lahat atas pekerjaannya secara bersama-sama terhadap penampilan kerjanya.
Untuk tujuan tersebut dilakukan penelitian berupa studi deskriptif korelasional dengan pendekatan secara cross-sectional. Populasi adalah seluruh Staf pada kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat, yaitu seluruh pejabat esolon IV dan V yang telah bekerja lebih dari enam bulan. Dengan mengambil seluruh populasi sebagai obyek penelitian, dilakukan pengambilan data primer tentang motivasi kerja, kemampuan kerja, persepsi Staf atas pekerjaannya serta penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat ; dengan instrumen berupa kuesioner dan data sekunder tentang karakteristik responden.
Analisa data memakai metode statistik non parametrik untuk melihat hubungan dan tingkat keeratan hubungan antara motivasi kerja, kerampuan kerja, dan persepsi Staf Dimas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat atas pekerjaannya masing-masing dengan penampilan kerjanya, dilanjutkan dengan analisa korelasi dan regressi ganda untuk melihat pengaruh motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat atas pekerjaannya baik masing-masing maupun secara bersama-sama terhadap penampilan kerjanya. Gambaran tentang penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat didapatkan dengan analisa deskriptif dari data-data tentang penampilan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat atas pekerjaannya baik masing-masing maupun secara bersama-sama terhadap penampilan kerjanya. Motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi staf atas pekerjaannya masing-masing mempunyai korelasi positif terhadap penampilan kerjanya dan secara bersama-sama memberikan pengaruh sebesar 57,51 % sedangkan 42,48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Diantara ketiga variabel bebas tersebut yang paling dominan pengaruhnya adalah motivasi kerja, kemudian persepsi staf atas pekerjaannya dan yang terakhir adalah kemampuan kerja.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang direkomendasikan yaitu penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat yang rendah perlu ditingkatkan melalui peningkatan motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi staf atas pekerjaannya disamping itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor lain terhadap penampilan kerja dalam skala yang lebih luas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Zulnarlis
"Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah menjalankan Otonomi Khusus di mana otonomi yang diberlakukan berada pada tingkat provinsi, sehingga pengaturan kebijakan dan penyusunan program kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Selain itu dengan belum kondusifnya daerah, mengakibatkan banyaknya program-program kesehatan yang akan diterapkan baik oleh pemerintah pusat maupun bantuan dari luar negeri yang menuntut kinerja yang tinggi dari pegawai Dinas Kesehatan dalam mengaplikasinya di lapangan. Untuk itu dirasa perlu dilakukannya suatu studi yang dapat memberikan gambaran tentang kinerja pegawai non struktural dan faktor-faktor apa raja yang berhubungan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 166 orang. Variabel yang diteliti adalah faktor internal pegawai yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan dan tingkat pendidikan, Faktor eksternal pegawai yang mencakup pendapatan, lingkungan kerja, penghargaan, peningkatan karir, kebijaksanaan pimpinan, komunikasi dan fasilitas. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan mengunakan uji chi - square pada derajat kepercayaan 95 %. Di dalam menentukan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja dilakukan dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 59,6 % berada pada kategori kurang. Berdasarkan analisis bivariat dengan mengunakan uji chi square diketahui bahwa faktor internal tidak ada hubungau secara statistik dengan kinerja pada derajat kepercayaan 95 %, sedangkan untuk faktor eksternal yang berhubungan secara statistik pada derajat kepercayaan 95 % dengan kinerja adalah variabel lingkungan kerja dan variabel kebijaksanaan pimpinan.
