Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135757 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hario Koncoro A.
"Pada umumnya, kinerja proyek pembangunan bidang konstruksi dinilai dari aspek biaya, mutu dan waktu. Pembangunan bidang konstruksi yang tidak efisien akan mengakibatkan pemborosan sehingga akan berdampak menurunkan kinerja proyek secara keseluruhan. Tingkatan suatu efisiensi dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme sumber daya manusia dan tingkat kesempurnaan aturan yang dipakai sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan.
Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk melakukan suatu kajian tentang pengaruh sistem pengadaan jasa konstruksi di Bina Marga terhadap kinerja proses konstruksinya, khususnya yang berkaitan dengan evaluasi terhadap kualitas dokumen penawaran. Untuk mengukur kualitas dokumen penawaran diperlukan parameter-parameter kunci yang dapat diukur oleh tolok ukur yang baku. Dalam hal ini yang dipakai sebagai tolok ukur adalah kinerja proses konstruksi yang ditinjau dari segi waktu dan biaya. Dengan demikian, perlu dicari parameter-parameter yang berkaitan dengan kinerja pelaksanaan konstruksi dan kualitas dokumen penawaran.
Hasil analisis korelasi antara kualitas dokumen penawaran terhadap waktu dan biaya proses konstruksi telah did apatkan parameter-parameter antara lain, Metode Pelaksanaan, Sistem Pengadaan Sumber Daya, Organisasi Proyek Kontraktor, Sistem Informasi & Manajemen Proyek, Kewajaran Harga Penawaran, Estimasi Volume Pekerjaan, Kinerja Pelelangan dan Prakualifikasi, yang dapat dipergunakan untuk menentukan kualitas dokumen penawaran dimasa mendatang.
Pada akhirnya, temuan tersebut dapat dipergunakan untuk menyempurnakan aturan-aturan yang berkaitan dengan evaluasi kualitas dokumen penawaran pada khususnya dan penyempurnaan sistem pengadaan jasa konstruksi pada umunmya, dalam rangka meningkatkan kinerja proyek."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T3770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erry Humayun
"ABSTRAK
Perubahan perencanaan selama pelaksanan konstruksi berlangsung adalah suatu yang hampir tidak dapat dihindari. Perubahan pekerjaan selama pelaksanaan konstruksi berlangsung akan berdampak kepada hasil dari pelaksanaan pekerjaan atau kinerja proyek, Perubahan perencanaan dapat berupa revisi gambar desain, penambahan atau pengurangan volume pekerjaan, relokasi pekerjaan, perubahan program kerja atau rencana konstruksi yang semuanya itu akan mempengaruhi biaya anggaran yang telah ditentukan dan waktu penyelesaian proyek yang telah ditetapkan.
Perubahan pada pelaksanaan konstruksi dapat berasal dari inisiatif oleh pemilik proyek, konsultan supervisi ataupun kontraktor. Selain disebabkan oleh pemilik, konsultan supervisi dan kontraktor, perubahan-perencanaan dapat disebabkan oleh faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan seperti misal : bencana alam dan keadaan darurat.
Perubahan perencanaan yang berakibat kepada perubahan volume pekerjaan dan perubahan item pekerjaan pada masa pelaksanaan konstruksi selalu diikuti oleh berita acara pekerjaan tambah/kurang (Change Order) yang kemudian dituangkan kedalam Amandemen Kontrak.
Dengan adanya amandemen kontrak tersebut dapat mempengaruhi biaya anggaran dan waktu penyelesaian pekerjaan dan berdampak kepada turunnya kinerja proyek. Agar tidak terjadi amandemen kontrak, maka perencanaan yang sudah ada harus dijaga dan harus dikelola dengan baik oleh pemilik proyek, konsultan supervisi dan kontraktor.
