Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umi Susana Widjaja
"ABSTRAK
Kelainan dalam rongga mulut sering menunjukkan tanda dan gejala pada penderita dengan leukemia yang belum terdiagnosis. Leukemia akut dapat terjadi pada setiap usia namun penyakit ini umumnya ditemukan pada anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai manifestasi mulut penyakit leukemia akut anak pada waktu penderita datang pertama kali ke sub bagian Hematologi IRA FKUI/RSCM.
Dari hasil penelitian secara retrospektif pada 95 kartu catatan medik penderita leukemia akut ditemukan kelainan rongga mulut sebanyak 34,74 %. Kelainan rongga mulut yang terbanyak ditemukan berupa perdarahan gusi selanjutnya adalah pembesaran gusi, petekie, ekimosis dan ulkus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umumnya leukemia akut disertai trombosotopenia.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Zatil Izzah
"Latar belakang: Leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan kanker tersering pada anak. Berbagai studi mendapatkan bahwa vitamin D berperan dalam pencegahan beberapa jenis kanker. Belum ada studi yang menilai hubungan status vitamin D dengan penyakit LLA pada anak di Indonesia.
Tujuan: Untukmengetahui hubungan antara status vitamin D dengan penyakit LLA pada anak.
Metode: Studi potong lintang pada 40 anak LLA yang baru terdiagnosis dan 40 anak sehat yang sesuai umur dan jenis kelamin. Pasien LLA diambil secara consecutive sampling di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Status vitamin D diklasifikasikan berdasarkan rekomendasi Institute of Medicine yaitu defisiensi bila kadar < 12 ng/mL, insufisiensi 12 - <20 ng/mL, dan normal 20-100 ng/mL. Data dianalisa menggunakan uji Chi-Squaredan independent sample t-test, dengan kemaknaan p <0,05.
Hasil: Terdapat 22 (55%) anak laki-laki pada masing-masing kelompok dan kelompok usia 1-4 tahun merupakan kelompok terbanyak (48%). Mayoritas anak LLA memiliki status vitamin D normal (78%), demikian juga kelompok kontrol (63%). Terdapat 3(7%) dan 6(15%) anak LLA serta 1(2%) dan 14(35%) anak sehat memiliki status defisiensi dan insufisiensi berturut-turut dengan p =0,14. Rerata kadar vitamin D anak LLA adalah 25,1(7,6) ng/mL dan anak sehat 21,9(5,67) ng/mL, dengan perbedaan rerata 3,14 (IK95% 0,15-6,13) dan p =0,04.
Simpulan:Mayoritas anak LLA yang baru terdiagnosis memiliki status vitamin D normal. Rerata kadar vitamin D anak LLA lebih tinggi bermakna dari anak sehat, namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status vitamin D dan penyakit LLA pada anak.

Background:Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common cancer in children. Various studies have found that vitamin D plays a role in the prevention of several types of cancer. Currently, there is no study in Indonesia that assess association between vitamin D status and pediatric ALL
Objective:To determine association between vitamin D status and pediatric ALL.
Methods:A cross-sectional study of 40 newly diagnosed ALL children and 40 age-and sex-matched healthy children. ALL patients were taken by consecutive sampling at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta and Dr. M. Djamil Hospital Padang. Vitamin D status is classified based on Institute of Medicine recommendations; deficiency <12 ng/mL, insufficiency 12 - <20 ng/mL, and normal 20-100 ng/mL. Data were analyzed using Chi-square test and independent sample t-test. A p-value <0.05 is considered to be statistically significant.
Results: There were 22 (55%) boys in each group and the group 1-4 years was the most age group (48%). Majority of ALL children had normal vitamin D status (78%) and also in healthy children (63%). There were 3(7%) and 6(15%) ALL children as well as 1(2%) and 14(35%) healthy children had deficiency and insufficiency status consecutively, with p value =0.14. The mean vitamin D level of ALL children and healthy children were 25.1 (7.6) ng/mL and was 21.9 (5.67) ng/mL consecutively, with mean difference of 3.14 (95% CI 0.15-6.13) and p value =0.04..
