Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105335 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kiki Sakinatul Fuad
"Penelitian ini mengungkapkan posisi perempuan dalam perjodohan atas dasar kafa'ah nasab (kesetaraan keturunan dalam perkawinan), dengan mengangkat pengalaman perempuan yang menerima dan menolak perjodohan. Permasalahan yang diangkat: Pertama, adanya pengaruh bias dalam menafsirkan ayat AI-Qur'an maupun Hadits yang dijadikan dasar penggunaan kafa'ah nasab tersebut. kedua, adanya perbedaan arti dalam menerima dan menolak perjodohan.
Untuk menganalisis posisi perempuan digunakan dirumuskan dalam pertanyaan turunan (1) konsep perkawinan menurut agama Islam baik syarat maupun rukunnya, kemudian melihat (2) konteks sejarah kafa'ah nasab itu sendiri dan (3) arti perjodonan bagi perempuan. Ketiga pertanyaan tersebut dianalisis menggunakan metodologi pendekatan kualitatif dan analisis berperspektif perempuan dengan pengumpulan data didasarkan pada metode wawancara mendalam kepada lima orang perempuan dengan kriteria; tiga orang syarifah yang mengalami perjodohan, seorang syarifah yang memilih menikah dengan non-Arab dan seorang perempuan Masyayikh yang menikah dengan seorang laki-laki dari golongan yang sama. Kemudian alat analisis menggunakan pandangan tiga tokoh Feminis Muslim yang menyatakan bahwa Islam menjamin kesetaraan di antara laki-laki dan perempuan, untuk melihat kepasrahan perempuan dalam menerima perjodohan saya menggunakan pandangan Multikulturalisme yang melihat adanya kesetaraan dalam perbedaan.
Hasil penelitian menunjukan adanya kesenjangan antara Ajaran Islam dan Tradisi Arab, sehingga memposisikan perempuan syarifah dan non-syarifah berbeda bahkan antara Arab dan non-Arab. Pada akhimya saya simpulkan bahwa konsep kafa'ah nasab inl lebih dekat pada tradisi Arab yang dapat dihilangkan melihat pada konsep kesetaraan yang digunakan oleh tiga Feminis Muslim tersebut, Sikap pasrah menerima yang dialami perempuan tersebut, merupakan bentuk pengakuan pada identitas kelompok yang di tempatinya dan sikap menolak perjodohan merupakan bentuk penolakan tertiadap arogansi kesukuan, karenaMultikulturalisme tidak memandang adanya kelompok yang superior (lebih tinggi) dari kelompok lainnya.

The purpose of this research is to analyze the position of Arabic women in the system of Arab's arranged marriage, which commonly based on the system of the kafa'ah nasab (equality in family rank) based on the experience of accepting and denying women. Firstly, the aim of this research is the existence of gender bias interpretation in religius texts, which supports kafa'ah nasab. Second, the different meaning between accepting and denying arrange marriage.
The position of women in this case will be analyzed by comparing the Arab's marriage system with concept of marriage in Islam, explaining the historical context of kafa'ah nasab, and showing the meaning of arranged marriage for her. All of these will be approach qualitatively from women's perspective using the theory of Multiculturalism and Moslem Feminism. The data will be gathered from in depth interview with three sharifahs (descents of Muhammad) who is still living in arrange marriage and married to non-Arab and one sharifah from masyayikh (social rank under sharifa) who married a man from the same group.
The research has found out two factors. First, there's a contras between Islamic teaching and Arab culture. According to Islamic teaching, there's no different in among human being based on sexuality, gender and ethnicity, but according to the Arab culture, women is inferior to man and Arab has higher position in than any raze on the world. Then Arab man is superior to both of women and the people. Here we can see clearly that kafa'ah nasab which is applied to protect the original generation of Muhammad, is not coming from Islamic teaching but Arab culture. Second, accepting arranges marriage for women means submission to the gender and racial bias culture and denying it means denying racial arrogance and patriarchal culture.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonitah
"Penelitian ini membahas pernikahan di usia muda yang dilakukan oleh perempuan keturunan Arab di Bogor. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan perempuan keturunan Arab yang menikah pada usia muda. Masalah penelitian ini adalah faktor apa yang menjadi pendorong perempuan keturunan Arab di Bogor memutuskan untuk menikah di usia muda dan dampak apa yang timbul dari keputusan menikah di usia muda pada perempuan keturunan Arab di Bogor. Penelitian menemukan faktor pendorong pernikahan muda dan dampaknya. Faktor  pendorongnya antara lain, adanya faktor persepsi dan motivasi yang dimiliki narasumber, adanya peran keluarga, dan adanya faktor religiusitas. Dampak pernikahan muda dibagi menjadi dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang dirasakan oleh ketiga narasumber adalah mereka terbebas dari perilaku zina atau perilaku seksual pranikah dan pernikahan mengubah kepribadian narasumber menjadi lebih dewasa dan mandiri. Selain itu, dampak negatif dari menikah muda adalah hilangnya kesempatan untuk mendapatkan ilmu di sekolah formal.