Penelitian ini ditujukan untuk melihat adanya hubungan secara kuantitatif melalui analisis regresi berganda pengaruh kualitas perencanaan kepada kinerja biaya dan kinerja waktu akhir dari pelaksanaan proyek transmigrasi.
Penelitian ini menggunakan sampel dari proyek pembukaan lahan transmigrasi termasuk pekerjaan pembangunan sarana prasarana, drainase dan gorong-gorong yang diselesaikan didaerah penempatan.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada seluruh Kepala Kantor Wilayah Dep. Transmigrasi dan PPH didaerah penempatan dengan berdasarkan surat ijin penelitian oleh Direktur Jenderal Pemukiman atas nama Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan RI. Total sampel terkumpul sebanyak 26 sampel proyek yang kemudian terhadap data yang dikumpulkan dilakukan analisis statitistik untuk akhirnya mendapatkan model regresi berganda tentang hubungan antara variabel pengendalian perubahan lingkup kerja terhadap kinerja biaya maupun kinerja waktu pelaksanaan proyek.
Hasil model regresi yang didapatkan menunjukkan bahwa ada korelasi yang positif antara variabel-variabel kualitas perencanaan pada kinerja biaya dan juga terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek transmigrasi diseluruh propinsi daerah penempatan di Indonesia."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Soendaroe
"ABSTRAK
Bertolak belakang dengan peranannya sebagai ujung tombak pada pelaksanaan konstruksi yang menggunakan sistem mandor, mandor tidak memperoleh cukup perhatian dalam berbagai pembahasan akademis tentang manajemen konstruksi. Mandor adalah partisipan aktifitas konstruksi yang khas di Indonesia. Padanan yang paling dekat dengan profesi ini diluar negeri dikenal dengan nama foremen, namun demikian dengan karakteristiknya yang khas dalam mensub-kontrak tenaga pelaksana pekerjaan konstruksi, mandor tidak identik dengan foremen.
Berangkat dari acuan yang minim, pada penelitian ini dicoba untuk mengidentifikasi kompetensi mandor dari berbagai aspek kecakapan terkait dengan lingkup pekerjaan mandor dalam pelaksanaan, yang diduga merupakan elemen pembentuk kompetensi mandor secara utuh. Aspek kecakapan yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliputi; kualifikasi pendidikan dan pelatihan formal, serta kecakapan teknis dan manajerial dari seorang mandor.
Kinerja pelaksanaan pada tahap pekerjaan struktur dalam penelitian ini, diukur dari parameter-parameter yang lazim digunakan meliputi; waktu, biaya, mutu, penerjaan ulang (reworks) dan kecelakaan kerja. Tahap pekerjaan struktur dipilih karena karakteristik tahap ini yang bersifat standar dan terukur, sehingga lebih memungkinkan untuk diteliti (researchable).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dijumpai pola hubungan yang khas antara variabel kompetensi mandor yang terwakili oleh kemampuan mengorganisasi tenaga dan kemampuan perencanaan bahan, dengan variabel kinerja pelaksanaan konstruksi yang terwakili oleh kinerja waktu pelaksanaan. Atau dengan kata lain : kompetensi mandor berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan konstruksi.
Dari analisis deskriptif teridentifikasi bahwa mandor memerlukan bukti formal yang dapat membuktikan kemampuan mereka pada saat proses rekruitmen/seleksi, sewaktu akan memasuki organisasi proyek. Bukti paling sederhana yang penulis sarankan adalah sertifikat tunggal yang dikeluarkan oleh lembaga tertentu yang relevan dan kompeten .
