Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124960 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yasnimar Ilyas
"Dalam kondisi krisis ekonomi saat ini, usaha jasa konstruksi merupakan suatu bidang usaha yang paling terkena imbasnya, sehingga kurang lebih 50 % pengusaha jasa konstruksi menutup sementara usahanya demikian juga jutaan buruh yang selama ini menggantungkan hidupnya pada sektor ini praktis menganggur. Kondisi tersebut disebabkan para pengusaha menghadapi depresiasi nilai rupiah terhadap dolar, harga material naik, bunga bank melambung dan kebijakan pemerintah untuk menunda pelaksanaan proyek.
PT SAEKA UTAMA PERKASA adalah perusahan jasa konstruksi yang bergerak dalam bidang pelaksana konstruksi. PT SAEKA UTAMA PERKASA merupakan perusahaan yang sehat dan masih dapat bertahan dalam kondisi saat ini, meskipun mengalami penurunan jumlah penjualan. Masalah yang dihadapi PT SAEKA UTAMA PERKASA adalah bagaimana perusahaan ini mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal dalam hal ini dampak krisis ekonomi serta dapat berkompetisi dengan pesaingnya.
Untuk menjawab permasalah tersebut diperlukan suatu strategi pengembangan dengan model core competence. Masalah ini meliputi mengidentifi kasi kompetensi inti dengan melihat sumberdaya, kemampuan ketrampilan dan pengetahuan serta koordinasi internal dalam PT Saeka Utama Perkasa, dan selanjumya menetapkan strategi pengembangan berdasarkan kompetensi inti yang dimiliki dan peluang eksternal yang ada.
Dari hasil analisis, kompetensi inti PT Saeka Utama Perkasa pada sumberdaya manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, proses produksi, perencanaan kerja, sehingga dapat menciptakan produk jasa kontruksi yang berkualitas dan dapat diandalkan.
Untuk menetapkan strategi pengembangan yang berdasarkan core competence dalam penelitian ini menggunakan analisis skema routing. Dari hasil analisis tersebut direkomendasikan perusahaan dapat membuka usaha jasa konsultan teknik yang dapat dilakukan, jika kondisi perekonomian sudah stabil. Untuk jangka panjang, perusahaan dapat menetapkan membuka usaha baru dalam bidang jasa pendidikan teknik. Sedangkan usaha rancang bangun sarana agribisnis dalam jangka pendek dapat dikembangkan demikian juga untuk mengantisipasi kekosongan kegiatan usaha maka perusahaan dapat membuka usaha agribisnis dengan strategi aliansi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Widodo Suwardikun
"PT Suminar Surya merupakan perusahaan swasta nasional, yang berdiri sejak tahun 1991. Perusahaan ini mempunyai potensi untuk lebih berkembang, karena memiliki kinerja yang baik dalam pelayanan jasa konstruksi. Tesis ini bertujuan untuk mengkaji strategi pemasaran agar dapat memenangkan persaingan dalam bisnis jasa konstruksi, dan diharapkan pula dalam jangka panjang dapat berkembang lebih baik.
Penelitian ini di awali dengan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh, baik yang berasal dari dalam (internal) perusahaan, maupun yang dari luar (ekstemal) perusahaan, dengan maksud agar memperoleh gambaran yang obyektif tentang kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman pada perusahaan.
Untuk memperoleh data primer diajukan kuesioner dan wawancara terhadap level manajerial perusahaan tersebut, dan untuk faktor ekstemal pada tenaga ahli, terutama di luar perusahaan yang terkait dalam bidang jasa konstruksi.
Pengolahan data melalui metoda Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk mendapatkan bobot derajat kepentingan setiap faktor. Hasil uji faktor lingkungan tersebut digunakan untuk menganalisis strategi utama melalui analisis SWOT. Dengan demikian diperoleh gambaran kekuatan bisnis dan daya tar* industri untuk pengembangan strategi bersaing.
Posisi bersaing PT Suminar Surya berdasarkan hasil analisis SWOT, temyata berada pada posisi mendukung strategi agresif, dari kekuatan internal dan berbagai peluang eksternal, dan berada pada kuadran I. Strategi alternatif adalah : keunggulan biaya menyeluruh dan strategis fokus.
