Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149096 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mila Herwina
"Pada kelompok remaja awal, strategi active coping, avoidance coping, emotion focused coping, acceptance coping, dan religious focused coping memberikan sumbangan yang signifikan terhadap tingkat stres. Strategi emotion focused coping memberikan sumbangan terbesar terhadap tingkat stres. Pada kelompok remaja madya, strategi active coping, avoidance coping, dan emotion focused coping, memberikan sumbangan yang signifikan terhadap tingkat styes. Strategi avoidance coping memberikan sumbangan terbesar terhadap tingkat stres. Ada perbedaan yang signifikan pada strategi active coping, avoidance coping, emotion focused coping, acceptance coping, dan religious focused coping dan tingkat stres antara remaja awal dan madya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Karin T.
1997
S2474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surastuti Hadiwinoto Nurdadi
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Dewi
"Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial membuat manusia tidak pemah lepas dari interaksinya dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan interpersonal yang sering terjalin dan merupakan hubungan yang unik adalah hubungan cinta. Bagi individu yang berada di tahap usia dewasa muda, hubungan tersebut dipandang menjadi sesuatu yang lebih bermakna karena terkait dengan tugas perkembangan yang menuntut mereka untuk mampu menjalin intimacy dalam hubungannya dengan lawan jenis. Sulivan (Steinberg, 1999) menyatakan bahwa keintiman dengan lawan jenis umumnya terjadi dalam konteks berpacaran.
Hubungan pacaran yang dilakukan oleh individu pada tahap dewasa muda cenderung lebih bersifat serius, intim dan eksklusif dibandingkan hubungan yang dilakukan pada tahap remaja. Keintiman tersebut diantaranya ditandai dengan komitmen untuk meneruskan hubungan meski memerlukan pengorbanan dan kompromi. Didasarkan pada hal itu maka hubungan pacaran di tahap tersebut seringkali dipandang sebagai prakondisi pernikahan (Basow, 1992).
Hal yang kemudian penting untuk dilakukan setelah individu dewasa muda mulai menjalin hubungan pacaran adalah mempertahankan kelangsungan hubungan itu sendiri hingga dapat mencapai jenjang pernikahan. Upaya tersebut tidak mudah karena masing-masing individu, sebagai pria dan wanita, telah memiliki sejumlah perbedaan yang mendasar atau built-in differences (Buss, dalam Baron & Byrne, 1994). Sebagai contoh, kaum wanita lebih mencari pasangan yang mampu memberikan kasih sayang dan perlindungan, dimana jika hal itu tidak mampu dipenuhi maka mereka akan merasa sangat kecewa. Seorang pria akan dianggap sebagai pria sejati bila ia kuat, tidak mengenal takut, bertanggung jawab, reaktif dan tidak bersinggungan dengan hal apapun yang terkait dengan feminitas, termasuk seperti pengekspresian emosi (Home & Kiselica, 1999). Sementara itu, kaum pria dianggap lebih memilih pasangan dengan mengutamakan daya tank fisik, seperti berusia muda dan sehat.
Peneliti kemudian menjadi tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai hubungan pacaran yang dijalani oleh pria dewasa muda yang berstatus sebagai anak bungsu sekaligus anak laki-laki satu-satunya. Meski merupakan anak laki-laki namun dengan statusnya sebagai anak bungsu, pria tersebut seringkali juga dipandang sebagai individu yang tidak ambisus, lebih mengharapkan wanita untuk menyayangi dan memanjakannya, kurang bertanggung jawab, serta kurang mampu menjadi pemimpin atau pelindung yang baik (Taman, dalam Shipman, 1982). Dengan sejumlah karakteristik itu maka pria dengan status seperti diatas nampak memiliki sejumlah kesulitan untuk memenuhi harapan atau tuntutan kaum wanita pada umumnya mengenai pria yang akan menjadi pasangan hidupnya. Kondisi tersebut, dalam perkembangannya dapat pula memunculkan stres pada pria yang bersangkutan.
Lazarus (1976) menyatakan bahwa stres muncul bila suatu tuntutan, baik berupa tuntutan internal (dalam diri) maupun eksternal (lingkungan fisik & sosial), sudah terasa membebani atau menekan bagi individu yang bersangkutan. Ketidaknyamanan yang dirasakan akibat stres pada umumnya akan membuat individu melakukan upaya untuk mengatasi hal tersebut, atau melakukan coping stres. Dalam penelitian ini, gambaran mengenai stres dalam hubungan pacaran dari subjek akan dilihat dari sembilan aspek intimacy yang dikemukakan oleh Orlofsky, sementara gambaran mengenai coping yang dipilih subjek akan mengacu pada jenis coping menurut Lazarus & Folkman.