Conclusion:The majority of newly diagnosed ALL children have normal vitamin D status. The mean vitamin D levels of ALL children was significantly higher than healthy children, however there was no significant association between vitamin D status and ALL in children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinia Rusli
"Latar Belakang. Infeksi jamur invasif (IJI) merupakan salah satu penyebab penting morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan keganasan. Penelitian di beberapa negara mengenai kejadian IJI pada anak dengan populasi beragam mendapatkan hasil yang bervariasi, antara 5%-14%. Sampai saat ini belum ditemukan publikasi di Indonesia mengenai prevalens, karakteristik pasien anak dengan leukemia akut yang menderita IJI, spesies jamur penyebab maupun angka kematian akibat IJI.
Tujuan. Mengetahui prevalens, manifestasi klinis, spesies jamur penyebab, dan mortalitas infeksi jamur invasif pada anak usia 1 bulan -18 tahun dengan leukemia akut yang mendapat kemoterapi dan mengalami neutropenia.
Metode. Penelitian retrospektif deskriptif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis Januari 2010 sampai Desember 2011 dilakukan pada pasien anak dengan leukemia akut yang mendapat kemoterapi dan mengalami neutropenia, dan dirawat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (IKA-RSCM). Infeksi jamur invasif ditetapkan berdasarkan kriteria European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) 2002.
Hasil. Besar sampel diperoleh 218 episode perawatan dari 102 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Prevalens IJI pada perawatan anak dengan leukemia akut dan neutropenia yang mendapat kemoterapi adalah 12 (5,5%) dari 218 perawatan. Kejadian IJI lebih sering pada pasien dengan jenis kelamin laki-laki, usia di atas 6 tahun, leukemia myeloid akut (LMA), dan kemoterapi fase induksi. Faktor pejamu yang paling banyak ditemukan adalah neutropenia>10 hari dengan manifestasi klinis tersering berupa infeksi saluran napas bawah dan lesi kulit. Spesies jamur penyebab IJI yang ditemukan adalah Candida sp. Mortalitas IJI sebesar 8/12 dengan penyebab kematian terbanyak syok sepsis. Kematian yang disebabkan infeksi jamur tidak dilaporkan.
Simpulan. Prevalens IJI pada perawatan anak dengan leukemia akut dan neutropenia yang mendapat kemoterapi 5,5%. Spesies jamur penyebab IJI yang ditemukan adalah Candida sp. Tidak semua pasien dengan demam neutropenia dilakukan pemeriksaan biakan jamur. Hal ini dapat mempengaruhi angka kejadian IJI yang sebenarnya sehingga perlu penelitian lebih lanjut yang dilakukan secara prospektif untuk mendapatkan gambaran IJI yang lebih pasti.

Background. Invasive fungal infections (IFIs) are a major cause of morbidity and mortality in patients with malignancies. Prevalence of IFIs in children in different countries varies between 5%-14%. There has been no published data of prevalence, characteristics, causative fungi, and mortality rate in children with acute leukemia and chemotherapy-induced neutropenia in Indonesia.
Objectives. To find the prevalence, clinical manifestations, fungal cause, and mortality rate of IFIs in children aged 1 month-18 years with acute leukemia and chemotherapy-induced neutropenia in Indonesia.
Methods. This was a retrospective descriptive study using medical records of children with acute leukemia and chemotherapy-induced neutropenia admitted to Cipto Mangunkusumo Hospital’s Pediatric Department from January 2010-December 2011. Invasive fungal infection was diagnosed according to European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) 2002 criteria.
Results. A total of 218 admissions from 102 patients met the inclusion criteria. Prevalence of IFIs in acute leukemia children with chemotherapy-induced neutropenia was 12 (5.5%) from 218 admissions. IFIs were more prevalent in boys, age >6 years old, acute myeloid leukemia (AML), and induction phase of chemotherapy. The most common host factor was neutropenia >10 days, with lower repiratory tract infections and skin lesions as the most common clinical manifestations. Fungal pathogen found was Candida sp. Mortality rate was 8/12 with septic shock as the most common cause of death. IFI related mortality was not reported.
