Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61766 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Razak Thaha
"Musim mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi persediaan makanan pada tingkat keluarga, yang menyebabkan terjadinya fluktuasi konsumsi makanan anggota keluarga. Musim juga mempunyai pengaruh terhadap faktor-faktor morbi diatas, beban kerja ibu (yang berakibat antara lain terhadap alokasi waktu ibu untuk merawat anak), keadaan sosial ekonomi serta perilaku masyarakat terhadap gizi dan kesehatan.
Dalam mencari gejala dini dampak musim terhadap keadaan kesehatan dan gizi masyarakat, kajian-kajian sebelumnya menyarankan mengamati kelompok anak sebagai anggota masyarakat yang paling rentan. Lebih jauh disarankan untuk melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan anak dengan alasan, pertumbuhan anak merupakan indikator yang peka dari keadaan kesehatan dan gizi.
Kajian-kajian mengenai pengaruh musim terhadap keadaan kesehatan dan gizi pada hakikatnya menegaskan bahwa pengetahuan dan pemahaman yang baik, benar dan cermat mengenai musim, mempunyai arti yang 'sangat strategik dalam penyusunan program-program gizi dan kesehatan masyarakat terutama bagi kelompok masyarakat miskin. Salah satu kelompok masyarakat di Indonesia yang masih menjadi kantong-kantong kemiskinan adalah kelompok nelayan. Masalahnya, sepanjang yang didokumentasikan, belum ditemukan kajian mengenai hubungan musim dengan gizi-kesehatan pada kelompok ini. Berdasarkan pertimbangan pentingnya kajian tersebut maka penelitian dengan tajuk, Pengaruh Musim Terhadap Pertumbuhan Anak Keluarga Malayan, ini dilakukan.
Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dipilih dengan sengaja sebagai lokasi penelitian karena memiliki AKB yang sangat tinggi {178 °/0q) dan proporsi KKP balita yang lebih tinggi dari rata-rata NTB. Kecamatan Keruak terpilih karena dihuni oleh 72% nelayan di Lombok Timur. Mereka memproduksi 92% total dari produksi perikanan laut di Lombok Timur.
Desain penelitian adalah desain panel dengan jumlah sampel 250 dari minimal jumlah sampel diperlukan sebesar 198 yang dihitung berdasarkan formula "hypothesis testing for two population means" (Lemeshow dkk., 1990), dan u = 228, alhpa=0,05, dan beta=0.10. Pemilihan sampel dilakukan dengan dengan cara 'proportional random sampling'.
Perubahan berat badan sebagai indikator pertumbuhan, diukur pada minggu terakhir setiap bulan. Penentuan besarnya asupan kalori anak dan alokasi waktu ibu dilakukan dengan metode Recall satu hari-24 jam. Data diare dan ISPA-A dikumpulkan dengan metode Recall dua minggu. Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga untuk pangan dan untuk kesehatan ditentukan dengan recall satu turo.
Masa satu tahun penelitian dibagi menjadi 3 periode waktu yakni, pertama, Periode Akhir Kemarau mulai Juli sampai Oktober 1992; kedua, Periode Musim Hujan mulai November 1992 sampai Februari 1993; dan ketiga, Periode Awal Kemarau, Maret sampai Juni 1993.
Selama penelitian, kontrol kualitas dilakukan dengan ketat antara lain dengan standarisasi petugas lapangan dan instrumen, standarisasi metode pengukuran, pengawasan realibilitas pengukuran antropometri, pengorganisasian dan supervisi, dan rotasi petugas lapangan antarkelompok subjek.
Penyuntingan dan pemasukan data dilakukan dengan program Epi-Info versi 5, pembersihan dan analisis data dilakukan dengan program SPSS versi 4. Metode analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat (analisis varian, analisis korelasi, analisis regresi sederhana), dan analisis multivariat (analisis varian repeated measures dan analisis regresi ganda).
