Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Arimunastri
"Salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh para petugas kesehatan di Indonesia di era globalisasi dan persaingan bebas, adalah peningkatan mutu layanan kesehatan. Salah satu dimensi mutu adalah tingkat kepatuhan petugas terhadap standar pelayanan yang sudah ditentukan. Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah proyek penerapan kegiatan quality assurance, yang dilaksanakan di enam puskesmas yaitu, Babelan I, Cibarusah, Kedung Waringin, Sriamur, Tambun dan Tarumajaya. Dari hasil penelitian pada tahun 2000, terbukti bahwa nilai kepatuhan bidan terhadap standar antenatal care (ANC) masih rendah, yaitu 67,7%.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya tingkat kepatuhan bidan terhadap standar ANC di Puskesmas Sriamur dan Cibarusah. Penelitian ini menggunakan rancangan studi kualitatif, melalui teknik wawancara secara intensif terhadap responden berikut: bidan yang bertugas di BPKIA puskesmas, bidan koordinator puskesmas, kepala puskesmas, dan ketua tim jaminan mutu kabupaten.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidakpatuhan bidan terhadap stadar ANC dapat disebabkan oleh: a) masih rendahnya pengetahuan bidan terhadap standar ANC; b) dimensi mutu yang lebih luas belum benar-benar dipahami oleh bidan; c) kesulitan memberikan penyuluhan kepada bidan; dan d) kurangnya kesempatan bagi bidan untuk menggunakan daftar tilik karena banyaknya jumlah pasien. Di samping itu, kurangnya pengawasan dari kepala puskesmas kepada bidan dan kurangnya komitmen pimpinan di Dinas Kesehatan Kabupaten untuk membina puskesmas, juga berperan sebagai penyebab ketidakpatuhan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka beberapa hal yang dapat disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten adalah meningkatkan pengetahuan bidan dengan cara mengadakan pelatihan penyegaran penggunaan daftar tilik dengan penambahan materi tentang peningkatan dimensi mutu yang lebih luas. Saran kepada Kepala Puskesmas Cibarusah adalah peninjauan ulang frekuensi hari buka BP KIA, agar pasien tidak terlalu menumpuk, pengaktifan kembali kelompok kerja jaminan mutu di puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten. Sedangkan saran untuk Departemen Kesehatan adalah pengajian ulang penggunaan daftar tilik oleh bidan dan pedoman penilaian yang ada. Hal ini terutama mengenai instrumen petunjuk wawancara dengan ibu hamil tentang antenatal, misalnya dengan cara menyederhanakan istilah-istilah kedokteran, sehingga lebih mudah dimengerti oleh pasien. Di samping itu, sebaiknya diterapkan manajemen mutu terpadu (total quality management) di puskesmas, dengan pendekatan untuk terciptanya perubahan yang positif dan pengembangan organisasi secara menyeluruh.

Midwives Compliance Study on the Use of Antenatal Care Service Standard A Qualitative Analysis on Midwives Cibarusah and Sriamur Public Health Centers, Districts of Bekasi, 2003One of the most important aspects in the era of globalization and free competition to be improved is public health service by the health service officer, One of quality dimension to be improved is the willingness of the health officer to obey the standard health service procedures. Bekasi, is one of the cities where the quality assurance activity project is to be done. This project was assigned in six public health centers, named Tambun, Cibarusah, Babelan I, Sriamur, Tarumajaya, and Kedung Waringin. Based on the research conducted in year 2000, it was showed that the value of midwife compliance to the standard antenatal care (ANC) was still Iow, i.e. 67.7%.
The objective of this research was to study factors determining the low value of midwife obedience to the standard ANC at Cibarusah and Sriamur Public Health Centers. In this research, a qualitative study design was used, by doing intensive interviews to the following despondences: informant midwives who work at BPKIA public health centers, the coordinator of midwives at public health centers, the head of public health centers, and the team leader of quality assurance in the city.
The results showed that incompliance of midwives to the ANC standard procedures were caused by: a) the minimum knowledge of the midwives about ANC standard procedures; b) the minimum understanding of the midwives about general quality dimension; c) the difficulties to give any training to the midwives, and d) the low opportunity for the midwives to use vitiating lists, due to the large number of patients. Furthermore, the minimum control to midwives by the head of public health centers was also took into account in the midwife disobedience to ANC standard procedure.
Based on these results, it is suggested to Bekasi Health Office to improve knowledge of the midwives by conducting some training about technical aspects, the use of visiting lists, and broader quality dimension. In addition, it is suggested to The Head of Cibanisah Public Health Center to reconsider the frequency of open days in BPKIA in such away, that there is not too many patients come in one day or another; and to activate the quality assurance working group in public health center and city health office. Furthermore, it is suggested to the National Health Department to reevaluate the use of visiting lists (by the midwives) and to reconsider evaluation procedures, especially how to interview pregnant mothers about antenatal care. This, can be done by simplifying some medical language or terms for better understanding. The application of total quality management in public health centers by approaching it with general organization changes and development should be done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Irama Nirwani
"Hasil SKRT tahun 1990 menunjukkan angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi yaitu 89,13 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu menurut SDKI tahun 1994 di Indonesia adalah 390 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kenyataan ini pemerintah pada Pelita V memprioritaskan kegiatan upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, dengan melakukan pelayanan antenatal oleh bidan yang trampil.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran ketrampilan bidan dan faktor-faktor pendukungnya dalam pelaksanaan pelayanan antenatal di puskesmas Ciparay DTP. Kab. Bandung. Secara khusus mengidentifikasi ketrampilan bidan dalam melakukan pelayanan antenatal, mengidentifikasi profil bidan yang bekerja, mengidentifikasi pencatatan dan pelaporan, mengidentifikasi ketersediaan sarana kesehatan di puskesmas Ciparay DTP. Kab. Bandung. Wawancara mendalam dan pengamatan secara langsung dilaksanakan di puskesmas Ciparay DTP. Kab. Bandung pada 7 orang bidan yang berinteraksi dengan ibu hamil.
