Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Setiawan
"Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia Pasca krisis moneter tahun 1998, terlihat pada kinerja Bursa Efek Jakarta yang terus menerus mencatatkan rekor Indeks Varga Saham Gabungan (IHSG) tertinggi yang telah mencapai level 1600an pada semester pertama tahun 2006. Sehingga instrumen investasi saham menjadi instrumen yang cukup diminati oleh investor karena memiliki return yang tinggi. Dengan tingginya return yang diterima oleh investor maka kompensasi adalah tingginya tingkat risiko investasi di pasar modal.
Saham Perbankan dan Asuransi adalah saham industri Keuangan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Jakarta. Saham-saham Perbankan masuk dalam kelompok saham blue chip karena nilai kapitalisasi pasarnya relatif besar, Sedangkan saham-saham Asuransi masuk ke dalam kelompok saham lapis kedua atau saham dengan resiko lebih besar dibandingkan dengan saham blue chip.
Karya Akhir ini memiliki tujuan utama mengetahui pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (Infasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia), return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember terhadap return saham Perbankan dan, Asuransi bulan Januari untuk melihat fenomena January Effect. Dalam literatur disebutkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh variabel endogen yang berasal dari internal perusahaan dan variabel eksogen yang berasai dari kondisi ekonomi makro.
Penelitian yang dilakukan inerupakan penelitian empiris dengan periode observasi sepanjang tahun 1989 sampai 2006 menggunakan metode analisis regresi berganda. Variahel babas dalam regresi ini adalah variabel ekonomi makro, return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember sedangkan return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari berlaku sebagai variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Menurut literatur, sebelum dilakukan penyusunan model, data harus memenuhi beberapa asumsi dan tidak memiliki masalah tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam suatu model regresi berganda. Asumsi yang harus dipenuhi atau masalah data yang harus diatasi meliputi uji autokorelasi, uji mulitkolinieritas dan uji identitas.
Analisis regresi berganda dilakukan dengan melalui tiga tahap yaitu: (1) regresi return IHSG bulan Januari terhadap return saham Perbankan dan Asuransi (2) regresi variabel-variabel ekonomi makro terhadap return saham Perbankan dan Asuransi (3) regresi variabel-variabel ekonomi makro, return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember terhadap return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari.
Hasil analisis menunjukan bahwa variabel bebas ekonomi makro yang diujikan hanya mempengaruhi sebagian kecil return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari. Variabel bebas return saham bulan Desember tidak memiliki pengaruh yang signilikan terhadap return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari. Return IHSG bulan Januari memiliki pengaruh dan memiliki hubungan positif terhadap return saham Perbankan dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Sedangkan pada saham Asuransi, return IHSG bulan Januari tidak memiliki pengaruh terhadap return saham Asuransi bulan Januari. Dari hasil analisa disimpulkan bahwa fenornena Januaty efect hanya memiliki pengaruh terhadap saham Perbankan, dan tidak berpengaruh pada saham Asuransi.

The conditions enhancement of the economy of Indonesia subsequently the monetary crisis on year 1998 shows by the Jakarta Stock Exchange staled that the II-ISG reached the highest level of 1600 in the first semester on the year 2006. Therefore the instruments of the stocks investment become the investors' number one priority due to the highest return they received. This has caused the compensation on highest risk of investment in the stock market.
Insurance and Banking stocks are the financial industries that marketable at the Jakarta Stock Exchange. Banking stocks includes in blue chip stock because the value of market capitalization relatively, higher. Whereas, the insurance stocks includes in the secondary or higher risk stocks superior compare to the blue chip stock.
This thesis has the major aim to be acquainted with the influence of variable exchange of macro economy (inflation, exchange rate Rupiah/1BD, and the rate of the Indonesia Bank Certificate), January return of IHSG as well as December return of stocks towards January return of Banking and Insurance stocks which to be seen in the January Effect phenomena. In literature states that the stock price influences by the endogen variable from internal company and exogen variable from the macro conditions.