Hasil analisis menunjukkan bahwa musim mempunyai efek yang bermakna terhadap tambahan' berat badan (weight gain) anak. Tambahan berat badan anak paling tinggi terjadi pada periode Awal Kemarau {210 gram), dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara periode Akhir Kemarau (140 gram) dengan Musim Hujan (130 gram).
Musim juga mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap asupan kalori, diare, ISPA-A, alokasi waktu ibu, serta pendapatan dan pengeluaran keluarga untuk makanan. Tetapi tidak berpengaruh terhadap pengeluaran keluarga untuk kesehatan. Tambahan berat badan yang rendah pada periode Akhir Kemarau sesuai dengan rendahnya pendapatan keluarga, rendahnya pengeluaran keluarga untuk makanan dan kesehatan, rendahnya asupan kalori, tingginya infeksi diare dan ISPA tinggi, tetapi tidak sesuai dengan besarnya alokasi waktu ibu untuk anaknya.
Tambahan berat badan yang rendah pada periode Musim Hujan sesuai dengan sangat tingginya diare dan masih tingginya ISPA. Akan tetapi tidak sesuai dengan tingginya pendapatan dan pengeluaran keluarga untuk makanan dan kesehatan, dan meningkatnya asupan kalori, serta alokasi waktu ibu untuk anaknya yang cukup.
Fenomena rendahnya tambahan berat badan pada Musim Hujan menunjukkan bahwa kenaikan asupan kalori tidak mempunyai pengaruh terhadap tambahan berat badan. Hal ini disebabkan oleh tingginya diare yang mengakibatkan terjadinya gangguan biovailabiliti dan bioutiliti zat gizi.
Alokasi waktu ibu untuk anaknya pada semua periode musim cukup besar tetapi tidak mempunyai korelasi dengan variabel-variabel infeksi, asupan kalori, dan tambahan berat badan yang secara teoritis mempunyai hubungan dengannya. Ini menunjukkan bahwa kualitas perawatan anak yang masih rendah.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengeluaran keluarga per kapita untuk makanan dengan asupan kalori. Demikian pula, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengeluaran keluarga per kapita untuk biaya kesehatan dengan episode diare, durasi diare, episode ISPA-A, dan durasi ISPA-A.
Kenyataan yang menarik dari hasil analisis pendapatan adalah, pendapatan keluarga per kapita pada Akhir Kemarau (mass jeleng) tidak berbeda bermakna dengan pendapatan keluarga pada periode Awal program gizi dan kesehatan seyogianya ditujukan pada pencegahan penularan diare dan ISPA yang terjadi melalu jalan pernapasan, pemenuhan kebutuhan kalori anak, dan penyediaan air bersih. Atas pertimbangan kedaruratan, maka pada periode ini perlu memasok bahan makanan pokok dan air bersih kepada kelompok-kelompok miskin; (3) pada periode Musim Hujan, program gizi dan kesehatan seyogianya berkonsentrasi pada pencegahan dan penanggulangan. diare yang menular terutama melalui mulut; (4) memberi peluang dan ketrampilan kepada ibu-ibu untuk dapat ikut membantu meningkatkan pendapatan keluarga; (5) dan program motorisasi adalah langkah yang tepat untuk meningkatkan pendapatan nelayan dengan harapan mempunyai efek ganda untuk akhirnya berdampak positif terhadap keadaan gizi dan kesehatan. Belajar dari pengalaman dan kegagalan sebelumnya, maka perlu diperhatikan dua hal, pertama, sediakan perahu motor ukuran besar agar dapat digunakan pada masa angin kencang dan ombak yang besar yang merupakan masa jeleng; kedua, kembangkan suatu model pembinaan, kelompok kerja dengan cara mengkombinasikan prinsip-prinsip manajamen modern dengan dinamika sosio-kultural yang telah dimiliki pada hubungan Ponggawa-Sawi. Pemberi program motorisasi memberikan pembinaan ketrampilan penggunaan alat modern kepada sawi dan pembinaan manajemen kepada ponggawa. Pengelolaan kelompok sepenuhnya diserahkan kepada kelompok kerja di bawah pimpinan ponggawa. Pemberi program tidak perlu membentuk kelompok kerja baru apalagi mengganti peran ponggawa."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