Dengan mengontrol variabel kebijaksanaan pimpinan, pegawai yang memiliki lingkungan kerja kurang mempunyai risiko 2,265 kali untuk mengalami kinerja dengan kategori kurang, bila dibandingkan dengan pegawai yang memiliki lingkungan kerja baik, sedangkan pengaruh kategori kebijaksanaan pimpinan terhadap kinerja dapat dijelaskan bahwa dengan mengontrol variabel lingkungan kerja pegawai yang merasakan kebijaksanaan pimpinan kurang mempunyai risiko 4,323 kali untuk mengalami kinerja dengan kategori kurang, bila dibandingkan dengan pegawai yang merasakan kebijaksanaan pimpinan baik. Adapun faktor yang paling dominan dalam menentukan kinerja adalah variabel kebijaksanaan pimpinan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar pimpinan Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalarn sebaiknya memperhatikan faktor kebijaksanaan pimpinan dalam menetapkan para pegawai yang akan menduduki jahatan, karena hal inilah yang paling berpengaruh dalam menentukan kinerja dan melalui pertemuan berkaia pihak pimpinan perlu menekankan penciptaan lingkungan kerja dan melatih para pejabat struktural untuk memahami pentingnya pengaruh kebijaksanaan pimpinan di dalam memacu kinerja pegawai. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan rancangan yang berbeda (kasus kontrol) dan meliputi variabel yang lebih lengkap serta mengunakan instrumen pengukuran kinerja yang lebih spesifik dan akurat, sehingga dapat diketahui dengan pasti hubungan sebab akibat dan kinerja pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Nanggroe Aceh Darussalam Province, Special Autonomy has been the subject of the provincial affairs. Policy making and program arrangement are held by the Provincial Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam. Besides, due to unconduciveness of the region, many health programs that will be implemented either from the central government or foreign aids demand satisfactory performance in work implementation from non-structural staffs of Provincial Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam in the field. The result of this study is expected to provide a description of non-structural staffs' performance and factors related to it in the Provincial Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam.
The study applied a cross sectional design with 166 samples. Variables observed were internal factors which involved age, sex, marriage status, and education level and external factors which covered work environment, affection, carrier development, leader's policy, communication and facilities, Data were analyzed univariately and bivariately by using chi-square test with the level of confidence 95 %. Multiple logistic regression test was used to determine the most significant variable related to the staffs' performance.
The result of the study showed that 59.6 % of the staffs' performance was unsatisfactory. Based on bivariat analysis, it was known that all internal factors were not related statistically to the staffs' performance in the level of confidence 95 %. On the other hand, external factors which were statistically related to the staffs' performance in the same level of confidence were work environment variable and leaders' policy.
By controlling leader's policy variable, staffs with unsatisfactory work environment had risk 2.265 times of unsatisfactory performance, if compared with staffs with satisfactory work environment. On the other hand, the influence of leader's policy category to the staffs' performance could be explained by controlling work environment variable, staffs that felt their leader's policy was unsatisfactory had risk 4.323 times of having unsatisfactory performance, if compared with staffs that felt their leader's policy was satisfactory. The most significant factor related to staffs' performance was leader's policy.
Based on result of the study, it is suggested to the Head Office of Provincial Health Authority of Nanggroe Aceh Darussalam to consider leader's policy factor in deciding any staffs that will post any function, to emphasize a creation of work environment through periodically meeting, to train structural officials on the importance of leader's policy influence in pushing staffs' performance. The necessary to conduct another further study with different design (case control), which covers more complete variables and uses more specific and accurate performance estimation, in order to know exactly "cause-effect" relation of staffs' performance of Provincial Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fera Tri Wahyuni
"Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas MTBS dalam pelayanan MTBS di Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Madiun tahun 2011. Desain cross sectional, dilakukan pada bulan April-Mei 2011 dengan responden 80 petugas MTBS. Hasil penelitian menunjukkan hanya 16,2% petugas MTBS yang berkinerja baik. Motivasi, beban kerja dan supervisi merupakan variabel yang berhubungan dengan kinerja petugas MTBS, sedangkan umur, pendidikan, pelatihan, masa kerja, pengetahuan tentang MTBS dan sarana dan prasarana tidak berhubungan dengan kinerja petugas MTBS. Atas dasar tersebut untuk meningkatkan kinerja petugas MTBS perlu diberlakukan sistem penghargaan, pembagian kerja yang jelas atau menunjuk petugas khusus untuk menjalankan MTBS, serta mengoptimalkan supervisi.

