Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221732 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budiman
"Akhir-akhir ini beberapa penelitian menunjukkan tingginya anemia pada remaja puteri murid SMU, sehingga memerlukan penanggulangan yang serius karena akan mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pengetahuan mengenai anemia gizi dengan status anemia gizi di 6 daerah tingkat II di Jawa Barat, tahun 1997, sebelum dan sesudah dikontrol oleh faktor-faktor yang diduga berpengaruh yaitu, jumlah konsumsi makanan sumber protein, jumlah konsumsi makanan sumber zat besi, frekuensi konsumsi bahan makanan sumber protein hewani, frekuensi konsumsi bahan makanan sumber protein nabati, kebiasaan makan pagi, kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan, tingkat pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain penelitian cross sectional. Pengolahan data menggunakan program Stata 5. Analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dan stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kecenderungan responden dengan pengetahuan mengenai anemia gizi rendah akan mempunyai proteksi sebesar 0,61 kali lebih tinggi untuk menderita anemia dibandingkan dengan responden berpengetahuan mengenai anemia gizi tinggi. Hubungan pengetahuan mengenai anemia gizi dengan status anemia ini menurun menjadi 0,54 pada tingkat pendidikan ibu katagori rendah dan 0,65 pada tingkat pendidikan ibu tinggi. Nampaknya tingkat pendidikan ibu ini berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan mengenai anemia gizi dengan status anemia. Faktor-faktor lain yang sebelumnya diduga berpengaruh pada hubungan antara pengetahuan mengenai anemia gizi dengan status anemia, ternyata tidak terbukti.

Recently, many studies show that high prevalence of anemia on senior high school female student, is so serious that will influence the next generation quality. This study has a main purpose to investigate the connection between knowledge of anemia and its anemic status in 6 districts in West Java in 1997, controlled by protein source food consumption, iron source food consumption, frequencies of animal protein food source and plant protein food consumption, breakfast, junkfood consumption habits, mother education level and job status. The study approach is quantitative with a cross sectional design. Data analysis has been done with Stata 5 program, generating univariate, bivariate and stratification analyses. The result of this study is that lower knowledge protects on anemia has a probability of giving anemia 39% lower compared to the higher one. Relationship between nutrition anemia knowledge with anemia status decreases to become 0,54 time on lower education mother and 0,65 time on higher education mother.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T1083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Remaja putri di Indonesia 57,1% nya menderita anemia (Depkes, 2004 ). Hal ini merupakan masalah yang penting bagi remaja putri karena akan berdampak pada kesehatan reproduksi, padahal mereka merupakan calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus. Pengetahuan remaja putri tentang anemia akan mempengaruhi kualitas kesehatannya. Untuk menggambarkan pengelahuan remaja putri tentang anemia dilakukan penelitian dengan desain deskriptif sederhana pada 77 sampel yang dipilih secara simple random sampling di SMUN 81 pada 3 Desember 2004. Penelitian ini menggunakan kuesioner daiam bentuk tes. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 31,17% responden mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang anemia, dan 68,83% mempunyai tingkat pengetahuan sedang, serta tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan rendah. Peneliti merekomendasikan agar area penelitian berikutnya dapat diperluas dengan jumlah sampel yang lebih besar sehingga akan lebih representatif dan hasilnya lebih memungkinkan untuk digeneralisasi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5363
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Anggraeni
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat global yang memiliki dampak besar terhadap kesehatan, sosial dan ekonomi. Prevalensi anemia anak usia 5 – 14 tahun di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 yaitu sebesar 26,8% dan pada perempuan usia 15 – 24 tahun sebesar 32,0%. Proporsi anemia remaja putri di Provinsi Jawa Barat masih cukup tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor determinan kejadian anemia pada remaja putri usia 12 – 18 tahun di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 595 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang digunakan adalah Riskesdas 2018. Variabel independen meliputi karakteristik remaja, sosial ekonomi dan lingkungan, status gizi, status KEK dan asupan makanan dan minuman. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda model determinan. Prevalensi anemia remaja putri usia 12 – 18 tahun di Provinsi Jawa Barat tahun 2018 sebesar 26,9%. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa variabel yang berhubungan dengan anemia remaja putri adalah pendidikan remaja (p value 0,025). Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendidikan remaja menjadi faktor dominan pada kejadian anemia remaja putri di Provinsi Jawa Barat tahun 2018. Remaja putri dengan pendidikan ≤SMP/ Sederajat memiliki peluang 1,63 kali lebih rendah untuk mengalami anemia dibandingkan remaja putri dengan pendidikan > SMP/ Sederajat.

