Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184606 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Marisa
"ABSTRAK
Berhasilnya pembangunan di Indonesia berdampak positif pada usia harapan hidup, sehingga jumlah warga lanjut usia semakin meningkat. Kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsional, pada kelompok usia tersebut telah mengalami kemunduran, oleh karena itu dengan bertambahnya warga lanjut usia akan menimbulkan berbagai masalah termasuk masalah kesehatan. Dari kepustakaan diketahui bahwa penyakit kardiovaskuler dan hipertensi merupakan penyakit yang frekuensinya meningkat dengan bertambahnya usia. Warga lanjut usia merupakan kelompok resiko tinggi untuk mengalami defisiensi magnesium, disebabkan oleh masukan makanan yang kurang, gangguan saluran pencemaan, penggunaan diuretika dan diabetes mellitus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status magnesium serum pada warga lanjut usia dan faktor-faktor yang berhubungan seperti faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengetahuan gizi, sumber informasi, perilaku gizi, masukan makanan dan keluhan serta penyakit seperti gangguan nafsu makan, keadaan gigi geligi, diare, diabetes mellitus dan penggunaan diuretik.
Penelitian cross sectional ini melibatkan 88 orang warga lanjut usia. Data didapatkan dari wawancara, pemeriksaan fisik termasuk antropometri dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar magnesium dalam serum dan bahan makanan.
Hasil penelitian menunjukkan 54.5% menderita defisiensi magnesium. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna (p> 0.05) antara faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengetahuan gizi, perilaku gizi, sumber informasi gizi, masukan energi, masukan protein baik hewani maupun nabati, keadaan gigi geligi, dan diare dengan status magnesium serum. Sedangkan subyek yang menderita penyakit diabetes mellitus dan menggunakan diuretik cenderung mempunyai status magnesium yang rendah. Di samping itu ditemukan hubungan yang kuat antara gangguan nafsu makan dan masukan magnesium dengan status magnesium serum.

The successful development in Indonesia has a positive impact on the life expectancy at birth, leading to the increasing number of elderly. The physical condition of this age group either anatomically as well as functionally is declining with age. With the increasing number of this elderly group several health problems will emerge including, the high frequency of cardiovascular disease and hypertension. Some authors described the aetheology of these diseases to magnesium deficiency. Elderly are at high risk of suffering magnesium deficiency caused by deficient food intake, altered gastrointestinal function, use of diuretics and diabetes mellitus.
Therefore it is considered necessary to study serum magnesium status in the elderly, to know the serum magnesium status and related factors such as age, gender, level of formal education, income, knowledge of nutrition, nutritional information source, nutritional behavior, nutrient intake, complains and problems regarding anorexia, teeth condition, diarrhea, diabetes mellitus and use of diuretics.
This cross sectional study involved 88 elderly. Data were collected through interviews, physical examination, including anthropometrical measurements and laboratory assessments were done to determine magnesium content in serum and food.
From the 88 examined elderly, 54.5% were magnesium deficient. There was no significant association (p>4.05) between age, gender, level of formal education and income, knowledge of nutrition, nutritional behavior, nutritional information source, energy intake, animal and plant protein intake, teeth condition, diarrhea, and serum magnesium status. The subjects with diabetes mellitus and those using diuretics tend to have low serum magnesium status. There was strong association between anorexia and magnesium intake with serum magnesium status.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastasia
"Stres sudah menjadi masalah kesehatan secara global karena dampaknya terhadap kesehatan. Penelitian tentang stres yang dialami pengasuh di panti jompo di Indonesia belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran stres pengasuh di beberapa panti jompo di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan karakteristik pengasuh, status psikologis pengasuh, karakteristik lansia dan panti jompo serta faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dari bulan Desember 2012 - Januari 2013. Penelitian menggunakan total sampling berjumlah 57 orang.
