Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159231 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Usman Sutopo
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya performance (prestasi kerja) tenaga pelaksana gizi Puskesmas dalam pencapaian cakupan kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Kabupaten Dati II Subang, Propinsi Jawa Barat.
Adanya informasi tentang hubungan faktor diferensiasi tenaga pelaksana gizi di Puskesmas dengan prestasi kerjanya dalam pencapaian cakupan kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga merupakan tujuan umum dari penelitian ini, sedangkan tujuan khusus adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan kemampuan, motivasi dan persepsi peran tenaga pelaksana gizi Puskesmas dalam pencapaian cakupan kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Kabupaten Dati II Subang, Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dilakukan adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Selanjutnya dilakukan dengan analisis persentase dengan uji Chi Square, dan uji Phi.
Penelitian ini dilakukan terhadap 112 orang responden yang merupakan tenaga pelaksana program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga pada 30 Puskesmas di 22 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Dati II Subang, Propinsi Jawa Barat.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa analisis persentase dan dengan hasil uji Chi Square serta Uji Phi telah menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kemampuan, motivasi dan presepsi peran tenaga pelaksana gizi puskesmas dengan prestasi kerjanya dalam pencapaian cakupan kegiatan usaha perbaikan gizi Keluarga ditingkat Puskesmas.
Dengan analisis persentase dan hasil uji Chi square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kemampuan tenaga pelaksana gizi Puskesmas sesuai pendidikannya dengan cakupan Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Dengan uji Chi Square tersebut juga ada hubungan bermakna antara motivasi tenaga pelaksana gizi Puskesmas sesuai pendidikannya dengan cakupan Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Dengan uji Chi square tersebut pula menunjukkan adanya hubungan bermakna antara presepsi peran tenaga pelaksana gizi Puskesmas sesuai dengan pendidikannya dengan cakupan UPGK.
Peneliti mengemukakan beberapa saran, yaitu perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan sampel dan daerah penelitian yang lebih luas. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah menambah jumlah tenaga pelaksana gizi di Puskesmas mengingat masih kurangnya tenaga khusus yang menangani kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Puskesmas.
Hasil penelitian ini menunjukkan luasnya wilayah kerja dan target kerja yang tinggi membutuhkan tenaga yang mencukupi disamping itu kemampuan mereka yang mempunyai kategori pendidikan non tehnis medis tersebut adalah lebih rendah dari pads tenaga yang mempunyai latar belakang pendidikan tehnis medis, sehingga perlu difikirkan adanya latihan berupa on the job training untuk menyelaraskan kemampuan petugas dalam pelaksanaan Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Latihan berupa on the job training ini dimaksudkan selain untuk meningkatkan kemampuan, juga meningkatkan persepsi peran tenaga pelaksana gizi Puskesmas dalam pelaksanaan Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. "
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Razmara
"Pada kondisi saat ini, sejak di berlakukannya Otonomi Daerah, hampir di semua sektor mengalami perubahan yang signifikan. Tidak terkecuali di Kantor Penghubung Pemerintah Propinsi Riau, peranannya semakip strategis dan komplek. Peningkatan sumber daya manusia, sarana & prasarana, efisiensi dan efektivitas organisasi telah dilakukan. Sehingga budaya kerja yang ada dapat menentukan optimalisasi pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai produktivitas pegawai yang tinggi. Budaya kerja yang kondusif antara lain ditunjukkan oleh sikap pegawai yang mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan baik eksternal maupun internal dan dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman, sehingga produktivitas pegawainya juga tinggi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana suasana budaya kerja dan produktivitas pegawai, tinggi atau lemah, dan untuk mengetahui lebih jauh hubungan budaya kerja dengan produktivitas pegawai di lingkungan Kantor Penghubung Pemerintah Propinsi Riau di Jakarta.
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, jumlah sampel sebesar 60 dan teknik pengambilan sampelnya menggunakan sampling jenuh atau semua populasi yang ada menjadi sampel penelitian. Analisis data yang terkumpul dari kuesioner dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, karena datanya ordinal menggunakan analisis median dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan budaya kerja dengan produktivitas pegawai menggunakan analisis non parametrik yaitu uji korelasi Spearman Rank (Rho).
Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian peneliti menguji validitas dan reliabilitas dari instrumen budaya kerja dan instrumen produktivitas pegawai sebelum dan sesudah pengambilan data dengan menggunakan Pearson's Product Moment dan rumus Alpha dengan bantuan program SPSS 11,00.
