Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Betty Dwi Kurnianingsih
"Secara umum keberhasilan siswa dalam mengikuti. pelajaran di sekolah merupakan ukuran dari berhasil atau tidaknya seorang siswa mencapai tujuannya. Da1am pendidikan, berhasilnya seorang siswa memenuhi tuntutan tugas pelajarannya merupakan suatu kesuksesan. Keberhasilan ataupun kegagalan yang dialami siswa dapat merupakan suatu pengalaman belajar. Pengalaman belajar ini dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan atau pemahaman tarhadap sesuatu, dalam bidang ketrampian dan dalam bidang tingkah laku.
Pengalaman belajar dari siswa dapat dinilai oleh pendidik melalui prestasi belajar. Oleh karena itu, diperlukan konsep diri yang positif, yakni sesuai dengan apa sebenarnya ada pada diri siswa. Dengan konsep diri yang positif, siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang memadai. Konsep diri besar pengaruhnya terhadap perilaku. Oleh karena itu, perlu dicari upaya atau intervensi untuk meningkatkan konsep diri mereka, sehingga dikemudian hari, anak-anak ini dapat berkembang menjadi manusia pembangunan yang berkualitas.
Melalui pelatihan "training" tertentu diharapkan siswa-siswa dapat mengembangkan konsep dirinya sehingga prestasi belajar/prestasi akademiknya akan tampil optimal sesuai dengan kemampuannya. Tujuan penelitian adalah menguji efektivitas Program Pelatihan Pengembangan Konsep Diri (PPKD) bagi para anak didik. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimen mengenai pengembangan konsep diri.
Penelitian ini menggunakan rancangan "Solomon four group design". Kelompok pertama yang mendapatkan pretes, tanpa perlakuan, postes. Kelompok kedua yang mendapatkan pretes, perlakuan, pastes. Kelompok ketiga yang hanya mendapatkan postes dan kelompok keempat yang mendapat perlakuan dan postes. Alat yang digunakan, tes kecerdasan Standard Progressive Matrices (SPM), Skala Konsep Diri (sebagai pretes dan postes), Hasil belajar/prestasi siswa dari nilai rata-rata ujian sumatif dan ujian harian terhadap 12 mata pelajaran. Sampel penelitian adalah siswa kelas II SMP Mardi Yuana Depok yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah 182 siswa. Jumlah siswa perempuan 94 orang, jumlah siswa laki-laki 88 orang. Usia berkisar antara 13 sampai 16 tahun.
Pemberian Program Pelatihan Pengembangan Konsep Diri (PPKD) dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 siswa peserta. Sebelum perlakuan program dilaksanakan, semua subyek mendapat perlakuan maupun yang tidak menperoleh perlakuan program secara klasikal mengikuti test SPM selama 25 nenit, setelah itu subyek kelompok yang mendapat pretes mengisi Skala Konsep Diri selama 10-15 menit sebagai pretes. Program PPKD diberikan selama dua hari. Selesai pertemuan diadakan evaluasi. Skala Konsep Diri sebagai postes diberikan 3 minggu setelah dilaksanakan Program PPKD.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan lebih tinggi dalam konsep diri antara siswa yang memperoleh Program PPKD maupun siswa yang tidak memperoleh perlakuan apapun. Namun ada efek interaksi antara pretes dengan eksperimen (perlakuan). Kelompok yang mendapat perlakuan maupun pretes, postesnya lebih tinggi dibanding kelompok yang tidak mendapat perlakuan tetapi mendapat pretes. Dari hasil perhitungan interaksi ini tampak adanya pretes mempengaruhi hasil postes. Demikian pula tidak ada perbedaan yang signifikan lebih tinggi dalam hasil belajar siswa dari kelompok yang memperoleh Program PPKD ataupun kelompok yang tidak memperolehnya. Dengan demikian disimpulkan bahwa Program PPKD ternyata tidak efektif untuk meningkatkan konsep diri maupun hasil/prestasi belajar pada siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama.