The aim is this study was to find out factors related to the performance of IMCI officer on serving IMCI in Puskesmas Madiun City Health Office in 2011. Cross-sectional desaign, that was conducted in April-May 2011 with 80 respondents of officers IMCI. The study results showed that only 16.2% IMCI officers who perform well. Motivation, workload, and supervision is a variable related to the performance of IMCI officer, while age, education, training, years of service, knowledge of IMCI and facilities and infrastructure not related to the performance official of IMCI. Based on the result, it is important to improve their performance officer IMCI need to be implemented reward system, a clear division of labor, or appoint a special officer to run the IMCI, and to optimize supervision."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indrati
"Penanggulangan TB di Propinsi Lampung dan juga Kabupaten Tanggamus mencakup upaya pengobatan dengan target angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru TB BTA positif setiap tahunnya, serta cakupan penemuan penderita secara bertahap setiap tahunnya diupayakan agar mencapai 70% pada tahun 2005, yang dilakukan melalui unit pelayanan Puskesmas yang ada dan unit pelayanan kesehatan lainnya.
Di Propinsi Lampung penanggulangan TB sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal itu terlihat dari cakupan penemuan penderita TB BTA positif pada tahun 2002 baru mencapai 26%, dengan angka kesembuhan 68%. Demikian juga di Kabupaten Tanggamus. walaupun penanggulangan TB sudah menggunakan strategi DOTS dengan panduan obat jangka pendek yang diberikan secara cuma-cuma, tetapi penemuan penderita TB BTA Positif hanya mencapai 22% dengan angka kesembuhan sebesar 66%.
Tenaga perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) dalam menangani penderita tuberkulosis menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan tahapan mulai dari pengkajian terhadap penderita untuk mengumpulkan data, menganalisa dan mengindetifikasi masalah yang berhubungan dengan penderita, kemudian melaksanakan penanganan dan bertindak sebagai PMO serta melakukan penilaian untuk memantau perkembangan penderita.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kinerja petugas perawat kesehatan masyarakat, mengetahui hubungan karakteristik responden dan karakteristik penelitian dengan kinerja petugas perawat kesehatan dan mengetahui variabel yang paling berhubungan terhadap kinerja petugas perawat kesehatan masyarakat dalam penanganan penderita TB di Kabupaten Tanggamus.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional/potong lintang, dimana pengukuran variabel bebas yaitu variable individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis, dan variabel terikat yaitu kinerja petugas perawatan masyarakat dilakukan secara bersamaan. Pengukuran variabel bebas dan terikat menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang mempunyai kinerja baik dan kinerja tidak baik sama besar, yaitu masing-masing 50%, terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik responden (umur, jenis kelamin) dengan tingkat kinerja petugas perawat kesehatan, terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik penelitian (lama kerja, pengalaman, imbalan, kepemimpinan, motivasi) dengan tingkat kinerja petugas perawat kesehatan dan varibel yang paling berpengaruh terhadap tingkat kinerja petugas perawat kesehatan adalah lama kerja dan motivasi.

To overcome tuberculosis (TB) in the Province of Lampung and the District of Tanggamus has been conducted the therapeutic efforts by achieving minimal cure rate target that is 85% out of new cases of TB with BTA positive in every year and also the coverage of patient found gradually reaches 70% in 2005 which is conducted at available Puskesmas and another community health centers.
At the present, the handling of TB has not been showing a satisfactory result. It was shown from the coverage of TB patients with BTA positive in 2002 just reached 26% with cure rate 68%. Although the handling of TB in the District of Tanggamus has used DOTS Strategy in which using integrated short-term medicines for free but the patients of TB with BTA positive revealed 22% with cure rate 66%.
Public health nursing staffs (Perkemas) in handling TB patients used nursing process approach initiated from patient review to collect data, to analyze, and to identify the problems related to the patient, to conduct the treatment and acted as PMO and also to evaluate in monitoring the patient progress.
The study was aimed to assess the performance of public health nurse, to assess relationship between the characteristics of respondent and research and the performance of public health nurse on handling TB patients in the District of Tanggamus.
The study used cross sectional design in which the measurement of independent variables including individual, organization, and psychological variables were assessed at the same time with dependent variables of the performance of public health nurse. The measurement used questionnaire.