Penelitian menunjukkan prevalensi stres sebesar 77,2%. Kebanyakan pengasuh berumur ≥ 34 tahun (50,9%), berjenis kelamin laki-laki (59,6%), tinggal di wilayah Jakarta (68,4%), menempati rumah sendiri (36,8%), tamat SMA (64,9%), sudah menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%), berpendapatan tinggi (50,9%) dan berpengeluaran tinggi (50,9%), melakukan strategi koping adaptive (94,7%) dan merasa puas (78,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1%, yang mengasuh selama ≥ 4 jam per hari sebanyak 52,6%. Kebanyakan pengasuh tidak memiliki jadwal kerja malam yang rutin (68,4%) dan tidak pernah mengikuti pelatihan khusus mengasuh lansia (50,9%). Pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1% dan rata-rata jumlah lansia demensia yang diasuh adalah 11 lansia, lansia demensia yang paling banyak diasuh adalah lansia demensia berumur > 70 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Sementara faktor yang berhubungan dengan stres pada pengasuh adalah kepuasan bekerja (nilai p = 0,05).
Kesimpulannya, stres pengasuh di panti jompo cukup tinggi dan berhubungan dengan kepuasan bekerja.

Stress has become a global health problem because of its impact on health. Research on the stress experienced by caregivers in nursing homes has not been done. The purpose of this research is to describe stress of caregivers in nursing homes in Province of DKI Jakarta based on the characteristics of caregiver, psychological status of caregiver, characteristics of the elderly and nursing home and factors related to stress of caregiver. The research design used was cross sectional from December 2012 - January 2013. Research using total sampling amounted to 57 people.
Research shows the prevalence of stress amounted to 77,2%. Most caregiver ≥ 34 years (50.9%), male (59.6%), living in Jakarta (68,4%), living in their own home (23%), finished high school (64,9%), married (75.4%), having child ≥ 2 (54.4%), high-income and high expenses (50.9%), do adaptive coping strategy (94,7%) and feel satisfied (78,9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1%, caring ≥ 4 hours per day was 52.6%. Most caregiver also does not have regular night work schedule (68,4%) and never follow a special training in caring for the elderly (50.9%). Caregiver who directly caring ≥ 20 elderly was 56.1% and the average number of elderly dementia that is taken care of is 11 elderly, elderly dementia who the most widely taken care of are elderly dementia with age > 70 years and women are the most. While factors related to stress of caregivers is the satisfaction of working (p = 0.05).
In conclusion, the stress of caregivers in nursing homes is quite high and is associated with the satisfaction of working.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatiek Sukesi
"Meningkatnya jumlah populasi lanjut usia disebabkan karena perbaikan gizi masyarakat. menurunnya tingkat kematian ibu dan angka fertilitas. Keadaan tersebut mengakibatkan angka harapan hidup dari umur 66,6 tahun laki-laki dan 69 tahun perempuan diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2000.
Dari total penduduk Indonesia saat ini 6.8% berusia 60 tahun. Perubahan secara alami yang terjadi pada penduduk lanjut usia, dimana secara fisik kemampuannya mengalami kemunduran, serta peran di dalam masyarakat juga mulai menurun. Akibatnva akan mengalami krisis pada dirinya terutama apabila tidak disiapkan sebelumnya.
Dinamika pembangunan dan tingkat pendidikan mengakibatkan lanjut usia memilih Panti Werdha sebagai rumah lanjut usia, hal ini dipandang sebagai suatu kesatuan komunitas lansia. Lanjut usia yang tinggal di Panti Werdha pada umumnya mengalami status gizi kurang ataupun status gizi lebih, hal ini disebabkan karena fungsi organ-organ tubuh menurun serta adanya penyakit degeneratif dan pola makan. Pada umumnya lansia memilih makanan yang lunak dan rendah serat serta kalori tinggi, mengakibatkan kelebihan kalori, gemuk atau obesitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Jakarta. Pengumpulan data-data dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan data primer. Pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul.