Anemia is one of the global public health problems that has a major impact on health, social and economic. The prevalence of anemia among children aged 5–14 years in Indonesia based on Riskesdas data in 2018 was 26.8% and among women aged 15–24 years was 32.0%. The proportion of anemia among adolescent girls in West Java Province is still quite high. The study aims to determine the determinants of the incidence of anemia in adolescent girls aged 12–18 years in West Java Province. This study used a cross-sectional design with 595 samples that met the inclusion and exclusion criteria. The data used was Riskesdas 2018. Independent variables included adolescent characteristics, socioeconomic and environmental, nutritional status, SEZ status, and food and beverage intake. Bivariate analysis used the chi-square test, and multivariate analysis used the multiple logistic regression determinant model. The prevalence of anemia among adolescent girls aged 12-18 years in West Java Province in 2018 was 26.9%. The results of bivariate analysis showed that the variable associated with anemia in adolescent girls was adolescent education (p value 0.025). Multivariate analysis showed that adolescent education was the dominant factor in the incidence of anemia among adolescent girls in West Java Province in 2018. Adolescent girls with education ≤ junior high school / equivalent have a 1.63 times lower chance of experiencing anemia than adolescent girls with education > junior high school / equivalent.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Basuki Dwi Lestari
"Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius. Terjadinya anemia gizi biasanya disebabkan karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Di samping itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi antara lain kebiasaan makan, kurangnya konsumsi zat gizi lain misalnya vitamin A, vitamin C, protein, infeksi, sanitasi lingkungan, investasi cacing, dan sosial ekonomi. Konsekuensi yang timbul akibat terjadinya anemia gizi adalah produktivitas rendah, terhambatnya perkembangan mental dan kecerdasan, menurunnya kekebalan terhadap penyakit infeksi, morbiditas dll.
Prevalensi anemia gizi remaja putri berdasarkan beberapa hasil penelitian ternyata cukup tinggi, sementara upaya penanggulangan anemia belum mengarah kepada sasaran remaja ini.
Penelitian ini merupakan suatu studi analisis yang menggunakan data sekunder dari Pusat Penelitian dan' Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI. Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional tipe potong lintang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi remaja putri. Variabel dependen penelitian ini adalah status anemia remaja putri, sedangkan variabel independen meliputi investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi, status Cu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan kebiasaan minum teh. Analisa data meliputi univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan uji kai kuadrat, dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi remaja putri sebesar 41.54 %, Disamping itu variabel yang berhubungan berrnakna secara statistik (p < 0.05) dengan kejadian anemia gizi remaja putri adalah variabel investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, dan vitamin C. Dan variabel yang paling berhubungan secara bersama-sama terhadap kejadian anemia gizi adalah variabel tingkat konsumsi vitamin C (p < 0.0383, OR = 2.71, CI 95 % = 1.76614 - 3.65i 66).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar penangguulangan anemia gizi pada remaja putri sudah harus mulai diprioritaskan sehingga perlu adanya program khusus penanggulangan anemia gizi pada remaja putri ini. Disarankan pula dilaksanakannya penyuluhan kepada ibu-ibu mengenai pengetahuan tentang anemia sebab dan akibatnya serta perlunya makanan seimbang kepada remaja putri. Disamping itu perlu adanya penelitian lain mengenai anemia gizi remaja putri sehingga informasi yang didapat bisa saling melengkapi.

Nutritional anemia is one of the major nutritional problems in Indonesia that must be seriously tackled. Nutritional anemia normally occurs when the amount of the iron consumed does not equal to the requirements. Besides, several other factors also contribute to the incidence of nutritional anemia such as, among other things, eating habits, lack of consumption of other nutrients including vitamins A and C, a lack of protein, infection, environmental sanitation, worms infestation, social economic conditions, etc. The consequences arising from nutritional anemia include low productivity, disturbance in mental and intelligence development, decreasing immunity against infectious diseases, morbidity, etc.
According to the results of the research, the prevalence of nutritional anemia among female adolescence is relatively high, whereas the efforts taken to combat anemia have not been directed to' this specific target population.
