Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54640 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maryana Ugahary
"Latar Belakang Penelitian. Warm up merupakan suatu latihan pendahuluan yang dirancang mempersiapkan tubuh untuk mengikuti aktivitas olah raga. Terdapat beberapa macam warm up yaitu:
1. Warm up pasif : pemanasan tubuh dengan sumber dari, luar seperti mandi air hangat, pancuran air hangat, diatermi.
2. Warm up aktif : pemanasan tubuh dengan cara melakukan gerakan tubuh seperti berlari-lari, bersenam, bersepeda dan lain-lain. Warm up aktif dapat terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a) Jalan atau lari perlahan (jogging), untuk meningkatkan aliran darah sehingga menghasilkan suhu tubuh yang lebih tinggi di seluruh tubuh.
b) Latihan kalistenik yaitu gerakan tubuh yang ritmis sistematik yang biasanya dilakukan tanpa alat atau beban, terdiri dari gerakan melengkung (bending), berputar (twisting), mengayun (swinging), menendang (kicking) dan melompat (jumping) dan latihan lain seperti push up, sit up, chin up (7). Latihan kalistenik biasanya dilakukan dari atas ke bawah mulai leper, lengan dan bahu, abdomen, punggung dan tungkai.
c) Latihan peregangan ,(stretching) untuk otot otot yang diperlukan dalam olah raga yang bersangkutan. Untuk pelari diperlukan peregangan otot bahu dan tricep, punggung, panggul, quadricep, hamstring, gastrocnimeus dan achilles_ Latihan peregangan yang dipakai sebaiknya yang secara statik yaitu setelah otot diregang penuh secara aktif, maka otot dipertahankan pada posisi ini selama beberapa waktu. Waktu yang diperlukan untuk mempertahankan peregangan ini sekurangnya 6 detik agar serabut kolagen dalam otot, tendon, ligamen, mendapatkan perobahan plastisitasnya.
d) Tahap terakhir yaitu tahap koordinasi, dipusatkan pada teknik olah raga yang bersangkutan dengan mempraktekkan gerakan-gerakan spesifik, misalnya untuk olah raga lari jarak pendek dapat berupa latihan start dan beberapa sprint pendek 20 ? 40 meter.
Seluruh warm up dapat berlangsung sekurangnya 15 - 20 menit sebagai akibat dari warm up suhu tubuh ditingkatkan. Hal ini merupakan satu dari beberapa faktor yang meningkatkan kemampuan (performance), karena meningkatnya suhu tubuh menyebabkan :
1. Meningkatnya kecepatan kontraksi dan relaksasi otot sehingga otot akan bekerja lebih efisien.
2. Hemoglobin membawa lebih banyak oksigen serta dissosiasinya juga lebih cepat.
3. Efek yang sama dengan hemoglobin juga terjadi pada myoglobin.
4. Proses metabolisme meningkat.
5. Hambatan pada pembuluh darah menurun.
Pada latihan peregangan yang merupakan bagian dari warm up, memberi kelenturan otot yang periting untuk meningkatkan kemampuan pada olah raga atau perlombaan terutama pada pelari jarak pendek yang memerlukan kecepatan.
Hogberg dan Ljunggren memeriksa efek warm up (dalam bentuk lari kecepatan sedang dikombinasi dengan kalistenik) terhadap kecepatan lari 100 meter, 400 meter, 800 meter, pada atlet yang terlatih baik. Didapatkan untuk lari 100 meter perbaikan 0,5 - 0,6 detik, untuk lari 400 meter perbaikan 1,5 - 3 detik, untuk lari 800 meter perbaikan 4 - 6 detik dibandingkan tanpa warm up.
Sebagian besar penyelidik membuat kesimpulan bahwa suatu warm up cenderung meningkatkan kemampuan, meskipun belum ada kesamaan dalam menentukan Jenis, intensitas dan lama warm up.
Mengenai lamanya warm up, Hogberg dan Ljunggren juga mengamati hasil lebih baik sesudah warm up 15 menit dibanding sesudah 5 menit pada lomba lari 100 m, tetapi selanjutnya perbaikan tidak bermakna bila warm up diperpanjang dari 15 menit - 30 menit.