Conclusion. Prevalence of IFIs in children admitted with acute leukemia and chemotherapy-induced neutropenia was 5.5%. Fungal pathogen found was Candida sp. Fungal culture was not done in all patients with febrile neutropenia and this factor could influence the prevalence of IFIs. Further prospective research is needed to find more accurate IFIs characteristics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikari Ambara Sjakti
"Pasien leukemia mieloblastik akut (LMA) yang mencapai remisi komplet pascaterapi induksi di Indonesia hanya 49%, dan event-free survival (EFS) hanya 10%. Angka kekambuhan dan kematian terkait kemoterapi menjadi penyebab rendahnya luaran tersebut. Untuk meningkatkan luaran dan mengurangi efek samping pengobatan perlu dilakukan stratifikasi risiko menggunakan profil sitogenetik maupun imunofenotipe. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan profil imunofenotipe, kariotipe, mutasi FLT3-ITD dan NPM1 (variabel prognosis), serta hubungannya dengan respons kemoterapi induksi.
Penelitian dilakukan dengan desain kohort analitik pada LMA usia 1–18 tahun di RSCM, RSABHK, RSKAD, RSPAD pada bulan November 2018 hingga Maret 2020. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi ekspresi CD7, CD19, kariotipe t(8,21), inv(16), mutasi NPM1 dan FLT3-ITD, kemudian dinilai hubungannya dengan kejadian remisi setelah mendapat terapi induksi dengan protokol LMA Nasional.
Dari 42 subjek diperoleh median usia 8 tahun 11 bulan (3–213 bulan). Tipe LMA terbanyak adalah M1, diikuti M2. Gejala klinis tersering pucat (33/42) dan demam (25/42). Tanda klinis terbanyak hepatomegali (17/42) dan splenomegali (18/42). Subjek dengan CD7+ 21,4%, CD19+ 11,9%. Translokasi t(8;21) terdeteksi pada 1dari 18 (5,6%) subjek, inv(16) pada 4 dari 18 ((22%) subjek, 7 dari 18 subjek termasuk kelompok kariotipe favorable. Sebanyak 2 dari 28 (7%) subjek memiliki mutasi FLT3-ITD. Mutasi NPM1 tidak ditemukan. Ekspresi CD7 lebih dominan berperan dibandingkan usia dan jumlah leukosit saat diagnosis sebagai faktor prognosis baik. Analisis multivariat menunjukkan hubungan bermakna antara variabel prognosis dengan respons terapi induksi. Aberans CD7, inv(16) dan mutasi FLT3-ITD memiliki risiko relatif lebih tinggi untuk remisi (masing-masing incidence rate ratio/IRR 3,39 (IK 95% 1,43–8,04); IRR 2,36 (IK 95% 1,08–5,17); dan IRR 4,08 (IK 95% 1,78–9,34)). Nilai IRR aberans CD19 dan t(8;21) IRR < 1.
Penelitian ini menunjukkan aberans CD7, inv(16) dan mutasi FLT3-ITD dapat dijadikan faktor prognosis baik sedangkan aberans CD19, kariotipe t(8;21) dapat dijadikan faktor prognosis buruk pada LMA anak di Indonesia.

Currently, pediatric acute myeloid leukemia (AML) patients who achieved complete remission after induction therapy has reach only 49% with 10% event-free survival (EFS) rate. The relapse rate and mortality related to chemotherapy are the causes of this low outcome. To improve outcomes and reduce side effects of treatment, it is necessary to carry out risk stratification using cytogenetic profiles and immunophenotypes. The purpose of this study was to obtain profiles of immunophenotype, karyotype, FLT3-ITD and NPM1 mutations (prognostic variables), and their relationship to the response to induction chemotherapy.
The study was conducted with an analytical cohort design on AML patients aged 1–18 years at RSCM, RSABHK, RSKAD, RSPAD from November 2018 to March 2020. The examinations included expression of CD7, CD19, karyotype t(8.21), inv(16), NPM1 and FLT3-ITD mutations, then assessed the relationship with the incidence of remission after receiving induction therapy with the National AML protocol.
Of the 42 subjects, the median age was 8 years 11 months (3–213 months). The most common type of AML was M1, followed by M2. The most common clinical symptoms were pallor (33/42) and fever (25/42). The most common clinical signs were hepatomegaly (17/42) and splenomegaly (18/42). Subjects with CD7+ 21.4%, CD19+ 11.9%. Translocation t(8;21) was detected in 1 of 18 (5.6%) subjects, inv(16) in 4 of 18 ((22%) subjects, 7 of 18 subjects included in the favorable karyotype group. A total of 2 of 28 (7%) subjects had FLT3-ITD mutations. NPM1 mutation was not found. Role of CD7 expression as prognostic factor was more dominant than age and leukocyte count at diagnosis. Multivariate analysis using generalized linear model showed a significant relationship between prognostic variables and response to induction therapy. CD7 aberrant, inv(16) and FLT3-ITD mutations had a higher relative risk for remission (respectively incidence rate ratio /IRR 3.39 (95% CI 1.43–8.04); IRR 2.36 (95% CI 1.08–5.17); and IRR 4.08 (95% CI 1.78–9.34)). Incidence rate ratio value of CD19 aberrant and t(8;21) IRR < 1.