Research conducted as empirical researches with observation period during year 1989 until 2006 using the multiple regression analysis method. Open variable in this regression are the macro economy variable, the January return of 1HSG and the December return of stock whereas January return of Insurance and Banking stocks acts as tied variable elaborates by the open variable. According to literature, before posting the model, data must be fulfilled with a few assumptions and free of specific requirement. With this research implemented assessments necessity must be fulfilled within a double regression model. The fulfilled assumption or the proven data requirement consists of auto correlation test, multi collinear test, and identity test.
Multiple regression analysis conducted through 3 steps that are; (1) January return of regression towards January return of Insurance and Banking stock, (2) macro economic variables regression towards insurance and Banking stock return, (3) macro economic variables, January return of II-ISG, and December return of stock regression towards January return of Insurance and Banking stock.
Research consequence explains that the macro economic as independent variable tested only influence small part January return of Insurance and Banking stocks. Independent variable December return of stock demonstrated no significant effect towards January return of Insurance and Banking stocks. The January return of IHSG presents effects and positive relationship towards banking stocks with different level of effects of each company. Whereas on the Insurance stock, the January return of IHSG saws no effects towards January return of Insurance stocks. Analyze result concludes that phenomena January Effect consist the influence only towards Banking stock not insurance stock.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Krishnadi Wicaksono
"Fenomena dimana Indeks Harga Saham Gabungan mengalami tingkat pengembalian yang sangat berbeda yaitu sangat tinggi apabila dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya beberapa kali terjadi di Bursa Efek Jakarta. Fenomena ini salah satunya terjadi pada hari-hari terakhir bulan Desember sampai dengan minggu-minggu pertama bulan Januari. Kejadian atau fenomena inilah yang dikenal dengan "January effect". Fenomena ini tidak hanya terjadi di pasar yang belum efisien seperti di Indonesia, namun juga terjadi di negara-negara lain yang memiliki bursa saham bahkan untuk pasar di Amerika yang sudah sangat efisien.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai January effect telah menunjukkan adanya suatu anomaii pasar pada bulan Januari yang berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya dimana terjadi kenaikkan harga-harga saham yang meningkatkan return yang lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai sebab terjadinya fenomena January Effect ini, antara lain adalah teori ketersediaan infonnasi; teori tax-loss selling; teori perilaku investor.
Dalam penelitian ini akan dicari hubungan antara return pasar bulan Januari sebagai variabel terikat dengan return bulan Desember dan beberapa variabel makro sebagai variabel bebas (analisis regresi berganda). Variabel-variabel lain tersebut antara lain Inflasi, SBI, Kurs dan PDB. Pencarian hubungan dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan software E-Views versi 4.1.
Karya Akhir ini memiliki tujuan utama untuk (1) melihat return pasar melalui indikator IHSG pada bulan Januari dari periode I989-2006 di Bursa Efek Jakarta; (2) mengetahui sejauh mana pengaruh variabel-variabel lain terhadap January effect yang terjadi pada Bursa Efek Jakarta dengan melihat besarnya return pasar pada Bursa Efek Jakarta; (3) menghasilkan bahan pertimbangan bagi investor dalam mengatur strategi berinvestasi menghadapi fenomena January effect tersebut.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian empiris dengan periode observasi sepanjang tahun Januari I989 hingga Januari 2006 menggunakan metode analisis regresi berganda. Variabel bebas dalam regresi ini adalah return pasar bulan Desember, variabel makro (Inflasi, SBI, Kurs dan PDB), sedangkan return pasar bulan Januari berlaku sebagai variabeI terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Menurut literatur, sebelum dilakukan penyusunan model, data hares memenuhi beberapa asumsi dan tidak memiliki masalah tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam suatu model regresi berganda. Asumsi yang harus dipenuhi atau masalah data yang harus diatasi meliputi norrnalitas, autokorelasi dan multikolinicritas.