Dalam rangka sertifikasi tersebut perlu dilakukan pelatihan terhadap elemen pembentuk kompetensi mandor, yang sebagaimana teridentifikasi dan penelitian ini, memiliki korelasi kuat terhadap kinerja waktu pelaksanaan, yaitu;
1. Kecakapan manajerial :
a. memotivasi tenaga kerja
b. mengorganisasi tenaga kerja
c. komunikasi horisontal
2. Kecakapan teknis :
a. memotivasi tenaga kerja
b. mengorganisasi tenaga kerja
c. metoda pelaksanaan
d. komunikasi horisontal
Format penelitian menggunakan data diskrit yang diambil pada fragmen tertentu dari rangkaian kegiatan konstruksi secara keseluruhan, jadi bukan merupakan data yang bersifat time series. Dengan demikian untuk generalisasi hasil penelitian diperlukan inferensi bahwa kinerja pelaksanaan konstruksi secara total pada proyek tertentu merupakan integrasi dari seluruh fragmen yang membentuk rangkaian kegiatan konstruksi secara keseluruhan .

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sundari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara motivasi berprestasi, kemampuan pengembangan diri, dan lingkungan kerja dengan kinerja instruktur. Subyek penelitian ini berjumlah 62 orang instruktur yang bertugas di lima BPPD Pulau Jawa. Jumlah tersebut merupakan jumlah seluruh instruktur yang ada di Pulau Jawa. Instrumen untuk pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berupa pernyataan-pernyataan untuk motivasi berprestasi, kemampuan pengembangan diri, lingkungan kerja, sedangkan variabel kinerja instruktur menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkapkan pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh instruktur sebagai pengajar.
Analisis yang digunakan dengan metode Zero Order Correlation dan Multiple Correlation. Untuk memperjelas korelasi variabel bebas dengan variabel terikat, dilakukan dengan pembentukan composite variabel, yaitu mengkelompokkan butir-butir pertanyaan menjadi satu composite atau lebih. Butir-butir pertanyaan yang saling berkorelasi diasumsikan mempunyai karakteristik yang sama.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan motivasi berprestasi, kemampuan pengembangan diri, lingkungan kerja secara sendiri-sendiri mempunyai hubungan positif terhadap kinerja instruktur yaitu masing-masing sebesar 0,2446; 0,2161; dan 0,2707. Sedangkan antara motivasi berprestasi, kemampuan pengembangan diri dan lingkungan kerja secara bersama-sama mempunyai hubungan positip yang lebih besar yaitu menjadi 31,42 persen, r2 sebesar 9,87 persen artinya; variasi kinerja instruktur dijelaskan oleh motivasi berprestasi, kemampuan pengembangan diri dan lingkungan kerja sebesar 9,87 persen.
Hasil penelitian ini memberikan isyarat bahwa peningkatan kinerja instruktur bukan semata-mata permasalahan manajemen saja, tetapi juga menyangkut faktor-faktor psikologis individu instruktur. Berdasarkan kecenderungan pada penelitian ini, disarankan bahwa suasana kerja dapat menjadi pra-kondisi bagi peningkatan kinerja instruktur. Dengan adanya pra-kondisi ini faktor motivasi berprestasi dan ruang bagi kemampuan pengembangan din menjadi sasaran intervensi dalain upaya peningkatan kinerja instruktur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suzana Julianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh (1) Iklim kerja di industri yang kondusif atau non kondusif terhadap kinerja peserta pemagangan, (2) skala perusahaan menengah dan kecil terhadap kinerja peserta pemagangan, dan (3) interaksi antara iklim kerja dan skala perusahaan terhadap kinerja peserta pemagangan. Penelitian ini dilakukan di perusahaan yang bekerja sama dergan BLK Bandung dan Tangerang khusus kejuruan Logam pada tahun ketiga, tahun 1997/1998. Metode penelitian yang digunakan ex post faxto dengan rancangan Faktorial 2 x 2. Variabel bebas penelitian ini adalah (1) lklim-kerja di Industri-dan (2) skala perusahaan sedangkan varibel terikat adalah kinerja peserta pemagangan.