Dalam pelaksanaan penelitian ini akan digunakan metode kualitatif, dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, dengan menggunakan pedoman wawancara umum, dan observasi. Adapun individu yang menjadi partisipan dalam penelitian adalah pria dewasa muda, berusia 18 - 35 tahun, merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, dan sedang menjalani hubungan pacaran.
Dari penelitian yang dllkukan, diperoleh gambaran secara umum bahwa dari ketiga subjek yang menjadi partisipan, subjek pertama dan kedua mengalami stres yang berbentuk konflik dan terkait dengan aspek komitmen, yaitu dalam upaya memenuhi kebutuhan pasangan untuk menjalankan sejumlah peran gender tradisional bagi pria dewasa. Selain itu, kedua subjek tersebut juga cenderung menggunakan emotion focused coping sebagai cara menghadapi masalah yang dipersepsi sebagai masalah berat. Sementara subjek ketiga juga mengalami stres berbentuk konflik, namun terkait dengan aspek yang berbeda, yaitu aspek perspective-taking, dan lebih menggunakan jenis problem focused coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus
"ABSTRAK
Berbagai faktor dapat menjadi sumber stres seorang mahasiswa. Mahasiswa
yang berasal dari daerah memiliki lingkungan budaya yang berbeda dan mereka
dituntut untuk berusaha menyesuaikan diri secara efektif terhadap lingkungan
dan kondisi baru. Selain itu sebagai mahasiswa tahun pertama, mereka berada
dalam usia yang sudah memasuki masa dewasa-awal dan sedang dalam periode
transisi dari masa remajanya memasuki masa dewasa. Bagi mereka yang
kemampuan penyesuaian dirinya rendah, kondisi-kondisi semacam ini bisa
menjadi sumber stres bagi mereka.
Tujuan penelitian ini ialah untuk menemukan apa saja yang dinilai sebagai
stresor oleh mahasiswa UI angkatan ?96 yang berasal dari daerah dan melihat
bagaimana peringkat stresor-stresor tersebut secara keseluruhan serta
perbedaannya antara mahasiswa pria dan wanita. Penelitian ini merupakan jenis
penelitan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan memakai
alat ukur berupa kuesioner.
Stresor-stresor utama yang dirasakan oleh mahasiswa, pria dan wanita,
merupakan masalah akademis. Peringkat I ialuh takut mendapat IP jelek, peringkat
II takut terhadap ancaman DO. Stresor-stresor yang dinilai paling tidak
menimbulkan stres (peringkat terbawah) bagi mereka ialah ?penyesuaian diri
terhadap cuaca di Depok? dan ?merasa takut tingal di perantauan'. Secara
keseluruhan, dengan melihat hasil perhitungan t-test nilai rata-rata total, stres
yang dirasakan oleh pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan. Hasil
perhitungan statistik masing-masing stresor antara pria dan wanita
memperlihatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada stresor ?materi
pelajaran berbeda dengan pelajaran SMA?, ?waktu belajar tersita untuk bermain?
dan ?merasa kesepian di tempat tinggalnya sekarang'.
Penelitian lanjutan diperlukan untuk Iebih mendalami proses timbulnya
stres, khususnya mengapa kondisi-kondisi tertentu dinilai sebagai stresor dan
kondisi-kondisi lain tidak. Berkaitan dengan itu, bisa diteliti lebih jauh lagi faktor-
faktor kepribadian apa yang berperan dalam proses penilaian sires. Untuk itu,
sebaiknya dilakukan penelitian dengan metode pengambilan data berupa
wawancara mendalam atau penelitian yang bersifat kualitatif."
1997
S2948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivian Agatha Lukman
"Latar Belakang: Adanya penerapan berbagai kebijakan sebagai upaya untuk mencegah penularan dan penyebaran virus corona membuat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan, dimana hal ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan durasi screen time yang dapat memengaruhi stres mahasiswa kedokteran gigi. Belum ada penelitian yang mengkaji kaitan antara durasi screen time dengan stres pada mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara durasi screen time dengan stres pada mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap durasi screen time dan stres.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 270 mahasiswa Program Pendidikan Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner screen time dan Perceived Stress Scale 10 (PSS-10) versi bahasa Indonesia secara daring melalui google form.