Peneliti menggunakan variabel budaya kerja menurut De Bettignie dalam Ndraha, 1997, terdiri dari beberapa aspek, yaitu: (1) conformity (kebatuhan), (2) reactance (reaksi atau respon), (3) responsibility (tanggung jawab), (4) risk taking (pengambilan risiko), (5) standards (standar atau baku), (6) rewards (ganjaran), (7) clarity (kejelasan), (8) team spirit (semangat tim), dan (9) warmth (kehangatan). Adapun variabel produktivitas pegawai yang diambil dari Encyclopedia of Professional Management dan diuraikan lebih lanjut oleh peneliti, terdiri dari : (1) kemampuan merumuskan kebijakan, (2) pembinaan sarana dan prasarana, (3) kelancaran urusan tata usaha, (4) pembinaan pegawai, (5) kualitas dan tersedianya bahan, (6) skala pelaksanaan pekerjaan, (7) sikap kerja, (8) motivasi dan (9) efektivitas.
Pengukuran budaya kerja menurut Waworuntu, 2002:49, dalam Purnama, Nur Ratih, 2002:41, bahwa budaya tinggi dengan median ≥ 4; budaya lemah dengan median ≥ 3 dan ≤ 4; dan budaya diambang. pintu (sudah menjadi nilai tetapi masih lemah) dengan median ≤ 3. Pengukuran terhadap produktivitas pegawai juga menggunakan pengukuran yang sama, yaitu produktivitas tinggi dengan median≥ 4; produktivitas lemah dengan median ≥3 dan ≤ 4; dan produktivitas diambang pintu (sudah menjadi nilai tetapi masih lemah) dengan median ≤ 3.
Hasil penelitian, berdasarkan analisis median diketahui persepsi dari 60 responden terhadap suasana/kondisi budaya kerja pada Kantor Penghubung Riau, 90,0% menyatakan budaya kerjanya tinggi dan 10,0% menyatakan budaya kerjanya lemah, serta nilai median sebesar 4,2857. Adapun persepsi dari 60 responder terhadap tingkat produktivitas pegawai pada Kantor Penghubung Riau di Jakarta, 90,0% menyatakan produktivitas pegawainya tinggi dan 10,0% menyatakan produktivitas pegawainya lemah, serta nilai median sebesar 4,2857.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho), diketahui bahwa terdapat korelasi yang significant antara budaya kerja dengan tingkat produktivitas pegawai yaitu sebesar r = 0,977** dan p = 0,000; berarti ada hubungan yang sangat kuat antara budaya kerja dengan tingkat produktivitas pegawai. Apabila budaya kerjanya tinggi maka produktivitas pegawainya juga tinggi.
Secara keseluruhan baik budaya kerja maupun produktivitas pegawai hasilnya adalah tinggi, namun ada beberapa saran yang dapat peneliti sumbangkan yaitu :
1. Segenap jajaran pimpinan dan staf di Kantor Penghubung Pemerintah Propinsi Riau agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam beradaptasi dengan berbagai perubahan;
2. Perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kekuatan dari budaya kerja yang akan menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas;
3. Agar tetap memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan strategi pelayanan Pemerintah Propinsi Riau.

Relationship Between Working Culture And Personnel Productivity In Contact Office Of Riau Province GovernmentAt present condition, since the enforcement of Local Autonomy, nearly all sectors undergo significant changes. That includes Contact Office of Riau Province Government, it holds more strategic and complex roles. Improvement of human resources, facilities & infrastructures, organizational efficiency and effectiveness have been implemented. Therefore, the available working culture can determine the optimum job implementation in achieving high personnel productivity. A conducive working culture among others is projected by the personnel attitudes that can adapt towards both external and internal changes and can create a comfortable working environment, so that the personnel productivity is also high.
Based on that grounds, this research is aimed at identifying as to whether the working culture condition and personnel productivity, high or low, and further identifying the relationship between working culture and personnel productivity in Contact Office Of Riau Province Government in Jakarta.
Method of data collection uses questionnaires with a total of 60 samples and the technique to get the samples is through saturated samples or all respondents available become research samples. Data analysis collected from the questionnaires is done through the use of descriptive analysis, because the data is ordinal, analysis median is used and to find out the presence or the absence of relationship between working culture and personnel productivity using non-parametric analysis, that is, correlation test of Spearman Rank (Rho).