This study showed that CD7 aberrant, inv(16) and FLT3-ITD mutations can be used as good prognostic factors, while CD19 aberrant, t(8;21) karyotype can be used as poor prognostic factors for pediatric AML in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ayuningtyas
"ABSTRAK
Latar belakang : Prevalens terjadinya malnutrisi bervariasi pada berbagai siklus kemoterapi LLA. Penelitian di Malaysia mendapatkan anak LLA pasca-kemoterapi fase induksi cenderung mengalami obesitas atau status gizi lebih. Penyebab malnutrisi pada anak LLA dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perubahan status gizi selama kemoterapi dapat memengaruhi luaran kemoterapi.
Tujuan: mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perbaikan status gizi anak LLA setelah kemoterapi fase konsolidasi, serta pengaruhnya terhadap luaran kemoterapi, sehingga dapat dipakai sebagai masukan untuk upaya mengatasi malnutrisi pada anak LLA.
Metode : Penelitian ini dengan uji retrospektif, di Rumah sakit Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2016-2018. Total sampling pada pasien leukemia limfoblastik akut yang terdiagnosis, dan menjalani kemoterapi di RSCM hingga fase konsolidasi.
Hasil : Seratus empat puluh satu subyek pasien anak LLA diikutsertakan dalam penelitian ini. Terdapat 69,5% subyek mengalami perbaikan status gizi, dan 30,5% mengalami perburukan status gizi, dengan 60% perburukan ke arah overnutrition pasca-kemoterapi fase konsolidasi. Faktor risiko independen terhadap terjadinya perbaikan status gizi pasca-kemoterapi fase konsolidasi ialah tidak timbulnya efek samping kemoterapi (RR 1,36, 95% IK 1,02 - 1,81). Jenis makanan dan cara pemberian makan tidak memengaruhi perubahan status gizi anak LLA pasca-fase konsolidasi. Terdapat hubungan antara perbaikan status gizi anak LLA pasca-fase konsolidasi dengan kejadian remisi (RR 1,24, 95% IK 1,03 - 1,5).
Simpulan : Status gizi pasca-kemoterapi fase konsolidasi mengalami perbaikan dibandingkan sebelum kemoterapi, sedangkan yang mengalami perburukan status gizi cenderung mengalami overnutrition. Perbaikan status gizi anak LLA pasca-kemoterapi fase konsolidasi dipengaruhi oleh tidak timbulnya efek samping kemoterapi. Terdapat hubungan antara perbaikan status gizi anak LLA pasca-kemoterapi fase konsolidasi dengan kejadian remisi.

ABSTRACT
Background: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common malignancy in childhood. The prevalence of malnutrition varies in phase of ALL chemotherapy. Study in Malaysia showed ALL children after induction phase of chemotherapy tended to be obese or overweight. The causes of malnutrition in ALL children can be influenced by various factors. Changes in nutritional status during chemotherapy can affect the outcome of chemotherapy.
Aim: To investigate factors that influence nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase, as well as the effect on the outcomes of chemotherapy, so it can be used as an input to overcome malnutrition in ALL children.
Method: A retrospective design was performed in Cipto Mangunkusumo Hospital from 2016 until 2018. Total sampling in patients with acute lymphoblastic leukemia who was diagnosed and started chemotherapy at Cipto Mangunkusumo Hospital until the consolidation phase.
Result: A total of 141 subjects were included in this study. After consolidation phase, 69.5% of subjects experienced nutritional status improvements, and 30.5% worsened, of which 60% become over nutrition post-consolidation phase. Independent risk factor for the improvement of nutritional status after consolidation phase was the absence of chemotherapy side effects (RR 1.36, 95% CI 1.02 - 1.81). There were no association between type of food and route of feeding with nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase. There was association between improvement in nutritional status of ALL children after consolidation phase with the incidence of remission (RR 1.24, 95% CI 1.03 - 1.5).