Lari sprint 400 meter yang merupakan endurance sprinter memerlukan energi aerobik + 30%, energi anaerobik ± 70% sedangkan sprint 100 meter hampir seluruhnya memerlukan energi anaerobik.
Sebagai cara yang mudah untuk menentukan apakah intensitas dan lama warm up sudah cukup, yang merupakan tanda adanya kenaikan suhu tubuh yaitu dengan melihat apakah atlet yang menjalankan warm up sudah mulai berkeringat. Bila diinginkan cara yang lebih ilmiah yaitu dengan mengukur kenaikan suhu tubuh.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis ingin melakukan penelitian sampai seberapa jauh pengaruh intensitas dan lama warm up terhadap kecepatan lari pada pelari jarak pendek."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellion, Morris B.
"Buku ini akan mebuka peluang untuk banyak pecinta sport medicine dan tentu saja untuk para dokter untuk menjelaskan mengena hal ini kepada psikolog dan guru"
Philadelphia: Hanley & Belfus, 1994
613.5 MEL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tetelepta, Yosua Wilgert
"Pada jaman modern ini manusia dalam menentukan keseharian dan identitas dirinya sering mencari gaya hidup yang akan menggambarkan dirinya. Gaya hidup yang ada tidak selalu baik tapi ada yang buruk juga bahkan terkadang kedua gaya hidup yang bertolak belakang ini digabungkan. Salah satu contoh kasusnya adalah menggabungkan olahraga yang merupaka gaya hidup positif dengan tujuan menjaga kesehatan dan kondisi tubuh manusia dengan merokok yang merupakan gaya hidup yang memberikan efek buruk ke tubuh manusia akibat zat-zat buruk didalamnya. Sehingga, peneliti melihat pengaruh buruk dari merokok dan olahraga tadi dalam bentuk poin V02 Max yang merupakan kapasitas maksimum paru-paru yang dipengaruhi dari faktor frekuensi latihan, jumlah batang rokok per hari dengan lama merokok. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Beep Test untuk memperoleh poin V02 Max yang nantinya akan dibandingkan dan dianalisis untuk melihat pengaruh kedua gaya hidup tadi secara langsung. Respondennya sendiri adalah laki-laki berumur 18-25 tahun dengan Body Mass Index BMI normal. Dari 48 datta yang ada sudah terbagi 50:50 untuk perokok dan non-perokok. Hasil menunjukan bahwa frekuensi latihan dan jumlah batang per hari memiliki pengaruh signifikan pada poin V02 Max baik secara independen maupun digabungkan namun untuk frekuensi latihan dan lama merokok hanya secara indpenden saja memiliki hubungan yang signifikan. Frekuensi Latihan olahraga memiliki hubungan yang positif kepada poin V02 Max sedangkan merokok memiliki hubungan yang negatiif untuk poin V02 Max. Maka merokok memiliki pengaruh negative pada pernafasan sekalipun kita sudah berolahraga secara rutin

In this modern day, human in determining his daily life and personal identity often seek a lifestyle that will describe him. The existing lifestyle is not always good but there are bad ones even sometimes these two opposing lifestyles are combined. One example of the case is to combine a sporty lifestyle that is a positive lifestyle with the purpose of maintaining our health condition with smoking which is a lifestyle that gives adverse effect to the human body due to bad subtances in it. Thus, the researchers looked at the adverse effect of smoking and sport in the form of V02 Max points which is the maximum lung capacity that is affected by the frequency factor of sport exercises, the number of cigarettes per day with smoking duration. The study was conducted using Beep Test method to obtain V02 Max points which will be compared and analyzed to see the influence of both lifestyle directly. The respondents were 18 25 years old man with normal Body Mass Index BMI . Of the 48 datas that are already divided 50 50 for smokers and non smokers. The result showed that sport exercise frequency and number of cigarettes per day had significant effect on V02 Max points either independently or combined but for sport exercise frequency and duration of smoking only independently had a significat relationship. Sport exercise frequency has a positive effect to V02 Max Points while smoking has a negative effect for V02 Max points. So Smoking has a negative effect on respiration even though we have been exercising regularly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdel Muhammad Syah
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari sports participation terhadap life satisfaction serta mengetahui apakah leisure satisfaction dapat berperan sebagai mediator dalam pengaruh tersebut. Partisipan penelitian berjumlah 91 orang dewasa muda usia 18—26 tahun (M=21.8, SD=1.44). Penelitian ini menggunakan analisis simple mediation untuk mengetahui apakah pengaruh sports participation terhadap life satisfaction dapat dimediasi oleh leisure satisfaction. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengaruh sports participation terhadap life satisfaction tidak dimediasi oleh leisure satisfaction. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan bagi dewasa muda untuk mengisi kegiatan waktu luang mereka dengan berolahraga.