Penetapan strategi pada keunggulan biaya menyeluruh, agar dapat dipraktekkan pada perusahaan, untuk formulasi strategi di terapkan bauran pemasaran (produk, harga, tempat, promosi, serta orang, lingkungan fisik dan proses)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Yusnani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pemanfaatan hasil Penilaian Kinerja terhadap Pengembangan Karir. Penelitian sebelumnya telah dilakukan yang menunjukkan bahwa hasil Penelitian Kinerja digunakan untuk beberapa kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia diantaranya adalah untuk pengembangan Karir. Disamping itu, penelitian ini untuk mengetahui adakah perbedaan pemanfaatan hasil Penilaian Kinerja terhadap Pengembangan Karir antara Badan Usaha Mlik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Swasta. Sebagai kasus telah diambil sebagai obyek penelitian yaitu PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero)--disingkat Asuransi Jasindo dan PT. Asuransi Bintang Tbk--disingkat Asuransi Bintang.
Data yang digunakan untuk variabel Penilaian Kinerja adalah faktor penilaian pada Asuransi Jasindo, faktor penilaian yang diganakan terdiri dari tujuh belas faktor, meliputi Mutu hasil kerja; Kuantitas hasil kerja; Kemampuan judgement; Kemampuan mengorganisasikan pekerjaan; Kemampuan memberikan instruksi; kepemimpinan; Kerjasama; Kemampuan rnempengaruhi orang lain; Kemampuan mengemukakan pendapat, Karakter, Kreativitas danSikap dan minat terhadap pekerjaan; Kemampuan memelihara disiplin; Wawasan pandangan; Kemampuan membawakan diri; Kemauan dan kemampuan belajar, Pengetahuan/keterampilan teknis. Sedangkan pada Asuransi Bintang, faktor penilaiannya terdiri dari sepuluh faktor, yakni Commitment; Positive thinking; Credible; Responsible; Prudent; Teamwork Integrity Customer service; Quality of work; Innovation. Pengukuran hasil penilaian ini berupa tingkatan dengan Skala Likert, yakni baik sekali, hampir cukup dan kurang. Disisi lain, data yang digunakan untuk variabel Pengembangan Karir adalah berapa kali promosi., berapa kali rotasi/mutasi, lama masa kerja, tingkat pendidikan dan tingkat jabatan. Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap pemegang jabalan struktural di Kantor Pusat. Alasannya adalah pemegang jabatan struktural ini sudah mengalami promosi atau rotasi/mutasi. Jumlah responden di Asuransi Jasindo sebanyak tigapuluh lima orang di Asuransi Bintang sebanyak tigapuluh orang. Pengumpulan data diperoleh pula dari in-depth interview dengan pejabat yang representatif. Data ini diolah dengan meuggunakan program SPSS, dan analisanya menggunakan descriptive statistics dan cross tabulation.
Perbedaan yang cukup berarti ditemukan, bahwa pada Asuransi Jasindo sebagian besar responden mengatakan ke tujuhbelas faktor penilaian dimanfaatkan dalam keputusan promosi. Sedangkan pada Asuransi Bintang, sebagian besar responden mengatakan kesepulnh faktor penilaian hanya kadang-kadang saja digunakan untuk keputusan promosi. Persamaan dari kedua perusahaan ini adalah hasil penilaian hanya kadang-kadang digunakan untuk keputusan rotasi/mutasi, tidak ada korelasi yang signifikan antara masa kerja dan tingkat pendidikan dengan keputusan promosi dan rotasi/mutasi. Saran bagi kedua perusahaan, hendaknya melihat kembali faktor penilaian yang diberlakukan dan keputusan untuk promosi dan rotasi/mutasi.

The purpose of these observations to make known, is there any uses of performance appraisal for career development. The previous observation has been done and indicated that the result of performance appraisal is used for many human resources management's activities; one of the activity is for the career development. Meanwhile, this observation is to make known is there any differences of the uses performance appraisal's result for the career development between Stale Owned Company (BUMN) and Private Company. As the case, the writer has taken PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) - abbreviated as Asuransi Jasiodo and PT Asuransi Bintang, Tbk - abbreviated as Asrransi Bintang as the object of the observation.