Conclusion: Nutritional status at post-consolidation phase has improved compared to pre- chemotherapy, while those who worsening nutritional status tend to overnutrition. The absence of chemotherapy side effects affects nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase. There is a relationship between nutritional status improvement of ALL children after consolidation phase with the incidence of remission."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delta Fermikuri Akbar
"Leukemia mieloblastik akut (LMA) merupakan kelainan sel punca hematopoetik yang dikarakterisasi oleh ekspansi progenitor mieloid yang tidak terdiferensiasi. Mutasi NPM1 ekson 12 merupakan perubahan genetik yang paling sering diketahui pada pasien LMA dengan kariotipe normal. Saat ini belum ada penelitian tentang mutasi ekson 12 gen NPM1 tipe A pada populasi Indonesia, sehingga belum ada data dan laporan mengenai mutasi ekson 12 gen NPM1 tipe A pada populasi orang Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu mengetahui karakteristik mutasi ekson 12 gen NPM1 pada pasien LMA dewasa di RSCM dan RSKD dan tujuan khusus yaitu mengetahui frekuensi kejadian mutasi tipe A pada ekson 12 gen NPM1 dan mengetahui benar atau tidaknya bahwa mutasi tersebut ditemukan pada pasien LMA dewasa di RSCM dan RSKD dengan kariotipe normal.
Penelitian bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel diperiksa dengan teknik ASO-RT-PCR dan hasil negatif dilanjutkan dengan seminested-ASO-RT-PCR. Hasil penelitian memperlihatkan 8 sampel (24,24%) dari total 33 sampel terdeteksi positif mengalami mutasi tipe A dan mutasi tersebut lebih banyak ditemukan pada pasien LMA dewasa di RSCM dan RSKD dengan kariotipe abnormal. Saran dari penelitian ini yaitu perlu dilakukan studi dengan jumlah sampel lebih banyak dan perlu dilakukan sequencing untuk mengetahui tipe mutasi lain dari ekson 12 gen NPM1.

Acute Myeloid Leukemia (AML) is a hematopoietic stem cell disorders characterized by expansion of myeloid progenitors that are not differentiated. Exon 12 NPM1 mutations are the most frequent genetic alterations detected in AML patients with normal karyotype. Currently there is no study on type A exon 12 NPM1 gene mutation in Indonesian population. The general objective of this study was to determine the characteristic of exon 12 NPM1 gene mutation in adult AML patients at RSCM and RSKD. While the specific objectives were to determine the frequency of type A exon 12 NPM1 gene mutation and to observe if this mutation was found on adult AML patients with normal karyotype.
This research was designed as a cross sectional descriptive study. Samples were examined for type A mutation in exon 12 NPM1 gene using ASO-RT-PCR technique followed by seminested-ASO-RT-PCR for samples showing negative result. From this study, we found that 8 samples (24.24%) from a total of 33 samples were positively detected for type A mutation. In addition, we also found that this mutation was more frequent in adult AML patients with abnormal karyotype. Further study with larger number of samples and analysis by DNA sequencing is needed to better characterize this type A mutation and to find other type of mutation in exon 12 NPM1 gene respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauji
"Karya Ilmiah Akhir ini berisi laporan praktik selama program praktik residensi keperawatan medikal bedah 1 (satu) sampai 3 (tiga) di RSKD berupa analisis asuhan keperawatan pada pasien akut myeloid leukemia (AML) menggunakan teori peaceful end of life (EOL), menerapkan praktik keperawatan berdasarkan pembuktian serta melakukan inovasi keperawatan secara berkelompok. Pada pasien AML terdapat 10 diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, gangguan membran mukosa oral, resiko pertukaran gas, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas, resiko infeksi, resiko perdarahan, tidak efektif manajemen kesehatan diri, spiritual distres, serta koping keluarga tidak efektif. Resume keperawatan pada 30 pasien dengan masalah keperawatan terbanyak adalah nyeri (70%), nausea (57%), fatigue (50%) dan cemas (40%). Penerapan praktik berbasis pembuktian adalah menerapkan penggunaan madu untuk mencegah terjadinya neutropenia pada pasien kanker. Inovasi keperawatan dilakukan secara berkelompok dengan membuat format pengkajian keperawatan lanjutan. Perawat dapat menerapkan teori peaceful EOL dalam asuhan keperawatan, menerapkan EBN penggunaan madu untuk mencegah neutropenia serta melakukan kegiatan inovatif dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien dengan keganasan