Sampel penelitian ini adalah 3 perusahaan skala menengah dan 6 perusahaan skala kecil yang diambil secara acak dari populasi 26 perusahaan. Responden penelitian yang dilibatkan sebanyak 56 peserta pemagangan. Kinerja peserta pemagangan diukur dengan tes : Uji Keterampilan yang telah dibakukan oleh Depnaker, iklim kerja diukur dengan menggunakan angket.
Temuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Ada perbedaan Kinerja peserta pemagangan yang magang pada perusahaan menengah dengan yang magang pada perusahaan skala kecil. Kinerja peserta pemagangan pada perusahaan skala menengah lebih tinggi dari pada kinerja peserta pemagangan pada perusahaan skala kecil ( Xsm = 71,21 < s K = 69,78: Fo = 7,738 > Ft (1xs2xo,os) = 4,02). (2) Ada perbedaan kinerja peserta pemagangan antara yang magang pada perusahaan yang memiliki iklim kerja yang kondusif dengan yang magang pada perusahaan yang non kondusif. Kinerja peserta pamagangan pada perusahaan yang memiliki iklim kerja yang kondusif lebih tinggi dari pada kinerja peserta pemagangan pada perusahaan yang iklim kerjanya non kondusif. ( x = 72 > x = 68,64: Fo = 52,310 > Ft (1)(52)(o,o5)= 4,02), dan (3) Tidak ada interaksi antara iklim kerja dengan skala perusahaan, yang memberikan pengaruh terhadap peserta pemagangan (1=o = 2,786 < Ft (1)(52X0,05) = 4,02).
Temuan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pelatihan, khususnya dalam upaya untuk mencapai keefektifan program pemagangan dan meningkatkan mutu/kinerja peserta pemagangan."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1998
T3388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"Pengelolaan suatu proyek selalu dihadapkan pada suatu harapan keberhasilan, namun tidak sedikit yang mengalami kegagalan baik secara finansial maupun mutu dan waktu. Seringkali kegagalan disebabkan pada pengelolaan Sumber daya Manusia yang kurang mampu dalam menangani proyek tersebut.
Oleh karena itu Kinerja Manajer Proyek sangatlah penting artinya dalam pengelolaan suatu proyek, khususnya pada proyek konstruksi, karena keberhasilan Manager Proyek dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data dari 50 sample untuk melihat adanya hubungan secara kuantitatif & kualitatif melalui analisasi regresi berganda Pengaruh Kualitas Manajer Proyek Tehhadap Tingkat Imbalan Manajer Proyek.
Melalui Simulasi Monte Carlo telah memberi peluang untuk mengkaji stabilitas dari model terhadap segala kemungkinan di lapangan. Dari salah satu perusahaan diperoleh sample tambahan yang dijadikan studi kasus untuk mengetahui resiko imbalan terhadap keuntungan perusahaan jangka panjang dengan menggunakan metode Risk Monte Carlo Simulation Optimization Modeling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecep Dani
"Semangat Kerja pegawai pada Kanwil Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat masih rendah, hal ini terlihat antara lain dari indikator-indikator berikut ini Disiplin pegawai rendah, dalam bidang kepegawaian banyak dialami keluhan-keluhan, keresahan, dan perasaan ketidakpuasan, serta Produktivitas, hasil kualitas maupun kuantitas cenderung menurun.
Masalah tersebut di atas diduga disebablkan antara lain oleh pelaksanaan Kepemimpinan yang kurang sesuai keinginan. Teknik-teknik Kepemimpinan, kurangnya pemberian motivasi belum sepenuhnya sesuai dengan teknik komunikasi vertikal dan komunikasi saat ini lebih banyak dari atas ke bawah ( Top down) dibanding dari bawah ke atas (bottom up).