Rancangan penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 66 responden yang berumur lebih dari 60 tahun tidak menderita sakit berat yang dinyatakan oleh dokter atau petugas kesehatan, tidak sedang menderita dimensinya. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariate dengan menggunakan uji tabulasi silang dan analisis regresi logistik. Analisis dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS for Window versi 10.10.2000 untuk mengetahui kiasifikasi masing-masing variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, status kawin, status pekerjaan, lama tinggal, ketuhan, status kesehatan. Dari semua variabel yang diteliti, ternyata yang berperan besar terhadap status gizi adalah jenis kelamin laki-laki mempunyai kecenderungan 6 kali (OR = 6.649) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan perempuan pada umur lebih dari 60 tahun, Status kawin mempunyai kecenderungan 4 kali (OR = 4.021) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan yang lansia yang tidak kawin.
Status kerja mempunyai kecenderungan 13 kali (OR = 13.001) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan lansia yang tidak bekerja pada umur lebih dan 60 tahun setelah dikontrol dengan variabel lainnya. Dengan demikian ketiga variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi.
Memperhatikan hasil penelitian tersebut bahwa status pekerjaan lanjut usia di Sasana Trisna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan berperan besar terhadap status gizi maka diperlukan penelitian lebih lanjut balk dilakukan di Sasana Trisna Werdha tingkat swasta rnaupun pemerintah sebagai uji banding lebih lanjut.
Daftar bacaan : 40 (1986-2000)

The increasing number of populations of the elderly is due to better communal nutrition, decreased rate of mother's mortality, and fertility. Such a condition generates life expectancy from 66.6 years of age in men and 69 years of age in women that can be projected to achieve more than 70 years of age by the year 2000.
Of the current total Indonesian population, 6.8% are 60 years of age. Natural change occurs in the elderly where their capacity and social roles degrade physically that it will lead to their self-crisis if not prepared previously.
Dynamics of development and educational levels make the elderly choose Panti Werdha as their group home as being viewed from a continum of the elderly community. The elderly that live in Panti Werdha generally experience malnutrition or over-nutrition due to their declining organic functions, degenerative diseases and food-consumption style. In general, the elderly prefer soft and lower-fibre and highly-contained calorie food that it may cause over-calorie or obesity.
This research aims to identify factors related to nutrition status of the elderly in Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Jakarta. Data set are collected by interview method with primary data, measurements of height, weight, hip and incomperence.
The research design is cross-sectional in manner which includes a number of 66 respondents of 60 years of age that do not suffer from serious diseases according to the medical examination by doctor, health-personnel of which they do suffer from their dimensions. Data analysis includes analyses of univariate, bivariate and multivariate by making use of cross-tabulation test and logistic regression analysis.
Results of research indicate that the nutrition-status of the elderly in STW Ria Pembangunan has a significant correlation among age, gender, marital status, work-status. duration of stay, complaint, health status. Of all the researched variables, the fact shows that nutrition status is greatly affected by male-gender with six time tendency (OR = 6.649) better than that of female-gender over 60 years of age. Marital status has 4 time tendency (OR = 4.021) better in their nutrition status than that in the unmarried elderly.
Work status includes 13 time tendency (OR = 13.001) better in their nutrition status than that in the unemployed elderly of over, 60 years of age after being controlled with other variables. Therefore, these three variables have significant correlation with the nutrition status.
Taking the results of research into account, it appears that the work status of the elderly in Sasana Trisna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan largely effects the nutrition status that it needs more research into Sasana Trisna Werdha at private or public level as a further comparative-test.
Reference : 40 (1986-2000)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T7930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhani Puji Lestari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S7265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktoruddin Harun
"Banyak cara yang dapat dipergunakan untuk mengetahui keadaan gizi seseorang. Salah satu diantaranya adalah dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT). Dan dapat menggolongkan status gizi seseorang normal atau tidak normal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran status gizi (IMT) usia lanjut dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status gizi usia lanjut (IMT).
