Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51574 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angela R. Sutanto-Pekerti
"Penelitian ini berusaha menjawab masalah kendala membaca bahan berbahasa Inggris sebagai bahasa kedua (L2) pada para sarjana Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama (L1). Kendala membaca diteliti melalui efektivitas-efisiensi atau EE baca yang diukur dalam dua komponen membaca yang utama yaitu: kecepatan dan pemahaman membaca. EE baca dipahami dalam kaitannya dengan kecakapan membaca dan kemahiran bahasa. Alih keterampilan lintas bahasa dalam membaca yang terkait dalam masalah penelitian ini ditinjau dari dampak pelatihan membaca efektif-efisien (BEE) dalam bahasa Indonesia terhadap kecakapan membaca dalam bahasa Inggris.
Kaitan antara kecakapan membaca, kemahiran bahasa dan EE baca dicoba dijelaskan dengan landasan teori pemerolehan bahasa, kemampuan komunikatif dan teori-teori psikologi membaca yang kognitif. Dari berbagai kajian mengenai kemampuan bahasa sebagai kemampuan komunikatif disimpulkan bahwa kecakapan membaca berbeda dengan kemahiran bahasa. Ternyata juga bahwa antara kecakapan membaca dan kemahiran bahasa ada kaitan yang simbiotik. Haluan pembelajaran yang kognitif mempertahankan faktor bawaan yang khas manusia pada bahasa dalam sistem kesanggupan intelektual yang luas dan menempatkan unsur-unsur pokok bahasa dalam ranah belajar. Membaca dijelaskan sebagai pelaksanaan beberapa proses membaca yang ditentukan oleh keefisienan distribusi sumber daya olah yang terbatas. Penggunaan sumber daya olah secara efisien untuk proses mental yang kompleks seperti membaca dapat dilaksanakan bila sejumlah komponen membaca bekerja sama secara otomatis. Kerja sama komponen membaca secara otomatis dapat diciptakan dengan pengulangan melalui pelatihan dan peningkatan kesadaran metakognitif akan strategi membaca yang efektif dan efisien.
Pemahaman teoretis ini membuahkan perkiraan berikut: EE baca dalam L1 dan EE baca L2 dapat ditingkatkan dengan memberikan pelatihan BEE dalam L1. Perkiraan ini secara rinci dirumuskan dalam 10 hipotesis. Kesepuluh hipotesis ini kemudian diuji secara empirik dengan rancangan kuasi-eksperimental dengan kelompok kontrol-eksperimental yang diberi prates dan pascates. Kelompok percontoh penelitian terdiri atas 113 sarjana dari berbagai disiplin ilmu. Pelatihan BEE diberikan sebagai perlakuan dalam eksperimen. Pelatihan BEE ini dilaksanakan di Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, di Jakarta, selama delapan minggu.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa: (a) pelatihan BEE dalam bahasa Indonesia meningkatkan EE baca dalam bahan berbahasa Indonesia dan EE baca bahan berbahasa Inggris; (b) peningkatan EE baca tidak disertai peningkatan kemahiran bahasa; hal ini menunjukkan bahwa kecakapan membaca memang berbeda dengan kemahiran bahasa; (c) meningkatnya EE baca bahan berbahasa Indonesia dan EE baca bahan berbahasa Inggris disertai dengan peningkatan kesadaran metakognitif mengenai strategi BEE bahan berbahasa Indonesia dan strategi baca bahan berbahasa Inggris.
