Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198390 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosalfa
"Belum lagi negara kita pulih dari krisis ekonomi, banyak mal dan pusat perbelanjaan muncul di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia sejak tahun 2000. Yang mengejutkan, meskipun secara umum masyarakat kita belum bangkit dari krisis, retailer yang mengisi pusat-pusat perbelanjaan tersebut ramai diminati masyarakat dan lnasih dapat meraup keuntungan yang tidak sedikit. Fenomena tersebut seolah-olah mengatakan kepada investor bahwa bisnis ritel tidak terlalu terpengaruh oleh krisis ekonomi dan semakin giatnya retailer berekspansi akan semakin baik prospek bagi investor yang menanamkan dananya (membeli saham) pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis ritel ini.
Salah satu strategi yang digunakan investor yang menanamkan dananya pada saham adalah membeli saham pada saat harganya rendah dan menjualnya pada saat harganya tinggi (buy low sell high). Permasalahannya adalah bahwa seorang investor tidak akan benar-benar tahu apakah harga suatu saham sedang rendah atau tinggi. Investor hanya dapat membuat estimasi harga, antara lain, dengan Cara menghitung estimasi harga wajar (nilai intrinsik) saham kemudian membandingkannya dengan harga pasarnya. Dari hasiI perbandingan tersebut diketahui bila nilai intrinsik lebih besar daripada harga pasar berarti harga saham tersebut rendah (underpriced) dan bila nilai intrinsik lebih kecil daripada harga pasar berarti saham tersebut tinggi (overpriced).
Nilai saham suatu perusahaan tergantung dari kemampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan arus kas di masa mendatang. Salah satu arus kas yang diterima oleh investor adalah dividen. Oleh karena itu dividen digunakan dalam Model Diskon Dividen untuk menghitung nilai intrinsik saham. Jika dividen yang dibagikan kepada investor tidak tumbuh (zero growth dividend) maka nilai saham perusahaan akan sama dengan simple perpetuity dari dividen yaituVo = D1/k. Harga saham perusahaan merupakan jumlah dari nilai perusahaan tanpa pertumbuhan dan nilai kini (present value) dari arus kas yang dihasilkan perusahaan atau yang disebut Present Value of Growth Opportunity (PVGO). Dengan demikian:
PVGO = Harga saham per lembar - Nilai tanpa pertumbuhan per lembar
sehingga:
%Kesempatan pertumbuhan = {(Nilai pasar saham - Nilai tanpa pertumbuhan)/ Nilai pasar saham}x 100%
dimana PVGO dan persentase kesempatan pertumbuhan bisa positif dan bisa negatif. Yang menarik untuk kita ketahui adalah bagaimana pengaruh dan hubungan kesempatan pertumbuhan tersebut terhadap imbal basil saham. Dengan mengetahui pengaruh dan hubungannya, seorang investor dapat memutuskan apakah layak berinvestasi di saham ritel dengan memperhatikan kesempatan pertumbuhannya.
Dengan semakin terintegrasinya perekonomian dunia sebagai akibat globalisasi, maka perekonomian suatu negara tidak akan dapat terhindar dari pengaruh perubahan perekonomian negara lain. Selain banyaknya pilihan investasi antar negara, investor juga dihadapkan pada persoalan nilai tukar mata uang asing dan pengaruhnya terhadap investasi serta berbagai kebijakan ekonomi makro suatu negara.
Dampak krisis terhadap pasar saham adalah merosotnya harga saham dan hal tersebut menunjukkan meningkatnya risiko dan turunnya ekspektasi imbal hasil saham. Namun demikian, selain terdapat saham yang harganya turun, justru ada harga saham yang meningkat bersamaan dengan melemahnya Rupiah terhadap Dolar. Hal yang menarik untuk diteliti adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja (imbal hasil) saham dalam situasi berubahnya nilai tukar dan beberapa indikator makro lainnya yaitu perubahan tingkat bunga, tingkat inflasi, dan perubahan imbal basil pasar selain kesempatan pertumbuhan.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan ritel yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 31 Desember 2003. Data keuangan yang digunakan adalah: harga penutupan saham, indeks harga saham gabungan BEJ, divider, jumlah saham beredar, dan laba per saham. Sementara itu variabel makro yang digunakan adalah saku bunga SBI, tingkat inflasi, nilai tukar mata uang asing yang diwakili oleh dolar Amerika Serikat, dan imbal hasil pasar yang dicerminkan oleh IHSG. Semua data tersebut adalah data tahun 1999-2003.