Data, which is used for the performance appraisal variable, is the appraisal factors. In Asuransi Jasindo, the appraisal factors which are used for the performance appraisal consists of seventeen factors, included quality of work results, quantity of work results, the ability of judgment, the ability to organize work, the ability to give instruction, leadership, teamwork, the ability to interplay other people, the ability to convey, characteristic creativity & initiative, bearing & concern for work, the ability of discipline, wide knowledge (insight), the ability of adaptation, willingness and the ability to study, knowledge/technical skill whereas in Asuransi Bintang, the appraisal factors consists of ten factors, included commitment positive thinking, credible, responsible, prudent, teamwork, integrity, customer service, quality of work, innovation. Benchmarking of this appraisal's result is degree of the Lihkert's scale, excellent, good, acceptable and poor. In the other side, the data, which is used for the career development variables, are frequency of promotion, frequency of transfer, length of worm education's degree and position's degree. This collecting data's method is obtained by distribute the questionnaires to the people who have structural position's holders in head office. The reason is because this people have been getting promotion and transfer. The amount of respondents in Asuransi Jasindo are thirty-five people, in Asuransi Bintang are thirty people. Beside the questioner obtains the collecting data obtained from in-depth interview with the representative constituted. This data cultivated by SPSS program and the analysis used descriptive statistics and cross tabulation.
The significant differences is found, that is in Asuransi Jasindo almost all respondents said that the seventeen appraisal factors are used for the promotion decision. In Asuransi Bintang, almost all respondents said that the ten appraisal factors sometimes used for the promotion decision. The equation from this two company is appraisal result sometimes used for transfer decision, there is no significant correlation between length of work and moon's degree with the promotion and transfer decision. The suggestion for both of company, try to look up appraisal factor, which is used, and the decision for promotion and rotation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Ihut Parlindungan
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan investigasi terhadap tiga elemen modal intelektual, yaitu: modal manusia, modal struktural dan modal pelanggan, serta hubungannya dengan kinerja bisnis pada sektor industri jasa dan non jasa di Jakarta. Survei dilakukan kepada 64 orang manajer atau setingkat manajer dengan menggunakan instrumen kuesioner skala Likert dengan tujuh pilihan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis korelasi dan pengaruh (analisis jalur).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa baik untuk sampel sektor industri jasa dan non jasa: (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara modal manusia dengan modal pelanggan, (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara modal manusia dengan modal struktural, (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara modal pelanggan dengan modal struktural, (4) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara modal struktural dengan kinerja bisnis.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari: (1) modal manusia terhadap modal pelanggan, (2) modal manusia dan modal pelanggan terhadap modal struktural, (3) modal struktural terhadap kinerja bisnis, baik untuk sektor industri jasa dan non jasa. Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa: (1) terdapat pengaruh tidak langsung modal manusia terhadap modal struktural untuk sektor industri jasa dan non jasa, (2) terdapat pengaruh tidak langsung yang positif dan signifikan dari modal manusia terhadap kinerja bisnis untuk sektor industri jasa dan non jasa, (3) terdapat pengaruh tidak langsung yang positif dan signifikan dari modal pelanggan ke kinerja bisnis untuk sektor industri jasa dan non jasa.
Penelitian ini menegaskan adanya hubungan yang positif antar elemen-elemen modal intelektual, dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Modal intelektual yang dikelola dengan baik akan membawa dampak yang besar bagi kinerja bisnis. Sebaliknya dampak modal intelektual yang buruk akan menyulitkan perusahaan untuk mempunyai keunggulan bersaing. Ke depan peran SDM perusahaan adalah membangun praktek-praktek manajemen SDM yang sebangun dengan strategi pengetahuan perusahaan, misalnya dengan cara membantu pengembangan atau memperkuat peran perilaku (karyawan) yang membantu dalam menurunkan biaya-biaya atau memperkuat diferensiasi produk."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwansyah Sjarief
"Banyak perusahaan, di Indonesia belum memiliki visi (vision) dalam mengantisipasi perubahan global, seperti dikemukakan oleh Emil Salim (1996). Hal ini menunjukkan betapa lemahnya kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam mengantisipasi masa depan (strategic intent) perusahaannya dalam era persaingan bebas yang tinggal beberapa tahun lagi. Visi merupakan salah satu bagian dari manajemen stratejik yang belum mendapat perhatian strategis dalam kehidupan perusahaan di Indonesia, buktinya hanya perusahaan-perusahaan skala besar yang sudah menyusun manajemen stratejinya secara komprehensip, detail dan memberikan tekananan pada akurasi. (Setiawan HP, Zulkiflimansyah, 1996), dan kalaupun ada perusahaan yang menggunakan manajemen strateji, biasanya masih bersifat sederhana dan parsial.