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari penelitian potong lintang Studi Evaluasi Program Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas DKI Jakarta ( kerja sama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta), dengan mengambil wilayah Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Nopember s.d Desember 1997, dengan sampel adalah usia lanjut >= 55 tahun sebanyak 173 orang yang terdiri 77,46% wanita dan 22,54% pria.
Penelitian ini melibatkan 7 variabel independen yaitu faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan dengan status gizi (IMT) pada usia lanjut, variabel tersebut adalah sebagai berikut : jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan., status kesehatan, aktifitas fisik dan kebiasaan merokok.
Hasil analisis bivariat dan multivariat diketahui bahwa secara statistik tidak ada variabel independen yang berhubungan bermakna dengan status gizi usia lanjut (IMT).
Dari hasil penelitian ini disarankan agar diteliti faktor-faktor lain yang belum tercakup dalam penelitian ini seperti % karbohidrat terhadap energi, % lemak terhadap energi, tingkat stress, keturunan dan tingkat hormonal.

Factors Associated With Nutritional Status of Guided Elderly in Community Health Centres Area in South Jakarta in 1997Nutritional status can be measured by many methods and one them is measuring body mass index (BMI). Based on BMI we would know if someone had normal or not nutritional status. The objective of this study is to find the nutritional status (BMI) of elderly and were had know factors associated with the nutritional status of elderly.
This study use secondary data according to study evaluation health program elderly in community health centers in DKI Jakarta ( cooperation Faculty of Public Health University of Indonesia and Department of Health DKI Jakarta). Design of study was a cross sectional and data were collected on November - December 1997. Total sample were 173 persons aged > =55 years, consist of 22,54% male and 77,46% female.
This study involved 7 variables independent possibly related to the nutritional status (BMI) of elderly, those variables as follow : sex, age, level of education, level of income, health status, physical activities and smoking habits.
Based on bivariate analysis and multivariate analysis there are not independent variables significant associated with nutritional status elderly (BMI).
According to this result it is suggested to study another factors not included, those factors as follow : % carbohidrat by energy, % fat by energy, level of stress, genetic and level of hormonal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Usia lanjut adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Peningkatan jumlah usia lanjut disebabkan semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia. Meningkatnya usia dapat menimbulkan masalah - masalah kesehatan akibat dari perubahan atau kemunduran strukrur dan fungsi organ tubuh.
Salah satu masalah kesehatan yang berhubungan dengan proses menua adalah masalah gizi. Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengetahui status gizi seseorang, diantaranya dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran status gisi usia Ianjut dan untuk mengetahui faktor -faktor demografi yang berhubungan dengan status gizi usia lanjut. Desain yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: analitik korelasi dengan analisis univariat dan bivariar. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2003, di Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat dengan sampel adalah usia lanjut yang berumur lebih dari 65 tahun sebanyak 66 responden. Penelitian ini melibatkan tujuh variabel independen sebagai faktor-faktor demografi yang berhubungan dengan status gizi, variabel terbanyak adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, status kesehatan, kebiasaan merokok. Hasil analisis unuvariat, responden terbanyak diketahui pada kelompok umur 75 - 84 tahun 45,5 %, jenis kelamin perempuan 81, 8 %, tingkat pendidikan rendah 66, 7 %, tingkat pendapatan tinggi 97,9 %, status kesehatan baik 86.4 %, kebiasaan tidak merokok 86,4 % dan status gizi tidak normal 5 7,6 %. Sedangkan pada analisis bivariat dikerahui bahwa secara statistik tidak ada variabel independen yang mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi usia lanjut (IMT). Dari hasil penelitian ini disarankan bagi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pemberian makanan tambahan dan penyuluhan kesehatan pada usia lanjut dan keluarganya, bagi tenaga keperawatan untuk diadakannya pelatihan - pelatihan tentang perawatan usia Ianjut yang dapat meningkatkan status gizi usia lanjut, bagi institusi pendidikan untuk menambahkan literatur, buku, jurnal tentang usia Ianjut sebagai acuan arau pedoman, bagi bidang penelitian perlu dilakukan penelitian lebih Ianjut tentang faktor-faktor yang belum tercakup seperti tingkat stres, keturunan dan hormonal, bagi masyarakat perlu ditingkatkan pengetahuan tentang status gizi usia lanjut melalui pendidikan kesehatan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5432
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Enik Sulistyowati
"Kesegaran jasmani merupakan salah satu tolok ukur kesehatan masyarakat. Manurut Pocock (1987: 131) kondisi kesegaran jasmani seseorang ditentukan oleh beberapa komponen yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan (health related fitness). Orang usia lanjut mengalami penurunan komponen-komponen kesegaran jasmani.