Dengan melakukan regresi antara imbal hasil saham, kesempatan pertumbuhan dan variabel makro ekonomi yang terdiri dari: tingkat bunga SBI, tingkat inflasi, nilai tukar mata uang asing, dan imbal hasil pasar yang diwakiii dengan IHSG, maka akan diketahui korelasi dan hubungan antara variabel-variabel tersebut.
Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa:
Hubungan antara imbal hasil saham ritel dengan kesempatan pertumbuhan adalah lemah dan negatif. Kesempatan pertumbuhan juga tidak signifikan dalam menjelaskan imbal hasil saham ritel.
Hubungan antara imbal hasil saham dan variabel makro beragam, dengan inflasi: kuat dan negatif; dengan suku bunga SBI: kuat dan negatif; dengan IHSG sedang dan positif; dengan nilai tukar: sedang dan negatif. Secara bersama-sama, kesempatan pertumbuhan dan variabel makro merupakan variabel yang signifikan dalam menjelaskan imbal hasil saham ritel.
Berdasarkan hasil di atas, sebaiknya jika seorang investor ingin menanamkan dana pada saham ritel tidak hanya mempertirnbangkan kesempatan pertumbuhannya tetapi juga variabel makro."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Octavia
"Menurut Kenneth Lahn dan Anil K. Makhija dalam tulisannya yang berjudul ?EVA & MVA as Performance Measures and Signals For Strategic Change?, pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai buku pada laporan keuangan seperti Return on Equity (ROE), tidak dapat mengukur penciptaan nilai perusahaan. Dengan kata lain, ROE tidak dapat menggambarkan penciptaan value bagi shareholders secara eksplisit. Kondisi ini yang menyebabkan kesulitan dalam mengambil kebijakan yang dapat memuaskan manajer maupun shareholders. Di satu sisi, manajer merasa tidak mendapat insentif yang sesuai dengan kinerjanya sehingga timbul kekecewaan yang dapat memicu moral hazard. Sedangkan di sisi lain, penilaian atau persepsi yang keliru dari shareholders terhadap kinerja perusahaan dapat mengakibatkan terganggunya laju kenaikan nilai saham perusahaan.
Pengukuran kinerja yang dipercaya mampu mengatasi hal tersebut adalah Economic Value Added (EVA). EVA dianggap mampu karena EVA dapat mengukur penciptaan nilai bagi kekayaan shareholders. Manajer akan dihargai sesuai dengan kemampuannya dalam menambah penciptaan value bagi shareholders sehingga memacu manajer dalam bertindak seolah-olah sebagai shareholders untuk selalu berusaha menambah penciptaan value perusahaan. Hal ini menguntungkan shareholders dengan memperoleh return yang terus meningkat.
Hal tersebut juga didukung adanya penelitian yang dilakukan Kenneth Lehn dan Anil K. Makhija (1996) bahwa EVA berkorelasi positif dengan tingkat pengembalian investasi dalam saham dengan korelasi yang lebih tinggi dibanding ROA (Return on Asset), ROE, dan ROS (Return on Sales) yang digunakan sebagai alat ukur kinerja perusahaan.
Pada tesis ini dipilih industri perbankan karena perbankan mempunyai peranan yang strategis dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, perbankan harus sehat agar dapat menjalankan fungsi dan peranannya sebagai bank seperti menghimpun dana (giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, serta tabungan); memberikan kredit, menerbitkan surat pengakuan utang; membeli; menjual atau menjamin surat-surat berharga, dan sebagainya.