Hamel dan Prahalad mengingatkan pentingnya peranan manajemen stratejik dalam perusahaan. Kedua pakar manajemen stratejik ini memberikan landasan kepada pentingnya resource based, dengan memperhatikan kompetensi inti yang dimiliki perusahaan dalam rangka mengantisipasi masa depan (strategic intent) terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam lingkup internal maupun eksternal. Pendapat lain dikemukakan oleh Michael Porter yang dikenal dengan konsep Competitive Strategy nya. Porter lebih berorientasi kepada market based, artinya perusahaan harus memiliki keunggulan daya saing di pasar untuk membedakannya dengan pesaing. Kedua pendapat ini dinilai baru sebatas memberikan penjelasan dari rumusan manajemen strateji, tetapi belum dapat memberikan tata cara penerapan dari manajemen strateji tersebut. (Setiawan HP, Zulkiflimansyah, 1996). Sekalipun kedua konsep ini memiliki perbedaan yang sangat mendasar, tetapi baik resource based maupun market based sama-sama memiliki kesamaan dalam menyikapi masa depan perusahaan, yaitu perlunya perusahaan mengenali kemampuan dan kompetensinya secara optimal.
Tesis ini hanya akan membahas satu sisi dari manajemen stratejik yaitu bagaimana memformulasikan suatu rumusan tujuan perusahaan yang komprehensip, terukur, spesifik, realistik, dan adaptif terhadap perubahan-perubahan yang telah dan akan terjadi dalam era persaingan bebas pada perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara), khususnya pada PT XYZ (Persero), dengan menggunakan pendekatan model Balance Scorecard yang terdiri dari empat perspektif yaitu : perspektif keuangan, perspektif kepuasan pelanggan, perspektif bisnis internal serta perspektif belajar dan bertumbuh. Digunakannya model Balance scorecard adalah karena selama ini rumusan tujuan perusahaan BUMN, selalu berorientasi kepada tingkat Rentabilitas, Solvabilitas dan Liquiditas,atau dengan kata lain menggunakan ukuran-ukuran keuangan (rational goal model). Padahal rumusan tujuan perusahaan yang demikian tidak dapat mengakomodasikan faktor-faktor di luar faktor keuangan.
Rumusan tujuan perusahaan sendiri adalah gagasan, keinginan yang realistik dan terukur, yang ingin diraih pada saat sekarang dan masa datang dengan mempertimbangkan kemampuan dan kompetensi perusahaan. Dengan kata lain rumusan tujuan menjadi penunjuk arah pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam situasi persaingan yang semakin ketat seperti sekarang ini, dimana perubahan terjadi secara cepat, maka rumusan tujuan menjadi penting artinya bagi perusahaan, karena rumusan tujuan dituntut untuk adaptif terhadap perubahan.
Ada empat alasan mengapa rumusan tujuan penting artinya dalam kehidupan perusahaan yang berada dalam era persaingan bebas, yaitu : pertama, dengan rumusan tujuan akan dapat ditentukan strateji yang tepat dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Kedua, rumusan tujuan tidak selalu identik dengan kinerja keuangan, seperti yang selama ini banyak diartikan. Ketiga, masih terbatasnya pemahaman terhadap rumusan tujuan perusahaan. Keempat, sekalipun ada perusahaan yang memiliki rumusan tujuan, tetapi seringkali belum memberikan gambaran yang terukur, spesifik, realistik, sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya sekaligus adaptif terhadap tuntutan lingkungan usaha.
Dengan menggunakan pendekatan model Balance Scorecard, hasil analisis tesis ini menunjukkan bahwa perspektif keuangan ternyata tetap menjadi faktor utama yang dikehendaki dalam rumusan tujuan, disusul oleh perspektif belajar dan bertumbuh pada tingkat kepentingan kedua. Sedang tingkat kepentingan ketiga dan keempat dalam rumusan tujuan PT XYZ (Persero) adalah perspektif pelanggan dan perspektif bisnis internal."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchtar Luthfi
"Era globalisasi atau pasar bebas dapat diartikan tidak ada lagi batasan antar negara dalam perdagangan, semangat kompetisi global dengan cepat merubah teknologi, menggeser demografi, gejolak ekonomi dan kondisi dinamis lainnya yang mengisyaratkan perusahaan untuk lebih adaptif dan lincah (Walker 1992:17). Termasuk penerapan AFTA berdampak pada dominasi pelayaran asing dalam arus muatan ekspor dan impor. Globalisasi merupakan mekanisme pasar yang melibatkan semua negara internasional untuk melaksanakan transaksi, konsekuensinya setiap negara harus mampu menghadapi persaingan bebas pada semua bidang termasuk usaha angkutan lewat laut agar tidak terhempas oleh keadaan. Dalam hal ini perusahaan pelayaran nasional pada umumnya dan PT. Djakarta Lloyd (Persero) pada khususnya akan dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk bangsa Indonesia.