Komponen kesegaran jasmani yang paling penting adalah daya tahan kardiorespirasi yang ditunjukkan oleh nilai V02 max. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992 ; 3) V02 max yang baik akan diperoleh dengan status gizi dan kesehatan yang baik disamping latihan fisik teratur. Hasil penelitian Astrand dan Rodahl (1986: 344) ditemukan bahwa V02 max laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Perbedaan ini disebabkan perbedaan massa lemak.
Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang V02 max orang usia lanjut binaan puskesmas DKI Jakarta tahun 1998 dan hubungannya dengan faktor-faktor dalam dirinya yang meliputi karakteristik individu, status gizi dan status kesehatan.
Penelitian ini menggunakan rancangan belah lintang (cross sectional). Data yang digunakan adalah data sekunder. Data diambil dari rekaman hasil pemeriksaan kesehatan dan kesegaran Jasmani orang usia lanjut binaan puskesmas yang dilakukan oleh Balai Kesehatan dan Olahraga Masyarakat (BKOM) pada bulan Agustus - September 1998. Sampel dari penelitian ini adalah orang usia lanjut binaan puskesmas DKI Jakarta yang berumur diatas 55 tahun dan berhasfl dilakukan pengukuran V02 max.
Dari hasil penelitian diketahui orang usia lanjut binaan puskesmas DKI Jakarta tahun 1998 yang mempunyai VO2 max kurang sebesar 70,4%. Proporsi orang usia lanjut perempuan (79,3%) jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Rata-rata IMT orang usia lanjut binaan puskesmas DKI Jakarta tahun 1998 adalah 23,8. Rata-rata ini lebih tinggi dibandingkan orang usia lanjut di 12 kota di Indonesia tahun 1996. Rata-rata PLT orang usia lanjut perempuan 20,74 % dan laki-laki 15,87 %. Orang usia lanjut yang menderita kelainan fisik hanya 28,5%. Kelainan fisik yang diderita sebagian besar adalah jantung ringan yaitu 24,7%.
Penelitian ini menemukan tidak ada hubungan antara umur, jenis kelamin dan status kesehatan dengan V02 max. Sedangkan yang berhubungan dengan V02 max adalah status gizi menurut IMT dan status gizi menurut PLT. Berdasarkan pertimbangan statistik serta kemudahan dan kepraktisan cara pengukuran maka yang terpilih adalah variabel status gizi menurut IMT.
Nilai OR untuk orang usia lanjut yang berstatus gizi kurus tingkat ringan adalah 0,2538 ( 95%CI=0,1145-0,5625), untuk status gizi gemuk tingkat ringan 1,8368 (95%CI=1,0713-3,1497) dan untuk status gizi gemuk tingkat berat 5,2001 (95%CI=2,4221-11,73). Sebagai kelompok pembanding orang usia lanjut yang berstatus gizi normal. Dalam analisis ini mengabaikan variabel aktivitas fisik.
Penelitian ini menyarankan orang usia lanjut binaan puskesmas DKI Jakarta 1998 yang mempunyai status gizi gemuk harus berupaya menurunkan berat badannya dengan cara olahraga dan mengurangi konsumsi makanan terutama sumber energi. Nilai V02 max orang usia lanjut perlu ditingkatkan, dengan cara peningkatkan pembinaan olahraga bagi orang usia lanjut. Untuk melengkapi basil penelitain ini, perlu dilakukan penelitain lebih lanjut dengan menganalisis semua faktor yang berhubungan dengan V02 max prang usia lanjut.