Untuk mengetahui apakah, bank tersebut sehat atau tidak, maka bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi. Pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi merupakan cerminan dari kinerja bank pada periode waktu yang tertera dalam laporan tersebut sedangkan bagaimana pengukuran penciptaan value bagi shareholders masih merupakan masalah karena bank masih menggunakan pengukuran kinerja yang tradisional. Oleh karena itu, EVA diyakini mampu memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian dalam thesis ini ingin menguji tiga hal. Pertama, apakah EVA perbankan yang telah go public berkorelasi dengan return sahamnya. Kedua, apakah terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Ketiga, apakah benar pengaruh EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya. Penelitian mengambil sampel pada perbankan yang telah melakukan emisi dan terdaftar sebagai emiten secara berkelanjutan di Bursa Efek Jakarta selama 5 periode yaitu dari 1999 sampai dengan 2003. Data sekunder lainnya selain laporan keuangan yang telah diaudit adalah harga penutupan harian harga saham masing-masing perbankan dengan periode tahun yang sarna, Indeks Harga Saham Gabungan, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan country risk premium.
Berkenaan dengan hal pertama, pengujian dilakukan dengan tingkat keyakinan sebesar 95% dengan menggunakan analisis korelasi antara EVA dengan return sahamnya. Sedangkan pengujian untuk hal kedua dan ketiga adalah dengan menggunakan Multiple Linier Regression dan tingkat keyakinan sebesar 95%.
Setelah melakukan pengujian, maka didapat hasil sebagai berikut guna menjawab permasalahan dalam penelitian:
1. Sebanyak 2/5 dari 5 tahun penelitian membuktikan bahwa tidak ada korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya. 3/5-nya membuktikan bahwa korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya adalah negatif. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi antara EVA perbankan yang telah go public dengan return sahamnya, dimana korelasi tersebut adalah negatif.
2. Sebanyak 3/5 dari 5 tahun penelitian membuktikan bahwa tidak ada pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Sedangkan sisanya, yaitu 2/5 membuktikan bahwa terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari ROE terhadap return sahamnya.
3. Sebanyak 2/5 dari 5 tahun penelitian menunjukan bahwa EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya. Sedangkan masing-masing sisanya, yaitu 1/5-nya menunjukan bahwa EVA dan ROE tidak signifikan terhadap return sahamnya, ROE lebih signifikan dibanding EVA terhadap return sahamnya, dan EVA dan ROE sama-lama signifikan terhadap return sahamnya Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa EVA lebih signifikan dibanding ROE terhadap return sahamnya.
Hasil penelitian tersebut bukanlah sesuatu yang absolut, mengingat penelitian ini hanya menggunakan 11 bank sebagai sampel. Hal ini dikarenakan hanya terdapat 11 bank yang telah melakukan emisi dan terdaftar sebagai emiten berkelanjutan di BEJ selama 5 periode dari 1999-2003 sesuai dengan jangka waktu pengamatan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak sampel penelitian dan jangka waktu penelitian yang lebih panjang. Alasannya, dengan mendapatkan sampel yang lebih banyak dan jangka waktu pengamatan yang lebih panjang akan menghasilkan kesimpulan yang lebih baik. Kesimpulan tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang lebih baik bagi pihakpihak yang berkompeten.
Selain itu, industri yang dipilih untuk penelitian selanjutnya tidak terbatas pada industri perbankan saja. Hal ini bertujuan untuk membuktikan apakah EVA akan berkorelasi positif dengan return saham dan masing-masing perusahaan yang telah go public yang berada dalam industri yang berbeda."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Rahmat Machribi
"Sektor yang sangat berhubungan dengan terpuruknya kinerja perbankan adalah sektor properti. Hal ini disebabkan hampir sebagian besar permodalan sektor properti diperoleh dari kredit yang diberikan oleh pihak bank. Upaya pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi diharapkan bisa mengembalikan kinerja properti yang selama krisis praktis hilang. Untuk itulah penelitian ini melihat bagaimana pengaruh Variabel makro seperti tingkat bunga, inflasi, kurs dan uang beredar terhadap tingkat pengembalian saham properti di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Penelitian menggunakan populasi semua saham properti yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (BE)) sedangkan sampel dalam penelitian menggunakan data makro seperti tingkat inflasi, jumlah uang beredar, tingkat bunga SBI dan Kurs Dollar Amerika Serikat yang diperoleh dan Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik serta data harga saham properti dan IHSG diperoleh dari Bursa Efek Jakarta sebanyak 33 emiten. Data yang digunakan data time series bulanan yaitu mulai bulan Juli 1998 sampai dengan Juli 2003. Analisa dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda.
Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel-variabel makro (tingkat bunga, inflasi, kurs dan uang beredar Y Variabel independen mempunyai pengaruh yang beragam terhadap kinerja saham properti. Pengaruhnya pun bervariasi , ada yang negatif dan ada pula yang positif: Tingkat pengembalian pasar sangat berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham properti (32 saham positif dan I saham negatif). Tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian saham properti (19 saham negatif dan 14 saham positif). Variabel perubahan uang beredar berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham properti (17 saham positif dan 16 saham negatif). Variabel kurs dolar Amerika berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian saham properti (23 saham negatif dan 10 saham positif), Variabel tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian saham properti (19 saham negatif dan 14 saham positif).
Hasil regresi tersebut menunjukkan terjadinya penyimpangan teoritis. Artinya, hasil regresi secara substantif menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori. Sebagai contoh, pengaruh tingkat bunga SBI yang seharusnya berpengaruh positif, ternyata dalarn realitasnya tidak selalu demikian. Bahkan untuk beberapa saham properti, pengaruh SBI justru berbanding terbalik. Hal yang sama juga ditemukan pada variabel kurs dolar Amerika."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muksin, Author
"Perumusan masalah dalam penulisan tesis ini adalah apakah variabel-varibel
makro ekonomi, yaitu: Suku Bllllga SBI, Inflasi, dan Kurs Rp/USD dan mikro
ekonomi, yaitu: Market Value Equigr, Debt to Equity Ratio, dan Book Market
Ratio mcmpunyzai pengaruh terhadap return saham-saham pertambangan pada
pcriode Januari 2003 s.cL Desembcr 2007.
Untuk menganalisis permasalahan dan menguji hipotesa penelitian
digunakan model multifaktor melalui pendekatan Arbitrage Pricing Theory
(APT), dimana harga dari suatu saham dipengaruhi oleh faktor-faktor mikro dan
makro ekonomi.
Dari hasil analisa dan pembahasan dan pengujian hipotesa dapat
disimpulkan bahwa variabel - variabel makro ckonomi, yaitu: Suku Bunga SBI
dan Infiasi berpengamh negatifterhadap return saham pertambangan sedangkan
Kurs berpengaruh positii Sedangkan variabel - vaxiabel mikro ekonomi, yaitu:
Market Value Equity dan Book Market Ratio berpengaruh positifterhadap return
saham pertambangan, sedangkan Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif
terhadap return saham pertambangan.
Kata Kunci: Arbitrage Pricing Theory, return saham, mikro dan makro ekonomj"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34262
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prakarsa Panjinegara
"Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk melihat seberapa jauh pengaruh perubahan jumlah uang beredar (M2), perubahan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), perubahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar terhadap tingkat pengembalian pasar saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang diwakilkan dengan Return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode sebelum krisis moneter yang diambil sejak periode Januari 1995 sampai dengan Juni 1997, dibandingkan dengan periode krisis moneter yang diambil sejak periode Juli 1997 sampai dengan Desember 1999 yang dianalis dengan menggunakan data mingguan pada periode tersebut.
Selain daripada itu penelitian ini juga melihat pengaruhh tingkat pengembalian pasar (return IHSG), perubahan jumlah uang beredar (M2), perubahan tingkat suku bunga SBI, perubahian nilai tukar Rupiah atas US Dollar terhadap tingkat pengembalian saham dan tingkat portofolio industri di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Pada periode sebelun krisis tingkat pengembalian pasar saham di Bursa Efek Jakarta yang diwakilkan dengan Return Indeks Harga Salim Gabungan (IHSG) dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan jumlah uang beredar (M2) dan perubahan tingkat suku bunga SBI, sedangkan pada periode krisis return IHSG dipenganihi secara signifikan oleh
perubahan jumlah uang beredar (M2) dan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar.