Hasil penelitian ini membawa kesimpulan berikut: Pertama, kendala membaca bahan berbahasa Inggris sebagai L2 bagi sarjana Indonesia yang mempunyai kemahiran L2 yang terbatas dapat diatasi dengan pelatihan BEE dalam bahasa Indonesia sebagai L1. Kedua, kendala membaca bahan berbahasa Inggris pada orang yang mempunyai kemahiran bahasa Inggris yang terbatas antara lain berkaitan dengan terbatasnya kecakapan membaca dalam Ll. Oleh karena itu pelatihan yang semata-mata meningkatkan kecakapan membaca L1 dapat meningkatkan EE baca L1 maupun EE baca L2. Ketiga, pelatihan kesadaran metakognitif mengenai penggunaan strategi BEE dalam bahan berbahasa Indonesia ternyata berhasil mempolakan kegiatan membaca yang interaktif yang secara seimbang menggunakan strategi baca global dan strategi baca rinci sesuai dengan tujuan membaca. Perubahan yang terjadi lebih nyata pada kegiatan membaca bahan berbahasa Inggris daripada pada kegiatan membaca bahan berbahasa Indonesia. Kecakapan BEE ternyata menambah kepercayaan diri pembaca dalam menghadapi bahan berbahasa Indonesia dan Inggris. Keempat, penelitian ini memberikan data yang mendukung pemikiran kognitif dalam psikologi membaca.
Kesimpulan yang dikemukakan di atas menunjukkan beberapa implikasi. Pertama, penguasaan BEE memberi akses yang lebih besar pada kumpulan pengetahuan dan informasi yang terhimpun dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Kedua, jadi penguasaan kecakapan BEE dalam bahasa Indonesia akan mendukung proses pembelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Mengingat pentingnya penguasaan kecakapan BEE terhadap pengembangan diri dan ilmu pengetahuan antara lain disarankan: a) kecakapan BEE diajarkan sedini mungkin pada anak di dalam jenjang pendidikan prasekolah, sekolah, maupun pada orang dewasa di luar sekolah; b) agar penelitian tentang proses-proses psikologis dalam membaca lebih didalami dengan pendekatan yang kognitif.

This research attempts to address the problem of reading English as a second language (L2) in Indonesian graduates whose first language (L1) are bahasa Indonesia. The reading problems were assessed through their reading effectiveness and efficiency, which was measured in the two important components of reading: speed and comprehension. The transfer of reading ability across languages involved in the research problem was investigated through the effect of training effective and efficient reading in Indonesian as L1 on reading English as L2.
Relationships among reading ability, language proficiency, and reading effectiveness and efficiency are explained according to the language acquisition theory, communicative competence and the cognitive theories of reading. Numerous studies about language competence suggest that as a communicative competence language proficiency is different from reading ability. Research concluded that there is a symbiotic relationship between language skill and reading ability. The cognitive learning approach retains the innate species-specific factor of language as a system of broad intellectual potentialities and places the substantive aspects of language in the domain of learning. Reading is proposed as the execution of reading processes limited by the efficient operation of the limited capacity processing system. The efficient utilization of the processing resources for a complex mental process such as reading can be accomplished when a number of reading components interact automatically. The automatic interaction among those components may be achieved through training and the increased metacognitive awareness of effective and efficient reading strategies.
This theoretical understanding of reading produces the following assumption: Effectiveness and efficiency of reading in L1 and L2 may be increased by providing training in effective and efficient reading in Ll. This assumption was elaborated into ten hypotheses. These hypotheses were empirically tested with a pretest-posttest quasi-experimental design using a control and an experimental group. The experiment utilized 113 graduates of various disciplines. The experimental group received treatment in effective and efficient reading in bahasa Indonesia. The training was provided as part of a graduate management program at the Institute for Management Education and Development in Jakarta. The training consisted of 16 ninety-minute sessions over the period of eight weeks.
The results indicate that: (a). Training in effective and efficient reading in bahasa Indonesia increases reading effectiveness and efficiency in both English and Indonesian; (b) increase in reading effectiveness and efficiency is not accompanied by improvement in language proficiency, thus indicating that reading ability is distinct from language proficiency; (c) increase in reading effectiveness and efficiency in English and Indonesian is accompanied by the increase in metacognitive awareness of reading strategies for English and Indonesian texts.