Hasil analisa disimpulkan bahwa ketrampilan bidan pada pelaksanaan pelayanan antenatal di puskesmas Ciparay DTP. Kab. Bandung adalah cenderung sedang dan baik dengan alasan semua bidan dapat melakukan 7 kegiatan pelayanan antenatal, melakukan 7 kegiatan pelayanan antenatal sesuai standar yang didapat dari pelatihan maupun pendidikan dan mempunyai pendidikan dasar yang sama yaitu perawat bidan. Keadaan ini akan menjadi lebih baik apabila adanya dukungan yang kuat dari profil bidannya sendiri, sitim pencatatan dan pelaporan yang baik dan tersedianya sarana kesehatan.
Disarankan agar adanya perbaikan dalam hal pembinaan terhadap petugas, pelatihan untuk semua petugas, pembagian kerja yang merata dan pengadaan sarana yang lengkap.

A Qualitative Analysis on Midwives' Skill And Their Supporting Factors in Providing Antenatal Services, Public Health Center Ciparay DTP. Kabupaten Bandung, 1997The SKRT survey in 1990 showed high infant mortality rate in Indonesia, which was 89,13 out of 1000 living infant born. SKDI in 1994 showed maternal mortality rate in Indonesia was 390 out of 1000 laboring process. Based on that fact, the government of Indonesia during PELITA V has set a priority to increase mothers' and babies' health, by giving antenatal services provided by skillful midwives.
The general purpose of this research is to get a picture of midwives' skills and their supporting factors in providing antenatal services in Public Health Center in Ciparay DTP. Kabupaten Bandung. The specific purpose is to identify midwives' skill in performing antenatal services, the midwives' profile, the recording and reporting system, and also to identify the availability of health facilities in Public Health Center in Ciparay DTP. Kabupaten Bandung. Deep interview and on location observation were conducted in Public Health Center in Ciparay DTP. Kabupaten Bandung involving 7 midwives interacted pregnant mother.
The conclusion is that the midwives' skill in performing antenatal services in Public Health Center in Ciparay DTP. Kabupaten Bandung is averaged from sufficient to good. It comes from the fact that all the midwives performing 7 procedures, some of them got it from their education, and the rest got it from the midwives' training, but they all have the same education which is the basic midwives' nursery education. Things could be better if there is enough support from the midwives' profile, the recording and reporting system, and the availability of health facilities.
It is suggested to improve supervision program, to improve the midwives' training program, to make good and balanced job description, and also to provide more health facilities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Jap
"Pada era globalisasi dan persaingan bebas termasuk dalam bidang pelayanan kesehatan saat ini, maka peningkatan mutu pelayanan menjadi sesuatu yang mutlak harus diperhatikan oleh para petugas kesehatan. Salah satu dimensi mutu adalah kepatuhan petugas terhadap standar pelayanan. Semakin tinggi kepatuhan petugas penyelenggara pelayanan kesehatan terhadap standar, maka akan semakin tinggi pula mutu pelayanan tersebut terhadap pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care (standar dari Depkes RI tahun 1997) yang merupakan salah satu kegiatan pokok di Puskesmas. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana hubungan kepatuhan bidan dengan karakteristik bidan serta faktor eksternal lainnya yang berhubungan, dan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care.
Jenis penelitian adalah cross sectional, dilakukan di Puskesmas se Kabupaten Sanggau pads bulan Oktorber 2000 sampai dengan Nopember 2000. Sampel penelitian adalah seluruh bidan yang bertugas di 27 Puskesmas se-Kabupaten Sanggau, sebanyak 30 orang.
Analisis yang digunakan adalah chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan bidan di Kabupaten Sanggau masih sangat rendah, terutama pada komponen kegiatan pemberian tindakan/terapi. Dari analisis bivariat didapat faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan bidan adalah usia, pengetahuan, sikap, dan supervisi. dan analisis multivariat didapat bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan bidan adalah supervisi.
Dari hasil ini disarankan terutama kepada para kepala puskesmas agar melakukan supervisi internal kepada bidan di wilayah kerjanya secara kontinu dan berkesinambungan, minimal 3 bulan sekali, dalam rangka bimbingan teknis dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan bidan dalam memberikan pelayanan antenatal di puskesmas.

Global era and free competition have great influence on today's health services. For that reason, the quality of services is undoubtedly becoming highly considered by health workers. One of quality dimensions is the providers? compliance to the service standard. The higher compliance of the provider health service the higher the quality of service to the patient will be.
This study aims to obtain the description of level midwives' compliance to antenatal care service standard (issued by Ministry of Health Republic of Indonesia,1997) that is one of public health center main activities. Moreover, this study was also focused on investigating the correlation between midwives' compliance to the standard and their characteristics as well as other external factors that correlate, and factor that predominant midwives' compliance to the antenatal care service standard.