D404
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Marthin Hadiwinata
"[Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami mengenai situasi umum nelayan skala kecil di dunia dan Indonesia, ketentuan hukum internasional mengenai tanggung jawab negara dalam perlindungan terhadap nelayan skala kecil serta kebijakan dan praktek Indonesia dalam perlindungan terhadap nelayan skala kecil. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif atau doktrinal dengan tiga pendekatan penelitian hukum yaitu pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan perbandingan (comparative approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Berdasarkan hasil penelitian Nelayan Skala Kecil berada di dalam situasi yang sulit dengan tidak dianggap sebagai bagian penting dari sektor perikanan. Padahal nelayan skala kecil memiliki berbagai keunggulan yang dimiliki seperti lapangan kerja, penyedia pangan murah dan ketahanan pangan, ramah lingkungan,
hingga pemberantasan kemiskinan. Di sisi lain, ada situasi buruk yang dihadapi oleh nelayan skala kecil dari masalah kemiskinan, tata kelola tenurial, masalah akses terhadap jaminan sosial hingga ancaman perubahan iklim. Hukum internasional telah memberikan tanggung jawab kepada negara untuk melindungi nelayan skala kecil mulai dari hukum keras seperti UNCLOS 1982, UNFSA 1995, Konvensi ILO 188 Tahun 2007 hingga hukum lunak seperti Agenda 21 Tahun 1992, CCRF Tahun 1995, Pedoman Teknis FAO No. 10 serta Voluntary Guideline Securing Sustainable Small Scale Fisheries (VGSSF) Tahun 2014. VGSSF yang terbit pada Juni 2014 menggunakan pendekatan hak asasi
manusia terhadap perikanan dapat menjadi pedoman negara-negara dalam melindungi perikanan skala kecil mulai dari aspek tata kelola tenurial dan pengelolaan sumber daya alam, peningkatan kapasitas hingga jaminan sosial. Dalam konteks Indonesia, dengan telah menjadi anggota pihak dari UNCLOS 1982, UNFSA 1995 serta telah meratifikasi berbagai konvensi seperti Konvensi Hak Ekosob, Hak Sipol dapat menerapkan pendekatan HAM terhadap perikanan dan bertanggungjawab untuk melindungi nelayan skala kecil. Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dengan menerapkan VGSSF 2014 di konteks nasional. Penerapan VGSSF dapat dilakukan dengan merevisi berbagai kebijakan yang dapat melanggar hak-hak nelayan skala kecil serta melalui rencana aksi nasional dan RUU Perlindungan Nelayan Skala Kecil;This study aims to identify and understand the general situation of small scale fisher in the world and Indonesia, the provisions of international law concerning the responsibility of the state in the protection of small-scale fisher as well as the policies and practices of Indonesia in the protection of small-scale fisher. The study was conducted by using the normative or doctrinal legal research
method with three legal research approach such as the statute approach, the comparative approach and conceptual approach.