The results of this study produce the following conclusions: First, problems of reading in English as L2 for Indonesian graduates with limited proficiency in English may be surmounted by providing training in effective and efficient reading in bahasa Indonesia as L1. Second, a problem of reading in English as L2 for people with limited proficiency in English is partially explained by deficiencies in reading in L1. Hence, training which improves reading ability in L1 can improve reading effectiveness and efficiency in L2. Third, training in increasing metacognitive awareness of effective and efficient reading strategies is effective in providing patterns for a balanced interactive processing of top-down and bottom-up reading strategies. In addition, effective and efficient reading also increased the subjects' confidence in reading Indonesian and English texts.
These conclusions contain the following implications: First, mastery of effective and efficient reading ability provides greater access to the body of knowledge and information written in Indonesian and English. Second, thus this mastery also enhances the learning of Indonesian and English.
Finally, it is recommended that a) more research should be done on the psychological processes of reading based on the cognitive theories of reading; b) training for effective and efficient reading should be provided as early as possible in the primary and pre-school, as well as in adult schools."
1993
D352
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Surtiati Hidayat
"ABSTRAK
Latar Belakang
Ancangan Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Asing
Pengetesan(1) kemampuan berkomunikasi di dalam bahasa asing sama tuanya dengan pengajarannya. Memang pengajaran(2) bahasa asing telah dilakukan sejak 25 abad yang lalu (Kelly 1969), namun apakah kemampuan yang akan dicapai dalam pengajaran itu adalah kemampuan berkomunikasi seperti yang dimaksud sekarang, masih harus ditinjau lebih lanjut. Sejalan dengan itu, masalah pengetesan kemampuan berkomunikasi di dalam bahasa asing menjadi menarik. Agar masalah pengetesan itu menjadi jelas, marilah kita tengok terlebih dahulu riwayat ancangan komunikatif di dalam pengajaran bahasa asing.
Kita semua tahu bahwa bahasa adalah alat yang digunakan oleh anggota masyarakat bahasa untuk saling berhubungan. Di dunia ini terdapat bahasa yang sama banyaknya dengan jumlah masyarakat bahasa, dan sering terjadi anggota suatu masyarakat bahasa berhubungan dengan anggota masyarakat bahasa lain. Dalam hal itu orang harus memilih: menggunakan bahasa masyarakat lain itu, atau menggunakan penerjemah sebagai perantara dalam komunikasi. Jika jalan pertama yang dipilih, orang harus belajar bahasa lain itu untuk dapat berkomunikasi. Jika jalan kedua yang dipilih, tenaga penerjemah dapat dimanfaatkan. Sebenarnya keinginan untuk berkomunikasi dengan anggota masyarakat bahasa yang lain timbul karena keperluan mengetahui hal-hal yang terdapat dalam masyarakat bahasa itu, misalnya budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh masyarakat itu. Di samping keperluan meraih hal yang tidak terdapat dalam masyarakatnya, orang yang belajar bahasa lain itu merasakan pula keperluan menyampaikan pikiran dan pengalaman kepada anggota masyarakat bahasa yang lain, sehingga terjadi pertukaran gagasan dan pengalaman.
Orang biasanya belajar pertama-tama bahasa masyarakat tempatnya berada, oleh karena itu bahasa yang diperolehnya disebut bahasa pertama atau, karena biasanya ibu yang mengajarkan bahasa itu, disebut pula bahasa ibu. Kemudian ia belajar bahasa yang digunakan oleh masyarakat lain. Karena dalam pembelajarannya(3), bahasa itu menduduki tempat kedua, maka lazim disebut bahasa kedua, nama yang mencakup pula bahasa lain yang diperoleh pada tahapan selanjutnya. Seringkali bahasa kedua itu datang dari negeri asing, maka disebut juga bahasa asing.(4).