To find out the validity and reliability of the research instruments the researcher verify the. validity and reliability of working culture instruments and personnel productivity instruments before and after data collection through the use of Pearson's Product Moment and Alpha formula with the assistant of SPSS 11,00 program.
The researcher uses working culture variable, according to De Bettignies in Ndraha, 1997, consisting of several aspects, that is,: (1) conformity, (2) reactance, (3) responsibility, (4) risk taking, (5) standards, (6) rewards, (7) clarity, (8) team spirit, and (9) warmth. As for the personnel productivity variable extracted from Encyclopedia of Professional Management and further elaborated by the researcher, consist of: (1) ability to formulate policy, (2) facility and infrastructure building, (3) smoothness of administrative affairs, (4) personnel development, (5) quality and materials availability, (6) scale of jobs implementation, (7) working attitudes, (8) motivation and (9) effectiveness.
Measurement of working culture according to Waworuntu, 2002:49, in Pumama, Nur Ratih, 2002:41, states that high culture with median ≥ 4; low culture with median ≥ 3 and ≤ 4; and in subsistence level culture (has become a point but still low) with median ≤ 3. The measurement towards personnel productivity also utilizes the same measurement, that is, high productivity with median ≥ 4; low productivity with median ≥ 3 and ≤ 4; and subsistence level productivity (has become a point but still low) with median ≤ 3.
The results of the research, based on the median analysis have identified the perceptions from 60 respondents towards working culture condition in Riau Contact Office, 90,0% says high and 10,0% says low, and the median point: 4,2857. As for the perception from 60 respondents towards personnel productivity level in Riau Contact Office in Jakarta, 90,0% says high and 10,0% says low, and the median point: 4,2857.
Based on the analysis using correlation test of Spearman Rank (Rho), it is identified that there is significant correlation between working culture and personnel productivity level, that is, r = 0,977** and p = 0,000; which means that there is very strong relationship between working culture and personnel productivity level. If the working culture is high, so is the personnel productivity.
As a whole both working culture and personnel productivity level are high, however the following are the recommendations that can be contributed by the researcher. All levels of management and staff in Contact Office of Riau Province Government are to increase their capacity in adapting with various changes; It is necessary to make some efforts to increase the power of working culture which will determine the success of jobs implementation; It is necessary to maintain the provision of satisfying services to the society, which are adjusted with the needs and the changes of service strategy of Riau Province Government."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darma Rika Swaramarinda
"Tesis ini menganalisis mengenai produktivitas tenaga kerja yang dimodelkan sebagai variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu investasi asing iangsung pada sektor industri pengolahan dan variabel lain yaitu intensitas modal dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan data panel pada sektor industri pengolahan di Indonesia. Panel data digunakan untuk 9 sub-sektor industri pada sektor industri pengolahan tahun 1993-2005. Model estimasi yang digunakan adalah random effect model. Analisis dilakukan dengan menggunakan panel data dengan random effect pada setiap subsektor industri pengolahan. Hasil dari penelitian ini adalah : (1) investasi asing langsung pada industri berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja, (2) Variabel lain yaitu intensitas modal dan ukuran perusahaan juga berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja.

This paper analyze about labor productivity is modeled as dependent variable on the degree of foreign direct investment in the manufacturing industry and other variables, namely capital intensity and firm size. This research uses a panel data in the Indonesian manufacturing industry sectors. A panel data set is used for 9 subsectors of the manufacturing industry during 1993-2005. The estimation model is used random effect model. The analysis uses the panel data analysis with random effect in those sulrsectors. Results of this research are; (1) foreign direct investment in the industry have a positive impact on labor productivity. (2) other variables, namely capital intensity and finn size also have a positive impact on labor productivity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27379
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Savitri
"ABSTRAK
Dalam rangka mencapai masyarakat yang adil dan makmur, Pemerintah melaksanakan Pembangunan Lima Tahun (Pelita), yang saat ini telah memasuki tahap Pelita ketujuh. Perjalanan pembangunan enam Pelita sebelumnya diakui telah banyak membawa keberhasilan di berbagai aspek kehidupan namun terdapat beberapa aspek yang masih tertinggal. Satu di antaranya adalah belum `terangkatnya' kehidupan kelompok wanita miskin. Hal ini diindikasikan oleh banyaknya wanita miskin yang terkebelakang dalam ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang disebabkan masih kuatnya sistem patriarkhi dalam berbagai bidang kehidupan. Marjinalisasi secara tidak sadar melingkupi kehidupan wanita miskin sehingga mereka makin terpuruk dalam kemiskinan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus dan didukung oleh data kuantitatif berupa data kuesioner. Jumlah responden sebanyak 55 orang, terdiri atas 21 orang istri nelayan tradisional dan 21 orang istri buruh nelayan, 8 orang istri juragan dan 5 orang istri toke yang memberi data karakteristik istri nelayan yang akan diteliti. Dari 55 responden, dipilih 7 informan yang terdiri atas 2 orang istri nelayan tradisional, 2 orang istri buruh nelayan, 2 orang istri juragan dan 1 orang istri toke, yang memberikan informasi lebih mendalam terhadap permasalahan yang diteliti.