This study, a cross sectional one, was carried out at all public health centers in Sanggau District from October 2000 to November 2000. The samples were all midwives serving at all of public health centres in Sanggau district, which were 30 peoples. The analysis techniques employed were chi square and logistic regression. The study results show that level of midwives' compliance to the standard is low, particularly on treatment/therapy item. Age, knowledge, attitude and supervision were significance correlated to midwives compliance while supervision was found as a predominant factor.
This study recommends chiefs of public health centers to perform internal supervision on midwives throughout their work area regularly and continuously at least once within three months, to give technical guidance and to improve the midwives knowledge and skills in providing antenatal care service at public health centers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machdalena
"Masalah kesehatan ibu pada saat ini masih merupakan tantangan yang cukup besar di Indonesia. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995) merupakan angka yang tertinggi untuk negara-negara di lingkungan ASEAN. Pada tahun 1999 kematian ibu bersalin di Padang juga masih cukup tinggi yaitu 135/100.000 kelahiran hidup. Angka ini sudah berada dibawah angka nasional, tapi masih jauh lebih tinggi dibanding negara ASEAN lainnya. Kematian ini paling banyak terjadi akibat komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Dilihat dari penyebab kematian, pelayanan antenatal yang baik dapat memperbaiki keadaan ini. Pelayanan antenatal di Padang terutama dilaksanakan oleh bidan yaitu sekitar 78.84% dan pertolongan persalinan 98.7% sudah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bidan dalam melaksanakan layanan antenatal yang sesuai dengan standar. Faktor yang diteliti adalah faktor internal pada bidan yang terdiri dari pendidikan, pelatihan, sikap, motivasi, dan lama kerja, sedangkan faktor eksternal yang diteliti adalah komitmen atasan, kelengkapan sarana dan penerimaan lingkungan. Kedua faktor ini merupakan variabel bebas, sedangkan variabel terikat adalah pelayanan antenatal oleh bidan. Disain penelitian yang dipakai adalah cross sectional. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikan, sikap, dan kelengkapan sarana dengan pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar. Dengan analisis multivariat didapatkan hubungan yang kuat antara sarana dengan pelayanan antenatal yang sesuai.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan institusi pendidikan bisa lebih mendidik siswa dalam mengembangkan rasa tanggung jawab dan profesionalisme sehingga nanti mereka bisa bekerja dengan lebih baik. Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas diharapkan bisa memberikan pembinaan lebih baik kepada petugas dan memperhatikan keadaan sarana pelayanan kesehatan sehingga pelayanan kesehatan yang bermutu bisa didapatkan oleh masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan yang baik diharapkan angka kematian ibu bisa ditekan serendah mungkin.

Mother health problem is still a big challenge in Indonesia. The high Mother Mortality Rate (MMR), 375/100.000 of living births (SKRT, 1995) is the highest among ASEAN countries. In 1999, MMR in Padang is about 135/100.000 living births. This rate is below national's MMR, but still the highest among ASEAN countries. Caused of the death is due to complication during pregnancy, at the birth and recovery period. Problem could be solved by standardized antenatal care. In Padang, 78.84% of antenatal care is provided by midwives, and birth services are done by health providers.
The purpose of this research is to know that internal and external factors affected to the midwives doing standardized antenatal care. The research design is a cross sectional. All the data was analyzed through univariate, bivariate and multivariate analysis. The results of bivariat analysis showed that the education, attitude, and facility are correlated to standardized antenatal care. The results of multivariat analysis indicated that the most affected variable to standardized antenatal care is facility.
From the result of this research, it's recommended to educational institution to lead the students to improve their responsibility and professionalism for their work in the future. City Health Department and Health Centers are expected to guide the providers of antenatal care intensive and attentively, preparing good facility of health services for the high quality of health care. By doing the quality of health services, MMR could be reduced as low as it could be.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guspianto
"Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan bahwa mutu pelayanan kesehatan khususnya layanan Antenatal (ANC) masih rendah. Secara umum kematian ibu dapat dicegah apabila adanya komplikasi kehamilan dan risiko tinggi terdeteksi secara dini dengan pelayanan ANC yang baik. Selain itu, pemanfaatan layanan ANC juga berdampak pada penurunan kejadian BBLR dan merupakan satu mata rantai yang tidak kalah pentingnya dalam upaya penurunan AKI. Kebijakan Depkes dalam upaya mempercepat penurunan AKI mengacu pada intervensi strategis "Empat Pilar Safe Motherhood' salah satunya adalah meningkatkan akses dan mutu layanan ANC dan strategi MPS (Making Pregnancy Safer) dimana bagi bidan di desa terfokus dengan melaksanakan Pelayanan Kebidanan Essensial dan Pertolongan Panama Gawat-darurat Obstetri dan Neonatal (PPGON) yang salah satu kegiatannya adalah deteksi dini kasus risiko tinggi melalui pelayanan ANC. Oleh karena itu, keberadaan bidan di desa sangat strategis dan mendukung kebijakan program pengembangan "Desa Siaga Tahun 2008".