This study discusses about marriage at a young age carried out by young women of Arab descent in Bogor. The method used in this study is a qualitative research method. The data collection methods obtained from the results of in-depth interviews with young women of Arab descent who married at a young age. The main focus of this research has risen two research questions, the factors that affect young women of Arab descent in Bogor to decide to marry at a young age and the impact arises from the decision to marry at a young age for young women of Arab descent in Bogor. According to the exploration of this study, there are several factors causing early marriage and its effects: the contributing factors include the perception and motivation factors of the informants, the role of the family, and the role of religiosity. Based on the analysis of this study, it has found that early marriage has positive and negative impacts. On the positive side felt by the three informants, they are free from adultery or premarital sexual behavior and marriage itself changes the personality of the informants to become more mature and independent, while the negative side of early marriage impacts the loss of opportunities to gain knowledge in formal school."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Parasmitha
"Penelitian ini melihat makna perkawinan dan alasan yang melatarbelakangi perempuan keturunan Arab golongan Non-Sayid memutuskan untuk menikah di usia muda dalam perspektif interaksionisme simbolik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada tiga perempuan keturunan Arab golongan Non-Sayid yang menikah di usia muda beserta ibu dari ketiga perempuan tersebut. Temuan penelitian ini adalah perkawinan dimaknai sebagai tiga hal yang berbeda, yaitu saluran reproduksi, kontrol sosial dan saluran afeksi. Keputusan menikah di usia muda pada perempuan Arab golongan Non-Sayid sangat kuat didasari oleh dorongan eksternal informan sebagai Me. Hal ini tidak lepas kaitannya dengan nilai perkawinan yang disosialisasikan dalam keluarga.

This research see the marriage and the reason underlying the Arab non-Sayid girls decide to get married in a young age in a symbolic interactionism perspective. The method using in this research is qualitative approach through in-depth interview toward three non-sayid Arab girls that got married in a young age and their mother. This research find that marriage is understood as three different things reproduction, social control, and affection channels. The marriage decision in a young age for non-sayid Arab girls strongly influence by external factor as a ME. This is caused by family value that been socialized in the family.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Puspitasari
"ABSTRAK
Dalam tesis ini, disajikan edisi teks naskah Suluk Perkawinan (SP) dan dibahas makna perkawinan dalam naskah tersebut. Pada penelitian ini, digunakan metode edisi kritis untuk menyajikan edisi teks dan analisis temauntukmelihatmaknaperkawinan. Hasil penelitian memperlihatkan pengertian yang khas, tidak lazim, mengenai makna perkawinan dalam SP. Pengertian yang khas tersebut muncul dari suatudasar, tasawuf. Penelitian mengenai teks SP sendiri masih berpeluang untuk disempurnakan.

ABSTRACT
This thesis presents text edition of Suluk Perkawinan (SP) and the meaning of marriage in SP. This research uses critical edition method to present text edition and theme analysis to see the meaning of marriage. The research shows that there is an unusual meaning of marriage in SP. That unusual meaning is based on tasawuf. There is opportunity to complete research of text of SP."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krido Saptono
"Tesis ini membahas tentang umur kawin pertama pada perempuan di Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi yang paling besar jumlah penduduknya dan terkenal dengan umur kawin pertama perempuan paling rendah dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Besarnya persentase umur kawin pertama pada usia anak-anak membuat semakin panjang waktu perempuan di dalam ikatan perkawinan, sehingga peluang perempuan untuk mempunyai anak banyak lebih besar. Dampaknya adalah masih tingginya tingkat fertilitas yang menyebabkan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sehingga mengendalikan umur kawin pertama perempuan mempakan salah satu opsi untuk menekan laju penumbuhan penduduk.