Based on the research, small-scale fisher are in a difficult situation for being undervalued as important sector of the fisheries sector. Though small-scale fisher have various advantages such as employment, providing inexpensive food and food security, environment-friendly, also poverty eradication. On the other hand, there is a bad situation faced by small-scale fisher i.e the poverty, governance of tenure, problems of access to resources, social security and the threat of climate change. International law has given the responsibility to the state to protect smallscale fisher from the hard laws such as The 1982 UNCLOS, The 1995 UNFSA, The 2007 ILO Convention 188 to soft law such as The 1992 Agenda 21, The 1995 CCRF, The 2005 FAO Technical Guidelines No. 10 and the 2014 FAO Voluntary Guidelines Securing Sustainable Small Scale Fisheries (VGSSF). FAO VGSSF published in June 2014 using Human Rights approach in fisheries to guide States
in protecting small-scale fisheries ranging from Governance tenure and natural resource management, capacity building to social security. In the context of Indonesia, as being party member of the 1982 UNCLOS, The 1995 UNFSA as well as parties to ICCPR and ICESCR can implement human rights approach in fisheries has a duty to protect small-scale fisher. These duty can be implemented by applying The 2014 VGSSF in the national context. VGSSF implementation can be done through revising existing policies which may violate the small-scale
fisher rights also through policies such as national plan of action, Small-Scale Fisher Protection Bill, This study aims to identify and understand the general situation of smallscale
fisher in the world and Indonesia, the provisions of international law
concerning the responsibility of the state in the protection of small-scale fisher as
well as the policies and practices of Indonesia in the protection of small-scale
fisher. The study was conducted by using the normative or doctrinal legal research
method with three legal research approach such as the statute approach, the
comparative approach and conceptual approach.
Based on the research, small-scale fisher are in a difficult situation for being
undervalued as important sector of the fisheries sector. Though small-scale fisher
have various advantages such as employment, providing inexpensive food and
food security, environment-friendly, also poverty eradication. On the other hand,
there is a bad situation faced by small-scale fisher i.e the poverty, governance of
tenure, problems of access to resources, social security and the threat of climate
change.
International law has given the responsibility to the state to protect smallscale
fisher from the hard laws such as The 1982 UNCLOS, The 1995 UNFSA,
The 2007 ILO Convention 188 to soft law such as The 1992 Agenda 21, The 1995
CCRF, The 2005 FAO Technical Guidelines No. 10 and the 2014 FAO Voluntary
Guidelines Securing Sustainable Small Scale Fisheries (VGSSF). FAO VGSSF
published in June 2014 using Human Rights approach in fisheries to guide States
in protecting small-scale fisheries ranging from Governance tenure and natural
resource management, capacity building to social security. In the context of
Indonesia, as being party member of the 1982 UNCLOS, The 1995 UNFSA as
well as parties to ICCPR and ICESCR can implement human rights approach in
fisheries has a duty to protect small-scale fisher. These duty can be implemented
by applying The 2014 VGSSF in the national context. VGSSF implementation
can be done through revising existing policies which may violate the small-scale
fisher rights also through policies such as national plan of action, Small-Scale
Fisher Protection Bill]"
Universitas Indonesia, 2015
T44699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Rosdiana Sari
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas pengaruh sosialisasi keluarga terhadap perilaku prososial remaja awal (13-14 tahun). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan teknik survei untuk mengumpulkan data utama, dan teknik wawancara untuk mengumpulkan data tambahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sosialisasi keluarga berpengaruh terhadap perilaku prososial anak, dengan kekuatan hubungan antar varaibel yang cukup kuat (nilai uji kekuatan hubungan menggunakan somers'd = 0,451). Sosialisasi keluarga diukur dari empat proses, yaitu terpaan yang selektif, keteladanan, ganjaran/imbalan, dan hukuman. Masing-masing proses sosialisasi keluarga ini terbukti memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial anak, walaupun memiliki kekuatan yang berbeda-beda.
Kekuatan hubungan antara terpaan yang selektif/selective exposure (proses pemberian penjelasan) dengan perilaku prososial anak terbilang cukup kuat (somers'd =0,524). Kemudian, kekuatan hubungan antara keteladanan/modelling (proses pemberian contoh perilaku) dengan perilaku prososial anak terbilang sedang (somers'd = 0,414). Sedangkan, kekuatan hubungan antara ganjaran/reward (pemberian imbalan) dengan perilaku prososial anak terbilang cukup lemah (somers'd = 0,308). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan kekuatan hubungan antara hukuman/punishment (pemberian hukuman) dengan perilaku prososial anak (somers'd = 0,305).