Peranan PT. Djakarta Llyod (Persero) sebagai perusahaan pelayaran nasional (BUMN) disektor angkutan laut dalam melaksanakan kegiatannya berkompetisi dengan perusahaan pelayaran asing yang mempunyai kapal lebih canggih dan bermodal kuat. Namun demikian selalu berpedoman pada aturan bisnis serta tidak ada kemudahan-kemudahan maupun proteksi dari pemerintah, dengan demikian hasil yang dicapai akan sangat tergantung kepada kemampuan dan kemauan dari manajemen dalam meningkatkan kinerja. Selama ini pengukuran kinerja PT. Djakarta Lloyd (Persero) dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang juga telah mempertimbangkan aspek-aspek operasional dan aspek administrasi. Hal ini memang sesuai dengan beberapa ketentuan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002.
Pengukuran kinerja PT Djakarta Lloyd (Persero) menggunakan pendekatan Balanced Scorecard meliputi empat aspek yaitu pengukuran kinerja terhadap aspek pembelajaran dan pertumbuhan, aspek proses bisnis internal, aspek pelanggan serta aspek keuangan. Pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard adalah untuk mendapatkan alternatif pengukuran kinerja yang lebih baik dari yang selama ini telah dilakukan terhadap PT. Djakarta Lloyd (Persero). Pengukuran kinerja di PT. Djakarta Lloyd (Pesero) selama ini telah diwarnai dengan pendekatan Balanced Scorecard namun belum diterapkan sepenuhnya.
Dalam melakukan pengukuran kinerja ini, telah dilakukan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada para pimpinan, karyawan serta pelanggan PT. Djakarta Llyod (Persero), dengan total kuesioner 326. Total sampling adalah 10 % dari masing-masing jumlah populasi.
Berdasarkan pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard tersebut, diketahui bahwa secara keseluruhan PT. Djakarta Lloyd (Persero) memperoleh skor 124.5 (seratus dua puluh empat koma lima) dengan rincian, aspek pembelajaran dan pertumbuhan memperoleh skor 22,5 (dua puluh dua koma lima) dengan predikat "Baik", aspek proses bisnis internal memperoleh skor 11 (sebelas) dengan predikat "Baik" dan aspek pelanggan memperoleh skor 7.5 (tujuh koma lima) dengan predikat "Baik", sedangkan aspek hasil keuangan mendapatkan skor 83.5 (delapan puluh tiga koma lima) dengan predikat "Baik Sekali".
Untuk meningkatkan kinerja perusahaan ke depan, pimpinan perusahaan harus menetapkan visi dan misi PT.Djakarta Lloyd kearah yang lebih baik dan berkesinambungan, sesuai dengan tuntutan persaingan dan pemenuhan kepuasan terhadap karyawan dan pelanggan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pranggono Kusumowinanto
"ABSTRAK
PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero), yang mempunyai wilayah kerja dan jaringan operasional di seluruh Indonesia baik di daerah perkotaan sampai ke daerah pedesaan melalui BRI Unit, maka sangat diperlukan tersedianya sumber daya manusia yang bermutu.
Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu pada BRI Unit, yang dipimpin oleh seorang Kepala BRI Unit, sangat diperlukan program pelatihan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan BRI Unit melalui pelatihan program pengembangan.
Tujuan penelitian ini untuk dapat melakukan evaluasi persepsi dampak pelatihan program pengembangan terhadap peningkatan kinerja, dan apakah dengan keikutsertaannya dapat memenuhi harapannya dalam pengembangan karir serta kepuasan kerja. Hal ini mengingat bahwa pelatihan bertujuan untuk mewujudkan keinginan individu pegawai dan tujuan organisasi. Pelatihan program pengembangan merupakan proses panjang dalam mengembangkan kemampuan dan motivasi pegawai sehingga bermanfaat bagi pencapaian organisasi, yang sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode diskriptif yang berusaha mendiskriptifkan dan menterjemahkan keadaan yang sebenarnya, apa yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembangan saat ini dengan melakukan evaluasi persepsi dampak pelatihan program pengembangan yang telah diikuti para Kepala BRI Unit terhadap peningkatan kinerja, pengembangan karir dan kepuasan kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan program pengembangan yang pernah diikutinya, menurut persepsi para Kepala BRi Unit ternyata memberikan dampak terhadap peningkatan kinerjanya, membantu dalam pelaksanaan tugas, menunjang dalam proses pengembangan karir, walaupun ada beberapa komponen yang belum dapat memenuhi serta harapannya dalam peningkatan kepuasan kerja.