Tingkat kepatuhan (Compliance Rate) bidan terhadap standar layanan ANC di Kabupaten Muam Jambi sebagai gambaran mutu pelayanan kesehatan masih di bawah standar minimal Quality Assurance (80%) yaitu pada tahun 2005 sebesar 64,9% dan tahun 2006 sebesar 66,54%. Kondisi ini diduga turut berkontribusi terhadap cakupan KI dan K4 yang masih di bawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kepatuhan bidan di desa terhadap standar layanan ANC dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan di desa terhadap standar layanan ANC yaitu faktor individu meliputi variabel umur, pendidikan, pengetahuan, masa kerja, lokasi kerja, lokasi tempat tinggal, status perkawinan, dan status kepegawaian; variabel kepuasan kerja; dan faktor organisasi meliputi variabel komitmen organisasi, kelengkapan saran, supervisi, dan pelatihan. Desain penelitian yang dipilih adalah analitik kuantitatif rancangan cross sectional dengan responden yaitu bidan di desa sebanyak 141 orang pada 18 Puskesmas dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi (total sampel). Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan (observasi) dan wawancara menggunakan daftar tilik, serta menggunakan kuesioner yang dijawab atau diisi sendiri oleh responden (self administered questionaire).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar bidan di desa kurang patuh terhadap standar layanan ANC (62,4%). Rata-rata tingkat kepatuhan bidan di desa terhadap standar layanan ANC sebesar 74,62% yang bervariasi antara 41,16% - 99,30%. Hasil analisis penelitian membuktikan bahwa variabel pendidikan, pengetahuan, lokasi tempat tinggal, status kepegawaian, kepuasan kerja, komitmen organisasi, kelengkapan saran, dan supervisi merniliki hubungan signifikan dengan kepatuhan bidan di desa terhadap standar layanan ANC. Variabel supervisi merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan bidan di desa terhadap standar layanan ANC di Kabupaten Muaro Jambi.
Atas dasar basil analisis tersebut, dapat disarankan khususnya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi dan Puskesmas untuk dapat melakukan upaya-upaya pengawasan dan pembanaan terhadap bidan di desa melalui kegiatan supervisi atau penyeliaan (pada program QA) yang efektif khususnya untuk meningkatkan kepatuhan bidan di desa terhadap standar layanan ANC. Supervisi dilakukan secara kontinyu dan komperhensif mulai dari pengumpulan data untuk mengukur tingkat kepatuhan petugas terhadap standar ANC, menemukan penyimpangan atau masalah terhadap standar yang telah ditetapkan, melakukan pembahasan tentang segala kegiatan dan permasalahan yang ditemukan, mencari penyebab masalah, dan merumuskan upaya perbaikan secara sederhana, dan melakukan upaya-upaya perbaikan serta memberikan umpan balik sehingga peningkatan mutu layanan ANC dapat ditingkatkan secara terus menerus.

The high quantity of Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia shows that health service quality especially Antenatal Care (ANC) still low. Generally, maternal mortality could prohibit if pregnancy complication exist and high risk early detected with good ANC. Besides, ANC service utilization also influence BBLR issues reduction and one of the link that not less important in decreasing MMR. Department of Health policies in hastening MMR reduction is referring to strategic intervention of "Four Pillar Safe Motherhood", which one of it is improving access and quality of ANC services and MPS (Making Pregnancy Safer) strategy. Where midwife in village focused with implementing Essential Midwifery Assistance and First Aid Obstetric Emergency and Neonatal that one of the activity is early detection of high-risk cases through ANC services. Therefore, midwife in village existences are strategic and assist developing program policy of "Desa Siaga Tahun 2008".
Midwife compliance rate toward ANC service standard at Muaro Jambi Regency as health service quality representation is still below minimal standard of Quality Assurance (80%) that is in the year of 2005 equal to 64,9% and 2006 equal to 66,54%. This condition estimated also giving contribution toward K1 and K4 exposure that still below target of Minimal Service Standard (SPM).
Generally, this research intend to get midwife in village compliance representation toward ANC service standard and factors that related with midwife in village compliance toward ANC service standard that are individual factors covering variable of age, education, knowledge, work period, work location, residence location, marriage status, and employee status; work satisfactory variable; and organization factor that covering organization commitment variable, medium equipments, supervision, and training. Research design that selected is cross sectional quantitative analytical design with respondent that is midwife in village equal to 141 people in 18 Public Health Center at Muaro Jambi Regency area (total sample). Data gathering done by observation and interview using visit list, and using questioner that answered or self-filled by respondent (self-administrated questionnaire).
Research result shows that most of midwife in village are less compliance toward ANC service standard (62,4%). Average rate of midwife in village compliance toward ANC service standard equal to 74,62% that varying from 41,16% - 99,30%. Research analysis result shows that variables of education, knowledge, residence location, employee status, work satisfactory, organization commitment, medium equipments, and supervision have significant relation with midwife in village compliance toward ANC service standard. Supervision variable is the most dominant factor that related with midwife in village compliance toward ANC service standard at Muaro Jambi Regency.
Based on those analysis results, suggested especially to Muaro Jambi Regency Health Agency and Public Health Center to perform observation efforts and midwife in village comprehension through supervision activity or management (in QA program) that effective especially to improve midwife in village compliance toward ANC service standard. Supervision done continually and comprehensively started from data gathering to measure official compliance level toward ANC standard, finding deviation or problems toward settled standard, doing clarification about every activity and problems found, finding problems cause, abbreviating simple restoration effort, and doing restoration efforts along with giving feedback so that development of ANC service quality could be increased continually.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T19084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hedy Yuliza
"Pembangunan Kesehatan dewasa ini masih ditandai oleh tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga(SKRT, 1995) dan AKI menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 1994) adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk percepatan penurunan AKI adalah dengan penempatan tenaga bidan di desa. Sejalan dengan itu ditetapkan Kebijaksanaan penyebaran pembangunan Pondok Bersalin Desa (Polindes) untuk mempermudah pelayanan persalinan di desa (Departemen Kesehatan, 1995: Ristrini dan Budiarto, 2000).