Saran-saran untuk penelitian lebih lanjut adalah sampel penelitian dapat diperluas daerah atau wilayah tempat sekolah. Pengambilan data postes sebaiknya diberikan minimal satu bulan setelah pelatihan diberikan. Sehingga ada kesempatan mengubah sikap, perilaku dari peserta pelatihan. Selain itu, pemberian Program Pelatihan sebaiknya didahului dengan pemberian pretes pada seluruh kelompok penelitian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-3651
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Phiter
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2022
649.1 IRE b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy
"Cakupan penimbangan balita di posyandu dari tahun 1994 -1998 provinsi Daerah Istimewa Aceh berkisar antara 45,70% sampai 54,10%. Sementara itu di Kabupaten Aceh Timur angka cakupan penimbangan sebesar 49,06% (Profil Kesehatan D.I Aceh, 1998). Untuk meningkatkan angka cakupan penimbangan balita pemerintah melaksanakan program revitalisasi Posyandu di setiap desa. Program ini diharapkan mampu memperluas pemantauan status gizi balita sekaligus meningkatkan cakupan program gizi.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran cakupan penimbangan balita di posyandu dan faktor-faktor yang berhubungan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat faktor yang paling dominan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Timur. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah Posyandu yang terdapat di Kabupaten Aceh Timur dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara systematic random sampling sebanyak 110 posyandu dengan jumlah responden 110 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 44,4% cakupan penimbangan balita di posyandu Kabupaten Aceh Timur masih rendah (< 60%) dan 55,6% dengan cakupan penimbangan baik (>60%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa posyandu yang mempunyai cakupan penimbangan baik dan rendah di Kabupaten Aceh Timur hampir sama. Faktor kemampuan kader, sarana, supervisi dan pembinaan desa mempunyai hubungan yang bermakna terhadap cakupan penimbangan balita tersebut. Disamping itu faktor kemampuan kader mempunyai hubungan yang dominan dengan cakupan penimbangan balita setelah faktor lain dikontrol.
Penelitian ini menyarankan adanya pelatihan kader yang kontinyu dalam rangka meningkatkan kemampuan, meningkatkan frekuensi supervisi oleh Puskesmas dan Dins Kesehatan Kabupaten, bantuan dana untuk melengkapi sarana dan kerja sama dengan aparat desa di dalam pembinaan guna meningkatkan cakupan penimbangan balita di posyandu.

The weighing coverage of baby under five years of age in Aceh Province from 1994 - 1998 were only around 45,70% up to 54,10%. Furthermore, in East Aceh district the coverage is only 49,06% (The Aceh Province Health Profile, 1998). To improve the program's coverage, the Indonesian Government tries to revitalize posyandu in every village all over the country. This revitalization program is expected to extensify nutrition status monitoring activities and to improve nutrtion program's coverage.
The aim of this research was to describe of the program coverage at posyandu and related factors in East Aceh District. The research design was a cross sectional study_ Samples were Posyandu units in East Aceh District and sampling method was systematic random sampling with 110 cadres as respondents.
The result of research showed that there were 44,4% posyandu units had low performance (under 60% of under five years visited posyandu). Therefore we conclude that low and high performances are similar in East Aceh District. This study also concluded that cadres ability/skills, completeness of posyandu equipments, supervision of Health Center and village leaders are significantly related to the posyandu performance. Further, it is shown that cadres' skill is the most important among these significant factors.
This study recommend that (1) District or Health Center should strengthen their training program to improve the cadres' skills ; (2) Strengthen supervision activities by District or Health Center ; (3) Facilitate the posyandu with standard equipments ; and (4) Strengthen partnership and village empowerment to supervise the posyandu units.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitriani Sumarlis
"Menumt Erikson (dalam Hamner & Turner, 1990) krisis perkembangan yang dialami anak pada masa usia sekolah adalah industry vs inferiority. Keberhasilan anak mengatasi krisis in! akan menimbulkan rasa industri yang akan membentuk konsep diri yang posltif. Rasa industri seorang anak pada masa ini sangat ditentukan oleh prestasi belajamya di sekolah (Erikson dalam Hjelle & Ziegler 1991). Prestasi belajar anak di sekolah ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah keluarga karena dalam perkembangan seorang anak tidak ada pengalaman lain yang bisa mempengaruhi anak sebanyak pengaruh hubungan orangtua dan anak (Turner & Helms, 1991). Orangtua melalui interaksinya dengan anak dalam proses pengasuhan dapat berperan dalam upaya pencapaian prestasi' belajar anak.
Berkaitan dengan peran orangtua, secara tradisional pengasuhan dalam arti mendidik dan membesarkan anak lebih dibebankan kepada ibu. Peran ayah lebih dikaitkan dengan peran sebagai pendukung ekonomi yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan intelektual (Signer, 1994; Hamner & Turner, 1990; Parsons & Bales dalam Signer 1994; Phares, 1996) sehingga keterllbatan ayah dalam pengasuhan anak tidak mendalam. Namun jaman berkembang dan jumlah wanita yang bekerja meningkat. Ayah pun mulai dituntut untuk terlibat dalam pengasuhan anak.
Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa ayah memiliki kemampuan yang sama dengan Ibu dalam mengasuh anak. Penelitian lain pun menunjukkan bahwa keteriibatan ayah dalam pengasuhan dapat berpengaruh terhadap keseluruhan perkembangan sosial, emoslonal dan Intelektual anak (Crouter & Jenkins 1987)^ Khususnya bag! anak usia sekolah pengaruh ayah lebih ditekankan pada perkembangan intelektual anak dalam kaltannya dalam pencapaian prestasi belajar. Karakteristik-karakteristik tertentu yang ditampilkan ayah selama proses pengasuhan -hangat atau kontrol- akan berpengaruh bagi pencapaian prestasi belajar anak. Dari beberapa peneiitian yang dilakukan oleh Radin (1981) terhadap ayah anak prasekolah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kehangatan yang diberikan ayah dengan fungsi intelektual dan prestasi belajar anak. Sedangkan kontrol ayah berhubungan negatif dengan prestasi belajar anak. Di Indonesia, peneiitian Yusuf (1996) menunjukkan bahwa kebanyakan orangtua siswa yang berprestasi unggul memiliki pengasuhan yang cenderung demokratis maupun tidak demokratis. Oleh karena itu, peneiitian ini akan melihat bagaimanakah karakteristik pengasuhan ayah anak usia sekolah yang berprestasi belajar tinggi dan rendah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai dua kelompok sampel yaitu para ayah yang memiliki anak usia sekolah berprestasi belajar tinggi dan rendah. Subjek peneiitian ini adalah 65 orang ayah. Mereka memiliki anak yang duduk di kelas Vl sekolah dasar dan tergolong siswa yang berprestasi belajar tinggi dan rendah. Pengambilan sampel akan dilakukan dengan menggunakan metode purposive. Mat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada para ayah dari kedua kelompok ayah tersebut.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebanyakan ayah dalam peneiitian ini memiliki tingkat kehangatan dan kontrol yang tinggi dalam pengasuhan. Saran bagi peneiitian yang akan datang adalah menyeimbangkan jumlah item pengasuhan ayah yang hangat dan kontrol serta membandingkan tingkat pendidikan, tingkat pendidikan yang diharapkan maupun yang diharuskan ayah dan ibu. Untuk peneiitian serupa, diharapkan dapat memperbesar jumlah sampel sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang variabelvariabel yang berkaitan dengan pengasuhan ayah seperti faktor budaya, pengalaman bersama ayah atau karakteristik kepribadian ayah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agustina Yuanita Prananto
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Singgih Prabowo
"Sudah lama jika kehidupan masyarakat Tengger yang mendiami tepian kaldera Gunung Tengger telah menarik perhatian para ilmuan sosial dan antropolog. Masyarakat Tengger terkenal dengan kehidupannya yang damai, terartur, tertib, jujur, dan rajin bekerja. Dataran tinggi Tengger dikenal sebagai wilayah yang damai dan tentram karena orang Tengger masih memegang teguh nilai budaya yang diwariskan nenek moyangnya. Selain itu mereka juga apresiatif terhadap tradisi yang diwariskan leluhurnya yang dijadikan rujukan dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi bagaimana dengan kondisi saat ini, dimana interaksi antara masyarakat dataran rendah dengan masyarakat dataran tinggi mulai intens karena membaiknya kondisi insfrastuktur yang menunjang. Apakah meningkatnya interaksi tersebut telah merubah kehidupan masyarakat Tengger khususnya nilai budaya yang selama ini menjadi rujukan mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kajian ini yang menjadi fokus utama adalah bagaimana sosialisasi nilai budaya Tengger yang dilakukan keluarga melalui pola asuh dalam membentuk karakter anak ditengah perubahan yang terjadi. Keluarga inti dipilih sebagai unit analisis karena sebagai satuan terkecil dalam satuan sosial memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapai masyarakat dan perubahan yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan jika pada masyarakat Tengger di Desa Ranu Pani telah mengalami perubahan, sehingga ada nilai budaya yang tetap dipertahankan dan ada yang mulai berubah. Selain itu perubahan yang terjadi telah berdampak sampai tingkat keluarga sehingga berpengaruh terhadap sosialisasi nilai budaya dan pola asuh dalam pembentukan karakter anak.

It's been a long time known that the lives of the people who inhabit the periphery of Tengger Caldera mountain has attracted the attention of social scientists and anthropologists. Tengger community famous for a peaceful life, strong community, orderly, honest, and diligent. Tengger highlands known as the quiet and peaceful region because of the Tengger still adhere to the cultural values inherited by their ancestors. In addition, they are also appreciative of the inherited tradition by their ancestors and it were used as a reference in social life. But what about the current conditions, where the interaction between the people from the lowland and highland begin intense because of the improved conditions of infrastructures. Does increasing the interaction has changed people's lives, especially Tengger cultural values that have become their reference in social life.