Factors Related to Maximum Oxygen Volume of Fostered Elderly People by Health Centers in Jakarta 1998Physical fitness is one of the indicators of public health. According to Polack (1987:131) the condition of physical fitness is determined by several components that closely related to the health (health related fitness). The elderly tend to experience the decreasing of their physical fitness.
The most important component of physical fitness is the cardiorespiratory endurance as indicated by maximum oxygen volume. As stated by Departement of Education and Culture (1992:13), a good maximum oxygen volume is influenced by nutrition status and health as well as physical practice regularly. The result of Astrand and Rodahl's research (1986 : 344) found that maximum oxygen volume in men was relatively higher than in women. It was caused by the difference of body fat mass.
The purpose of this research is to obtain information of maximum oxygen volume of fostered elderly people by health centers in Jakarta 1998 and its relation to the internal factors which including individual characteristic, nutrition and health status.
The research used cross sectional design. The data used was secondary data. The data was taken from the result of health examination and physical fitness of fostered elderly people by health centers in Jakarta, conducted by the institution of Public Health and Sport in Agust to September 1998. The samples were fostered elderly people by health centers in Jakarta with aged of up to 55 years and had maximum oxygen volume measurement.
This research found that low maximum oxygen volume of the elderly people is 70,4%. The proportion in women (79,3%) is relatively high than in man. The average of body mass index is 23,8. This is higher than the elderly people of the other 12 towns in Indonesia 1996. The average body fat of the female elderly people is 20,74 % and male is 15,87%. The elderly with physical handicap is only 28,5%. Many of them had heart disease of 24,7%.
There is no relation between age, sex and health status with maximum oxygen volume. Factors related to maximum oxygen volume are nutrition status according to body mass index and body fat. Based on statistical analysis and practical measurement consideration, the chosen variable is nutrition status according to body mass index.
Odds ratio of the elderly people with mild thinness is 0,2538 (95% CI = 0,11145-0,5625). The elderly people with mild overweight is 1,8368 (95 % CI = 1,0713-3,1497) while those with severe overweight is 5,2001 (95 % CI = 2,4221 - 11,73). The analysis used the elderly people with normal nutrition status as comparative group. This analysis neglected the variable of physical activity.
The founding of the research suggest that fostered elderly people by health centers in Jakarta 1998 who had overweight should decrease their weight through sport and decrease food consumption particulary the food of energy source. The value of maximum oxygen volume of the elderly people is needed to increase, by increasing sport maintenance for them. Finally to develop the result of this research , the follow up research is needed by analyzing all factors related to maximum oxygen volume of the elderly people.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Adelina
"Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi bayi usia 1,5-8 bulan di Jakarta Selatan dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, penghasilan ibu, usia ibu saat melahirkan, morbiditas diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Penelitian menggunakan studi cross-sectional dan dilakukan pada 88 responden yang memiliki bayi usia 1,5 hingga 8 bulan di Jakarta Selatan. Data didapatkan berupa status gizi bayi, jenis kelamin bayi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan ibu, penghasilan ibu, morbiditas diare dan ISPA, dan pemberian ASI yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi yang diuji dengan uji Chi-Square (p<0,05). Dari hasil penelitian didapatkan proporsi status gizi wasted sebesar 4,5 % dan status gizi non-wasted sebesar 95,5 %. Dengan proporsi jenis kelamin bayi laki-laki 51,1%, dan perempuan 48,9%, pemberian ASI sebesar 30,7%, ibu bekerja 11,4%, diare dan ISPA bayi dalam kurun waktu 2 minggu terakhir masing-masing 14,8 % dan 60,2%, tingkat pendidikan ibu rendah 54,5%, sedang 34,1 %, dan tinggi 11,1%, tingkat penghasilan keluarga sedang 48,9% dan tinggi 51,1 %, semuanya tidak memiliki hubungan yang bermakna.