This research is an analytical study using secondary data from Nutritional Research and Development Centre, Department of Health of the Republic of Indonesia. This is an observational research of a cross-sectional type. The objective of the research is to study the factors relating to the incidence of the nutritional anemia among female adolescence. The dependent variable of the research is the status of anemia among female adolescence, while the independent variables include worms investation, the level of energy, protein, vitamin A, vitamin C and iron consumptions, the status of Cu, educational background of the girls' parents and the habits of tea drinking. Analysis of the data is carried out using univariate method by frequency distribution, bivariate method by chi square test, and multivariate method by logistical regression.
The results of the research have demonstrated that the prevalence of nutritional anemia among female adolescence reaches as high as 41.54 %. In addition, the variables having statistically significant relationship (p < 0.05) with the incidence of nutritional anemia among female adolescence include the investation of worms, and the level of energy, protein, and vitamin C consumptions. And the variable having the closest bearing to the incidence of nutritional anemia is the level of vitamin C consumption (p = 0.0383, OR = 2.71, 95 % CI = 1.76614 - 3.65166).
Based on the results of the research, it is recommended that the handling of nutritional anemia among female adolescence should be prioritized by commencing a special improvement program. Another recommendation is given for the implementation of guidance and education campaign to the mothers on the causes and consequences of anaemia, and the need of providing a balanced diet for their daughters. Further researches and studies on nutritional anemia among female adolescence are deemed necessary, so that all the information obtained will complement each other.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliawati
"Anemia masih merupakan salah satu masalah gizi utama yang terjadi pada kelompok perempuan masa reproduktif, dimana prevalensi anemia pada kelompok ini antara negara maju dengan negara berkembang terdapat kesenjangannya cukup tinggi.
Akseptor KB yang maksud pada penelitian ini adalah khusus akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi IUD hormonal dan Suntikan KB DMPA 150 mg. Di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur didapatkan akseptor yang mengalami anemia 70%. Penyebab anemia yang paling sering adalah defisiensi zat gizi besi. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada akseptor keluarga berencana (KB), diantaranya pola perdarahan menstruasi, status gizi dan serta Paritas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara factor-faktor pola perdarahan menstruasi (jumlah darah, lamanya perdarahan dan frekwensi menstruasi), status gizi, paritas, penggunaan kontrasepsi IUD dan Suntikan KB DMPA 150 mg dengan keadaan anemia di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur, Propinsi Lampung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, dengan responden 30 orang akseptor IUD hormonal dan Suntikan KB DMPA 150 mg. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan serta pemeriksaan kadar haemoglobin, kemudian diolah dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik chi square.
Prevalensi anemia pada responden akseptor KB adalah sebesar 33,3 %, hasil uji chi square menyimpulkan adanya hubungan antara jumlah darah menstruasi, frekuensi menstruasi, status gizi, paritas, dan penggunaan kontrasepsi dengan anemia.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan penanggulangan anemia zat gizi besi pada akseptor KB misalnya melalui KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) tentang pentingnya asupan gizi yang memadai, pemeriksaan kadar Hb secara berkala bagi akseptor sekaligus pemberian tablet Fe dalam kemasan yang menarik dan rasa yang lebih disukai.

Relationship Between Menstrual Pattern, Nutritional Status, Parity IUD and Injection Typed Contraception Use with Anemia in Pekalongan Sub District, District of East Lampung 2003Anemia still remains as one of nutrition main problems which happened among women in reproductive age group, where the prevalence in this group between developed and developing countries has a big difference.
In sub district Pekalongan, district of East Lampung found 70 % of Family Planning acceptor had anemia. Major cause of anemia is iron deficiency, with some factors such as, menstrual cycle pattern, nutritional status, and parity.
The aims of study is to find out relationship between such factors like menstrual cycle pattern (quantity of blood and menstrual frequencies), nutritional status, parity, contraception device with anemia status of family planning acceptors and DMPA 50 mg injection. Study design is cross sectional, with a total respondents of 30 acceptors who used hormonal IUD and DMPA 150mg injection. Data were collected by administering through questionnaire, measuring body weight, height, and hemoglobin quantity. These data processed by univariate, bivariate chi square test analyses.
Prevalence of anemia in respondents is 33,3% Chi square test showed that there is relation ship between quantities of menstrual blood, menstrual frequencies, nutritional status, parity, and contraception device use with anemia.