Analisis regresi berganda dilakukan dengan melalui tujuh permodelan yaitu: (1) Regresi return bulan Desemberterhadap return pasar bulan Januari; (2) Regresi Inflasi terhadap return pasar bulan Januari; (3) Regresi SBI terhadap return pasar bulan Januari; (4) Regresi kurs terhadap return pasar bulan Januari; (5) Regresi PDB terhadap return pasar bulan Januari; (6) Regresi variabel Makro (Inflasi, SBI, Kurs dan PUB) terhadap return pasar bulan Januari; (7) Regresi return bulan Desember, Inflasi, SBI, Kurs dan PDB terhadap return pasar bulan Januari.
Hasil analisis menunjukan bahwa sebagian besar variabel-variabel lainnya yang merupakan variabel bebas yaitu return Desember, Inflasi, SBI dan PDB yang diujikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan return pasar bulan Januari. Hanya variabel Kurs yang memiliki mempengaruhi perubahan return pasar bulan Januari. Sehingga ketika semua variabel-variabeI bebas tersebut diregresi bersamaan terhadap return pasar bulan Januari maka dari basil multi regresi dengan menggunakan software E-Views 4.1 didapat hasil yang tidak signifikan terhadap perubahan return pasar bulan Januari.

For several times, Jakarta Stock Exchange has been undergoing unusual phenomenon in which Composite Index giving return that was so high in certain month compared to other months. This so-called January effect, named after its occurrence on the last days of December up to the first weeks of January, occurred not only in inefficient market as in Indonesia, but can also be found in other counties where the market is efficient such as United States' market.
Previous studies on January effect had shown market anomaly in January, which was different from the preceding months, that stock price increase had provided higher return than it did in other months of the year. There are several theories explaining the grounds of the January effect phenomenon, such as information availability theory, tax-loss selling theory and investor behavior theory.
This study will seek the relationship of market return in January as dependent variable to market return in December and several macroeconomic variables as dependent variables (multi-regression analysis). The macroeconomic variables are inflation, SBI, exchange rate and GDP. Correlation calculation was done through Ordinary Least Square (OLS) using E-Views software version 4.1.
The purpose of this thesis are to (1) observe market return through JSX index in January 1989-2006; (2) acknowledge the effect of macro-economic variables to January effect in JSX by measuring high return in the market; (3) provide opinion to investor in setting investment strategy when facing the January effect phenomenon.
The study conducted is an empirical study with observation period between January 1989 to January 2006 using multi-regression method. Included in independent variables are market return in December and macro-economic variables (inflation, SBI, exchange rate and GDP), whereas market return in January will be treated as dependent variable that will be defined by the independent variables. According to literature, before a model is being set up, data must fulfill several assumptions and free of certain issue. In the study, assumptions that must be fulfilled in a multi-regression model were tested. The assumptions or data to be covered included normality, autocorrelation and multicolinearity.
Multi-regression analysis conducted through seven modeling, which were: (1) regression of market return in December to market return in January; (2) regression of inflation rate to market return in January; (3) regression of SBI rate to market return in January; (4) regression of exchange rate to market return in January; (5) regression of GDP to market return in January; (6) regression of macro-economic variables (inflation, SBI exchange rate and GDP) to market return in January; (7) regression of market return in December, inflation, SBI, exchange rate and GDP to market return in January.
Analysis result showed that most tested independent variables, market return in December, inflation, SBI and GDP, had no significant effect on the adjustment of market return in January. Only exchange rate variable that had impact in market return in January. Therefore, when all independent variables were regressed altogether to market return in January, multi-regression result using E-views 4.1 software showed no significant correlation to adjustment market return in January."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Muthia Saptadji
"Initial Public Offerings (IPO) is a process of offering share for the first time to society. There are two interested parties in IPO, they are company, who requiring fund, and investor, who investing fund. Therefore, long-term performance of share and company is important things to known. There are several objectives of this study. First, this study empirically examines initial return of share (the initial return period covers one day, its defined as the offering price to the first closing price). Second, this study empirically examines whether standard deviation return, underwriter reputation, percentage of total equity capital issued in an IPO and performance of market index influence initial return. Third, this study examines performance of share after listed at Jakarta stock exchange. Fourth, this study examines operating performance of company after IPO. Fifth, this study examines correlation between initial return and longterm performance of share. Sixth, this study examines correlation between initial return and operating performance of company.