Nutritional Status described how great individual physiological requirement has met. Nutritional stauus is corelated to many factors. This research’s aims are first, to know the frequency distribution of infants 1,5-8 months of age in South Jakarta and its corelation with babies’ sex, maternal education level, woking mother, familiy annual income, maternal age of giving birth, dierhea and upper respiratory track infection and eksclusive breast milk in infants.The study design of the research iscross sectional. The number of the respondent is 88. The respondents are mother who have baby 1,5-8 months of age in South Jakarta. The data that were collected are infants’ nutritional status, babies’ sex, maternal age of giving birth, maternal educational level, working mother, familiy annual income level, diarhea and upper respiratory track infection in infant and eksclusive breast milk in infants. All those variables were analyzed with Chi-square test (p<0,05). From this research, the percentage of infants with non-wasting nutritional status is 95,5 % and the percentage of wasting is 4,5 %. The percentage of boys is 51,1 % and girls is 48,9 %. Percentage of babies receiving eksclusive breast milk is 30,7%, working mother 11,4%, Dhiarhea and upper respiratory track infectin in infants rea 14,8% and 60,2%. And all of them show no significant correlation to nutriotional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univeristas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Halasan
"Salah satu upaya apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimal agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap baik, gangguan gizi yang umumnya muncul pada lansia selain gizi kurang juga gizi lebih yang apabila dilihat dari sudut kesehatan, sama-sama merugikan dan dapat menyebabkan kematian dengan penyebab yang berbeda. Gangguan gizi pada lansia diduga berkaitan dengan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lansia di kota Bengkulu.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 207 orang lansia yang berumur > 60 tahun dan dipilih dengan menggunakan systematic random sampling.Pengumpulan data variabel bebas seperti jenis kelamin, status perkawinan, status tempat tinggal, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, status ekonomi dan aktifitas fisik dilakukan dengan wawancara terstruktur sedangkan untuk konsumsi makanan (total energi, karbohidrat, protein dan lemak) dengan menggunakan dua pendekatan yaitu food recall dan food frequencies.
Hasil penelitian melaporkan proporsi lansia yang mengalami gizi lebih sebesar 18,4% dan gizi kurang sebesar 19,3%. Hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (P>0,05) rata-rata IMT menurut jenis kelamin, status perkawinan dan status tempat tinggal serta tidak ada hubungan yang bermakna (p>0,05) antara pengetahuan gizi dengan IMT lansia. Akan tetapi, ada perbedaan yang bermakna (p<-0,05) rata-rata IMT antara lansia yang melakukan olah raga dengan yang tidak melakukan olah raga dan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) rata-rata IMT menurut frekuensi, lama dan jenis olah raga. Selanjutnya ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan IMT lansia. Ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara total energi dengan IMT serta ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara asupan karbohidrat, protein dan lemak dengan IMT setelah di adjusted dengan total energi. Hasil analisis multivariat regresi linier juga menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan dengan IMT lansia adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat dengan koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,10 yang artinya variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan dan asupan karbohidrat hanya dapat menjelaskan IMT lansia sebesar 10%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lansia di kota Bengkulu mengalami masalah gizi ganda yaitu masalah gizi lebih sudah mulai timbul akan tetapi masalah gizi kurang masih terjadi. Untuk itu, perlu digalakkan promosi gizi melalui pendekatan keluarga dirnana lansia tinggal serta bila memungkinkan memberikan makanan tambahan kepada lansia yang kurang gizi terutama lansia dengan kondisi ekonomi yang kurang.

Factors Related to Nutritional Status among Elderlies Bengkulu City,2001When reaches elderly age, one should maintain an optimal nutritional status to ensure a good quality of life. Nutritional problems that occur during old ages may take two forms, that is, under nutrition or over nutrition, both are health devastating and might cause death due to different reasons. Nutritional problems among elderly relate to changes in both environment and health conditions in general. Thus, this study aims to describe the nutritional status and its related factors among elderly in Bengkulu city.