Tujuan penelitian ini adalah untuk :mengetahui lebih jauh tentang pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan Komunikasi terhadap Semangat Kerja pegawai di lingkungan Kanwil Badan pertanahan Nasional Provinsi Jawa Barat, serta diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran untuk perbaikan pada pelaksanaan Kepemimpinan, pemberian motivasi serta dalam pelaksanaan Komunikasi di Kanwil Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis koefisien determinasi dengan derajat kepercayaan 5 %, taraf kesalahan 5 %, maka diperoleh hasil perhitungan :
- Pengaruh Kepernimpinan terhadap Semangat kerja sebesar 81,75 %. Pengaruh Motivasi terhadap semangat Kerja pegawai sebesar 83,88 %.
- Pengaruh Komunikasi terhadap Semangat Kerja pegawai sebesar 80,29 %.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Kepemimpinan, Motivasi dan Komunikasi memberikan pengaruh yang kuat terhadap Semangat Kerja pegawai di lingkungan Kanwil Badan Pertanahan Nasional propinsi Jawa Barat. Dilain pihak berdasarkan pengujian t-test Satu Sampel, dalam pelaksanaannya variabel-variabel tersebut masih rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhadi
"Balai Latihan Kerja (BLK) adalah lembaga pelatihan di bawah Departemen Tenaga Kerja yang mempunyai fungsi dan peranan dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia melalui pelatihan ketrampilan. Di dalam menjalankan tugas dan fungsinya BLK didukung oleh instruktur, tinggi atau rendahnya kinerja instruktur akan berpengaruh terhadap efisiensi dan kinerja BLK.
Menyadari hal tersebut Depnaker berusaha meningkatkan kinerja instruktur melalui jalur pendidikan formal dan training serta berbagai upaya peningkatan motivasi kerja. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengungkap adanya hubungan antara tingkat pendidikan, pengalaman training dan motivasi kerja dengan kinerja instruktur BLK di Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelational, dimana populasi penelitian adalah instruktur BLK di Jawa Tengah, sedangkan sampel ditarik secara stratified random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan instrumen penelitian tentang motivasi kerja dikembangkan berdasarkan teori dua faktor (The Motivation-Hygiene Theory), sedang kinerja instruktur dikembangkan dari pedoman penilaian kinerja instruktur (Ditjen Binalattas Depnaker). Selanjutnya untuk analisis data digunakan teknik analisis korelasi dan regresi.
Hasil penelitian ini menunjukkan:
1. Terdapat hubungan yang' signifikan antara tingkat pendidikan dengan kinerja instruktur, meskipun pengalaman training dan motivasi kerja telah dikontrol.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman training dengan kinerja instruktur, meskipun tingkat pendidikan dan motivasi kerja telah dikontrol.
3. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja instruktur (variabel tingkat pendidikan dan pengalaman training dikontrol) dan hubungannya menjadi signifikan jika kedua variabel bebas tersebut tidak dikontrol.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, pengalaman training dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja instruktur.
5. Tingkat pendidikan, pengalaman training dan motivasi kerja dapat memprediksi variasi kinerja instruktur sebesar 46,884 persen.
6. Tingkat pendidikan memberikan sumbangan efektif lebih besar dalam menjelaskan kinerja instruktur (30,657 persen) dibanding pengalaman training (9,363 persen) dan motivasi kerja (6,864 persen).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan agar instruktur diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan formalnya ke jenjang yang lebih tinggi, instruktur yang pengalaman trainingnya masih kurang perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi yang ada di dunia kerja. Faktor-faktor motivator dan pemelihara perlu diperbaiki, dikembangkan dan ditingkatkan agar mampu mendorong meningkatkan motivasi kerja instruktur. Bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti kinerja instruktur agar alat ukur yang ada lebih disempurnakan dan menambah variabel-variabel bebas lain sebagai prediktor, disamping pendekatan kuantitatif kiranya perlu juga dilengkapi dengan pendekatan kualitatif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fanshurullah Asa
"Memasuki Melinium ke tiga, pada hakekatnya adalah era penjelajahan kompetisi pada tingkat global pada hampir semua bidang kehidupan, tidak terkecuali didalamnya industri konstruksi. Dimana parameter keunggulannya terformulasi pada kata kunci "asas profesionalisme" atau dalam kata lain "mutu" . Realitas ini semakin terpacu secara akseleratif & eksponensial oleh kemajuan yang pesat pada bidang teknologi terutama informasi dan komunikasi serta transportasi. sehingga pada gilirannya mencairkan sekat - sekat ekonomi, budaya, geografi, politik bahkan ideologi. Singkatnya, kita sedang menuju tatanan "masyarakat dunia".