Hasil Penelitian: Uji Chi-Square menunjukkan durasi screen time memiliki hubungan bermakna dengan stres pada mahasiswa kedokteran gigi selama pandemi Covid-19 (p=0.012). Uji Chi-Square menunjukkan jenis kelamin tidak memiliki hubungan bermakna baik dengan durasi screen time (p=0.282) maupun stres (p=0.103).
Kesimpulan: Tedapat hubungan antara durasi screen time dengan stres pada mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19. Namun tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan dengan durasi screen time maupun dengan stres.

Background: The implementation of various policy to prevent the transmission and spread of the corona virus makes someone spend more time indoors, where this can lead to an increase in screen time duration which can affect the stress of dental students. There has been no research examining the relationship between screen time duration and stress in dental students at the University of Indonesia during the Covid-19 pandemic.
Objectives: The aim of this study is to asses the relationship between screen time duration and stress in dental students at the University of Indonesia during the Covid-19 pandemic. This study also aims to asses the influence of gender to the duration of screen time and stress.
Method: Cross-sectional study was conducted on 270 pre-clinical year students of Faculty of Dentistry, Universtas Indonesia. Screen time duration was evaluated using screen time questionnaire and stress was evaluated using Perceived Stress Scale 10 (PSS-10) Indonesian version questionnaire. Retrieval of data using questionnaires distributed and collected online.
Result: The Chi-Square test showed that screen time duration had a significant relationship with stress in dental students during Covid-19 pandemic (p=0.012). Chi-Square test also showed that gender didn’t have a significant relationship with screen time duration (p=0.282) as well as stress (p=0.103).
Conclusion: This study shows that there was a relationship between screen time duration and stress in dental students during Covid-19 pandemic. However, no relationship was found between gender and screen time duration as well as stress.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James H.D.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenindra Anggi Alifta
"Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan tapi juga pendidikan. Pembelajaran daring dianggap sebagai salah satu solusi agar aktivitas akademik dapat terus berjalan. Nyatanya sistem baru ini mengakibatkan stres bagi beberapa mahasiswa. Selain faktor yang berhubungan langsung dalam proses perkuliahan, terdapat pula permasalahan dari kehidupan sehari-hari yang beresiko mengakibatkan munculnya stres khususnya pada mahasiswa Ekstensi yang tidak jarang beberapa dari mereka sudah bekerja dan berumah tangga. Hal ini menambah beban tugasnya dalam menjalani tanggung jawabnya sehari-harinya serta berdampingan memaksimalkan tugasnya sebagai seorang mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa selama masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Program Ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penelitian ini cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Ekstensi FKM UI yang berjumlah 176 responden dengan kriteria inklusi mahasiswa dengan status akademis aktif dan kriteria eksklusi mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden ketika penelitian berlangsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Dari hasil penelitian didapatkan 5,7% responden mengalami stres berat. Hasil analisis bivariat diperoleh dua faktor yang berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa yaitu jadwal perkuliahan dengan p-value 0,005 dan metode pembelajaran dengan p-value 0,01. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk mengambil tindakan dalam pencegahan dan pengendalian stres pada mahasiswa.

The Covid-19 pandemic has not only impacted the health sector but also education. Online learning is considered one of the solutions so that academic activities can continue to run. But, this new system caused stress for some students. In addition to factors that are directly related to the lecture process, there are also problems from everyday life that are at risk of causing stress, especially for Extension students, some of whom are already working and having families. This adds to the burden of his duties in carrying out his daily responsibilities and side by side maximizing his duties as a student. This study aims to determine the factors associated with student stress levels during the Covid-19 pandemic in students of the Extension Program of the Faculty of Public Health, University of Indonesia. This study is a quantitative study with a cross-sectional study. The sample in this study were all Extension FKM UI students totaling 176 respondents with inclusion criteria of students with active academic status and exclusion criteria of students who were not willing to be respondents when the research took place. The data used in this study are primary data obtained through questionnaires given to respondents. From the results of the study, it was found that 5.7% of respondents experienced severe stress. The results of the bivariate analysis obtained two factors related to the stress level of students, namely the lecture schedule with a p-value of 0.005 and the learning method with a p-value of 0.01. From the results of this study, it is hoped that it can be used as basic data to take action in preventing and controlling stress in students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>