This study calculates initial returns and market-adjusted initial returns. The mean of initial return and market-adjusted initial return over the 62 sample is 47.70% and 46.16% respectively. The result of this study support uncertainty investor hypothesis as plausible explanation for underpriced anomaly in Indonesia capital market. Cumulative abnormal return (CAR) and Buy and Hold Return (BHR) method are used to evaluate long-term of IPO. The average of Indonesia IPO (in 2000-2004) displays underperformance when BHR method used. In addition, there is no relation between initial return and long term performance (if CAR method used). However, there is relation between initial return and buy and hold return in 480, 600, 720 period. This study find operating underperformance of company after listed at Jakarta stock exchange. A significant decline found at Operating Return on asset variable and Operating profit margin. This study didn?t found correlation between initial return of share and operating performance of company after listed at Jakarta stock exchange.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aska Baharsyah Mahmuda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan asing perusahaan dan volume perdagangan saham perusahaan terhadap volatilitas return saham. Sampel yang digunakan untuk menguji variabel didapat dari 45 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan data panel periode 2015 hingga 2021. Variabel yang diujikan dalam penelitian ini antara lain kepemilikan asing masing – masing perusahaan dan volume perdagangan saham sebagai variabel bebas, lalu volatilitas return saham sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat variabel kontrol, yaitu size, leverage, market-to-book, turnover. Hasil yang didapatkan adalah kepemilikan asing berpengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas return saham dan volume perdagangan saham berpengaruh positif signifikan terhadap volatilitas return saham.

This Study aims to analyze the effect of foreign ownership and stock trading volume on the stock return volatility. The sample used for testing the variables is from 45 companies on Indonesia Stock Market. This study uses multiple linear regression method with panel data for the period of 2015 to 2021. Variables tested are each company’s foreign ownership proportion and stock trading volume as independent variable, then stock return volatility as the dependent variable. There are control variables in this study which are size, leverage, market-to-book, and turnover. The result reached in this study are foreign ownership has significant negative effect on stock return volatility and stock trading volume has significant positive effect on stock return volatility."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuning Indraswari Kusumaningtyas
"ABSTRAK
Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama yaitu mengetahui keberadaan dan
besarnya initial abnormal return (underpricing) saham perdana dikaitkan dengan kondisi
pasar modal tahun 1998 - 2000, perilaku saham perdana melalul pola cumulative
abnormal return serta menguji signifikansi beberapa variabel kandidat, untuk melihat
pengaruh variabel tersebut terhadap besaran initial abnormal return. Dalam literatur
literatur keuangan disebutkan bahwa harga penawaran saham perdana umumnya lebih
rendah dan nilal wajarnya. Beberapa penelitian seperti penelitian Lee, Taylor dan Walter
(emisi saham baru di Australia), Ibbotson dan Ritter (emisi saham baru di Amerika),
Dimson dan Levis (Inggris) dan Aggarwal, Leal dan Hernandez (Brazil) telah
mengkonfirmasi adanya fenomena underpricing tersebut.