ABSTRACT
The focus of this study is to explore the effect of family's socialization toward the teenage's prosocial behavior. This study is using quantitative method, with the survey technique to collect the main data and depth interview technique to collect secondary data.
The results of this research had proved that the family's socialization has an effect toward teenage's prosocial behavior, where the score correlation between those variables are strong (somers'd 0,451). The family's socialization is measured by four process (selective exposure, modeling, reward, and punishment). The statistic test using somers'd has proved that each process has correlation with the teenage's prosocial behavior, tough with different results.
The correlation between selective exposure (the instruction process) and teenage's prosocial behavior is strong (somers'd = 0,524), and the correlation between modeling (and teenage's prosocial behavior is average (somers'd = 0,414). The correlation between reward and teenage's prosocial behavior is quite weak (somers'd 0,308). This result is not far different from the correlation between punishment and teenage's prosocial behavior (somers'd 0,305).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purwanty
"Penelitian ini dilakukan terhadap anak remaja di RW 13 Kelurahan Kapuk Kecamatan Cengkareng, dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kuantitas dan kualitas komunikasi keluarga terhadap perilaku kekerasan pada remaja. Desain yang digunakan adalah korelasional deskriptif, dengan sampel berjumlah 40 orang yang dipilih secara simple random sampling. Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan uji statistik Exact Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuantitas komunikasi keluarga yang sering sebanyak 82,5% dan sebagian besar (65%) memiliki kualitas komunikasi keluarga yang sedang. Perilaku kekerasan remaja dengan kategori terjadi sebanyak 15% dan yang paling sering terjadi (32,5%) yaitu isi bicara menghina orang lain. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara kuantitas dan kualitas komunikasi keluarga dengan perilaku kekerasan remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5036
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wesmira Parastuti
"Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalarn masyarakat dan memiliki fungsi penting dalam tiap kehidupan individu. Salah satu masalah yang muncul pada masa remaja adalah pemakaian obat. Pemakaian obat ini terdiri dari tahapan yang berakhir pada ketergantungan obat (atau disebut juga dengan tahap kompulsif). Menurut Kaufman & Kaufmann (1992) terdapat faktor-faktor keluarga yang berhubungan dengan pemakaian obat pada remaja. Penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran fungsi dalam keluarga yang ada pada tiap tahapan sebelum mencapai tahap ketergantungan obat pada remaja. Metode penelitian yang dipakai adalah pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga memiliki fungsi penting dalam proses ketergantungan obat pada remaja, namun juga terdapat hal lain yang penting, yaitu teman sebagai agen penyedia obat dan efek dari obat itu sendiri yang memiliki daya ketergantungan yang kuat (terutama purau, yang diakui oleh seluruh subyek dalam penelitian ini membawa mereka pada tahap ketergantungan yang sangat dalam). Fungsi keluarga sebagai faktor pendorong remaja pada proses ketergantungan obat ditemukan ada sebelum remaja memakai obat (yaitu keluarga sebagai model pemakaian obat, kurang komunikasi, dan pengawasan serta kontrol dari orangtua), dan saat remaja mulai memakai obat (yaitu adanya toleransi dari keluarga terhadap pemakaian obat dan tidak peka terhadap pembahan yang ditampilkan remaja saat memakai obat, sehingga tidak mengambil tindakan apa pun). Keluarga juga memiliki fungsi sebagai sumber dukungan sosial dalam hal mengurangi atau memberhentikan pemakaian obat pada remaja. Keluarga (khususnya orangtua) diharapkan memperkaya pengetahuan rnengenai obat-obatan dan efeknya, sehingga jika salah satu anggota keluarga ada yang mulai terlibat dengan pemakaian obat dapat segera mengambil tindakan yang sesuai dengan tahap sampai dimana pemakaian obat pada remaja. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S3010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriyati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh usia kawin pertama terhadap perilaku pemberian nutrisi pada anak usia 0-23 bulan menggunakan data SDKI 2012. Berdasarkan tinjauan literatur, variabel usia kawin pertama diduga mengalami masalah endogenitas sehingga usia kawin pertama diprediksi terlebih dahulu menggunakan regresi OLS. Hasil analisis model perilaku pemberian nutrisi pada anak usia 0-23 bulan menggunakan regresi logistik biner menunjukkan bahwa usia kawin pertama berpengaruh negatif terhadap pemberian ASI eksklusif dan terus ASI, tetapi berpengaruh positif terhadap keragaman MPASI.