Temuan lapangan menunjukan bahwa kemiskinan yang dialami rumah tangga nelayan dan juga istri nelayan bersifat multidimensional yang disebabkan oleh faktor ekologis, struktural dan kultural. Dalam proses sebab akibat, kemiskinan terjadi dalam satu siklus ketidakberdayaan dengan variabel yang saling berakumulasi seperti produktivitas, kerentanan, keterisolasian, kesehatan, membuat istri nelayan tetap berada pada posisi marjinal mereka.
Berdasarkan analisis temuan data lapangan, kemiskinan yang dialami rumah tangga nelayan dan dampaknya pada istri nelayan serta strategi adaptasi yang dilakukan untuk menghadapi penyebab kemiskinan, menghasilkan temuan sebagai berikut: yang pertama, bahwa faktor ekologis, (kepadatan penduduk, punahnya hutan bakau, pencemaran air laut), faktor struktural (hubungan patron dan client dalam kehidupan nelayan, operasi pukat harimau, dan munculnya tambak udang) dan faktor kultural (budaya apatisme pada nelayan, tanggapan nelayan pada pendidikan , dan tanggapan pada konsep menabung) berdampak pada penurunan penghasilan nelayan dan akhirnya memiskinkan rumah tangga nelayan. Ketika faktor ini juga berdampak pada istri nelayan, antara lain mereka kehilangan akses ekonomi akibat penebangan kayu bakau untuk tambak udang (ekologis), sedikitnya peluang yang diberikan dalam ekonomi, dalam pendidikan, pemenuhan gizi dan kesehatan yang memadai (struktural) serta masih kuatnya sistim patriarki dalam tradisi, agama, dan budaya (kultural} mengakibatkan istri nelayan mengalami diskriminasi jender dan marjinalisasi serta penurunan kualitas hidup.
Temuan yang kedua, meskipun peluang wanita miskin untuk mengubah nasibnya kecil, wanita miskin mempunyai kekuatan, ketegaran dan sikap tahan banting dalam menghadapi penyebab kemiskinan yang dialami rumah tangganya. Untuk itu wanita miskin menemukan strategi adaptasi yang berkaitan dengan kerja reproduktif dan produktif berdasarkan pengetahuan tentang konsep dan norma budaya yang ada dalam masyarakatnya, Strategi adaptasi yang dipilih istri nelayan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah, berupa kontribusi istri nelayan dalam mengatasi ekonomi rumah tangga yang membuat anggota yang berada di dalamnya dapat bertahan hidup (survive). Dampak negatif dari strategi yang dipilih istri nelayan adalah terganggunya kesehatan fisiknya akibat beban kerja yang berat.
Untuk membantu istri nelayan ini, disarankan agar wanita miskin tidak hanya "diberdayakan" dalam memenuhi kebutuhan ekonomi tetapi juga diberdayakan secara psikologis sehingga mampu mempunyai pilihan sendiri baik yang berhubungan dengan kebutuhan dirinya maupun kiprahnya di luar rumah tangga. Strategi pembangunan yang dipilih pemerintah agar memperhitungkan besaran dampak pada wanita khususnya wanita miskin yang sering terlupakan bahkan dirugikan. Analisis kepekaan jender dalam pemberdayaan wanita miskin adalah salah satu langkah yang dapat menghapuskan kemiskinan yang merupakan problem bangsa Indonesia dewasa ini."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaligis, Retor A.W.