Tujuan studi ini adalah untuk mempelajari pola, perbedaan dan determinan umur kawin pertama. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferens seperti survival analisis dan regresi dengan life data. Data yang digunakan adalah data SDK1 2007, SDKI 2002/2003 dengan obyek penelitian perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun serta data TPAK perempuan yang bersumber dari SP 1980, SP 1990 dan SP 2000 di Provinsi Jawa Barat.
Temuan pada analisis deskriptif menyimpulkan bahwa 33,9 persen perempuan yang tinggal di pedesaan dan 14,3 persen perempuan di kota kawin pada usia 15 tahun ke atau kurang. Perkawinan usia anak-anak ini didominasi oleh perempuan dengan pendidikan rendah terutama di pedesaan. Analisis inferens menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan perempuan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan mempunyai pengaruh positif terhadap umur kawin pertama yang berarti semakin tinggi pendidikan dan TPAK perempuan maka semakin lambat kawin.
Perempuan di daerah pedesaan cenderung lebih cepat kawin dibandingkan dengan perempuan di perkotaan, begitu juga dengan perempuan muslim dibandingkan dengan non muslim. Perempuan yang bekerja di sektor pertanian lebih cepat kawin dibandingkan dengan perempuan yang bekerja di sektor non pertanian terutama di daerah pedesaan. Kohor perempuan paling muda Iebih cepat kawin dibandingkan dengan kohor perempuan paling tua terutama di daerah perkotaan, walaupun perempuan kohor paling tua mempunyai resiko lebih tinggi untuk kawin pada umur anak-anak dibandingkan dengan perempuan kohor paling muda.

This thesis discussed age at first marriage of women in West Java Province. ln Indonesia, West Java is the largest population and it is known as the lowest age at first marriage of women among other provinces. High percentage of age at first marriage of teen makes the longer time in duration of marriage and it influences opportunity of women to reproduce more children. As the impact, high fertility rate causes high population growth rate and it makes options to decrease population rate by controlling age at first marriage of women.
This research’s aim is to learn pattem, difference and determinant of age at first marriage. The methods of research are descriptive analysis and inferential analysis, such as survival analysis and regression analysis with life data. The data are IDHS 2007 and IDHS 2002/2003 with women in research object, which they are marriage women between 15-49 years old and female Labor Force Participation Rate from 80’s, 90’s and 2000’s Population Census in West Java.
The findings in descriptive analysis conclude that 33.9 percent of women in rural area and 14.3 percent of women in urban area, they marry on age of 15 or less. This marriage on teen age is dominated the lower education, especially in rural area. The inferential analysis concludes that there is positive correlation between women education status and Labor Force Participation Level into fust marrying age. The women higher education status affects the older marrying age.
Women in rural area more likely marry in younger age than women in urban area. Similar about living area, Moslem women is like to marry younger than non Moslem women. Women working in agriculture sector are like to marry younger than women working in non agriculture sector, especially in rural area. The youngest cohort women are like to marry younger than the oldest women cohort, especially in urban area, although the oldest women cohort has higher risk than the youngest women cohort to marry on younger age.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33983
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Susetyo
"Kebebasan menikah dan memilih jodoh bagi laki-laki dan perempuan adalah bagian dari hak asasi manusia yang harus dijamin pemenuhannya. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan UU No. 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Perempuan telah menegaskan bahwa tidak boleh terjadi suatu perkawinan berlangsung tanpa adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. Laki-laki dan perempuan yang akan menikah berhak untuk menentukan pilihannya, untuk menikah maupun tidak menikah, serta untuk diperlakukan secara sama dalam kehidupan rumah tangga.
Dalam implementasinya, jaminan hukum akan kebebasan menikah dan memilih jodoh nyaris menjadi utopia bagi golongan masyarakat tertentu. Dalam penelitian ini diketengahkan betapa perempuan keturunan Arab di Jakarta masih sering mengalami pembatasan-pembatasan untuk menikah dan memilih jodoh, hal mana tidak terjadi pada kaum laki-lakinya.
Pembatasan untuk menikah dan memilih jodoh bagi perempuan keturunan Arab pada kenyataannya masih hidup sebagai suatu tradisi dalam kehidupan masyarakat Arab di Jakarta. Diduga tradisi ini merupakan warisan dari kultur masyarakat Arab di jazirah Arab sejak zaman sebelum Islam. Hal ini cukup ironis, sebab warga masyarakat Arab Indonesia secara geografis terpisah ratusan ribu kilometer jauhnya dengan masyarakat Arab di jazirah Arab.