Lebih lanjut dapat disarankan, bahwa masih sangat diperlukan beberapa perbaikan untuk dapat Iebih meningkatkan pelatihan program pengembangan yang akan datang dengan menambah beberapa materi pelajaran, evaluasi instruktur, adapun untuk peningkatan kinerja perlu perbaikan sarana dan mekanisme kerja, juga pentingnya CIVIL EFFECT dalam mewujudkan pengembangan karir dan kepuasan kerja."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pongoh, Ivonne
"State Owned Enterprises (SOE's) in Indonesia, had a significant role in national economics, but its performance did not show satisfying results. So, in 1988, government made reformation efforts in SOE through issued Presidential Instruction No. 5/1988 on State Owned Enterprises Soundness and Management improvement. But until 1998, all SOE that have been reformed still did not perform an improvement. It indicated from the ratio of Return on Asset were only under 4 %. With economical crisis in 1997, government convincing to continue the improvement effort of SOE to become an efficient and effective corporation.
PT Indosat Tbk, as the one of SOE indicated as anomaly in majority of SOE, because of it showed an increasing performance, after government effort to reform that corporation through privatization program in 1994. While several years the financial performance growth rapidly, and PT Indosat Tbk was admitted as The Managed Company from Far Eastern Economic Review. The performance as the result of activities of organization earned profit. However the performance information from financial reports could net be references for defining sustainable performance.
According to Kaplan and Norton theory, in performance measurement Balance Scorecard (BSC), BSC model was relationship model that characterized in systemic and dynamics from financial and non financial aspects. Financial aspects represented from profitability and revenue, whereas non financial aspects were customers, internal business process, growth and learning perspectives. Nowadays, with existing information technology, the relationship model of systemic and dynamic BSC model could be mapped through dynamics system approach. By means of Dynamic System those causal relationship were described in causal loops (cause-and effect relationship), which informed the state of the performance system and this information can be used in current decision making.
Model of system dynamics approach was useful, because of: first, described a simplified representation of system relationship without losing of essence of main object; second, system dynamics method was suitable for mechanism, pattern and trend based on structuring and analyzing of system, pattern of complex system, dynamics, and uncertainties; third, system dynamics could view dynamic process naturally in non linear behavior through simulation.
According to research results by PowerSim program, system dynamics model of PT Indosat Tbk indicated that financial performance (especially SLI) was referencing of " Limit To Growth" behavior. That means financial performance as reflected of corporate performance could not be forced to increase till the certain point. From simulation result, revenue indicator showed increase till year 2000, after that revenue will decrease. Whereas on profit, growth curve still growth until 2003 and then curve would decline.
From mapping system dynamics model of PT Indosat Tbk performance, factors that influence and had a causal relationship with the model consist of: traffic volume, revenue, profit, expenditures, dividend payable, maintenance & administration & general cost, marketing budget, research & development budget, personnel cost, total cost, material cost per unit, discount margin, price, government tariff, customer satisfaction index (CSI), operating excellent index (OEI), training index, external factors. Causal loops that formed of system model was presented by: marketing loop which impact to market share, and customer satisfaction; business internal process loop which includes factors due to all cost that spent for production process, and finally directed to operating excellent index; human development loop that was described through training index.
Following the sensitivity analysis on selected key variables from system PT Indosat Tbk performance resulted that customer factor such as customer satisfaction related to product price had a significant impact on revenue and profit. Increasing price to 5 % could be enough to increase the financial performance, although market share decreased. However taking 10 % discount on price would decreased a financial performance, although there were an escalation of market share. Changing 10 % to CSI and market share had a significant impact on revenue and profit. This conditions meet along with behavior of Telecommunication industries structure in Indonesia, that still had an opportunity in market (because of Oligopoly structure), and fast growing information technology. Because of that, market research was needed to understand customer expectation and perception of product and services, with the result fitting and matching between customer and corporate goals.