"Industri manufaktur merupakan industri yang menempati posisi penting di Indonesia dan diarahkan untuk berorientasi pada ekspor. Pada industri manufaktur tekstil, sandang, dan kulit, industri sepatu merupakan salah satu andalan pemerintah untuk melakukan ekspor terutama setelah adanya relokasi industri sepatu dari perusahaan transnasional ke Indonesia.
Salah satu perusahaan sepatu transnasional yang beroperasi di Indonesia adalah Nike Inc. yang melalui perusahaan lokal yang menjadi mitranya membayar upah buruh murah untuk menekan biaya produksi. Dengan upah yang murah, buruh akan terus mengalami kemiskinan. Sebagai konflik yang bersifat laten (laten conflict) persoalan kemiskinan buruh dapat menjadi terangkat ke permukaan. Di sisi lain tuntutan buruh untuk memperbaiki kesejahteraannya seringkali dipandang sebagai salah satu faktor yang mengurangi daya saing investasi di Indonesia, sehingga bisa menjadi pernicu perusahaan manufaktur transnasional merelokasikan produksi ke tempat lain.
Penelitian ini mengambil kasus operasionalisasi industri manufaktur transnasional Nike Inc di PT Doson Indonesia dan PT Pratama Abadi Industri yang berlokasi di Kabupaten Tangerang. PT Doson Indonesia adalah perusahaan yang sudah dihentikan ordemya oleh Nike Inc. Sebagai pembanding dilakukan penelitian terhadap buruh pabrilc PT Pratama Abadi Industri (PAD yang masih menerima order dari Nike Inc. Tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan pola kebijakan pemerintah dalam bidang industrialisasi dan ketenagakerjaan di Indonesia dan Kabupateri. Tangerang, mendeskripsikan dan menguji hubungan antara tingkat kemiskinan buruh, persyaratan-persyaratan kondisional yang memungkinkan konflik antara buruh dan pihak perusahaan, dan tingkat konflik yang terjadi antara buruh dengan pihak perusahaan dalam operasionalisasi perusahaan transnasional melalui perusahaan lokalnya, serta menganalisis perbedaan pola hubungannya di kedua perusahaan tersebut.
Dalam penelitian ini dilakukan eksplanasi hubungan antar variabel dengan menggunakan metode korelasional. Untuk mengetahui perbedaan antara buruh di kedua perusahaan digunakan studi komparatif dengan menganalisis perbedaan kemiskinan buruh, persyaratan-persyaratan kondisional, dan tingkat konflik di PT Doson Indonesia dan di PT Pratama Abadi industri.
Dari penelitian ini disimpulkan sebagai berikut:
a) Industrialisasi yang mengejar pertumbuhan ekonomi dengan berorientasi pada ekspor dapat menyebabkan arus perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jika tidak diimbangi pembangunan sosial memadai akan membuat limpahan tenaga kerja di sektor industri tidak diikuti oleh kemampuan tenaga kerja yang tinggi;
b) Kondisi angkatad kerja yang ditandai dengan rendahnya Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan terdapat ketimpangan Gender-related Development Index (GDI) merupakan cerminan rendahnya kemampuan dan kesejahteraan penduduknya dan terjadi ketimpangan gender. Kondisi ini dimanfaatkan oleh industri manufaktur yang lebih banyak mempekerjakan tenaga kerja perempuan untuk mendapatkan buruh yang dapat dibayar lebih murah;
c) Perusahaan industri manufaktur transnasional beroperasi di suatu negara melalui perusahaan subkontraktor lokalnya lebih mempertimbangkan biaya produksi murah dan lokasi pabriknya mudah dipindah ke negara lain . tanpa menanggung kerugian berarti atas investasi yang sudah ditandai, sehingga berusaha menekan seminimal mungkin upah buruh;
d) Pola hubungan kemiskinan, persyaratan kondisional, dan tingkat konflik perusahaan industri manufaktur transnasional berbeda-beda. Perbedaan pola ini terjadi karena faktor pemicu (trigger) yang dimiliki suatu perusahaan menyebabkan adanya hubungan yang signifikan antara kemiskinan dengan persyaratan kondisional, serta antara persyaratan kondisional dengan tingkat konflik;
e) Menurut teori Ralf Dahrendorf bahwa kepentingan yang bersifat laten (laten interest) berubah menjadi manifest interest karena berkorelasi dengan persyaratan kondisional (teknis, politis, dan sosial) dan persyaratan kondisi tersebut juga memiliki korelasi dengan tingkat konflik. Tapi dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa teori Ralf Dahrendorf berlaku jika ada faktor pemicu (trigger), yakni diputuskrnnya secara sepihak hubungan pihak non otoritas dan pihak otoritas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Widiyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara pengetahuan, keterampilan, sikap dengan kinerja karyawan, serta untuk mengetahui hubungan pengetahuan, keterampilan, sikap secara bersama-sama dengan kinerja karyawan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana pelatihan PMT/GKJM yang dilaksanakan oleh Balai Pengembangan Produktivitas Daerah (BPPD) Jawa Tengah dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara dua variabel atau lebih. Alat analisa yang digunakan untuk membahas dan mengolah data adalah program SPSS Ver. 10.1.