Study karya akhir berdasarkan metodologi event study yang dikombinasikan
dengan metodologi time-series. Metodologi time-series digunakan untuk membersihkan
data dan unsur autokorelasi sebelum dimasukkan sebagai input (model normal return)
dalam metodologi event study dalam rangka memperoleh abnormal return. Gabungan
kedua metodologi ini akan menghasilkan output yang relatif akurat sebagai model
pengukur normal return saham. Pokok penelitian dalam study adalah IPO 1998-2000
dengan tujuan memperoleh gambaran perilaku emisi saham pada kondisi krisis, untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan dengan masa sebelumnya.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa selama periode tahun
1998 sampai dengan tahun 2000, emisi saham perdana menghasilkan initial abnormal
return (nderpricing) sebesar 3347% secara rata-rata dan signifikan (pada ? =1%) saat
pertama kah diperdagangkan. Hash penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
dalam hal besarannya yang sangat signifikan. Penelitian Hanafi (1998) mendapatkan
besaran sebesar 15% untuk emisi saham perdana periode 1989 ? 1990, sedangkan
Hermawan (2000) menemukan underpricing pada hari pertama signifikan sebesar 8,52%
Perbedaan yang jauh atas besaran underpricing tersebut terutama disebabkan
kondisi pasar yang berbeda. Pertama, pada saat krisis, harga-harga saham jatuh ke level
yang paling murah, bahkan untuk beberapa saham, tidak dianggap berharga karena
nilainya jauh dibawah nilai nominalnya. Hal ini menyebabkan harga saat penawaran
saham perdana, ditentukan rendah, relatif bila dibandingkan dengan periode sebelum
krisis. Ketika pada hari pertama, saham perdana dengan harga rendah tersebut, dengan
overreaction pasar yang terjadi ketika dilepas ke pasar sekunder, maka besaran
underpricing menjadi relatif lebih besar dibandingkan jika harga saham ditawarkan pada
harga normal (sebelum krisis).
Kedua, return pasar yang rendah disebabkan minimnya perdagangan (thin
trading) untuk tahun 1998 ?2000 relatif jika dibandingkan periode sebelumnya. Selama
periode krisis dan berikutnya, bursa cenderung bersifat spekulatif dan segala informasi
dianggap kesempatan untuk menghasilkan keuntungan. Hal ini terlihat dari pola
cumulative abnormal return, khususnya pada tahun 1998.
Ketiga, jika dikaitkan dengan faktor risk-return dan saham-saham BEJ dalam
periode krisis, tentunya investor mengharapkan return yang tinggi akibat makin
membengkaknya risk untuk memegang Saham-saham di bursa Indonesia, sehingga pihak
perusahaan atau penjamin emisi menetapkan tingkat underpricing yang besar untuk
menarik minat investor atas sahamnya, dengan menetapkan harga penawaran yang jauh
Iebih rendah dan nilai wajar perusahaan. Selain dari segi harga perdana yang ditawarkan,
tingkat risiko yang diantisipasi investor juga telah tercermin dalam tingkat expected
return saham perdana. Sehingga secara keseluruhan, meningkatnya besaran initial
abnormal return (underpricing) secara signifikan untuk periode krisis merupakan suatu
hal yang wajar.
Perilaku saham perdana yang dilihat dan pergerakan cumulative average
abnormal return menunjukkan bahwa tingkat underpricing yang terbesar hanya terjadi
pada hari pertama. Pada hari kedua, saham perdana mengalami koreksi yang cukup
signifikan. Average abnormal return masih diharapkan positif pada hari-hari berikutnya
nampaknya tidak terjadi. Pada pola cumulative average abnormal return jika pada
penelitian Hermawan (2000) menunjukkan kecenderungan penurunan perlahan pada hari
hari berikutnya, maka yang terjadi pada penelitian ini adalah pola cumulative average
abnormal return mengalami pola yang stabil untuk masa 60 hasil perdagangan, sebagai
penyesuaian atas overreaction di hari pertama, bahkan sedikit terlihat tren yang
meningkat. Akan tetapi periode pengamatan yang hanya 60 hari membatasi untuk
mengambil kesimpulan secara umum untuk periode yang lebih panjang.
Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signitikan antara variabel
variabel kandidat dengan tingkat initial abnormal return kecuali untuk variabel nilai
emisi saham perdana yang menunjukkan hubungan yang negatif dimana nilai emisi yang
lebih rendah akan menyebabkan besaran initial abnormal return yang Iebih tinggi. Hal
ini terkait dengan persepsi investor bahwa perusahaan dengan nilai emisi kecil cenderung
Iebih berisiko dibandingkan dengan perusahaan besar (dilihat dari besarnya nilai emisi).