Proses belajar-mengajar bahasa asing tidaklah sama dengan proses belajar-mengajar bahasa ibu. Proses yang terakhir itu dimulai sejak anak lahir, dan dilakukan setiap hari secara tidak sistematis. Tidak ada seleksi, penahapan, ataupun penjenjangan. Anak menangkap ujaran dari lingkungannya yang terdekat karena perlu berkomunikasi dengan orang lain. Unsur bahasa serta unsur luar bahasa direkamnya selama beberapa tahun, sedangkan ketepatan menggunakannya diperoleh berkat pengalaman dalam komunikasi.
Proses belajar-mengajar bahasa yang seperti itu, artinya di dalam situasi komunikasi yang sebenarnya, membuat penutur asli mampu menggunakan bahasa ibunya secara tepat dan benar, artinya sesuai dengan situasi komunikasi tertentu.
Pembelajaran bahasa asing biasanya dilaksanakan pada saat orang sudah menguasai bahasa ibunya, terkadang ia juga sudah menguasai bahasa lain. Singkatnya pelajar bahasa asing sudah memiliki sistem suatu bahasa di benaknya sebelum ia belajar bahasa asing. Proses pemerolehan kemampuan berbahasa asing sering kali juga terjadi dalam pendidikan formal ketika pelajar "di paksa" belajar unsure-unsur yang telah dipilih dan harus mengikuti tahapan belajar yang tertentu sehingga ia menghayati suatu bahasa yang kurang lebih "seragam". Meskipun demikian pengajaran bahasa asing tetap bertujuan agar pada masa mendatang pelajar mampu menggunakan berbagai variasi bahasa dalam berkomunikasi sesuai dengan keperluan komunikasi yang sejati."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
D75
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Surtiati Hidayat
Jakarta: Intermasa, 1990
418.4 RAH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mugiarsih CH., Widodo
"ABSTRAK< b>
Penelitian ini diawali melalui suatu pemikiran penulis dengan ineinperhatikan jenis kelainan anak luar biasa khususnya anak tunarungu. Anak tunarungu mi meiniliki kelainan pendengaran yang harus mendapat pelayanan pendidikan secara khusus di Sekolah Luar Biasa bagian tunarungu. Anak tunarungu luengalaiui kesulitan dalam berkomunikasi dengan menggunakan tatabahasa yang balk dan benar dilingkungan kaum tunarungu, keluarga maupun masyarakat secara luas. Bagi anak tunarungu yang duduk di kelas I Sekolah Luar Biasa bagian tunarungu secara dini perlu inandapat pelayanan pendidikan dengan inenggunakan media koinunikasi
Adapun sebagai sarana untuk berkoinunikasi bagi anak tunarungu adalah menggunakan media komunikasi total dan oral.
Media komunikasi total dan oral mi dapat digunakan apabila
anak tunarungu dapat mengetahui kosa kata bahasa secara jelas
dan konkrit. Maksudnya bahwa perbendaharaan kosa kata yang
diiuiliki anak tunarungu iuelalui beberapa pengalaman berbahasa
pada masa-masa lalu dengan menunjukan benda gambar tiruan yang
akhirnya terjadi proses penainbahan kata-kata. Sebagai upaya
untuk meningkatkan perbendaharaan kosa kata pada anak tunarungu sesuai dengan kurikulum di Sekolah Luar Biasa bagian
tunarungu adalah melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang
tujuannya antara lain agar anak dapat berbahasa dengan baik
dan benar. Keterainpilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah
biasanya meliputi keterainpilan inenyimak mendengarkan, berbicara, meinbaca dan inenulis.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tiinbul
minat untuk mengadakan penelitian tentang kemampuan keterampilan membaca dan menulis permulaan siswa di kelas I Sekolah
Luar Biasa bagian tunarungu. Penelitian mi bertujuan untuk
mengetahui perbedaan keterampilan membaca dan keterampilan
menulis permulaan siswa di kelas I Sekolah Luar Biasa bagian
tunarungu dengan inenggunakan media komunikasi total dan media
koinunikasi oral.