Kualitas layanan antenatal standar yang meliputi 5T yaitu menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, mengukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Agar pelayanan antenatal pada ibu hamil sesuai standar perlu didukung oleh keterampilan bidan di desa dalam melaksanakannya yaitu meliputi cara menganalisa pemeriksaan 5T dan memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk memperoleh informasi lebih jauh tentang kepatuhan bidan di desa terhadap SOP layanan antenatal di Polindes Kabupaten Muara Enim tahun 2001.
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kualitatif sebagai upaya untuk menggali lebih jauh masalah yang timbul dalam pelaksanaan kepatuhan bidan terhadap SOP pelayanan antenatal di Kabupaten Muara Enim. Hasilnya adalah sebagian bidan desa tingkat kepatuhannya masih rendah dalam menerapkan layanan antenatal standar 5 T dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu beban kerja terlalu besar, motivasi kurang, pelatihan klinis masih sedikit, kurangnya supervisi dari atasan langsung serta kelengkapan sarana kesehatan yang kurang memadai.
Setelah diperoleh informasi ini akan disampaikan kepada pihak terkait untuk meningkatkan motivasi bidan dengan cara mengikutkan pelatihan-pelatihan yang klinis kebidanan, mengatur kembali beban kerja bidan di desa dengan petugas kesehatan lain yang bertugas didesa ,memenuhi kelengkapan sarana kesehatan ,pemberian reward dan teguran yang jelas aturannya serta pelaksanaan supervisi lebih bersifat bimbingan dengan menggunakan pedoman dan bukan bersifat menggurui, sehingga kepatuhan bidan di desa terhadap SOP layanan antenatal akan meningkat.

Analyze Midwives' Compliance in the Village to Standard Operation Procedure Antenatal Care in Village Birth Dwelling in Regency of Muara EnimNowadays health development is still signed by high Maternal Mortality Rate (MMR), is 100.000 alive births according to Indonesia Health and Demographic Survey (IHDS), is 390 per 100.000 alive births. One of the effort has been done to accelerate the slope is with hiring midwives in the village. A long with it is determined the spread policies of Village Birth Dwelling (Polindes) development to make child birth service easily (Health Department, 1995: Ristrini and Budiarto, 2000).
The quality of Standard Antenatal Care, which covers "5 T" are to weigh, to measure body, to measure blood tension, to give tetanus toxoid immunization, to measure fundus uteri highly and to give Ferrum tablet minimum 90 tablets within pregnancy. So that the Antenatal Care of pregnant mother suitable standard it needs some support from midwives' skills in the village in its organizing which covers the way to analyze "5 T" check and to give illumination which is correlated to save motherhood.
Correlation with this matter, the researcher was interested in giving some information about midwives' compliance in the village to Standard Operation Procedure Antenatal Care in Village Birth Dwelling (Polindes) in Regency of Muara Enim in 2001.
The research was done with qualitative study method as an effort to dig the problem, which is appeared in midwives' compliance organization to Standard Operation Procedure Antenatal Care in Regency of Muara Enim. The result of some of the village of midwives' compliance level was low in practicing "5 T" Standard Antenatal Care with factors, which was influenced it self is big working burden, lack of motivation, less-midwives clinic training, lack of supervision from direct lead and lack of health means completion. After getting this information will be sent to the Health District and Health Centre to raise midwives' motivation by following midwives' clinic training which is hoped knowledge and skill will raise, so that can give qualified Antenatal Care.
To reorganize working burden midwives in the village with other Health Officer, who are on duty in the village, to fulfill health means equipment, to give reward and clear warning and to guide supervision organization and solve the problem, too and to give a teaching guidance, so that the midwives' compliance in the village to Standard Operation Procedure Antenatal Care will be raised.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Tedja
"Pada era globalisasi dan persaingan bebas termasuk dalam bidang pelayanan kesehatan saat ini, maka peningkatan mutu pelayanan menjadi sesuatu yang mutlak harus diperhatikan oleh para petugas kesehatan. Salah satu dimensi mutu adalah kepatuhan petugas terhadap standar pelayanan. Semakin tinggi kepatuhan petugas penyelenggara pelayanan kesehatan terhadap standar, maka akan semakin tinggi pula mutu pelayanan tersebut terhadap pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care yang merupakan salah satu kegiatan pokok di Puskesmas. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana hubungan kepatuhan bidan dengan karakteristik bidan serta faktor eksternal lainnya yang berhubungan, dan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal care.
Penelitian ini dilakukan di 7 Puskesmas pelaksana QA kota Palembang pada bulan April sampai dengan Mei 2001. Sampel penelitian adalah seluruh bidan yang bertugas di 7 Puskesmas pelaksana QA kota Palembang, sebanyak 42 orang. Jenis penelitian adalah cross sectional.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat, multivariat : distribusi frekuensi, chi-square, dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proporsi kepatuhan bidan di tujuh Puskesmas pelaksana QA kota Palembang masih sangat rendah, terutama pada komponen kegiatan konseling.
Dari analisis bivariat didapat faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan bidan adalah supervisi, penghargaan, dan beban kerja. Dari analisis multivariat didapat bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan bidan adalah penghargaan.
Perlu diberlakukan sistem penghargaan dalam bentuk pengakuan/pujian pada acara apel pagi atau lokakarya mini, tentang kepatuhan bidan menggunakan daftar tilik standar pelayanan antenatal care.

Factors that Correlate with Midwives' Compliance to Antenatal Care Standard at 7 Public Health Centers Organizing QA in Palembang Sumatera Selatan by year 2001Improvement of health care in the era of the globalization and free competition is compulsory and must be considered by the health care people. One of the quality dimensions is to follow the health care standard. The more the health care standard is followed, the higher the service quality to patients is.