Hasil penelitian juga menunjukkan dengan mengggunakan analisis multi faktor yang merupakan sintesa antara model Arbitrage Pricing Theory (APT) dengan model Capital Asset Pricing Mode! (CAPM) didapat adanya perbedaan pengaruh yang nyata antara periode sebelum krisis rnoneter dan periode krisis moneter antara pengaruh perubahan variabel ekonomi makro yang digunakan pada penelitian terhadap tingkat pengembalian saham dan tingkat pengembalian portofolio industri di Bursa Efek Jakarta.
"
2000
T20609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Manangar Ronywijaya Pangihutan
"Pasar modal di Indonesia pada saat ini sedang mengalami masa pertumbuhan yang sangat pesat, animo para investor untuk rnelakukan investasi di bursa saham juga mengalarni kenaikan yang cukup signifikan. Pertumbuhan yang sangat pesat ini ditandai dengan kenaikan angka Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta yang sangat mencengangkan dimana IHSG sepanjang tahuri 2004 mengalami kenaikan sebesar 308,338 poin atau sebesar 44,56% dibanding dengan penutupan tahun 2003. Kenaikan ini banyak didorong oleh iklim politik yang semakin aman dan stabil sehingga kondusif bagi para pelaku-pelaku usaha di Indonesia untuk menjalankan aktivitas bisnisnya termasuk diantaranya aktivitas investasi di Bursa Efek Jakarta.
Dalarn setiap melakukan kegiatan investasi, seorang investor yang rasional akan senantiasa rnembandingkan tingkat pengembalian (return) investasi yang akan diperolehnya dengan resiko investasi yang akan dihadapinya. Untuk setiap pilihan investasi yang akan dilakukannya, seorang investor harus memahami faktor-faktor ekstemal apa saja yang dapat mempengaruhi kegiatan investasinya. Faktor-faktor ekstemal tersebut dapat terlihat melalui indikator-indikator moneter yang berkaitan erat dengan kegiatan investasinya tersebut. Untuk kegiatan investasi di bursa saham, ada baiknya investor memahami beberapa indikator moneter yang mempengaruhi perubahan return suatu saham yaitu seperti IHSG, suku bunga SBI, kurs US Dollar, suplai uang, dan tingkat inflasi.
Setelah mengumpulkan data-data indikator moneter tersebut, kemudian diolah untuk dapat diperoleh suatu informasi yang bermanfaat sehingga siap untuk diolah dengan formulasi multiple regression. Dengan hasil perhitungan melalui multiple regression tersebut akan terlihat nilai-nilai tertentu yang menggambarkan kondisi suatu saham selama periode pengamatan. Terhadap nilai- nilai tersebut dilakukan analisa yang dapat menggambarkan korelasi perubahan indikator-indikator moneter tersebut terhadap return yang mungkin diperoleh dari investasi pada suatu saham.
Pengujian dan analisa multiple regression yang dilakukan terhadap saham-saham industry farmasi pada periode pengamatan tahun 1999 hingga 2004 menunjukkan bahwa terdapat 5 saham yang mcmiliki nilai signifikansi lcbih kccil dari 5 % yaitu DNKS, DVLA, KAEF, KLI3F, dan TSPC. Sedangkan 6 saham Iainnya memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 5 %, saham-saham tersebut adalah BYSB, INAF, MERK, PYFA, SCPI, dan SQBB. Nilai signifikansi yang Iebih kecil menunjukkan bahwa return aham-saham tersebut dipengaruhi oleh perubahan indicator moneter. Namun nilai koefisien determinasi (R2) untuk semua saham industri farmasi menunjukkan nilai yang kecil, hal ini berarti walaupun beberapa saham dipengaruhi oleh perubahan indikator moneter namun korelasi perubahan tersebut sangat lemah. Hasil pengujian dan analisa multiple regression juga menunjukkan bahwa indikator moneter yang paling mempengaruhi perubahan returr saham-saham industri farmasi adalah perubahan pasar (IHSG) dan perubahan suku bunga SBI 1 bulan.