Berdasarkan kajian teori, diajukan 2 hipotesis untuk
dibuktikan kebenarannya. Subyek yang diteliti adalah siswa
tunarungu di kelas I Sekolah Luar Biasa bagian tunarungu yang
meiniliki IQ rata-rata normal dan memiliki sisa pendengaran
antara 85-90 db keatas (tuli total), di Sekolah Luar Biasa
bagian tunarungu Santi Rama I dan II, jalan R.S. Fatinawati,
1]].
Cipete Jakarta Selatan dan Sekolah Luar Biasa bagian tunarungu
Karya Mulya I dan II, jalan A. Yani 6-8, Surabaya pada tahun
pelajaran 1994 1995.
Analisis data dengan rumus t tes inenunjukan hasil penelitian
bahwa keterampilan meinbaca dan inenulis yang menggunakan media
komunikasi total dan yang menggunakan media koinunikasi oral
secara rinci dapat dikeinukakan sebagai berikut
1. Dengan menggunakan media komunikasi total, hasil keterampilan membaca siswa di kelas I Sekolah Luar Biasa bagian
tunarungu Karya Mulya I dan II Surabaya ternyata tidak
menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada siswa di kelas
I Sekolah Luar Biasa bagian tunarungu Santi Rama I dan II
Jakarta yang menggunakan media komunikasi oral.
2. Dengan iuenggunakan media komunikasi total hasil keteraiupilan inenulis siswa di kelad I Sekolah Luar Biasa bagian
tunarungu Karya Mulya I dan II Surabaya ternyata tidak
iuenunjukan hasil yang lebih baik dari pada siswa di kelas I
Sekolah Luar Biasa bagian tunarungu Santi Rama I dan II
Jakarta yang inenggunakan media komunikasi oral.
Berdasarkan hasil temuan seperti tersebut di atas penulis
menyarankan agar guru dalain mengajar meiubaca dan menulis
perinulaan siswa di kelas I dipilih guru yang senior, sudah
berpengalainan dalam menghadapi inasing-inasing individu. Maksudnya pada kelas-kelas rendah tingkat dasar dalam pendekatan
terhadap anak inemerlukan ketekunan, ketelatenan dan kesabaran
guru.
Guru di kelas I tidak hanya bertugas untuk mengajar,
tetapi sekaligus niempunyai peran ganda yaitu bisa sebagai
peinbimbing dan yang lebih penting adalah bisa sebagai pengganti orang tua bagi siswa-siswanya. Dengan suasana yang nyaman
tidak jauh berbeda situasi di sekolah maupun di rumah, tentunya dengan perasaan yang aman dan menggeinbirakan, sehingga
siswa dapat berkomunikasi secara luwes, yang keinungkinan besar
dapat menyerap materi pelajaran dengan lancar.
Kemudian bagi siswa yang menggunakan media komunikasi
total perlu diperhatikan dalam mengekpresikan komunikasi
secara terpadu, misal bukan hanya isyarat yang inenjadi pokok
perhatian nainun sekaligus kekompakan baca bibir ucapan lisan
yang jelas untuk inengikuti isyarat baku yang dilakukan.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarot Tri Adiono
"Beberapa penelitian menunjukkan fakta bahwa kemampuan anak-anak Sekolah Dasar di Indonesia masih rendah, dibandingkan negara-negara lain (Wulan, 2009). Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Dikbud yang dilaporkan tahun 1997 adalah adanya anak yang mengalami kesulitan belajar membaca (Nawangsari dan Suprapti, 2008). Program intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengajaran membaca tingkat dasar dengan model Bottom- Up pada siswa Sekolah Dasar.