The study resulted that proportion of respondent who had good performance and inadequate performance was equal, 50% in each There was significant relation between the characteristics of respondent (age and sex) and the performance level of public health nurse. Also there was significant relation between the characteristic of research (work span, experience, incentive, leadership, motivation) and the performance level of public health nurse. The most dominant variables towards the performance level of public health nurse were work span and motivation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.Y.G. Wibisono
"Sejalan dengan perkembangan bidang pemerintahan yang memunculkan isu desentralisasi, termasuk bidang kesehatan, maka kemampuan daerah dalam hal menggali sumber daya yang ada, terutama sumber daya manusia, sangatlah penting. Sumber daya manusia mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan produktivitas, sedangkan produktivitas berbanding lurus dengan kinerja. Selain itu Kinerja sangatlah dipengaruhi oleh kepuasan kerja, walaupun kedua hal tersebut juga dipengaruhi faktor lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kepuasan dan kinerja pegawai strutural, dan melihat hubungan kepuasan dan kinerja pegawai struktural setelah dikendalikan faktor konfonding. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sanggau dari tanggal 18 September 2000 sampai dengan 25 Nopember 2000. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional pada 43 pegawai struktural.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat distribusi frekuensi, regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pegawai struktural menurut 5 dimensi kepuasan secara berurutan rata-rata adalah 82,17 %; 75,78 %; 70,93 %; 80,23 %; dan 83,3 %; sedangkan kinerja rata-rata adalah 51,2 %.
Dari analisis bivariat didapatkan bahwa tidak ada satupun dimensi kepuasan yang berhubungan bermakna secara statistik dengan kinerja. Faktor yang berhubungan dengan kinerja adalah sarana dan pendidikan, sedangkan faktor yang berhubungan dengan dimensi kepuasan adalah motivasi dan pendidikan. Dari hasil analisis multivariat didapat bahwa faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kinerja adalah pendidikan dan kepuasan kondisi kerja yang mendukung. Pendidikan juga merupakan satu-satunya variabel yang bisa dijadikan sebagai faktor konfonding.
Variabel yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan kinerja adalah pendidikan yang sesuai dengan syarat pendidikan dalam hal menduduki jabatan, selain itu juga perlu dilaksanakan prinsip 'the right man on the right place' untuk meningkatkan kepuasan kerja pegawai.

Relationship between Staff Satisfaction and Staff Performance at Sanggau District Hospital West Kalimantan, 2000Current development of government paking, which is decentralization paking, urges local authorities including provinces and districts to strengthen their system including human resources. Within an organization, human resources are important factors in organizational productivity as indicators organizational performance. Furtherance, the performance is influenced by worker satisfaction and other variables.
To these extant, this study is arises to elaborate staff performance at RSUD Sanggau, and examine factors related to the performance. This study was conducted on September to November 2000, which designed with a cross -sectional survey. Samples were 43 structural staff at the hospital.
Data analyses were univariate, bivariate and multivariate to answer specific research questions. This study showed that level of working satisfaction Likert are 82, 17 %; 75,78 %; 70,93 %; 80,23 %; and 83,3 %; respectively to 5 dimensions of satisfaction which are challenge, reward, work climate, partner support, and talent.
Factors related to performance were facility and level of education. While motivation and level of education were related significantly to dimension challenge, work climate, and talent of satisfaction.
Further analysis using multiple linear regressions with backward method showed that only education variable related significantly to the performance, while staff satisfactions were not.
This study recommends that in add to improve organizational performance, educational background of employee should be appropriate for structural placement. This will be further maintaining worker satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Yulistio
"Organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak dimasa depan dituntut untuk lebih profesional bukan saja karena desakan dan tuntutan dari masyarakat pengguna, akan tetapi juga karena adanya perubahan -kewenangan pemerintahan daerah. Untuk menghadapi tuntutan tersebut perlu diantisipasi dengan baik agar Dinas Kesehatan Kota Pontianak mampu secara cepat dan tepat mengakomodir tuntutan tersebut.
Keadaan yang dihadapi saat ini, dalam rangka mengantisipasi otonomi daerah tersebut adalah rendahnya kinerja organisasi. Untuk memperbaiki kinerja tersebut maka dilakukan suatu kegiatan intervensi budaya mutu dengan model kalakarya, berupa pembinaan dan pembimbingan Total Quality Management terhadap kinerja organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
Masalah kinerja yang diteliti disini, dibatasi dalam lingkup Kinerja Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Kepala Seksi Pemulihan Kesehatan selaku Koordinator Organisasi Tim SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang pengaruh intervensi budaya mutu terhadap kinerja SP2TP serta diketahuinya komponen-komponen yang penting sebagai karakteristik budaya organisasi yang berorientasi Total Quality Management untuk peningkatan kinerja SP2TP.