Fenomena di atas pada perspektif ekonomi diperkuat dengan munculnya kesepakatan berbagai negara atau kelompok dalam membentuk blok ekonomi baru, seperti APEC, AFTA, NAFTA serta Masyarakat Ekonomi Eropa yang bersatu menjadi pasar tunggal.
Upaya Indonesia mengantisipasi era "competitive advantage" itu haruslah dengan meningkatkan mutu serta daya saing baik dalam sistem manajemen mutu maupun produk. Di mana parameter dalam era globalisasi, tentunya selalu menggunakan standar mutu dan sertifikasi mutu yang bertaraf internasional pula termasuk di dalamnya dunia konstruksi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Yulistio
"Organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak dimasa depan dituntut untuk lebih profesional bukan saja karena desakan dan tuntutan dari masyarakat pengguna, akan tetapi juga karena adanya perubahan -kewenangan pemerintahan daerah. Untuk menghadapi tuntutan tersebut perlu diantisipasi dengan baik agar Dinas Kesehatan Kota Pontianak mampu secara cepat dan tepat mengakomodir tuntutan tersebut.
Keadaan yang dihadapi saat ini, dalam rangka mengantisipasi otonomi daerah tersebut adalah rendahnya kinerja organisasi. Untuk memperbaiki kinerja tersebut maka dilakukan suatu kegiatan intervensi budaya mutu dengan model kalakarya, berupa pembinaan dan pembimbingan Total Quality Management terhadap kinerja organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
Masalah kinerja yang diteliti disini, dibatasi dalam lingkup Kinerja Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Kepala Seksi Pemulihan Kesehatan selaku Koordinator Organisasi Tim SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang pengaruh intervensi budaya mutu terhadap kinerja SP2TP serta diketahuinya komponen-komponen yang penting sebagai karakteristik budaya organisasi yang berorientasi Total Quality Management untuk peningkatan kinerja SP2TP.
Kegiatan intervensi ini merupakan action reseach, dengan jenis penelitian Quasi Experiment Design dan bentuk desain penelitiannya Non Randomized Pretest Posttest (Self} Control Group Design, yang dilakukan oleh Tim dari FKM-UI bekerja sama dengan Kanwil Depkes Propinsi Kalimantan Barat. Peneliti membatasi diri pada penelitian kualitatif untuk menganalisa pengaruh intervensi tersebut terhadap Kinerja SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak, dengan analisis thematic approach. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan dan wawancara mendalam. Jumlah sampel untuk wawancara mendalam sebanyak 10 informan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa adanya perubahan peningkatan kinerja SP2TP secara bertahap, namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena: Pertama; penghayatan visi dan misi serta tugas pokok dan fungsi, baru sampai pada tahap "awareness" untuk revitalisasi visi dan misi organisasi Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Kedua; koreksi hasil entri data laporan SP2TP serta pengolahan dan analisanya tidak dilakukan oleh para pengelola program selaku anggota tim SP2TP karena koordinator SP2TP tidak melaksanakan koordinasi dalam proses manajerial SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Kinerja SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak masih rendah. Rendahnya Kinerja SP2TP ini mengakibatkan keputusan yang diambil oleh jenjang administrasi kesehatan yang lebih tinggi berdasarkan informasi yang bersumber dari data Laporan Triwulanan SP2TP yang kualitas datanya kurang terjamin/datanya tidak valid. Hal ini disebabkan karena tidak diberdayakannya para pengelola program selaku anggota tim SP2TP dalam proses manajerial SP2TP melalui koordinasi lintas program serta kurangnya penghayatan visi dan misi serta tugas pokok dan fungsi para pelaksana dan pengelola program yang merupakan komponen penting dalam peningkatan kinerja disamping komponen kepemimpinan dan ketrampilan manajerial dari Koordinator Tim SP2TP Dinas Kesehatan Kota Pontianak yang kurang mendukung.