This research aims to obtain the description of level midwives' compliance to antenatal care service standard, which is one of public health center main activities. Beside that it was also focused on correlation between midwives's compliance to midwives' characteristics as well as other external factors, which correlate, and factor that predominant midwives" compliance to the antenatal care service standard.
This research was carried out at 7 health centers organizing QA in Palembang from April to May 2001. The research samples were all midwives serving at 7 health centers organizing QA in Palembang, were 42 people. Design study was cross sectional.
The data analyses have been using univariate, bivariate, multivariate analysis, furthermore frequency distribution, chi-square and logistic regression.
The results of this research show that the proportion of midwives' compliance at 7 health centers organizing QA in Palembang is still low, especially counseling activity component.
From bivariat analysis was found as a predominant factor. Working burden, Honor and Supervision were significance correlated to midwives' compliance. From multivariat analysis was found that variable which was predominant with midwives compliance is honor.
From multivariat analysis was found that variable which was predominant with midwives compliance is honor.
It's necessary to make a honor system with declaration/worship at morning ceremony or mini workshop about midwives' compliance using the list of antenatal care service standard.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Zazri
"Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia relatif masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, yaitu 373 per 100.000 kelahiran. Sebagai negara yang pernah ikut dalam konggres Nairobi 1987, Indonesia mempunyai komitemen untuk dapat menurunkan angka kematian setengah dari yang ada. Banyak usaha yang telah dilakukan, salah satunya adalah peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun salah satu masalah dalam penggunaan tenaga kesehatan adalah kualitas pelayanan yang diberikan. Banyak kematian ibu dan bayi dapat dihindari dengan penanganan dengan kualitas yang tepat. Salah satu indikator untuk mengukur kualitas pelayanan adalah melalui pencatatan persalinan dan partograph adalah salah satu bentuk pencatatan persalinan yang telah diakui oleh WHO.
Pelatihan APN adalah salah satu pelatihan yang mengajarkan tentang partograph. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tingkat keterampilan dan kepatuhan bidan dalam mengisi partograph antara bidan yang dilatih APN dan yang tidak dilatih APN.
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Kuningan, Cirebon dan Kota Cirebon. Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Unit penelitian adalah bidan yang bekerja baik di Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Bidan praktek swasta, Puskesmas dan Polindes dengan populasi adalah seluruh bidan yang bekerja di tiga kabupaten tersebut baik yang telah mendapatkan pelatihan APN atau tidak. Metode pengambilan sampel adalah sampel random sampling, dengan jumlah sampel 126 responden. Pengumpulan data dengan metode kuantitatif melalui self administered dan review dokumen. Variabel yang diukur adalah keterampilan dan kepatuhan dan dikontrol dengan variabel pengetahuan, pelatihan klinis, tempat menolong persalinan, supervisi, jumlah persalinan dan pembantu persalinan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar bidan (83.3%) yang mendapatkan pelatihan APN mempunyai keterampilan yang tinggi dalam mengisi partograph, sedang pada bidan non APN yang mempunyai keterampilan tinggi hanya 26.7%. Sebagian besar bidan (86.4%) yang mendapatkan pelatihan APN lebih patuh menggunakan partograph dari pada bidan non APN (45%). Pengetahuan bidan tentang partograph sebagai alat pengambilan keputusan klinis lebih tinggi bidan APN (33.3%) dibanding bidan non APN (13.3%). Ada hubungan antara pelatihan APN dengan keterampilan bidan dalam mengisi partograph. Ada hubungan pelatihan APN dengan kepatuhan bidan dalam mengisi partograph. Ada hubungan antara pelatihan APN dengan pengetahuan bidan tentang partograph sebagai alat pengambilan keputusan klinis setelah dikontrol oleh keterampilan dan kepatuhannya dalam mengisi partograph.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bidan yang telah dilatih APN dikabupaten Kuningan, Cirebon dan Kota Cirebon mempunyai keterampilan dan kepatuhan yang lebih baik dalam mengisi partograph dari pada bidan yang tidak dilatih APN. Namun begitu keterampilan dan kepatuhan ini perlu tetap dipertahankan agar bidan selalu mengikuti prosedur standar yang telah ditetapkan.
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah bahwa bentuk pelatihan APN terutama pengajaran tentang partograph perlu dipertahankan, diperlukan kegiatan tindak lanjut untuk mempertahankan tingkat keterampilan, kepatuhan dan pengetahuan bidan tentang partograph. Agar dapat diperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan penelitian lain dengan cara observasi langsung terhadap praktek penggunaan partograph.
Daftar bacaan : 50 (1980 - 2003)

The Influence of Basic Delivery Care (APN) Training for Midwife's Skill, Compliance Level in Completing the Partograph and Knowledge for Clinical Decision Making in Kuningan and Cirebon Districts and Cirebon City, in 2003Maternal Mortality Rate (AKJ) in Indonesia is relatively high compared to other ASEAN countries, which is 373 per 100,000 births. As a participating country in the Nairobi congress in 1987, Indonesia has a commitment to lower maternal mortality to half the existing number. Many efforts have been implemented; one of them is to increase skilled birth attendance. But one of the problems in using healthcare provider is the quality of service provided. Many maternal and neonatal deaths can be avoided with appropriate quality management. One indicator to measure service quality is through delivery record and partograph is one of the form of delivery record acknowledge by WINO. APN training is one of the training that includes partograph study. The purpose of this study is to gain information on midwife's skill and compliance in completing partograph among midwives who attended APN training and those who did not.