ABSTRACT
This research aims to study the effect of age at first marriage on their infant and young child feeding behavior using the Indonesian Demographic and Health Survey IDHS 2012 data. Based on literature review, variable age at first marriage is suspected to suffer from endogeneity, thus this variable is predicted using OLS regression in the first stage. The results of infant and young child feeding behavior using the binary logistic regression show that age at first marriage has a negative effect on exclusive breastfeeding and continued breastfeeding and a positive effect on complementary feeding."
2017
T48818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Wulandari Nurullita
"Remaja merupakan masa yang rentan terhadap teijadinya krisis (Hurlock, 1996). Pada masa ini remaja menghadapi berbagai perubahan dalam waktu yang bersamaan. Menurut Sarlito (1989) perubahan tersebut teijadi secara biologis (munculnya landa seksual sekunder), psikologis (perubahan fisik menuntui dilakukannya perubahan dalam psikologis, misalnya adanya ketertarikan terhadap lawan jenis) dan sosial ( adanya timtutan dari masyarakat untuk berperilaku seperti oraang dewasa). Menghadapi perubahan ini diperlukan penyesuaian diri (adjustment), bukan saja penyesuaian terhadap dirinya, namun juga penyesuaian terhadap lingkungan. Dengan dicapainya penyesuaian ini , akan mudah untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki remaja yang pada akhimya dapat menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan bagi individu tersebut. Kondisi psikologis seseorang yang dibcnluk dari pcngalaman yang dihadapinya dalam kegiatan sehari-hari dan usahanya dalam merealisasikan diri ini disebut kesejahteraaii psikologis.
Di sisi lain, masyarakat Jakarta telah mengalami pergeseran/perubahan sosial sebagai akibat adanya modemisasi dan globalisasi, dan ikut mempengaruhi interaksi dalam sebuah keluarga. Kedekatan anlar anggota keluarga mulai berkurang (Cockerham,1995). Kedekatan keluarga yang merupakan gambaran seberapa jauh keluarga terhubung atau terpisah antara satu anggota dengan anggota lain. Di samping ilu keluarga juga ditunlul untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat. Kemampuan keluarga merubah peran dan fiingsinya dalam menghadapi stress dan tantangan dari lingkungan itulah yang disebut adaptabilitas.
Berdasarkan hal di atas muncul permasalahan apakah dimensi kedekatan dan adaptabilitas keluarga berhubungan dengan kesejahteraan psikologis remaja? Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1) gambaran nilai rata-rata dimensi kedekatan dan adaptabilitas keluarga , (2)garabaran kesejahteraan psikologis remaja , (3)hubungan dimensi kedekatan dan adaptabilitas keluarga dengan kesejahteraan psikologis. Dimensi Kedekatan dan adaptabilitas Keluarga akan diukur menggunakan FACES III (Family Adaptatability and Cohesion Evaluation Scales 111 berdasarkan teori Olson yang diadaptasi Pumamasari , A,T (1990). Sedangkan kesejahteraan psikologis akan menggunakan Psychological Well being yang dibual oleh Ryff, C.D (1989)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Dimensi kedekatan dan dimensi adaptabilitas memiliki nilai yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan nilai rata-rata teoritik, walaupim dimensi kedekatan lebih tinggi nilainya daripada dimensi adaptabilitas. Yang mempunyai peranan besar dalam dimensi kedekatan adalah ikatan emosi, sedangkan yang mempunyai peranan besar dalam dimensi adaptabilitas adalah stniktur kekuasaan.