This final Scientific report contains an analysis of practice during medical surgical nursing residency program 1 (one) to 3 (three) in RSKD to inform about nursing care withan acute myeloid leukemia (AML) patients using the theory of peaceful end of life (EOL), implementing evidence-based nursing practice and nursing innovation in groups. In AML patients there were 10 nursing diagnosis they are: acute pain, impaired oral mucous membranes, risk of gas exchange, nutrition less than body requirements, activity intolerance, risk of infection, risk of bleeding, ineffective self health management, spiritual distress, and ineffective family coping. Nursing resumes in 30 patients with the most nursing problems are: pain (70%), nausea (57%), fatigue (50%) and anxiety (40%). Application of evidence-based practice is to apply the use of honey to prevent neutropenia in cancer patients. Nursing innovation in groups by making advanced nursing assessment format. Nurses can apply theory peaceful EOL in nursing care setting, applying EBN use honey to prevent neutropenia and innovative activity in improving the quality of nursing care in patients with malignancy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andrye Fernandes
"Kemoterapi memiliki dampak terjadinya kelelahan pada anak yang menderita leukemia limfoblastik akut. Kelelahan pada anak dapat diperberat oleh masalah tidur yang dialami anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan masalah tidur dengan kelelahan pada anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani satu siklus kemoterapi fase induksi. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pengukuran berulang masalah tidur dan kelelahan pada anak berumur 7-18 tahun (n=62). Pengambilan data dilakukan selama 7 hari yaitu, satu hari sebelum, lima hari selama, dan satu hari setelah kemoterapi.
Hasil analisis data menggunakan uji korelasi Pearson dengan tingkat kemaknaan 95% menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,001) antara masalah tidur dengan kelelahan. Kesimpulannya masalah tidur menjadi penyebab beratnya kelelahan pada anak sehingga penting untuk dilakukan pengkajian dan memberikan intervensi mengatasi masalah tidur untuk mengurangi kelelahan pada anak. Pelatihan manajemen masalah tidur dan kelelahan menjadi penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam mengatasi kelelahan pada anak leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi fase induksi.

Chemotherapy had an impact of disruption in sleep patterns and fatigue in children who suffer from acute lymphoblastic leukemia. Fatigue in children can be exacerbated by sleep problems experienced by children. This study aimed to analyze the relationship of sleep problems with fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia who underwent a cycle of induction phase chemotherapy. The design of this research used descriptive analytic with repeated measurements of sleep problems and fatigue in children aged 7-18 years (n = 62). The data were taken for 7 days, consist of one day before, five days during, and one day after chemotherapy.
The result of data analysis using Pearson correlation test with significance level 95% showed significant relationship (p <0.001) between sleep problems with fatigue. The conclusion were sleep problems cause severe fatigue in children so it is important to do the assessment and provide intervention to overcome sleep problems to reduce fatigue in children. Training on sleep problems and fatigue management becomes important to improve knowledge and abilities of nurses in overcoming fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia undergoing chemotherapy on induction phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amy Kurniawati
"ALL merupakan malignansi hematologi yang berasal dari salah satu jenis sel darah putih yaitu limfosit. Rata-rata kejadian ALL meningkat setiap tahunnya dalam decade terakhir. Masyarakat perkotaan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menderita penyakit ini karena kondisi lingkungan, kepadatan penduduk, gaya hidup dan industrialisasi. Cancer Related Fatigue (CRF) merupakan gejala yang paling sering dialami oleh penderita kanker baik dewasa maupun anak-anak. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis praktik klinik keperawatan kesehatan masalah perkotaan pada klien Acute Limfoblastik Leukemia (ALL) dengan intervensi Body Mechanism Promotion (BMP). Hasil analisa menunjukan bahwa kombinasi BMP dengan pengobatan kemoterapi dan transfusi darah mampu menurunkan tingkat fatigue yang dialami klien dari skala 6 (Moderate fatigue) ke skala 3 (mild fatigue). Sosialisasi penanganan CRF diperlukan bagi perawat supaya dapat meningkatkan asuhan keperawatan dan membantu klien meningkatkan kualitas hidupnya