The study was carried out in Kuningan and Cirebon district and Cirebon City. The design of this study is cross-sectional. The study unit was midwives who worked in hospitals, maternity clinics, private practice midwives, Puskesmas and Polindes. The population is midwives who work in those three districts either those who attended APN training or those who did not. Sampling method is random sampling, with sample number 126 respondents. Data collection is by quantitative method through self-administered document. Review Measured variables are the skill and compliance and controlled by knowledge variable, clinical training, place for delivery, supervision, number of deliveries and birth assistant.
The study result shows that most midwives (83.3%) who attended APN training has a high skill in completing the partograph, while non APN midwives only 26.7% has high skill. Most midwives (86.4%) who attended APN training adhere more to completing the partograph than non-APN midwives (45%). APN Midwives knowledge of partograph as a clinical decision-making is higher (33.3%) than non-APN midwives. There is a relationship between APN training on midwife's skill in completing the partograph. There is a relationship between APN training and midwife's compliance in completing the partograph. There is a relationship between APN training and knowledge to clinical decision-making after it is controlled by midwife's skill and compliance in completing the partograph.
The study result concludes that midwives who attended APN training in Kuningan and Cirebon districts and Cirebon city has better skill, compliance in completing the partograph and knowledge to clinical decision-making than those who did not. However, the skill and compliance need to be maintained so that midwife always follows the established standard procedure.
The recommendation that be given from the result of study are APN training, especially partograph training need to be maintained, follow up activities was needed to maintained midwife skill, compliance and knowledge regarding partograph. In order to maximal result, it was needed another research by direct observation for the Using of partograph.
References : 50 (1980 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pinantari Hanum
"Sebagai negara berkembang, Indonesia menghadapi masalah kependudukan yaitu jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Untuk mengatasi hal itu sejak tahun 1970 dimulai Program Keluarga Berencana, dengan tujuan menurunkan angka kelahiran sampai 50% nya pada tahun 2000 melalui upaya penurunan fertilitas. Salah satu upaya untuk menurunkan fertilitas adalah dengan pelayanan kontrasepsi. Tingkat pemakaian kontrasepsi di Indonesia sebesar 57% dengan pemilihan alat kontrasepsi dari urutan terbanyak hingga paling sedikit digunakan adalah suntik, pil, AKDR, norplan, dan metoda operasi (sterilisasi).
Sebagai dampak krisis moneter, harga obat/alat kontrasepsi menjadi mahal khususnya pil dan suntikan, maka AKDR menjadi altematif alat kontrasepsi yang harganya relatif murah, efektif dan praktis untuk mencegah dan mengatur kehamilan. Besamya minat masyarakat pada AKDR terus meningkat, tetapi angka putus pakainya juga meningkat.
Tingginya angka putus pakai pada AKDR di Kota Bogor sebesar 18,65% lebih tinggi dari angka nasional yaitu 12,3%, sehingga perlu dilihat penyebabnya. Dari hasil penelitian diketahui salah satu faktor penyebabnya adalah masalah kepatuhan bidan dalam menerapkan prosedur yang ditetapkan. Penelitian tentang kepatuhan bidan dalam menerapkan baku klinis, dilakukan secara cross sectional dengan sampel sebanyak 77 orang bidan atau total populasi bidan di 23 Puskesmas yang tersebar di Kota Bogor.
Untuk mengetahui kepatuhan bidan dalam menerapkan Baku klinis, dilihat dari faktor pengetahuan, sikap, pelatihan, masa kerja, kelengkapan sarana dan supervisi.
Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan bermakna (p < 0,05) adalah pengetahuan dan supervisi. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan, terungkap bahwa bidan yang berpengetahuan lebih akan lebih patuh dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang. Selain itu juga supervisi, bidan yang disupervisi lebih patuh daripada bidan yang tidak disupervisi.
Melihat hasil diatas, untuk perbaikan maka perlu dikaji kembali materi dan metoda pelatihan serta penerapan baku klinis pemasangan AKDR CuT 380 agar angka putus pakai kontrasepsi akibat efek samping dapat diturunkan.

As a developing country, Indonesia faces inhabitant problem i.e. high number of population and high population growth. To solve the problem, Family Planning program has been implementing since 1970 for the purpose to reduce the number of birth as much as 50% in year 2000 by decreasing fertility. One among the efforts to decrease the fertility is by giving service for contraception. The degree of the use of contraception in Indonesia is 57% where using injection is the most use and than followed by using pill, AKDR, implant and then the less is by using operation method/sterilization.
Due to the impact of crisis monetary where the price of medicine/contraception parts became expensive especially for pill and injection, hence AKDR became an alternative of contraception part because it has relatively lower price. Technically, AKDR is more practical, effective and economical to prevent and organize pregnant. People became more interest and the use of AKDR was increased, but the number of the drop out was also increased.
High number of the drop out of AKDR at Bogor is 18.65% which is higher than the drop out number of the national figure of 12.3°/x. Therefore, it is necessary to find out the cause. From the study, it is revealed that one among the factors causing this high number is the compliance factor of the midwife in implementing the procedure.
The study for the discipline of the midwife in implementing the clinical standard is performed with cross-sectional way with the number of sample as much as 77 (seventy seven) midwifes from the total population of midwife from as much as 23 Puskesmas located in Bogor city. In order to know the compliance of midwife in implementing the clinical standard, the study is performed on the followings factors: knowledge, attitude, training, work experience, availability of facility as well as supervision. The study indicates that the variable which has meaning correlation (p<0.05) is the knowledge and the supervision.