2. Gambaran kesejahteraan psikologis remaja secara umum berada di atas rata-rata mean teoritik. Secara berurutan adalah pertumbuhan diri, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, penerimaan diri, penguasaan lingkungan dan otonomi.
3. Terdapat korelasi yang signifikan antara dimensi kedekatan dengan dimensi hubungan positif dengan orang lain, penerimaan diri dan tujuan hidup.
Sebagai hasil tambahan ditemukan adanya peranan antara pendidikan ibu dengan dimensi tujuan hidup, dimensi otonomi, dan pertumbuhan diri; pendapatan berperanan dalam arah yang terbalik dengan kedekatan ; umur berperan dalam batas intemaljenis kelamin berperan dalam dimensi otonomi, dan tujuan hidup; pekeijaan ibu berperan dalam adaptabilitas keluarga ; agama berperan dalam hubungan baik dengan orang lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Supena
"Secara umum, penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesiapan anak untuk belajar di sekolah dasar, khususnya kesiapan di bidang akademik. Secara operasional, penelitian ingin mengetahui pengaruh kepedulian orang tua terhadap kesiapan belajar anak. Lebih lanjut, penelitian juga ingin mengetahui variabel-variabel dalam lingkungan keluarga yang mempengaruhi kepedulian orang tua, baik secara langsung maupun tidak langsung. Variabel-variabel tersebut meliputi (1) sikap orang tua terhadap pendidikan, (2) aspirasi orang tua mengenai pendidikan anak, (3) status ekonomi keluarga, (4) tingkat pendidikan ibu, (5) tingkat pendidikan ayah.
Penelitian dilakukan pada akhir tahun akademik 1995/1996 (Mei, Juni, Juli 1996) di enam taman kanak-kanak yang berada di bawah organisasi Aisyiyah di Kota Madya Bekasi. Sampel penelitian berjurnlah 98 orang ( 50% dari seluruh populasi, yang diambil secara acak). Data mengenai kesiapan belajar dikumpulkan melalui tes kesiapan belajar "NST (Nymeegse Schoolbekwaamheids Test)" yang langsung diberikan kepada anak, sedangkan data mengenai sikap, aspirasi, status ekonomi dan tingkat pendidikan orang tua dikumpulkan melalui angket.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Teknik ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu ingin menemukan pola-pola hubungan atau pengaruh yang bersifat langsung maupun tidak di antara variabelvariabel yang diteliti. Tujuan analisis adalah menguji hipotesis berupa suatu model hubungan sebab akibat yang didasarkan pada kajian teoritik. Analisis diawali dengan pencarian nilai koefisien korelasi di antara variabel-variabel (korelasi matrik). Dengan memanfaatkan data koefisien korelasi kemudian dicari angka koefisien jalur (p). Jalur yang mempunyai nilai koefisien jalur (p) di bawah angka 0,05 dihilangkan, karena dianggap tidak signifikan. Tahap berikutnya adalah menguji model dan menguji konsistensi model dengan data.