Program intervensi didasarkan pada pendekatan modifikasi perilaku dengan metode Applied Behavior Analysis dengan teknik Descrete Trial Training. Metode ini menyatakan bahwa suatu perilaku terbentuk dengan adanya antecedent, behavior dan consequence. Tujuan dari penerapan program intervensi adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca subyek. Program intervensi ini dilakukan dalam 13 sesi dan disusun dalam sebuah rancangan program intervensi yang terdiri atas tiga bagian yaitu: 1) Data Dasar; 2) Program Intervensi; 3) Evaluasi Program.
Hasil intervensi secara umum menunjukkan bahwa program intervensi model Bottom-Up efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca bagi siswa Sekolah Dasar.
The ability to read is needed since children started education at primary level. Some studies showed the facts that children's reading ability in Elementary School in Indonesia was still low, compared to other countries (Wulan, 2009). Research conducted by Balitbang Dikbud (1997) reported that many children have reading difficulties (Nawangsari and Suprapti, 2008). Therefore, the intervention programs in this research aim to teach reading lower-level skills with Bottom-Up model in Elementary School A
This intervention program based on behavior modification approach using the Applied Behavior Analysis method with Discrete Trial Training technique. This method explains that a behavior is formed by the antecedent, behavior and consequence. The purpose of this intervention program is to improve students ability to read. Intervention program was conducted in 13 sessions and arranged in an intervention program design consists of three parts: 1) Baseline; 2) Intervention Program; 3) Evaluation Program.
Generally, the result of this intervention program is to improve effectively reading skills of elementary school students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Mohammad Hogantara
"Membaca artikel penelitian merupakan kemampuan yang penting dimiliki oleh akademisi dan dibantu oleh penerapan strategi membaca. Namun, belum diketahui perbedaan strategis apa yang memisahkan pakar dari nonpakar dan faktor apa yang melatari perbedaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan strategis antara kelompok pakar dan nonpakar serta mengungkap faktor apa yang menjelaskannya pada populasi Fakultas Psikologi UI. Data diperoleh menggunakan alat ukur Metacognitive Reading Strategies Questionnaire (MRSQ) dan survei mengenai tingkah laku membaca artikel penelitian dari Hubbard dan Dunbar (2017) dari 79 orang nonpakar dan 28 orang pakar. Setelah melalui analisis komparatif menggunakan independent sample t-test, hasil penelitian menunjukkan bahwa pakar di Fakultas Psikologi UI lebih sering menggunakan analytic-cognitive reading strategies daripada nonpakar. Meski demikian, tidak ditemukan perbedaan dalam pragmatic-behavioral reading strategies antara kedua kelompok. Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan strategi membaca antara kedua kelompok tersebut dijelaskan oleh kecenderungan pakar untuk mengetahui cara memperoleh informasi dengan efisien, menganggap mudah dalam memahami bagian hasil angka dan tabel, dan menganggap penting bagian pendahuluan dan diskusi, serta kecenderungan nonpakar untuk merasa frustrasi dalam membaca artikel penelitian

Reading research articles is an important ability possessed by academics and is assisted by the application of reading strategies. However, it is not yet known what strategic differences separate experts from novices and what factors underlie these differences. This study aimed to determine the strategic differences between expert and novice groups and reveal what factors that can explain it in the population of the Faculty of Psychology in Universitas Indonesia. The data were obtained using the Metacognitive Reading Strategies Questionnaire (MRSQ) measure and behavioral surveys about reading research articles from Hubbard and Dunbar (2017) from 79 novices and 28 experts. After going through a comparative analysis using the independent sample t-test, the results showed that experts at the Faculty of Psychology in Universitas Indonesia more often used analytic-cognitive reading strategies than novices. However, there were no differences in the pragmatic-behavioral reading strategies between the two groups. Multiple regression analysis showed that differences in the use of reading strategies between the two groups were explained by the tendency of experts to know how to obtain information efficiently, to easily understand the results of numbers and tables, and to consider the introductory and discussion parts, and novices' tendency to feel frustrated in reading research articles."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Newark: International Reading Association / editor by Robert Schreiner, 1979
428.4 REA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New Jersey : Lawrwncw Erlbaum Associates, Inc, 2005
372.47 CHI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suhariyanto
"Untuk mengetahui pengaruh Cu dan Zn terhadap paduan Al-Si-Mg maka dibuat Sampel I dan Sampel II. Sampel I paduan Al-Si-Mg dengan variasi persen berat (%wt) Cu sebesar : 0 ; 1,5 ; 3 dan 5 %wt sedang Zn dibuat konstan sebesar 1 %wt. Sampel II paduan Al-Si-Mg dengan variasi persen berat Zn sebesar : 0 ; 0,5 dan 1,5 %wt, sedang Cu dibuat konstan sebesar 3 %wt.