Kegiatan intervensi ini merupakan action reseach, dengan jenis penelitian Quasi Experiment Design dan bentuk desain penelitiannya Non Randomized Pretest Posttest (Self} Control Group Design, yang dilakukan oleh Tim dari FKM-UI bekerja sama dengan Kanwil Depkes Propinsi Kalimantan Barat. Peneliti membatasi diri pada penelitian kualitatif untuk menganalisa pengaruh intervensi tersebut terhadap Kinerja SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak, dengan analisis thematic approach. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan dan wawancara mendalam. Jumlah sampel untuk wawancara mendalam sebanyak 10 informan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa adanya perubahan peningkatan kinerja SP2TP secara bertahap, namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena: Pertama; penghayatan visi dan misi serta tugas pokok dan fungsi, baru sampai pada tahap "awareness" untuk revitalisasi visi dan misi organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Kedua; koreksi hasil entri data laporan SP2TP serta pengolahan dan analisanya tidak dilakukan oleh para pengelola program selaku anggota tim SP2TP karena koordinator SP2TP tidak melaksanakan koordinasi dalam proses manajerial SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Kinerja SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak masih rendah. Rendahnya Kinerja SP2TP ini mengakibatkan keputusan yang diambil oleh jenjang administrasi kesehatan yang lebih tinggi berdasarkan informasi yang bersumber dari data Laporan Triwulanan SP2TP yang kualitas datanya kurang terjamin/datanya tidak valid. Hal ini disebabkan karena tidak diberdayakannya para pengelola program selaku anggota tim SP2TP dalam proses manajerial SP2TP melalui koordinasi lintas program serta kurangnya penghayatan visi dan misi serta tugas pokok dan fungsi para pelaksana dan pengelola program yang merupakan komponen penting dalam peningkatan kinerja disamping komponen kepemimpinan dan ketrampilan manajerial dari Koordinator Tim SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak yang kurang mendukung.
Untuk meningkatkan kinerja SP2TP Dinas Kesehatan, disarankan untuk menghayati tugas pokok dan fungsi Organisasi Tim SP2TP dan menggerakan pelaksanaan koordinasi lintas program untuk memberdayakan Anggota Tim SP2TP yang dipimpin oleh Koordinator SP2TP, sehingga adanya keterpaduan pencatatan dan pelaporan antar program, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja SP2TP khususnya dan kinerja Dinas Kesehatan Kota Pontianak pada umumnya.
Daftar bacaan : 32 (1987 - 2000)

The Health Department of Pontianak City is expected to become more professional in the near future. Such expectation arises from not only the people but the change of local government administration. To be able to meet the expectation immediately and appropriately, the Health Department of Pontianak City should have a sound anticipatory measure.
The existing problem in anticipating local autonomy is inadequacy in the performance of the Health Department. To improve the performance, therefore, a quality culture intervention is conducted. The intervention takes a periodical workshop model in which training and coaching concerning Total Quality Management on the performance of the Health Department are provided.
The problem of performance under this study was focused on Kinerja Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) or Performance of Puskesmas Integrated Recording and Reporting System. The implementation of SP2TP was under the coordination of Chief of Health Recovery Section who acted as the coordinator of SP2TP team of the Health Department.
This study was aimed at collecting in-depth information on the effect of the quality culture intervention on the performance of SP2TP as well as examining significant characteristics of the organization culture that are Total Quality Management oriented in the improvement of SP2TP performance.
The intervention was conducted by means of action research. The research employed a Quasi Experiment Design and the research design was Non Randomized Pretest and Posttest (Self) Control Group Design conducted by a team of FKM-UI in cooperation with the Provincial Office of the Health Department of West Kalimantan. The researcher limited the study to a qualitative one attempting to analyze the effect of such intervention on the performance of SP2TP of the Health Department of Pontianak City. The analysis used a thematic approach. Data collection was conducted by means of observation and in-depth interview. The number of respondents involved in the interview was 10.