Penelitian menghasilkan lima belas kesimpulan, yang kemudian dapat dikelompokkan ke dalam lima bagian. Pertama, kepedulian orang tua dalam pendidikan berpengaruh secara langsung terhadap kesiapan anak untuk belajar di SD (p =-0,7419). Kedua, variabel-variabel dalam lingkungan keluarga yang berpengaruh secara langsung terhadap kepedulian adalah sikap orang tua terhadap pendidikan, aspirasi orang tua mengenai pendidikan anak, status ekonomi dan tingkat pendidikan ibu, masing-masing memiliki nilai koefisien jalur (p) 0,1172, 0,1003, 0,2239 dan 0,1920. Sedangkan tingkat pendidikan ayah diketahui tidak berpengaruh langsung terhadap kepedulian (p = -0,0045). Pendidikan ayah berpengaruh secara tidak langsung terhadap kepedulian orang tua, yaitu melalui korelasinya dengan tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, dan aspirasinya mengenai pendidikan anak (nilai pengaruh tidak langsung total sebesar 0.2148). Ketiga, sikap orang tua terhadap pendidikan memiliki hubungan yang positif dengan aspirasinya mengenai pendidikan anak (r = 0,57). Faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap sikap orang ma adalah status ekonomi dan tingkat pendidikan ibu masing-masing memiliki nilai koefisien jalur (p) 0.1321 dan 0,1082, sedangkan tingkat pendidikan ayah diketahui tidak berpengaruh secara langsung (p = -0,1204). Tingkat pendidikan ayah berpengaruh secara tidak langsung terhadap sikap orang tua mengenai pendidikan, yaitu melalui korelasinya dengan tingkat pendidikan ibu, status ekonomi dan aspirasinya mengenai pendidikan anak (nilai pengaruh tidak langsung total sebesar 0,3069). Keempat, .aspirasi orang tua mengenai pendidikan anak dipengaruhi secara langsung oleh tingkat pendidikan ayah (p = 0,3793), sedangkan variabeI yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap aspirasi meliputi status ekonomi (p = 0,0274), dan tingkat pendidikan ibu (p = 0,0394 ), masing-masing memiliki nilai pengaruh tidak langsung total sebesar 0,3038 dan 0,2798. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh secara tidak langsung terhadap aspirasi melalui korelasinya dengan tingkat pendidikan ayah, sedangkan status ekonomi berpengaruh terhadap aspirasi melalui korelasinya dengan variabel sikap terhadap pendidikan. Kelima, tingkat pendidikan ayah berpengaruh secara langsung terhadap status ekonomi keluarga (p = 0,3746), sedangkan tingkat pendidikan ibu berpengaruh secara tidak langsung (p = 0,0297), dengan pengaruh tidak langsung total sebesar 0,1348. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap status ekonomi melalui korelasinya dengan tingkat pendidikan ayah. Selain hasil-hasil tersebut, juga ditemukan bahwa tingkat pendidikan ayah ternyata berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan ibu (r = 0,3520).
Hasil-hasil tersebut memberi implikasi bahwa kepedulian orang tua terhadap pendidikan merupakan faktor sangat penting dan utama sebagai bagian dari upaya untuk menumbuhkembangkan kesiapan anak untuk belajaran di sekolah dasar. Sedangkan karakteristik lain dari kehidupan keluarga yang perlu dikembangkan untuk menumbuhkan suasana peduli terhadap pendidikan adalah (1) sikap yang positif terhadap pendidikan, (2) aspirasi yang positif mengenai pendidikan anak, (3) status ekonomi yang mampu menyediakan fasilitas belajar optimal bagi anak, dan (4) pengalaman pendidikan orang tua.
Ada dua hal yang dianggap sebagai kelebihan dari penelitian ini. Pertama, variabel bebas (independent variable) yang dilibatkan dalam penelitian jumlahnya cukup banyak, sehingga banyak informasi hasil penelitian yang diperoleh. Kedua, penggunaan metode analisis jalur (path analysis), sehingga memungkinkan ditemukannya hubungan sebab akibat serta hubungan langsung dan tidak langsung di antara variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan keterbatasan yang dirasakan dalam penelitian ini adalah (1) cakupan sasaran penelitian (populasi-sampel) yang relatif terbatas, dan (2) gambaran kesiapan belajar yang diteliti belum mencerminkan keadaan kesiapan belajar secara menyeluruh dari berbagai aspek perkembangan yang ada pada anak. Penelitian ini memfokuskan kajian pada kesiapan belajar bidang akademik."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri,
640 MKMG
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Saikhul Hadi
Yogyakarta: Cinta Pena, 2005
306.8 SAI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>