Based on the results of this study, it is recommended to deliver more information, communication and education (KIE) about the importance of adequate nutrition intake, to measure blood concentrate regularly and to give tablet of Fe with more attractive packaging and taste.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Savitri
"Anemia semasa hamil dan perdarahan masa nifas yang merupakan masalah kesehatan maternal di Indonesia karena prevalensinya yang masih cukup tinggi menarik minat peneliti untuk melihat hubungan antara keduanya. Penelitian dilakukan dengan menganalisa data sekunder dari Puska UI dengan metode Case Control. Ternyata hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa ada hubungan antara anemia semasa hamil dengan perdarahan masa nifas setelah dikontrol oleh variabel-variabel umur ibu, paritas, jarak kelahiran, pelayanan antenatal, penolong persalinan dan lama partus tidak terbukti. Walaupun demikian, dari perhitungan Atributable Risk % dan Population Atributable Risk % didapatkan angka yang cukup tinggi, kecuali untuk variabel pelayanan antenatal, sehingga hipotesis peneliti tersebut perlu diperhatilcan untuk kepentingan program. Selain itu ditemukan bahwa partus lama memperbesar resiko untuk terjadinya perdarahan masa nifas dan secara statistik hal tersebut bermakna. Dari hasil yang didapat tersebut penulis berharap agar pada masa mendatang pengumpulan data Modul Keharnilan yang dilakukan di wilayah tersebut diperlengkap dan dibuat lebih baik lagi agar dapat dilakukan analisa data yang juga lebih baik. Penulis juga menyarankan agar program Kesehatan Ibu dan Anak di wilayah penelitian tersebut ditingkatkan agar prevalensi anemia dan kejadian perdarahan masa nifas dapat diturunkan. Salah satu cara adalah dengan pelatihan dukun bayi agar lebih trampil dalam menolong persalinan dan peningkatan kemampuan bidan desa dalam menangani persalinan dan mendeteksi kelainan komplikasi yang terjadi sedini mungkin untuk segera merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

Anemia during pregnancy and postpartum hemorrhage are maternal problems in Indonesia because the prevalence?s are still high, so the author was interested to study the relationship between that two variables. The study was done by using data from The Center for Child Survival, University of Indonesia with Case Control method. The author can not prove the hypothesis that said there is relationship between anemia during pregnancy and postpartum hemorrhage after controlled by the mother's age, parity, space of births , antenatal care, birth attendant and delivery time. However, from the Attributable Risk Percentage and Population Attributable Risk Percentage values, except for antenatal care, health providers should pay attention to the author's hypothesis for increasing the health program's quality. The study also find that if delivery time is more than 18 hours, the risk for having postpartum hemorrhage will increase, and it is significant statistically. From the results of the study, the author hopes that in the future, Mother Care data collection at the area should be done better. The author also suggests that Mother and Child Program at the area of the study should be increased to decrease the prevalence?s of anemia and postpartum hemorrhage. It can be done by training the traditional birth attendant to increase their skill in helping mothers during delivery. It can also be done by increasing the quality of the midwives ( their capability to help delivery and to detect complication during delivery as soon as possible and refers the patients immediately to a higher health services ).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T8431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Tanojo
"Kebanyakan dari infeksi Ascaris lumbricoides sebagai bagian dari infeksi geohelminthes terjadi di Negara berkembang Seringkali hal ini menjadi penyebab terjadinya anemia kurang nutrisi dan terhambat pertumbuhan pada manusia Anak anak yang tinggal di daerah endemik menjadi rentan terhadap kondisi tersebut sebagai target utama dari infeksi geohelminthes Riset ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara infeksi A lumbricoides dan anemia pada anak anak sekolah di Nangapanda.
Penelitian ini dilakukan di desa Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur Sebanyak 262 anak berusia di bawah 18 tahun berpartisipasi pada penelitian ini Data personal anak dari tingkat SD dan SMP di Nangapanda diperoleh dengan mengisi kuesioner Sebanyak 262 sampel darah dan tinja dikumpulkan Adanya infeksi cacing ditentukan dengan metoda RT PCR dan status anemia diperiksa melalui darah Informasi yang didapat lalu dievaluasi dengan metode Chi square Fisher rsquo s exact test dan Logistic regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi A lumbricoides adalah 4 2 dan prevalensi anemia 9 9 Uji statistik chi square menunjukkan bahwa infeksi A lumbricoides tidak cukup signifikan untuk menyebabkan anemia p 0 084.