This study aims to prove the effect of sports participation on life satisfaction and determine whether leisure satisfaction can act as a mediator. The study participants were 91 young adults aged 18-26 years (M=21.8, SD=1.44). This study used regression analysis to determine whether sports participation has an influence on life satisfaction. Mediation analysis was also conducted to determine whether leisure satisfaction can mediate the effect of sports participation on life satisfaction. The results of this study show that sports participation has a positive influence on life satisfaction. Meanwhile, leisure satisfaction does not act as a mediator in the influence that occurs. This study is expected to serve as a basis for consideration for young adults to fill their leisure time activities with exercise."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni P. Soebandono
"
Perkembangan olahraga di Indonesia mengalami keterpurukan selama dua
dekade ini, malahan cabang olahraga yang telah mengharumkan nama bangsa
Indonesia, khususnya bulutangkis, juga mengalami kemunduran yang sangat
memprihatinkan dan mengecewakan banyak pihak. Banyak kritik yang telah
dilontarkan terhadap pembinaan atlet, salah satunya adalah yang berkaitan dengan
pembinaan faktor non-teknis atau faktor psikologis. Masalah yang banyak
dipersoalkan adalah pembinaan oleh coach yang berada front terdepan dalam
hubungannya dengan atlet secara langsung.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan atlet
dan coach, khususnya di cabang olahraga baseball dan softball, dimana persepsi atlet
tehadap perilaku coach sebagai objek utama dibandingkan dengan persepsi coach
terhadap perilaku dirinya sendiri. Pendekatan penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan menggunakan skala persepsi (metode Likert) dengan pilihan lima
skor, dan untuk melengkapi analisis dilakukan dengan pendekatan metode kualitatif.
Sasaran dari pembahasan dikhususkan pada persepsi terhadap aspek kepribadian
(personality) coach dengan merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Percival
(1971) dengan dimensi general attitude, coachingphilospohy, mannerism, mood level
dan leadership, dan mengacu design penelitian yang dibuat oleh Program
Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia: Superior Coaching / Alhlete
Practices..
Hasil penelitian, dengan responden atlet dan coach dari team baseball dan softball daerah (delapan team, dengan C\atlet=\ 11, dan Ncoac/?=21) yang
dipersiapkan untuk pertandingan Pra-PON 2004, menunjukkan bahwa antara persepsi
atlet dan persepsi coach mempunyai ketidaksamaan atau perbedaan yang besar.
Meskipun coach secara wajar bisa dimengerti akan mempersepsikan dirinya sendiri
lebih tinggi dari persepsi atlet terhadap dirinya, tetapi adanya perbedaan (gap,
discrepancy) tersebut bisa mengarahkan adanya ketidakcocokan (incompatibility)
dalam hubungan atlet dan coach. Incomptabiliy akan menganggu jalannya pembinaan
dan bisa berakibat kegagalan atlet dalam meriah prestasi. Dengan menganalisis item
pernyataan di setiap dimensi akan dapat diketahui intervensi macam apa yang bisa
diprogramkan untuk melakukan perubahan terhadap perilaku coach."