Temuan ini memberikan beberapa implikasi. Bagi investor, makin menguatkan
kelebihan dan strategi ambil-untung yaitu pembelian saham di pasar perdana untuk dijual
Iangsung di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan. Karena besaran underpricing
yang didapatkan jauh lebih besar pada periode setelah krisis jika dibandingkan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Kemudian bagi peneliti, adalah tantangan untuk
mengetahui bagaimana dan seperti apa structural changes yang dialami Bursa Efek
Jakarta jika dikaitkan dengan indikasi bahwa terjadi perubahan besaran initial abnormal
return yang signifikan. Sedangkan bagi para akademisi, hal ini semakin menguatkan
kesimpulan bahwa Bursa Efek Jakarta memiliki bentuk pasar yang definitely semi-strong
inefficient.
"
2001
T3544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Eko Paulen
"Penulis melakukan penelitian analisis pergerakan harga saham dengan menggunakan metoda directional movement system dengan IHSG dan volume perdagangan saham sebagai variabel kontrol untuk periode Juni 2005 - Desember 2005 di mana bertujuan untuk mengetahui saham-saham mana yang memiliki keuntungan yang menarik, sehingga pemodal dapat mengidentifikasikan sahamsaham mama yang sebaiknya di beli dan saham-saham yang sebaiknya di jual dan menjauhi anggapan bahwa pasar modal itu hanya ajang spekulasi. Pengujian dalam penelitian dilakukan dengan dua Cara yaitu pertama dengan analisis teknikal dan kedua secara ekonometrika yaitu analisis regresi berganda. Data yang digunakan merupakan data harga saham harian dari bulan Juni 2005 sampai Desember 2005. Hasil dari penelitian ini adalah secara analisis teknikal dengan periode 1 menunjukkan Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM), True Range, Plus Directional Movement Indicator (+DI), Minus Directional Movement Indicator (-DI) dan Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (AMC) memiliki tingkat volatilitas yang tinggi. Sedangkan secara ekonometrika menunjukkan Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM), True Range, Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (AMC) sebagai variabel dummy tidak signifikan pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan Volume Perdagangan Saham sebagai variabel numerik signifikan pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham.

The writer do study about analysis of stock price movement with use directional movement system method with IHSG and volume stock trading as control variables for period June 2005 - December 2005, to intend know which stocks have interesting gain, so the investor can indentify the stocks should buy or sell and it makes assumption away that stock exchange only speculation trading. Test of this research do by two way, first with tehnical analysis dan second by multiple linear regression. The data that been used is daily stock price form June 2005 until December 2005. The results of this study are by technical analysis with period I shows that Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM, True Range, Plus Directional Movement Indicator (+DI), Minus Directional Movement Indicator (-DI) dan Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (ADX) have high volatility. Whereas by multiple linear regression shows that Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM}, True & awe, Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (ADX) as a dummy variable not affect significantly to stock price movement. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) and Volume Stock Trading as a mrmeric variable affect significantly to stock price movement."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeconiah Hashfi Baronna
"[ABSTRAK
Penelitian ini membahas underreaction akibat bias konservatisme dan
overreaction akibat representativeness heuristic terhadap informasi earning
selama periode 2008-September 2014 pada Bursa Efek Indonesia. Metoda yang
digunakan adalah menguji strategi membeli saham dengan pertumbuhan EPS
tinggi dimasa lalu dan menjual saham dengan pertumbuhan EPS yang rendah ,
untuk periode: 4, 8, 12 kuartal dengan masa kepemilikan 3,6, 9, 12 bulan.
Hasilnya menunjukkan bahwa ke 12 strategi tersebut tidak menghasilkan
abnormal return positif secara statistik, bahkan satu strategi menghasilkan
abnormal return negatif yang signifikan, yang mengindikasikan adanya
representativeness heuristic.