Based on the correlation between the knowledge and compliance, it is revealed that midwifes who have more knowledge will have more compliance compare those who has less knowledge. Other than that is supervision, where midwifes who get supervision will have more compliance than those who do not get supervision.
Based on the above finding, for the correction and improvement, it is necessary to review the material and method of the training as well as the implementation of the clinical standard of the installation AKDR CUT 380 in order to reduce the number of contraception drop out that caused by side effect.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Haryanti Sutantini
"Berdasarkan SDKI 1997, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup (target nasional: 125 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup (target nasional adalah 15 per 1000 kelahiran hidup), ini menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat serta arus terhadap pelayanan kesehatan masih rendah, khususnya kesehatan ibu dan anak.
Untuk menurunkan AKI dan AKB telah dilakukan berbagai upaya diantaranya adalah memudahkan pelayanan kesehatan yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan menempatkan bidan di desa.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja bidan di desa dalam pelayanan kesehatan ibu dan neonatal dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja serta faktor yang paling dominan. Dengan memakai indikator K1, K4, linakes, KNI dan KN2. Kinerja baik bila cakupan K1 > 95%, K4 > 90%, Linakes 85%, KNI > 80% dan KN2 7 80%.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Barat dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel penelitian adalah seluruh bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Lampung Barat yang berjumlah 94 orang.
Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi Square untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk melihat faktor yang paling dominan berhubungan dengan kinerja bidan di desa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kelompok bidan di desa yang memiliki kinerja kurang lebih besar dibandingkan bidan di desa yang memiliki kinerja baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, sarana, penghasilan tambahan dan supervisi mempunyai hubungan bermakna dengan kinerja bidan di desa dan yang tidak mempunyai hubungan bermakna adalah umur, status perkawinan, masa kerja, dukungan pimpinan dan dukungan masyarakat. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, penghasilan tambahan dan supervisi merupakan faktor dominan yang dapat menentukan hubungan variabel independen dengan kinerja bidan di desa. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja bidan di desa adalah variabel pengetahuan.
Setelah diketahui faktor faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan di desa, maka dapat diformulasikan berupa saran saran sebagai berikut: Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat yaitu membuat kebijakan memberikan insentif kepada bidan di desa dan bidan PTT yang berprestasi dapat diangkat sebagai pegawai negeri sipil. Bagi Dinas Kesehatan mengadakan pelatihan fungsional dan manajemen sosial approach, merencanakan supervisi yang berkualitas, mempermudah pemberian lain praktek bidan, mengusulkan penambahan tenaga bidan di desa sesuai kebutuhan, bidan di desa yang berprestasi diusulkan sebagai bidan di desa teladan. Bagi Puskesmas memberikan pembinaan secara periodik dan intensif serta mengadakan monitor dan evaluasi. Bagi bidan sendiri mengadakan pendekatan kepada masyarakat, memanfaatkan peran aktif dukun bayi, melaksanakan kerja sama lintas sektoral dan berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.

The Factors Related to Village Midwife Performance in Health Service for Maternal and Neonatal in West Lampung Regency 2002Based on the SDKI 1997, Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high, which is 334 per 100.000 living birth (national target: 125 per 100.000 living birth) and Infant Mortality Rate (IMR) is 25 per 1.000 living birth (national target is 15 per 1.000 living birth). These describe the level of public prosperity and access to health service is still low, especially for the health of mothers and children.
To decrease the MMR and 1MR various efforts have been undertaken. One of them is to facilitate health service that could reach the public through placement of midwives in villages.
The objective of this study is to get a description regarding the operation of midwives in villages concerning the health service for mothers and neonatal, and the factors which relate to the operation and the most dominant factor, using K I , K4, l inakes, KN1 and KN2 indicators. The operation is good when the scoop is 1(1 y 95%, K4 ? 90%, Linakes ? 85%, KN1 ? 80%, and KN2 ? 80%.
This study is carried out in West Lampung Regency using a cross sectional study plan. The samples of the study are every villages midwives who are in duty in West lampung Regency which consist of 94 people.
The analysis consist of univariat analysis, biovariat analysis with chi Square test to find out the relationship between the independent variable with the dependent variable and multivariate analysis with logistic regression test to find out the most dominant factor which is related to the operation of midwives in villages.
The result of the study shows that the midwives group proportion in villages which has less operation is higher compared to midwives in villages which has good operation. The result of bivariat analysis shows that the variable of knowledge, facilities, additional income, and supervision has significant relationship with the midwives operation in villages; and variables which have no significant relationships are age, marital status, work period, support from the superior or the public. The result of multivariate analysis shows that the variables of knowledge, additional income, and supervision are the dominant factors which could determine the relationship between the independent variable with the operation of midwives in villages. The most dominant variable related to the operation of midwives in villages is knowledge.
Once the factors which are related to the operation of midwives in villages have been identified, then the following suggestions could be formulated: For the District Government of West Lampung Regency is to make a policy that would give incentive for the village midwives and PTT midwives who have good track record could be raised as civilian government officers. For the Health Board is to make social approach management training and functional training, plans a good supervision, facilitate midwives working permit, proposes to increase the midwives according to the needs, village midwives who have good track records is proposed as the best midwife. For the Public Health Centers are to give education periodically and intensively and also to monitor and evaluate their progress. As for the midwives themselves are to make an approach to the public, using the active role of traditional midwives, undertake cross sector cooperation and try to improve their own knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>