2003
S3258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Def Primal
"ABSTRAK
Latar Belakang : Pes planus plantaris flatfoot akan meningkatkan tekanan plantar karena tahanan berat tubuh selama melakukan aktivitas. Aktivitas dengan weight-bearing yang berlebih overuse beresiko terjadinya cedera pada ekstremitas bawah dan akan penurunan kelengkungan pada arcus plantaris. Atlet basket dengan aktivitas latihan weight-bearing secara terus menurus akan mempengaruhi kelengkungan pada plantar sehingga menimbulkan malformasi lengkung kaki menjadi lebih datar flatfoot . Kondisi ini dilaporkan dapat memengaruhi stabilitas postural selama beraktivitas. Atlet basket diharapkan memiliki kestabilan yang baik dalam berbagai kondisi untuk mempertahankan performa selama bertanding.Metode : Studi ini merupakan cross-sectional analitik kuantitatif dengan subjek mahasiswa olahraga basket FIK UNJ n=47 . Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik subjek, dilanjutkan pemeriksaan jenis lengkung kaki normal dan flatfoot subjek menggunakan footprint dari stamp pad dan kertas grafik. Pemeriksaan selajutnya menggunakan AMTI Accupower Force flatform posturography force plate dalam menentukan stabilitas postural subjek. Pemeriksaan tersebut dilakukan dalam tiga aktivitas statis, dinamis vertical jump, dan dinamis vertical jump loading respon untuk menentukan diameter postural sway CoP pada bidang tumpu dan besaran resultan gaya GRF terhadap bidang vertikal beban tubuh W .Hasil : Hasil pemeriksaan didapatkan 80,9 subjek pemeriksaan mengalami pes planus plantaris. Hasil footprint tersebut menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan pes planus plantaris pada kedua jenis kelamin subjek, tetapi terdapat perbedaan yang jelas pada lama latihan. Atlet mahasiswa yang telah latihan lebih dari 4 tahun berpotensi mengalami pes planus plantaris dibandingkan subjek dengan lama kurang dari 4 tahun 40 . Nilai rata-rata diameter postural sway CoP dan besaran gaya GRF terhadap bidang vertikal W pada subjek pes planus plantaris memiliki hubungan yang bermakna terhadap stabilitas postural subjek.Kesimpulan : Pes planus plantaris dipengaruhi oleh lama latihan dan intensitas latihan yang dilakukan. Kondisi tersebut secara signifikan akan mempengaruhi stabilitas postural pada kondisi statis, dinamis gerak vertikal vertical jump , dan dinamis gerak vertikal dengan shooting position vertical jump loading respon .

ABSTRACT
Background Pes planus plantaris flatfoot incident will increase plantar pressure because of body weight resistance during activities. Overuse activity is at risk of injury to the lower limb and will decrease curvature in the plantar arch. Basketball athletes with continuous weight bearing exercise activity will affect the curvature of the plantar, causing the malformation of the foot arch to become flatter flatfoot . This condition is reported to affect postural stability during the move. Basketball athletes are expected to have good stability under various conditions to maintain good and stable performance during the game.Method This study is a quantitative cross sectional analytics with the subject of basketball students from Faculty of Sport Sciences Universitas Negeri Jakarta FIK UNJ with 47 subjects. Examination includes anamnesis and physical examination of the subject, followed by examination of the subject 39 s foot arch type using the footprint from the stamp pad and graph paper. Following examination using AMTI Accupower Force flatform posturography force plate in determining postural stability of the subject. The examination is performed in three activities static, dynamic vertical jump, and dynamic vertical jump loading response to determine the postural sway diameter of CoP on the base of support area and the resultant force of the GRF to the vertical plane of the body load W .Result The result revealed that 80,9 of subjects had flat plantar arch pes planus plantaris . The footprint results showed no significant differences in plantar planes in both sexes, but there was a clear difference in basketball practice period. Basketball athlete student have tendency to have pes planus after 4 years practice rather than the other with practicing less than 4 years 40 . The mean value of the postural sway diameter of CoP and the magnitude of the GRF force to the vertical plane W on the subject with pes planus plantaris have significant correlation on the postural stability.Conclusion Pes planus plantaris is affected by the length and the intensity of the exercise. This condition will significantly affect postural stability in static conditions, dynamic vertical motion vertical jump , and dynamic vertical motion with shooting position vertical jump loading response ."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga,
796 FOR
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
""Ayo senyum ," ajak Vanda Lengkong,Manajer Program Chruch World Service (CWS) Indonesia saat memberi sambutan pada pembukaan turnamen Futsal for Peace pada 26 Juli 2008 kemarin....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Rumah Sakit Olahraga Nasional, 2015
796 IJSS
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>