The study design is cross-sectional with 207 subjects aged > 60 years of old and were selected using systematic random sampling. Structured interview was used to collect data such as gender, marital status, residential status, educational level, nutrition knowledge, economic status, and physical activity level. While for food consumption (to predict macronutrients consumption such as total energy, carbohydrate, protein, and fat), two methods, that is, food recall and food frequency questionnaires were employed.
The study showed that the proportion of elderlies with over nutrition was 18,4% and elderlies with under nutrition was 19,3%. T-test showed no significant difference (p>O,05) in BMI for gender, marital status, and residential status. Moreover, there was no significant difference (p>O,45) in BM[ for nutrition knowledge. Significant difference (p< 0,05) was found in BMI for elderlies who perform sport activities and those who do not. However, no significant differences were found for frequency, duration, and type of sport activities. Significant differences in BMI (p<0,05) were found for different level of education, economic status, total energy intake, carbohydrate, protein, and fat intakes (after being adjusted for total energy intake). The multivariate tinier regression analysis showed that the dominant factors determining the BMI of elderlies in this study were gender, educational level, and carbohydrate intake (adjusted) with coefficient of determination (R2) of 0,10, meaning that these variables could only explain 10% of the BMI among elderlies in this study.
The results of the study lead to conclusion that elderlies in Bengkulu city faced a double burden of nutritional problems, that is over nutrition and under nutrition at the same time. Therefore, an adequate nutrition promotion is to be embarked through family approach where most of elderlies stay. If possible, for elderlies with low economic status, a supplementary food should be provided.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meria Woro Listyorini
"ABSTRAK
Depresi merupakan (depressive symptoms) atau gangguan fungsi psikososial pada masa tua
(Late-life depression). Depresi pada lansia dapat terjadi akibat beberapa faktor internal
maupun eksternal. Tujuan: mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berhubungan
dengan depresi lanjut usia di PSTW Budi Dharma Bekasi. Metode: desain kuantitatif dengan
pendekatan analisis cross secional dengan responden sebanyak 101. Hasil penelitian: (24,8%)
lansia depresi ringan, (28,7%) depresi sedang, dan (5%) lansai depresi berat. Faktor internal:
rerata usia responden sebesar 72,83 tahun mengalami depresi, SD: 2,8, berjenis kelamin
wanita (69,6%), berstatus tidak menikah (89,7%), berpendidikan rendah (60,2%), dan rerata
status kesehatan dengan nilai mean: 43,33 SD: 1,54. Faktor eksternal: sumber dukungan
sosial dengan depresi nilai mean: 36,61 SD: 2,55, dan bentuk dukungan sosial: mean 26,07
SD: 1,14. Kesimpulan: ada hubungan signifikan usia dengan status depresi, jenis kelamin
wanita lebih banyak dan berhubungan signifikan dengan depresi, serta lansia dengan status
pernikahan tidak menikah berhubungan signifikan dengan depresi.

ABSTRACT
Depression is (depressive symptoms) or impaired psychosocial function in old age (Late-life
depression). Depression in the elderly can occur due to several internal and external factors.
Objective: to identify internal and external factors related to elderly depression in PSTW
Budi Dharma Bekasi. Method: Quantitative design with cross sectional approach with 101
respondents. Results: (24.8%) elderly mild depression, (28.7%) moderate depression, and
(5%) severe depression lansai. Internal factors: average age of respondents 72.83 years old
experienced depression, SD: 2.8, female sex (69.6%), unmarried status (89.7%), low
education (60.2%), and Mean health status with mean value: 43,33 SD: 1,54. External
factors: a source of social support with mean value depression: 36.61 SD: 2.55, and form of
social support: mean 26.07 SD: 1.14. Conclusion: There is a significant association of age
with depression status, more female sex and significant relation with depression, and elderly
with unmarried marital status significantly related to depression."
2017
T47785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>