Berdasarkan deskripsi atasan terhadap pengetahuan, keterampilan, sikap dan kinerja karyawan, diperoleh hasil bahwa pengetahuan, keterampilan, sikap dan kinerja karyawan yang telah selesai mengikuti pelatihan PMT/GKM adalah tinggi. Hubungan antara peningkatan pengetahuan, dengan kinerja lemah dan tidak signifikan, hal ini disebabkan karena materi yang diberikan kepada karyawan bersifat umum dan teoritis.
Hubungan antara keterampilan dengan kinerja karyawan, diperoleh data bahwa hubungan yang terjadi antara keterampilan dengan kinerja karyawan lemah dan tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena pelatihan yang diberikan merupakan pelatihan keterampilan manajemen dan bukan pelatihan yang langsung berhubungan dengan pekerjaan karyawan sehari-hari. Sedangkan hubungan antara sikap dengan kinerja karyawan sifatnya sedang dan signifikan.
Hubungan antara pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan kinerja karyawan, melalui hasil pengolahan data diperoleh hasil bahwa hubungan antara ke tiga variabel tersebut menunjukkan hubungan yang kuat dan positif dengan peningkatan kinerja karyawan. Variabel yang memberikan kontribusi terbesar dalam meningkatkan kinerja karyawan adalah variabel sikap. Adapun saran kepada BPPD dan Perusahaan dalam melaksanakan pelatihan hendaknya dilakukan analisa kebutuhan pelatihan, perlu pengembangan pelatihan dengan membuat suatu kurikulum ataupun silabus yang dapat meningkatkan kinerja karyawan secara bersamaan yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Priyanto Jayadi
"Faktor produksi sering diklasifikasikan menjadi empat, yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan kewirausahaan. Pengklasifikasian terhadap keempat faktor produksi tersebut didasarkan atas perbedaan elstisitas penawaran parsial, karakeristik yang terkandung pada setiap faktor produksi, dan imbalan yang diterima masing-masing pemilik faktor produki. Secara historis, pembedaan ini bersesuaian dengan berkembangnya bergaining position antara tiga kelompok masyarakat, kapitalis, tuan-tuan tanah dan buruh (tenaga kerja). Kekuatan pasarlah yang kemudian menentukan berapa besar imbalan yang akan diterima masing-masing. Tenaga kerja akan mendapatkan upah, tuan tanah mendapatkan sewa tanah, pemilik modal mendapatkan tingkat bunga.
Pandangan ekonomi kapitalis terhadap tenaga kerja tidak terlepas dari konsep faktor produksi atau input. Perkembangan iklim usaha menuntut adanya penyesuaian perlakuan terhadap tenaga kerja. Pada awalnya ada kecenderungan tenaga kerja dianggap sebagai suatu faktor produksi lainnya yang memberikan kontribusi relatif tetap terhadap produksi. Pandangan ini yang menghasilkan sistem pengupahan tetap terhadap tenaga kerja sebagaimana input tanah mendapatakan sewa tetap dan modal mendapatkan bunga.
Adanya ketidakstabilan sifat dan karakter tenaga kerja, mendorong perusahaan untuk memberikan perlakuan lain terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja dipandang sebagai suatu faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya (mengolah tanah, memanfaatkan modal, dsb) sehingga perusahaan memandang tenaga kerja sebagai suatu investasi.