Untuk meningkatkan kinerja SP2TP Dinas Kesehatan, disarankan untuk menghayati tugas pokok dan fungsi Organisasi Tim SP2TP dan menggerakan pelaksanaan koordinasi lintas program untuk memberdayakan Anggota Tim SP2TP yang dipimpin oleh Koordinator SP2TP, sehingga adanya keterpaduan pencatatan dan pelaporan antar program, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja SP2TP khususnya dan kinerja Dinas Kesehatan Kota Pontianak pada umumnya.
Daftar bacaan : 32 (1987 - 2000)

The Health Department of Pontianak City is expected to become more professional in the near future. Such expectation arises from not only the people but the change of local government administration. To be able to meet the expectation immediately and appropriately, the Health Department of Pontianak City should have a sound anticipatory measure.
The existing problem in anticipating local autonomy is inadequacy in the performance of the Health Department. To improve the performance, therefore, a quality culture intervention is conducted. The intervention takes a periodical workshop model in which training and coaching concerning Total Quality Management on the performance of the Health Department are provided.
The problem of performance under this study was focused on Kinerja Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) or Performance of Puskesmas Integrated Recording and Reporting System. The implementation of SP2TP was under the coordination of Chief of Health Recovery Section who acted as the coordinator of SP2TP team of the Health Department.
This study was aimed at collecting in-depth information on the effect of the quality culture intervention on the performance of SP2TP as well as examining significant characteristics of the organization culture that are Total Quality Management oriented in the improvement of SP2TP performance.
The intervention was conducted by means of action research. The research employed a Quasi Experiment Design and the research design was Non Randomized Pretest and Posttest (Self) Control Group Design conducted by a team of FKM-UI in cooperation with the Provincial Office of the Health Department of West Kalimantan. The researcher limited the study to a qualitative one attempting to analyze the effect of such intervention on the performance of SP2TP of the Health Department of Pontianak City. The analysis used a thematic approach. Data collection was conducted by means of observation and in-depth interview. The number of respondents involved in the interview was 10.
The study result shows that there is a gradual improvement in the performance of SP2TP although the output has not met the set goal, yet. There are some reasons underlying such output. First, in terms of vision, mission, main tasks and functions, the organization has reached an "awareness" phase to revitalize its vision and mission. Second, correction, analysis and use of data entry results of SP2TP reports have not been carried out by the program operatives as members of SP2TP team. Such members' performance is caused by lack of coordination by the SP2TP coordinator in its managerial process.
The study concludes that the performance of SP2TP of the Health Department of Pontianak City is still low. The low performance affects the quality of decisions made by higher health administration because the SP2TP three-monthly reports by which the decisions are made may be less reliable and valid. Such low performance is caused by less empowerment of the program operatives as members of SP2TP team in its managerial process through cross program coordination. Another reason is that the vision, mission, main tasks and functions of the program operatives. which are significant components in the performance improvement, are not fully comprehended. In addition, the low performance is due to inadequacy of leadership and managerial skills of the team coordinator.
To improve the performance of SP2TP team, main tasks and functions of the SP2TP team have to be fully understood, the coordinator of SP2TP team should conduct cross program coordination and team member empowerment so that the recording and reporting among programs can be integrated and the performance of SP2TP in particular or the Health Department of Pontianak City in general is eventually improved.
References: 32 (1987 - 2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T 10283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>