Guna mengidentifikasi sebab musabab bertahannya tradisi ini dan mengetahui persepsi dan pengalaman perempuan Arab terhadap ketentuan yang sudah out of date ini, maka penelitian ini dilakukan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Suryani
"Pada saat ini banyak ditemukan wanita yang sudah menikah dan bekerja di luar rumah. Di sisi lain, tidak sedikit juga di antara mereka yang memilih untuk tidak bekerja. Kondisi wanita yang bekerja maupun yang tidak bekerja diduga membawa dampak positif maupun negatif bagi kehidupan perkawinan mereka dan memiliki pengaruh terhadap kepuasan perkawinan yang mereka rasakan. Kepuasan perkawinan menurut Hawkins (dalam Olson & Hamilton, 1983:164) adalah perasaan bahagia, puas, dan senang, yang dirasakan oleh pasangan suami istri secara subjektif terhadap berbagai aspek yang ada dalam perkawinan. Duvall dan Miller (1985) membagi faktor yang berpengaruh dalam kepuasan perkawinan menjadi faktor-faktor sebelum pernikahan dan faktor-faktor setelah pernikahan. Theresia (2002) mengelaborasi faktor-faktor setelah pernikahan yang disebutkan oleh Duvall dan Miller (1985) menjadi sebelas faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi, hubungan interpersonal, anak, kehidupan seksual, komunikasi, kesamaan minat, kesesuaian peran dan harapan, partisipasi keagamaan, keuangan, hubungan dengan mertua dan ipar, cara menghadapi konflik, serta kekuasaan dan sikap dalam perkawinan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan perkawinan antara wanita bekerja dan wanita tidak bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner berdasarkan skala Likert. Analisis terhadap hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi independent T-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skor kepuasan perkawinan yang signifikan pada wanita bekerja dan wanita tidak bekerja, baik dilihat secara umum maupun ditinjau dari faktor-faktornya.

Nowadays many of married women who work outside the house. On the other side, many of women decide not to work. Both conditions of working employed and unemployed women have potential to positive or negative influences to what they feel in their married life. The satisfaction of marriage pursuant to Hawkins (in Olson & Hamilton, 1983:164) is happiness, satisfaction and gladness that being felt subjectively by spouse on various aspects in marriage. Duvall and Miller (1985) divided the factors that have impacts on marriage and the factors after marriage. Theresia (2002) elaborated the factors after marriage that mentioned by Duval & Miller (1985) in eleven factors. Those factors are interpersonal relationship, children, life sexual, communication, similar interest, suitable act and hope, participation on religion, financial, relationship with parents in law and brother/sister in law, how to deal with conflict also power and attitude in marriage.
The objective of this research is to find the different between employed women and unemployment woman. This research used quantitative approach. The data was gathered via questionnaire based on the scale of Likert. The analysis of research was conducted by using T-test significant independent trial. The result of this research has shown that no significant score of satisfaction on employed woman and unemployment woman. It was also found that no significant score of satisfaction between employed woman and unemployment woman that being reviewed in other factors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Triyana Mardiani
"Skripsi ini membahas pemertahanan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab di Condet Jakarta Timur. Skripsi ini membahas perbedaan dan persamaan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab dahulu dan sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan keturunan Arab di Condet mengacu pada ajaran dan tradisi Islam, juga salah satu bentuk dari asimilasi terhadap kebudayaan sekitar. Tradisi pernikahan yang dipertahankan yaitu perjodohan,malam pacar, akad nikah, resepsi pernikahan, dan ngunduh mantu. Hanya waktu,tempat dan prosesi pelaksanaannya saja yang membedakannya antara dahulu dan sekarang.;

This focus of this study is discusses retention wedding traditions in Arab families in Condet East Jakarta. This study is discusses the differences and similarities of the wedding on the family tradition of Arab descent past and present. This study used qualitative methods through interviews and observation. The results show that the marriage of Arab descent in Condet refers to the teachings and traditions of Islam, is also a form of assimilation to the surrounding culture. Tradition maintained that marriage matchmaking, malam pacar, ceremony, wedding reception, and ngunduh mantu. Only time, any place and procession implementation distinguishes between past and present."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edell, Ron
New York: Kensington Publishing, 1983
306.8 EDE h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdiani
"Tesis ini membahas pemahaman masyarakat dan penyidik maupun penyidik pembantu terhadap istilah perkawinan, perkawinan yang tidak dicatat dan manfaat pencatatan perkawinan serta penanganan perkawinan yang tidak dicatat yang meliputi tindakan mulai dari penerimaan laporan dari masyarakat sampai penanganan tindak lanjut termasuk faktor-faktor kendala apa saja yang dihadapi dalam penanganan perkawinan yang tidak dicatat oleh Unit Remaja Anak dan Wanita Ditreskrimum Polda Sumsel.Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian kepustakaan yang bersifat normatif yang didukung dengan penelitian lapangan, dengan teknik wawancara mendalam terhadap narasumber.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa (1) Pemahaman masyarakat dan penyidik maupun penyidik pembantu terhadap istilah perkawinan, perkawinan yang tidak dicatat dan manfaat pencatatan perkawinan telah sesuai dengan konsep perkawinan menurut Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, dan konsep perkawinan menurut Hukum Islam serta konsep perkawinan tidak dicatat. (2) Penanganan perkawinan yang tidak dicatat yang meliputi tindakan mulai dari penerimaan laporan dari masyarakat sampai penanganan tindak lanjut yang dilakukan oleh Unit Remaja, Anak dan Wanita Ditreskrimum Polda Sumsel telah sesuai dengan aturan yang berlaku. (3) Faktorfaktor kendala dalam penanganan perkawinan tidak dicatat oleh Unit Remaja Anak dan Wanita Ditreskrimum Polda Sumsel, memiliki kesesuaian dengan teori dalam faktor-faktor penegakan hukum.
Saran yang dapat diberikan adalah (1) Dituntut peran serta aktif khususnya kepolisian untuk memberikan sosialisasi terhadap masyarakat tentang arti penting dari perkawinan, arti perkawinan tidak dicatat, serta alasan pentingnya pencatatan perkawinan dan kerugian apabila melakukan perkawinan tidak dicatat, (2) Polri harus berani membuat suatu langkah inovatif seperti membuat Peraturan Kapolri (PERKAP) yang khusus mengatur penanganan kasus yang berhubungan dengan perempuan, (3) Diperlukan koordinasi dan kerjasama antara komponen dari sistem peradilan pidana (SPP) (4) Diperlukan pelatihan, seminar, terhadap para aparat penegak hukum sehingga mempunyai kesamaan persepsi dalam menangani perkawinan tidak dicatat, (5) Diperlukan dukungan sarana dan prasarana berupa pemberian anggaran khusus untuk menangani setiap tindak pidana yang berhubungan dengan perempuan sebagai korban.

This thesis discusses the understanding of society and the investigators, an assistant investigator of the term marriage, marriage isn?t recorded and the recording of the benefits of marriage and the handling of marriage isn?t recorded which includes actions ranging from the receipt of the report from the public until the follow-up treatment including factors that whatever obstacles encountered in the handling of marriage isn?t recorded by Unit Teenagers, Children and Women's Directorate General Criminal detectives in South Sumatera Police. Method used is qualitative approach normative research literature supported by field studies using in-depth interview techniques to keynote speaker.
The results showed that (1) the public?s understanding, investigator and the investigator aides to the term marriage, marriage isn?t recorded and the recording of benefits of marriage accordance with the concept of marriage according to the law number 1974 on 1 year of marriage, and the concept of marriage according to Islamic law and the concept of marriage isn?t recorded, (2) Handling marriage isn?t recorded that includes actions ranging from the receipt of the report from the public the follow-up treatment is performed by a child and adolescent unit of female directorate general of police criminal detectives southern sumatera region which are in compliance with applicable rules, (3) Constraint factors in the handling of marriage isn't recorded by unit teenagers, children and women?s directorate general criminal detective southern sumatera region, have a theory in conformity with law enforcement factors.
Advice that can be given is (1) aparticularly active role and demanded the police to provide socialization to the community about the value of marriage, the meaning of marriage isn't recorded, as well as the reason for the importance of recording marriages and loss when mating isn?t recorded. (2) Indonesian Republic Police should dare to make an innovative steps as the police chief of Republic Indonesia regulations that specifically govern the handling of cases relating to women. (3) Necessary coordination and coorperation the components of the criminal justice system (CJS), (4) Required training, seminars on the law enforcement officers to have similar perception in dealing with marriage isn't recorded, (5) Necessary support facilities and infrastructure for the provision of a special budget to deal with offenses relating to women as victims.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>