ABSTRACT
This study discusses underreaction stemming from the conservatism bias and
overreaction due to the representativeness heuristic for earnings information
during the period 2008-September 2014 on the Indonesia Stock Exchange. The
method is examines trading strategies of buying past high EPS growth of stocks
and selling past low EPS growth of stock, over 4, 8, 12 quarters with the holding
period of 3.6, 9, 12 months. The results showed that all 12 of these strategies did
not produce a statistically significant positive abnormal return, even one strategy
generates significant negative abnormal returns, which indicate the presence of
representativeness heuristic.;This study discusses underreaction stemming from the conservatism bias and
overreaction due to the representativeness heuristic for earnings information
during the period 2008-September 2014 on the Indonesia Stock Exchange. The
method is examines trading strategies of buying past high EPS growth of stocks
and selling past low EPS growth of stock, over 4, 8, 12 quarters with the holding
period of 3.6, 9, 12 months. The results showed that all 12 of these strategies did
not produce a statistically significant positive abnormal return, even one strategy
generates significant negative abnormal returns, which indicate the presence of
representativeness heuristic.;This study discusses underreaction stemming from the conservatism bias and
overreaction due to the representativeness heuristic for earnings information
during the period 2008-September 2014 on the Indonesia Stock Exchange. The
method is examines trading strategies of buying past high EPS growth of stocks
and selling past low EPS growth of stock, over 4, 8, 12 quarters with the holding
period of 3.6, 9, 12 months. The results showed that all 12 of these strategies did
not produce a statistically significant positive abnormal return, even one strategy
generates significant negative abnormal returns, which indicate the presence of
representativeness heuristic., This study discusses underreaction stemming from the conservatism bias and
overreaction due to the representativeness heuristic for earnings information
during the period 2008-September 2014 on the Indonesia Stock Exchange. The
method is examines trading strategies of buying past high EPS growth of stocks
and selling past low EPS growth of stock, over 4, 8, 12 quarters with the holding
period of 3.6, 9, 12 months. The results showed that all 12 of these strategies did
not produce a statistically significant positive abnormal return, even one strategy
generates significant negative abnormal returns, which indicate the presence of
representativeness heuristic.]"
[2015;2015;2015;2015, 2015]
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Halim
"ABSTRAK
Pasar Modal yang berkembang pesat merupakan sarana investasi yang cukup menggiurkan bagi semua orang. Perkiraan yang tepat akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Karena itu ramalan-ramalan tentang harga sekuritas selanjutnya yang bersifat ilmiah berkembang menjadi suatu komoditas yang diminati oleh banyak orang. Hampir semua ramalan-ramalan tersebut bersandar pada apa yang dikenal dengan Random Walk . JJka pasar yang ada tidak mengikuti random walk maka sulit menggunakan ramalan-ramalan tersebut.
Pengujian yang dilakukan pada karya akhir int adalah untuk melihat sifat acak dari BEJ untuk periode 11 tahun dengan model tertentu sehingga pengunaan teknik peramalan yang ada menjadi lebih efektif. Pada kesempatan ini pengujian menggunakan model yang diturunkan oleh Lo dan.MacKinlay.
Hasil yang didapat adalah terjadi penolakan Ho pada homocedasticity dan tidak ditolaknya Ho pada heteroscedasticity."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggara Fitri Kartikasari
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan mengetahui hubungan dinamis jangka pendek (short-run relationship) dan jangka panjang (long-run relationship) antara nilai tukar dan indeks pasar saham terhadap FDI inflows selama periode 2003 hingga 2017 dengan menggunakan data kuartal. Metode yang digunakan dalam pengujian variabel adalah kausalitas Granger dan Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian didapatkan bahwa dari enam hubungan kausalitas yang terjadi pada tiga variabel yang diuji, hanya lima hubungan kausalitas yang signifikan. Hubungan kausalitas yang tidak ditemukan dalam penelitian ini adalah hubungan antara nilai tukar dengan pasar saham. Pada pengujian hubungan jangka pendek ditemukan hubungan negatif antara pasar saham dengan FDI inflows di negara Brazil. Selain itu, hubungan jangka panjang antara nilai tukar dan FDI inflows yang positif berada di negara China dan Afrika, sedangkan hubungan negatif berada di negara India. Hubungan positif jangka panjang antara pasar saham dan FDI inflows ditemukan di negara China dan hubungan negatif berada di Brazil, Rusia, India dan Afrika Selatan.