The study result shows that there is a gradual improvement in the performance of SP2TP although the output has not met the set goal, yet. There are some reasons underlying such output. First, in terms of vision, mission, main tasks and functions, the organization has reached an "awareness" phase to revitalize its vision and mission. Second, correction, analysis and use of data entry results of SP2TP reports have not been carried out by the program operatives as members of SP2TP team. Such members' performance is caused by lack of coordination by the SP2TP coordinator in its managerial process.
The study concludes that the performance of SP2TP of the Health Department of Pontianak City is still low. The low performance affects the quality of decisions made by higher health administration because the SP2TP three-monthly reports by which the decisions are made may be less reliable and valid. Such low performance is caused by less empowerment of the program operatives as members of SP2TP team in its managerial process through cross program coordination. Another reason is that the vision, mission, main tasks and functions of the program operatives. which are significant components in the performance improvement, are not fully comprehended. In addition, the low performance is due to inadequacy of leadership and managerial skills of the team coordinator.
To improve the performance of SP2TP team, main tasks and functions of the SP2TP team have to be fully understood, the coordinator of SP2TP team should conduct cross program coordination and team member empowerment so that the recording and reporting among programs can be integrated and the performance of SP2TP in particular or the Health Department of Pontianak City in general is eventually improved.
References: 32 (1987 - 2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T 10283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indria Maulina
"Every employee expecting better career improvement on his/her work life cycle and every company design career development path for its employee to motivate them for work better and to developing human resources. One of the tools that used by company to gives promotion for employee is performance assessment result. An employee that has good performance will be promoting on career development. PT. Sumiati Ekspor Internasional, a handicraft export-import company, is one of the company that has a commitment to promoting its employee for better managerial position in the company. Promotion on career development is based on employee performance assessment result.
This research focused on studying correlation between performance and career development of Back Office Staff at PT. Sumiati Ekspor Internasional. On this research, performance variable is used as independent variable and carrier development variable is used as dependent variable. Analysis to answer research question based on theory of performance by John M. Ivancevich and theory of career development by Gouzali Saydam. Quantitative approach and descriptive type are used to conduct this research. Population and sample used on research are 72 Back Office Staffs at PT. Sumiati Ekspor Internasional. Likert Scale with ordinal data and Spearman Rank Order are used to analyzing correlation between performance and career development.
Based on research analysis, both of performance and career development variables can be categorize as good criteria. By Spearman Rank Order this research result shows that performance and career development have strong correlation. According on this study, the research gives conclusion that performance and career development have strong correlation, which it means that the better performance achievement the better career development of Back Office Staff at PT. Sumiati Ekspor Internasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susy Himawati
"Penilaian kinerja adalah suatu proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi dengan merupandingkannya pada standar baku penampilan. Untuk mendapatkan hasil penilaian kinerja personel yang obyektif, akurat dan transparan, maka instrumen penilaian kinarla tersebut harus obyektif dalam mengukur fungsi dan tugas pokok personel yang dinilai, memenuhi konsep validitas dan realibilitas pengukuran dan dapat mengukur hasil karya personel.
Hasil penilaian kinerja personel digunakan oleh organisasi untuk pengambilan keputusan dalam pengembangan personel yang bersangkutan sedangkan bagi atasan yang menilai untuk mengetahui kinerja unit yang dipimpinanya dan upaya perbaikan bagi bawahan sementara itu bagi personel yang diniIai sebagai umpan balik guna mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam melakukan pekerjaannya.
Untuk menilai kinerja bidan di unit pelayanan kebidanan pada suatu rumah sakit, selama ini baik pemerintah ( Depkes) maupun instansi swasta belum mempunyai standar yang baku tentang penilaian kinerja bidan di rumah sakit. Oleh karena itu untuk meniiai kinerja bidan di RSUD kota Bekasi digunakan beberapa instrumen penilaian kinerja yang ada yaitu instrumen DP3, Evaiuasi Penerapan Standar Asuhan Keperavyatan (EPSAK) dan Format Evaluasi Perawat (FEP).

Performance appraisal is a process to evaluate individual task in the organization which compares individual performance with the standard. To have an objective, accurate and transparent result, therefore the appraisal instrument should measure job discription and fuction objectivelly, must meet criteria validity and realibility and sensitive or easy to appraise personnel`s work result.