Besides all factors above, an available capital for expenditures and reinvestment of business operation development had a significant impact on sustainable performance, it identified from changing behavior of the model. It was accordance with behavior telecommunication that had difficulties of barrier to entry. Because of investment was necessarily in network infrastructures far staying with appropriate technology development. Therefore government could support this condition with provided regulation that facilitated the corporation to cooperate with foreign investors, so PT Indosat could improve the infrastructures quality and operational efficiency, to generate more revenues for the forthcoming years.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahreni
"PT. X merupakan organisasi profit yang bergerak di industri hilir perminyakan Indonesia. Dalam rangka meningkatkan keuntungan kompetitif dan meraih kesuksesan bisnisnya, PT. X berharap seluruh karyawannya, terutama yang berada di bawah Divisi Trading menghasilkan kinerja di atas rata-rata. Namun, harapan ini tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan, karena pada kenyataannya hasil penilaian kinerja karyawan pada divisi ini menunjukkan hasil yang kurang optimal dan hanya memenuhi 60%-70% harapan perusahaan. Hal ini lebih lanjut berpengaruh terhadap pemenuhan target penjualan divisi karena kinerja yang kurang efektif dan optimal ini mengakibatkan kegagalan salah satu aktivitas perdagangan dalam divisi ini.
Sistem pengelolaan sumber daya manusia yang dijalankan selama ini disinyalir menjadi penyebab dari permasalahan ini. Oleh karena itu, pada tugas akhir ini diusulkan untuk menggunakan pendekatan kompetensi sebagai dasar dalam pengelolaan SDM di PT. X. Namun, dikarenakan keterbatasan-keterbatasan tertentu, maka tidak memungkinkan untuk menerapkan pendekatan kompetensi pada seluruh divisi di PT. X. Oleh karena itu, diberikan altemalif usulan untuk membuat model kompetensi Divisi Trading sebagai representasi kegiatan inti PT. X.
Metode yang dipergunakan dalam penyusunan model kompetensi ini adalah metode desain studi singkat dengan menggunakan expert panel atau yang lebih seing disebut sebagai job competency assessment (JCA). Tahapan penyusunan meliputi: tahap persiapan awal, mengumpulkan data bersama dengan expert panel, identifikasi kompetensi, analisa data, dan finalisasi.
Hasilnya diperoleh model kompetensi untuk Divisi Trading yang terdiri Bari 4 kompetensi inti, yaitu Customer Service Orientation, Achievement Orientation, Teamwork and Cooperation, Professional Integrity dan 7 kompetensi spesifik, yaitu Impact and Influence, Interpersonal Understanding, Relationship Building, Analytical Thinking, Information Seeking, Technical Expertise dan Developing Others. Model kompetensi ini nantinya akan dipergunakan sebagai dasar dalam aktivitas-aktivitas pengelolaan SDM di PT. X, terutama untuk seleksi, penilaian kinerja, serta pelatihan dan pengembangan karyawan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaniwarti
"Instalasi Rawat inap Utama RSMH Palembang yang berpotensi sebagai unit bisnis strategis dengan sasaran masyarakat segmen ekonomi menengah ke atas masih menghadapi berbagai masalah yaitu rendahnya tingkat hunian karena ketidak puasan pasien terhadap pelayanan, rendahnya tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan dan secara finansial belum melakukan perhitungan biaya satuan sebagai dasar penentuan tarif sehingga belum diketahui secara pasti recovery pendapatan terhadap biaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian kinerja IRNA Utama dengan pendekatan Balanced Scorecard yang secara komphrehensif dapat menelusuri harapan pelanggan, memotivasi pegawai, mengukur pencapaian kinerja keuangan dan membuat tujuan strategis untuk melakukan suatu perubahan yang diukur dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, bisnis internal, pelanggan dan finansial (Lynch dan Cross, 1993 dalam Yuwono, 2002).
Perspektif pelanggan dinilai melalui kepuasan pasien, harapan pasien terhadap pelayanan dengan analisis kuantitatif Inovasi dan bisnis tingkat strategis digali dari manajer puncak dan manajer tengah dengan analisis kualitatif, dan dari tingkat pengguna ditelusuri dari pelanggan dengan analisis kualitatif Pertumbuhan dan pembelajaran diketahui dari keikutsertaan karyawan dalam pendidikan dan latihan serta perencanaan. Dilakukan juga studi kepuasan karyawan secara kuantitatif. Finansial diketahui dengan menghitung biaya satuan dan Cost Recovery Rate dengan metode Activity Based Costing (Tunggal, 2001 & Mulyadi, 2003) dan analisis titik impas (Gani, 1996).