Kesimpulannya Tidak ada korelasi antara infeksi A lumbricoides dan anemia pada anak sekolah di desa Nangapanda kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur.

Most Ascaris lumbricoides infections, as part of geohelminth infections, happen in the developing country. Frequently, this infection becomes the source of anemia, under-nutrition, and halted growth in human. Schood-aged children, as the main host of geohelminth infections, becomes vulnerable to the infection, especially those living in endemic area of geohelminth infections. This research describes the correlation between anemia and A. lumbricoides infection in school-aged children of Nangapanda.
The research was conducted in Nangapanda, Ende, Nusatenggara Timur. Approximately 262 children under 18 years old participated. Personal data was collected through questionnaire to students of elementary school and junior high school. Around 185 blood and stool sample were then collected to be further analyzed by using 262 analysis and RT PCR to find the helminth infection and anemia status, respectively. The whole information was then evaluated by using Chi-square method, Fisher?s exact test, and Logistic regression.
Result shows that A. lumbricoides infected around 4.2% and anemia prevalence is about 9.9%. Neverhteless, chi square study analysis shows that the result of A. lumbricoides infections can not significantly result in anemia (p=0.084).
In conclusion, there is no correlation between A. lumbricoides infection and school children in Nangapanda, Ende district, Nusa Tenggara Timur.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Prevalensi anemia pada kehamilan di Puskesmas Mojotengah kabupaten Wonosobo masih tinggi yaitu sebesar 87% pada tahun 2011, meskipun suplementasi tablet besi sudah dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cakupan asupan tablet besi dan absorbsi zat besi dengan kejadian anemia pada kehamilan di Puskesmas Mojotengah kabupaten Wonosobo tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross sectional pada bulan April ? Mei 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara incidental, jumlah sampel yang diambil sebanyak 88 orang ibu hamil trimester II dan III.
Hasil penelitian menunjukan persentase kejadian anemia pada kehamilan sebesar 87.5%. Variabel yang diteliti adalah cakupan asupan tablet besi cukup sebesar, keteraturan minum tablet besi, minuman penyerta konsumsi tablet besi, suplemen penyerta konsumsi tablet besi, frekuensi minum teh sehari, jenis buah yang sering dikonsumsi, jenis sayur yang sering dikonsumsi, jenis lauk yang sering dikonsumsi.
Dari hasil analisis dari semua variable yang diteliti ditemukan tidak ada hubungan dengan kejadia anemia pada kehamilan. Namun untuk variable cakupan asupan tablet besi yang dikategorikan kurang memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami anemia pada kehamilan yaitu 3.9 kali. Memperluas sasaran penyuluhan tidak hanya ibu hamil akan tetapi WUS (Wanita Usia Subur) juga sangat penting untuk menjadi sasaran penyuluhan pencegahan dan penanganan anemia pada kehamilan.

The prevalence of anemia in pregnancy in the district health center Mojotengah Wonosobo still high at 87% in 2011, despite iron supplementation tablets have been implemented. This study aims to determine the relationship coverage of iron tablet intake and absorption of iron by the incidence of anemia in pregnancy at the Health Center Mojotengah Wonosobo district in 2012. The research was conducted with a cross bulkhead study in April-May 2012. Sampling was done by way of incidental, number of samples taken as many as 88 people trimester pregnant II and III.
The results showed the percentage incidence of anemia in pregnancy by 87.5%. The variables studied were coverage sufficient intake of iron tablets, order taking iron tablets, drinks accompanying the consumption of iron tablets, iron tablets supplements accompanying consumption, frequency of drinking tea a day, which is often consumed fruits, vegetables frequently consumed species, type of dish that is often consumed.