ALL is a hematological cancer that starts from the early version of white blood cells called lymphocytes. The rate for new ALL cases have been rising each year over the last decade. Society in urban area have a higher risk for having ALL than rural area due to high pollutan, high society density, western life style, and industry. Cancer Related Fatigue (CRF) is the most common symptom experienced by adults and children with cancer, including client with ALL. This final clinical nursing report aimed to analyze Body Mechanism Promotion (BMP) to ALL’s client who expereience CRF in Internal Medicine Ward, 6th North Floor, Fatmawati Hospital. Result shown that BMP could decrease the fatigue from moderate fatigue to mild fatigue. Socialization about this Body Mechanism Promotion is needed for nurse to improve the clinical nursing management of this troubling symptom and help client increasing their quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Levi Dhynianti
"Tesis ini membahas kesiapan Puskesmas di DKI Jakarta dalam mengimplementasikan transformasi layanan primer pada tahun 2024. Kesiapan implementasi sangat menentukan efektivitas dan keberhasilan suatu kebijakan sehingga analisis kesiapan dilakukan guna mengidentifikasi sumber daya pendukung yang perlu disiapkan, faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan (tantangan dan pendukung) serta faktor kondisi di internal organisasi puskesmas perlu dipersiapkan agar upaya transformasi yang akan dilaksanakan dapat berjalan optimal. Penelitian ini adalah operational research dengan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya diperjelas dengan kualitatif. Data diperoleh melalui 2 tahap yaitu kuisioner dan dilanjutkan dengan wawancara mendalam untuk memperjelas data yang tidak dapat dijelaskan secara kuantitatif. Hasil penelitian pada penelitian ini diperoleh data bahwa terdapat 18 puskesmas(47%) puskesmas telah siap dan 20 puskesmas (53%) belum siap meengimplementasikan transformasi layanan primer. Aspek input (Pelayanan Kesehatan, SDM, Sistem Informasi, Sarana Prasarana dan Alat), aspek proses (tatakelola dan kebijakan) serta aspek output (akses, cakupan, mutu dan keselamatan pasien) menjadi faktor penentu kesiapan. Adanya komitmen antar stakeholder, strategi berupa kebijakan baru dalam layanan, serta karakteristik puskesmas yang berstatus BLUD serta kondisi akses, cakupan dan keselamatan pasien yang baik saat pelaksanaan implementasi merupakan faktor pendorong yang dapat mendukung implementasi layanan primer. Sementara belum jelasnya status kader dan insentif kader, serta dashboard pelaporan yang belum maksimal menjadi tantangan dalam pelaksanaan implementasi. Oleh karena itu dukungan dari Kementerian Kesehatan, fasilitasi dari Dinas Kesehatan Provinsi serta upaya maksimal dari puskesmas perlu dilakukan maksimal sehingga implementasi transformasi layanan primer dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan target.

This thesis discusses the readiness of community health centers (Puskesmas) in DKI Jakarta to implement primary health care transformation in 2024. The readiness of implementation significantly determines the effectiveness and success of a policy, hence an analysis of readiness is conducted to identify the supporting resources that need to be prepared, the factors influencing policy implementation (challenges and supports), as well as the internal conditions of the Puskesmas that need to be prepared to ensure the transformation efforts can be carried out optimally. This research is operational research with a quantitative approach, which is further clarified with qualitative methods. Data was obtained through two stages: questionnaires followed by in-depth interviews to clarify data that cannot be explained quantitatively. The results of this study indicate that 18 Puskesmas (47%) are ready, and 20 Puskesmas (53%) are not yet ready to implement the primary health care transformation. Input aspects (Health Services, Human Resources, Information Systems, Facilities and Equipment), process aspects (governance and policies), and output aspects (access, coverage, quality, and patient safety) are the determining factors of readiness. The commitment among stakeholders, strategies in the form of new policies in services, the characteristics of Puskesmas with BLUD status, as well as good access, coverage, and patient safety during the implementation are supporting factors that can aid the implementation of primary services. Meanwhile, unclear status and incentives for cadres, as well as suboptimal reporting dashboards, pose challenges in the implementation. Therefore, support from the Ministry of Health, facilitation from the Provincial Health Office, and maximum efforts from the Puskesmas are necessary to ensure that the implementation of primary health care transformation can be carried out in line with the objectives and targets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>