Visi dan Misi belum mengacu kepada indikator kesejahteraan karyawan dan keuangan. Kinerja keseluruhan belum mengarah kepada pencapaian Visi dan Misi. Kinerja pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan 67,7% karyawan pemah ikut diktat, 23,8% pemah membuat perencanaan. Total karyawan yang puas 49,2%. Harapan karyawan yang belum terpenuhi adalah penghargaan atas prestasi yang dicapai. Inovasi dan manajemen mutu layanan belum ada, inovasi dan proses operasional termasuk kategori sehat berdasarkan standar Depkes, BOR dan TGI tahun 2003 dalam Grafik Barber-Johson tidak efisien.
Pelanggan memilih IRNA Mama karena harga 37,6%, fasilitas 30, 83%, dokter 5,83% dan fasilitas/dokter 15,83%. Pasien 99,17% menyatakan peralatan biasa saja, 89,17% setuju diadakan alat canggih dengan biaya mahal. Pasien yang puas 48,3% dengan unsur yang belum dapat memenuhi harapan dan belum mendapat perhatian manajemen adalah pelayanan dokter dan perawat tepat waktu, rumah sakit mampu memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat, gangguan nyamuk selama dirawat dan kebesihan alat makan. Cost Recovery Rate biaya satuan Musi Elok Super VIP 232,4%, Musi Elok VIP 139,4%, Ogan Permai 160,6%, Komering Cindo 88,3%, Enim Indah 62,6% dan Lematang Indah 95,3% dengan Total Cost Recovery Rate 70,20%.
Disarankan untuk meninjau ulang Visi dan Misi, meningkatkan pelatihan customer service bagi karyawan , memberikan apresiasi terhadap karyawan berprestasi berwujud bonus,sertifikat, tur dan merealisasikan pengadaan dokter jaga serta pengadaan kendaraan antar jemput. Perlu perhatian tehadap ketepatan dokter/perawat memberikan pelayanan dengan memberikan pelatihan customer service secara intensif kepada perawat.

The Mohammad Hoesin's Main Inpatient Services Department that is potential to become a strategic business unit with upper middle class economical stratum mark faces some problems. Those are inferiority of occupancy because of patients' disappointment to services, inferiority of employee responsible to their job, and financially, the department hasn't yet done unit cost accounting as the basic to decide the tariff, therefore the income recovery to cost is not known yet.
This research intend to get the numbers of department performance achievement with Balance Scorecard that comprehensively is able to delve customers expectation, to motivate the employee, to measure financial performance achievement, and to make a strategic goal to do some innovations that are measured from growing and learning, internal business, customers, and finances perspective (Lynch and Cross, 1993 in Yuwono, 2002).
Customers perspective is evaluated by patient satisfaction, patient expectation to services with quantities analysis. Innovation and strategic level business is delved from top manager and middle manager with qualities analysis. Growing and learning is known from employee participation in education, training, and also planning. Furthermore, Employee satisfactions studying are also done quantitatively. Finances are known by unit cost accounting and Cost Recovery Rate using Activity Based Costing method (Tunggal, 2001 and MuIyadi, 2003) and break-even point analysis (Gani, 1996).
Growing and learning performance indicates that 67,7% of employee have ever followed training, 23,8% have ever made a planning. The total numbers of satisfied employee are 49,2%. Employee expectation that hasn't been fulfilled is about achievement awareness. There are not innovation and quality service management yet. Furthermore, innovation and operational process included health category based on Health Ministry standard, BOR, and TOI at 2003 in Barber-Johnson Graphic get inefficient evaluation.
Customers prefer Main Inpatient Services because of price is amount 37,6%; facility is amount 30,83%, doctor 5,83%, and facility/doctor 15,83%. As amount of 99,17% patients declare that the equipment is ordinary, 89,17% agree about sophisticated and expensive equipment supply. As amount of 48,3% patients are satisfied with unexpected factors and management uncontrolled are about doctor services and on-time nurse services, hospital can give a service fastly and exactly, mosquito disturbance along nursery and dinning equipment cleanliness. Cost Recovery Rate of unit cost of Musi Elok Super VIP 232,4%, Musi Elok VIP 139,4%, Ogan Permai 160,6%, Komering Cindo 88,3%, Enim Indah 62,6%, and Lematang Indah 95,3% with Total Cost Recovery Rate is amount 70,20%.
Increasing of customer service training for employee is suggested aside from to appreciate high achievement employee with bonus giving, certificate, tour, and to actualize stand by doctor shift and also transportation supply. Doctor/nurse on-time shifting must be attended, especially in giving services by the customer service training and workshop program to nurse intensively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>