From the analysis of all variables under study found no association with Genesis anemia in pregnancy. But for variable coverage of iron tablet intake is categorized as less have a greater tendency to develop anemia in pregnancy is 3.9 times. Expanding the target extension is not only pregnant women but the WUS (women of childbearing age) is also very important to target prevention counseling and treatment of anemia in pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Tigor
"Salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah anemia gizi, termasuk didalamnya adalah anemia ibu hamil. SKRT 1992 mendapatkan proporsi anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan persentase anemia ibu hamil menjadi 40% pada akhir Repelita VI. Banyak faktor ibu yang mempengaruhi terjadinya anemia ibu hamil.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi anemia ibu hamil trimester III dan hubungannya dengan beberapa faktor ibu.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Studi Prospektif Keluarga Berencana dan Kesehatan di kecamatan Sliyeg dan Kecamatan Gabus Wetan modul rather dare. Jumlah sampel penelitian adalah 788 ibu hamil trimester III dengan disain cross-sectional. Faktor ibu yang diteliti adalah umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, lingkar lengan atas, penyakit ibu, kadar Hb sebelum trimester III, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status kekayaan, jumlah anak hidup, peneriksaan kehamilan, makanan ibu, konsumsi tablet besi, dan kebiasaan minum teh.
Proporsi anemia ibu hamil trimester III adalah sebesar 58,1%, proporsi anemia ringan sebesar 53% dan proporsi anemia berat sebesar 5,1% . Terdapat hubungan antara anemia ibu hamil trimester III dengan faktor kadar Hb sebelum trimester III, kebiasaan minum teh, jumlah anak hidup, pendidikan ibu, konsumsi tablet besi, dan status kekayaan. Resiko terjadinya anemia pada ibu hamil trimester III dengan keadaan tidak minum tablet besi, minum teh teratur, jumlah anak hidup lebih dari dua, dan status kekayaan kurang adalah 3,1 kali.
Disarankan agar tablet besi harus tetap diberikan kepada ibu hamil sejak seawal mungkin kehamilannya dan pemantauan agar tablet besi benar-benar diminum oleh ibu hamil."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T8432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resna Nurhantika Sary
"Latar belakang: Pramugari harus memiliki kesehatan yang prima karena memiliki tugas utama menjaga keselamatan penumpang selama penerbangan. Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali mengenai wanita usia produktif dan dapat mengganggu kesehatan.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada pramugari penerbangan sipil di Indonesia.
Metode: Metode yang digunakan adalah potong lintang dan pengambilan sampel dengan metode sampling purposif dan analisa dengan regresi cox. Kriteria anemia apabila kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl.
Hasil: Subjek terdiri dari 185 pramugari penerbangan sipil berusia 18 ? 46 tahun yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan. Persentase anemia pada penelitian ini sebesar 28,1%. Faktor risiko dominan terhadap anemia pada pramugari penerbangan sipil di Indonesia adalah masa kerja > 4 tahun ? 16 tahun (RRa1,51 ;95% CI 0,96 ? 2,37; p 0,073), frekuensi makan daging lebih dari 2 kali seminggu (RR 0,57; 95% CI 0,32 ? 1,03; p 0,064), menstruasi heavyflow (RR 3,45; 95% CI 1,05 ? 3,4; p 0,000) dan jenis penerbangan panjang (RR 1,91; 95% CI 2,36 ? 5,02;p 0,034).
Kesimpulan: Pramugari dengan menstruasi heavyflow dan jenis penerbangan panjang mempunyai risiko lebih besar mengalami anemia.Oleh karena itu perlu penanganan anemia lebih komprehensif pada pramugari yang melibatkan pihak regulator dan operator di Indonesia.

Background: Flight attendants must have good health because their main task is maintaining safety of passengers during the flight. Anemia is one of the health problems that often affects reproductive women and can interfere health. This study was conducted to determine the factors associated with anemia in civilian female flight attendant in Indonesia.
Methode: The method used was cross-sectional with purposive sampling and analysis with cox regresion. Anemia criteria if hemoglobin level less than 12 g/dl.
Result: Subjects consisted of 185 civilian female flight attendants aged 18-46 years who conduct regular health checks at Balai Kesehatan Penerbangan. The percentage of anemia in this study was 28.1%. Dominant risk factor for anemia in civil female flight attendants in Indonesia are working period >4 - 16 years (RR 1.51; 95% CI 0.96- 2.37; p 0.073), frequency of eating red meat more than 2 times a week (RR 0.57; 95% CI 0.32 - 1.03; p 0.064), heavyflow menstruation (RR 3.45; 95% CI 1.05 - 3.4; p 0.000) and long haul flight (RR 1, 91; 95% CI 2.36 - 5.02; p 0.034).
Conclusion: Female flight attendant with heavyflow menstruation and long haul flight have higher risk to anemia. Need more comprehensive treatment of anemia in female flight attendant involving regulators and operators in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>