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sampel-sampel tersebut, yaitu, pengujian : kekerasan, titik leleh , foto struktur mikro , SEM-EDAX dan Meping. Disamping itu juga didukung oleh data sekunder yang berupa hasil pengujian kekuatan tarik dan hasil pengujian dengan XRD.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa : semakin besar kandungan Cu , maka kekerasan akan naik, titik leleh akan turun, sedang kekuatan tariknya mula-mula naik sampai dengan kandungan Cu = 3 %wt, kemudian turun sampai kandungan Cu = 5 %wt. Disamping itu juga ditunjukkan bahwa : semakin besar kandungan Zn , maka kekerasan dan titik leleh akan turun, sedang kekuatan tariknya mula-mula turun sampai kandungan Cu = 0,5 %wt, kemudian naik sampai kandungan Cu sebesar 1,5 %wt.
Hasil pengujian-pengujian tersebut menunjukkan bahwa : pada paduan tersebut muncul dua fasa yang dominan, yaitu fasa yang sangat kaya dengan Al (sebagai matrik) dan fasa yang kaya dengan Si. Disamping itu juga menunjukkan bahwa Cu dan Zn sangat mempengaruhi bentuk morfologi dari struktur mikro paduan. Morfologi struktur mikro yang fasa kaya Si-nya berbentuk serabut yang berserakan (tidak teratur) mempunyai kekuatan tarik yang relatif tinggi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Ilmiasih
"ABSTRAK
Hospitalisasi pada anak prasekolah merupakan pengalaman yang sering membuat
anak stress dan mengalami kecemasan.Tujuan penelitian untuk menganalisa pengaruh
penggunaan rompi bergambar oleh perawat terhadap kecemasan anak prasekolah
akibat hospitalisasi. Desain penelitian quasi eksperimen post test-only non equivalent
control group. Instrumen pengukuran kecemasan anak menggunakan kuesioner yang
diisi orang tua. Sampel penelitian berjumlah 34 anak terbagi dalam kelompok
kontrol dan intervensi. Analisis untuk melihat pengaruh antara kedua variabel
menggunakan Mann Withney test Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
penggunaan rompi bergambar terhadap kecemasan anak akibat hospitalisasi dengan p
value = 0,003. Penggunaan rompi bergambar dapat digunakan sebagai upaya untuk
menurunkan kecemasan anak akibat hospitalisasi.

ABSTRACT
The experiences of hospitalization leaded to stress and anxiety. The aim of this
research was to analyze the influence of wearing patterned vest during
hospitalization by the nurses to hospital-related anxiety. The research design was
quasi experiment post test-only non equivalent control group and the sample was 17
children in intervention group and 17 children in control group. Spance Children
Anxiety Scale was filled out by the parents to measure the level of children?s anxiety.
The data was analyzed with Mann Withney test. The research showed that there was
a significant relationship between wearing patterned vest during hospitalization by
the nurses and children?s anxiety (p value=0.003). Patterned vest uniform can be
used to decreasing children?s hospital related anxiety."
2012
T30652
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>