In this study the main focus is how the socialization of Tengger cultural values carried by families through child rearing in shaping the character of children amid the changes. Nucleus family chosen as the unit of analysis, as the smallest unit in a social unit, it has a sensitivity to social problems faced by society and the changes that happen. The results show that Tengger community at Ranu Pani village has changed, so there is cultural value will be retained and there is some that starting to change. Besides the changes have an impact until the level of the family, it contributes to the changes of socialization of cultural values and child rearing in the formation of character.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini ditulis oleh Chai’s Play, yaitu tim yang terdiri dari para ahli di bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), berpengalaman dalam mengobservasi proses tumbuh kembang dan perilaku anak. Jadi dapat dipastikan informasinya kredibel dan sangat bermanfaat untuk para ayah dan bunda baru. Buku ini bisa jadi bekal ilmu pengetahuan parenting sebelum si kecil lahir nantinya. Tapi juga bisa jadi pendamping untuk para orang tua baru yang sedang di masa melelahkan, bingung dan galau dalam proses pengasuhan si kecil. Pembahasannya lengkap mengenai panduan merawat anak, menyusui, MPASI, pola tidur anak, imunisasi, tips praktis bermain bersama si kecil, peran keluarga dalam pengasuhan anak, sampai kesehatan mental ayah dan bunda. Isinya juga menarik dilengkapi dengan illustrasi berwarna yang membuat lebih mudah dipahami."
Jakarta: Grasindo, 2022
649.1 BEC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hellbrugge, Theodor
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1989
155.4 HEL t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Puspita Sari
"Latar Belakang: Orangtua perlu berperan aktif dalam pengasuhan dimulai sejak masa awal kehidupan bayi. Sejauh ini, pengasuhan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan ibu daripada ayah. Hal ini membuat ayah kurang terlibat dalam pengasuhan bayi. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sikap ibu terhadap pengasuhan oleh ayah.
Metode: Penelitian ini akan melihat perbandingan sikap dan gambaran jarak sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan cara accidental sampling sebagai metode sampling. Peneliti menganalisis 102 data pasangan ayah dan ibu.
Analisis Statistik: Peneliti menggunakan uji T-Test dependent sample untuk membandingkan sikap orangtua terkait pengasuhan oleh ayah pada bayi usia 0 - 12 bulan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dalam sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Selanjutnya, mayoritas pasangan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap pengasuhan oleh ayah. Hal ini berarti jika ibu memiliki sikap yang positif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap positif. Begitu juga sebaliknya, jika ibu memiliki sikap yang negatif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap yang negatif pula.
Kesimpulan: Di dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ibu memiliki sikap yang lebih positif terhadap pengasuhan oleh ayah daripada ayah. Sikap ayah yang rendah bisa dikarenakan kurang percaya diri terhadap kemampuannya dalam merawat bayi dan juga karena kurangnya umpan balik positif atas aktifitas perawatan bayi yang dilakukannya. Berdasarkan analisis tambahan, sikap ayah terhadap pengasuhan tidak dipengaruhi oleh pengetahuan ayah. Ayah juga memiliki sikap positif pada beberapa kegiatan di dalam pengasuhan anak, seperti mengetahui penyakit bayi, mengantarkan bayi ke dokter, mengetahui makanan yang dikonsumsi bayi dan mengajak bayi bermain.

Background: Parents need to be active in child rearing activities from the beginning of the baby?s life. So far, child rearing activities more related to mother than father. That?s why fathers not involved in baby rearing activities. Many factor influenced father involvement in child rearing activities, one of the factor is mother's attitude toward father involvement.
Methods: this research will compare attitude difference and gap between fathers and mothers toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. This research used quantitative methods with accidental sampling as sampling methods. Researcher analyzed 102 data of fathers and mothers.
Statistical analysis: researcher used T-Test dependent sample for compare fathers and mothers attitude toward father involvement in child rearing activities.
Result: research showed significance difference in parents attitude toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. Most of the couples didn?t have difference attitude toward father involvement in child rearing activities. It means if mothers have positive attitude toward father involvement, fathers will also have positive attitude. And if mothers have negative attitude toward fathers involvement in child rearing activites, fathers will have negative attitude.
Conclusion: this research found that mothers had more positive attitude toward father involvement rather than father. The reason why fathers have lower attitude rather than mothers because of lack of confidence and lack of positive feedback in child rearing activities. Based on additional analysis, father's attitude in child rearing activities not affected by fathers knowledge. Fathers also positive attitude in some child rearing activities, such as knowing child disease, accompany baby to the doctor, knowing which food that can be consume by baby and play with baby.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>