Pandangan mainstream economy terhadap permintaan tenaga kerja adalah sebagaimana permintaan terhadap faktor produksinya, dianggap sebagai permintaan turunan (derived demand), yaitu penurunan dari fungsi perusahaan. Meskipun fungsi perusahaan cukup bervariasi, meliputi memaksimumkan keuntungan, memaksimumkan penjualan atau - perilaku untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, namun maksimisasi keuntungan sering dijadikan dasar analisis dalam menentukan penggunaan tenaga kerja.
Dengan pertimbangan tersebut (maksimisasi keuntungan), dan dengan asumsi perusaha beroperasi dalam sistem pasar persaingan, maka perusahaan cenderung untuk mempekerjakan tenaga kerja dengan tingkat upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja (Value Marginal Product of Labor, VMPL) VMPL menunjukkan tingkat upah maksimum yang mau dibayarkan oleh perusahaan agar keuntungan perusahaan maksimum.
Beberapa indikator yang diduga mempunyai hubungan yang erat dengan struktur upah adalah jumlah pekerja, nilai tambah, tingkat pendidikan, pasar yang akan dituju apakah domestik atau iuar negeri, serta kepemilikan perusahaan. Indikator-indikator di atas akan dianalisis menggunakan metode regresi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan masing-masing indikator dengan upah yang diterima di tiap masing-masing kelompok lapangan usaha. Lebih lanjut juga akan dianalisa mengapa struktur upah yang diterima pekerja berbeda di masing-masing kelompok usaha."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novitasari H.
"Instalasi rawat jalan merupakan salah satu unit produksi yang potensial bagi rumah sakit, sehingga produktivitas dokter di instalasi rawat jalan akan mempengaruhi kinerja rumah sakit. Selama ini di Badan RSUD Waled belum dilakukan evaluasi dan analisa terhadap produktivitas dokter.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi, deskripsi dan analisa mengenai produktivitas dokter di Instalasi Rawat Jalan dan faktor yang berkaitan dengan hal tersebut dianalisa dengan melihat jumlah kunjungan pasien rawat jalan dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dalam bentuk studi kasus. Yang menjadi populasi adalah seluruh dokter umum dan dokter spesialis yang melakukan pelayanan di instalasi rawat jalan Badan RSUD Waled Kabupaten Cirebon menggunakan kuisioner dengan pertanyaan terbuka dan wawancara mendalam dengan beberapa dokter yang dipilih secara purposif . Data lain diambil dari laporan kunjungan pasien rawat jalan serta pengamatan langsung.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa produktivitas dokter umum dan dan dokter spesialis di instalasi rawat jalan tanpa tindakan Badan RSUD Waled Kabupaten Cirebon tahun 2003 baru sekitar 10 pasien perhari atau sekitar 62,5%. Sedangkan waktu produktif yang digunakan dalam pelayanan rawat jalan tanpa tindakan adalah 36,5%. Sikap kerja dokter dan iklim kerja kurang berpengaruh terhadap produktivitas kerja dokter, sedangkan faktor manajemen produktivitas tampaknya cukup berpengaruh terhadap produktivitas dokter. Selain itu faktor eksternal RS yaitu faktor sosioekonomi masyarakat, faktor demografi dan faktor kebijakan di tingkat regional dan nasional, ikut pula mempengaruhi produktivitas dokter.
Saran yang dikemukakan adalah manajemen melakukan pembenahan pada sistem rewards yang berlaku saat ini dan mengajak para fungsional untuk bersama-sama secara proaktif mengupayakan peningkatan kinerja RS serta mengembangkan kerja sama dan komunikasi yang efektif antara manajemen dan fungsional.
Daftar bacaan 27 (1996 - 2003)

Evaluation of Medical Doctors and Doctor Specialist productivity at The Out Patient Department (Case Study at Waled General Hospital Sub-Province of Cirebon) in Year 2003Out patient department represent one of the potential production units to hospital, so that medical doctors productivity at out patient department will have an effect on to performance of hospital.
This research aim at obtaining information, description and analysis concerning medical doctors productivity at out patient department and factors related to the mentioned analysis seen the amount of out patient visiting in certain range of time.
This research models is the qualitative and quantitative research, in the form of a case study. As the population are general practitioners and specialists are conducting services at out patient department of Waled General Hospital Sub-Province of Cirebon use the questioner with open ended question and in-depth interview with a few selected doctors pursuant to consideration of researcher. Taken away from other data of out patient visiting report and direct observation.