Sektor industri farmasi termasuk di dalam kelompok industri consumer goods (barang-barang kebutuhan pokok), yaitu dimana produk-produknya aka11 selalu dikonsumsi oleh masyarakat dalam kehidupan saham-sahamnya walaupun kondisi perckonomian sedang mengalami krisis sehingga karakteristik industri farmasi tersebut harus dipahami oleh para investor sebelum berinvestasi. Secara keseluruhan melalui penelitian ini dapat dinilai bahwa fluktuasi harga saham-saham industri farmasi relatif stabil sehingga investasi pada saham-saham industri farmasi akan memberikan tingkat return yang relatif kecil walaupun terjadi perubahan pada indikator-indikator moneter."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Annida
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh kinerja perusahaan terhadap imbal hasil saham di pasar modal Indonesia. Sampel yang digunakan yaitu saham ? saham LQ 45 (45 saham yang termasuk 60 saham berkapitalisasi pasar dan memiliki nilai dan frekuensi transaksi terbesar, memiliki kinerja keuangan dan prospek pertumbuhan yang bagus, yang dirilis oleh divisi riset dan engembangan bursa efek Indonesia) yang terdaftar di bursa efek Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2007 dalam terminologi imbal hasil saham tahunan. Dengan menggunakan beberapa ukuran sebagai proxy untuk kinerja perusahaan, regresi sederhana dan berganda digunakan untuk menentukan, pada tingkat perusahaan, analisis pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap imbal hasil saham. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa beberapa ukuran kinerja perusahaan memiliki sebagian kemampuan untuk menjelaskan imbal hasil saham selama periode pengujian. Disamping imbal hasil saham tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor selain kinerja nya.

This study attempts to analyze relationship between firms performance with stocks return in the Indonesia stock market. Sample that used is LQ 45 stocks (top 45 stocks that include top 60 biggest market capitalization and highest transaction value and frequency, have a good financial performance and growth prospect that released by research and development division of Indonesia stock exchange) listed in the Indonesia Stock Exchange from 2005 to 2007 in terms of annual stock returns. Using several measures to proxy for the firms performance. Simple and multiple regressions are performed to determine, at the firm level, analysis of relationship these variables with stock return. The results indicate that some firm performance measures had some explanatory power of the stock return during our testing period. Instead, they were driven by several non-performance factors.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
6582
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah laba sebelum beban bunga dan pajak (EBIT), cashflow dan deviden dapat mempengaruhi harga saham. Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan go publik di BEJ dengan periode waktu penelitian tahun 1999-2003, dimana perusahaan tersebut harus mengeluarkan deviden tunai secara kontinyu dari tahun 1999-2003. Data diperoleh dari laporan keuangan yang sudah diaudit dari masing-masing perusahaan yang menjadi objek penelitian, JSX statistical annual report dan Indonesian Capital Market Directory.
Model regresi berganda yang digunakan memiliki 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Teori dan penelitian-penelitian terdahulu juga dicantumkan untuk mendukung penelitian ini. Hasil penelilian ini mengindikasikan bahwa EBIT, Cashflow dan deviden mempunyai pengaruh terhadap harga saham, dimana pengaruh tersebut bisa negatif maupun positif.

The purpose of this research is to seeing factors that effect stock prices in the market. These factors include earnings before interests and tax (EBIT), cash flow dan dividend in indonesian market, represented by Jakarta Stock Exchange.
The proposed model is multivariate regression with one dependent variable and three independent variables. This research uses ordinary least square with the estimated model parameters which veryied by statistical test. The data used is taken from JSX Statistical Annual Report, Annual financing Report and Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2002 and 2004. Theories and earlier research to these factors are provided in order to give a sound background. This research indicates that EBIT cash flow dan dividend are affected to stock prices.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Martun
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T24350
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S9615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>