The aim of this research to analyze and understand the dynamic short-run and long-run relationships between exchange rates and stock market index against FDI inflows during the period 2003 to 2017 using quarterly data. The methods used in this study are Granger causality and Vector Error Correction Model (VECM). The results showed that of the six causality relationships examed between Granger. The three variables have tested, only five relationships were significant. The relationship between exchange rates and stock market index was not significant. In the short-run relationship, there was found a negative relationship between stock market and FDI inflows in Brazil. In addition, a positive long-run relationships between exchange rates and FDI inflows can be found in China and South Africa, while negative relation can be seen in the case of Indian. The long-run positive relationships between stock market and FDI inflows was confirmed in China, while negative relations were found in Brazil, Russia, Indian and South Africa."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyil Hendra Saputra
"ABSTRAK
Ada insentif yang jelas bagi pelaku pasar untuk memanipulasi harga penutupan karena pentingnya harga penutupan, harga yang paling umum digunakan untuk berbagai tujuan. Dalam rangka memastikan pembentukan harga yang lebih efektif pada harga penutupan saham, pada tanggal 2 Januari 2013, Bursa Efek Indonesia BEI memperkenalkan metode call auction pre-closing pada sesi penutupan pasar saham. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh implementasi tersebut terhadap eksistensi manipulasi harga penutupan dengan menggunakan data intraday.Analisis ini berfokus pada 4 bulan sebelum dan 4 bulan setelah diterapkannya pre-closing, yaitu dari bulan September 2012 sampai April 2013. Sampel representatif mencakup 37 saham yang masuk indeks LQ45 untuk keseluruhan periode, yang merupakan saham-saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dan paling likuid. Dalam penelitian ini juga dibahas pola intraday yang diuji secara empiris baik sebelum dan sesudah penerapan pre-closing.Analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa 10 menit terakhir perdagangan adalah waktu perdagangan yang paling aktif sepanjang hari. Secara umum dibuktikan bahwa sebelum diterapkannya pre-closing, return 10 menit dari Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dan sampel saham meningkat secara dramatis. Dengan tujuan untuk mengetahui apakah abnormal return tersebut terjadi akibat adanya manipulasi harga penutupan atau tidak, penelitian ini menggunakan pengujian model yang dikembangkan oleh Felixson dan Pelli 1999 . Hasil penelitian mengungkapkan adanya manipulasi harga penutupan di pasar saham Indonesia dan menunjukkan bahwa penerapan pre-closing telah mengurangi kemungkinan terjadinya manipulasi harga penutupan.

ABSTRACT
There are obvious incentives for market participants to manipulate the closing price due to the significance of the closing price, the price that is most commonly used for many purposes. To ensure more effective price formation at closing price, on January 2, 2013, the Indonesia Stock Exchange IDX introduced a pre closing call auction method to close the stock market. The purpose of this paper is to investigate its effect on closing price manipulation using intraday data.The analysis focuses on 4 months before and 4 months after the introduction of pre closing, which is from September 2012 to April 2013. We use a representative sample which includes 37 stocks that composed the LQ45 stock index, the most liquid and largest market capitalization stocks, for the whole period. In this paper, we discuss some of the empirically observed intraday patterns both before and after the implementation of pre closing.Our data suggest that the last 10 minute of trading is the most active of the whole day. We document that before the introduction of pre closing, the 10 minute returns of both the IDX Composite Index IHSG and our sample stocks increased dramatically. To determine whether or not manipulation of closing prices exists, this study uses a test developed by Felixson and Pelli 1999 . Our results reveal the existence of closing price manipulation in Indonesia stock market and show that the implementation of pre closing has reduced closing price manipulation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>