From result of research can be concluded that general practitioners and specialists productivity at out patient department of Waled General Hospital Sub-Province of Cirebon in year 2003 are about 10 patient of per day or about 62,5%. While productive time which used in out patient services without medical action is 36,5%. Attitude and work climate of doctors less having an effect on medical doctors productivity, while productivity management factor seems enough have an effect on medical doctors productivity. Besides external factors of hospital that is social-economic factors, demography factors and policy factors in level of regional and national, follow influence medical doctors productivity.
The suggestions are management to do correction at system of rewards going into effect in this time and to invite all functional to be together by proactive strive improvement of hospital performance and develop the cooperation and also communication between management and functional.
Bibliography : 27 (1996 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisa Sudari
"Latar belakang kebudayaan merupakan salah satu faktor yang sulit diukur dalam produktivitas dimana mengetahui produktivitas sangat penting untuk mengetahui profitabilitas sebuah perusahaan. Tujuan penelitian ini ialah membandingkan produktivitas pekerjaan pasangan bata ringan dan plesteran bata ringan antara tenaga kerja yang berbeda latar belakang kebudayaan suku dalam dua proyek konstruksi hotel yang berbeda dengan menggunakan metode time study.
Hasil penelitian menunjukkan tenaga kerja Suku X lebih produktif 17 untuk kepala tukang dan mandor 18 untuk tukang dan 10 untuk pekerja dalam produktivitas pemasangan bata ringan dibandngkan Suku Y Suku X juga lebih produktif 15 untuk mandor dan kepala tukang dan 3 untuk tukang dan knek dalam produktivitas plesteran bata ringan dibandingkan dengan Suku Y.

Labor Productivity is really important in measuring the performance and to increase its profitability One of the Culture background is one of a factor which is very difficult to be measured related to productivity where knowing productivity is very important to determine the profitability of a company. The purpose of this research is to compare the productivity of the group of labor with different cultural background the sample of this research are the labors who are working on light brick installation and light brick cement in two different hotel construction project. The method of this research is using Time Study.
The results show that the labor with variable X is 17 more productive for chief labor and co chief labor 18 for labor and 10 for worker for light brick installation labor group in comparison to Group Y However for light brick cement labor group the results show that labor with variable X is 15 more productive for chief labor and co chief labor and 3 for labor and worker also in comparison to Group Y.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenggogeni
"Peranan manusia pada industri konstruksi disetiap fase sangat besar, baik sebagai pihak yang memperkerjakan (employers) ataupun pihak yang dipekerjakan (employee), sehingga produktivitas pada pelaksanaan proyek konstruksi ditentukan juga oleh produktivitas tenaga kerja yang terlibat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja produktivitas tenaga kerja pada proyek konstruksi dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah faktor manajemen, faktor proyek, serta faktor tenaga kerja, dan faktor eksternal adalah faktor cuaca, politik, dan bencana alam. Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor kondisi kerja di proyek konstruksi yang merupakan bagian dari semua faktor yang mempengaruhi kinerja produktivitas tenaga kerja di proyek konstruksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kondisi kerja di proyek konstruksi dan mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor kondisi kerja tersebut terhadap kinerja produktivitas tenaga kerja pada tahap pelaksanaan pekerjaan struktur atas proyek konstruksi gedung di Jakarta dan sekitarnya. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada kontraktor-kontraktor di Jakarta dan sekitarnya, dimana data yang terkumpul kemudian diolah dengan analisis statistik.
Dan penelitian ini didapatkan tiga faktor kondisi kerja yang paling mempengaruhi kinerja produktivitas tenaga kerja di proyek konstruksi yaitu faktor tenaga kerja, faktor proyek, dan faktor manajemen dengan variabel-variabel penentu adalah hubungan sesama pekerja, kepadatan/kesesakan lokasi, dan keterlambatan pengiriman material dari suplier. Faktor lain yang cukup berperan dalam kinerja produktivitas tenaga kerja ini, diluar variabel penentu, didefinisikan sebagai faktor ketidakcocokkan material dengan pekerjaan. Untuk meningkatkan kinerja produktivitas pada proyek konstruksi gedung di Jakarta perlu dilakukan peningkatan kondisi kerja di proyek tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T3935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>