Performance appraisal result is used for organization to make a decision for personnel development and for personnel is appraised as feedback to know their competency. Currently, Health Departement as well as other non govemment health care organization have not applied any evaluation standard to appraise midwives performance in hospitals. Hence, RSU Bekasi has initiated to apply three types of performance appraisals i.e ; DP3, Standard Applied Evaluation for Nursing ( EPSAK ) and Nursing Evaluation Form ( FEP ).
The existing problem is that the instruments are not optimally used to evaluate midwives performance. With respect to the above phenomenon, researcher is interested in exploring some possible causes from multiple sources in RSU Bekasi to get the idea how the instmments have been implemented.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumisis
"Berdasarkan SDKI 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2001). Untuk menurunkan Angka Kematian Thu (AKI) dan memperluas cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya mendekatkan pelayanan kesehatan kepada sasaran dengan menempatkan bidan di desa sejak tahun 1991, namun sampai saat ini kegiatan ini belum menunjukkkan hasil yang bermakna.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja bidan di desa dalam pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya Kinerja baik bila cakupan K4 > 80% dan pertolongan persalinan > 69%, kinerja kurang jika cakupan K4 < 80% dan pertolongan persalinan < 69% atau salah satunya kurang.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Indragiri Hilir dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel penelitian adalah seluruh populasi bidan di desa yang sudah bertugas di Kabupaten Indragiri Hilir minimal satu tahun berjumlah 78 orang. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisa univariat dilakukan dengan analisa deskriktif untuk melihat gambaran kinerja dan karekteristik individu, analisa bivariat dengan uji Chi-Square untuk melihat hubungan variabel babas dengan variabel terikat, serta analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik untuk melihat faktor yang paling dominan.
Hasil penelitian menunjukkan 74,4% kinerja bidan di desa di Kabupaten Indragiri Hilir kurang dan 25,6% kinerja baik yang berarti kinerja bidan di desa di Kabupaten Indragiri Hilir kurang. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan yang bemakna dengan kinerja bidan di desa di Kabupaten Indragiri Hilir antara lain, kemampuan, pengalaman , imbalan, supervisi dan desain kerja Sedangkan faktor saranalprasarana, pelatihan dan motivasi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja bidan di desa di Kabupaten Indragiri Hilir. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa adalah faktor imbalan, diikuti oleh desain kerja dan kemampuan.
Disarankan agar memberikan reward bagi bidan di desa, bidan di desa tidak merangkap sebagai Kepala Pustu dan peningkatan kemampuan dengan meningkatkan kualitas supervisi dan memperbaiki sistem pelatihan.

Factors Which Are Related To The Performance Villages Midwives In Indragiri Hilir Districk In 2002According to Indonesian Demographic Survey of Health (SDKI) 1997, Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high with 334 deaths 1 100.000 live births, (Indonesian Department of Health, 2001). To decrease the Maternal Mortality Rate and to improve mother and child care coverage, the government recruited midwives and posted them in the villages. Although this program was started in 1991, the result showed unsatisfactory performance.
The purpose of this study was conducted to know how the performance of village midwives in antenatal care and delivery assistance and factors related to it. The performance parameter are said satisfactory if K4 > 80% and delivery assistance69%.
This study was conducted in the District of Indragiri Hilir by using Cross Sectional design. The sample of the study were 78 midwives in the villages that had worked in the district minimally one year.
The data were proceeded and analyzed by using univariate, bivariate and multivariate analysis. Univariate analysis was done by descriptive analysis to know the performance and individual characteristic, bivariate analysis by using Chi-Square test was to know the relationship of independent variables and dependent variables. In the other part, multivariate analysis by using logistic regression test was to know the most dominant factor.
The result of the study showed that 74,4% of midwives' performance in Indragiri Hilir District were unsatisfactory, while 25,6% were satisfactory. This meant that the midwife's performance in the district was unsatisfactory.
Factors related to village midwives' performance in the District of Indragiri Hilir were, such as, ability, experience, reward, supervision, and work design. On the other hand, factors, such as facilities, training and motivation were not related to the midwives' performance. The significant factors related to midwives' performance were reward, that were followed by work design and ability factors, It is suggested to provide reward tovillage midwivesand to develop their competence by improving supervision quality and training system and to those midwives, is not to serve as head of complementary health center at the same time of being a midwife.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>