Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105967 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagaol, Frans A.
"Perkembangan Reksa Dana dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mendapat perhatian dari berbagai pihak seiring dengan pertumbuhannya yang sangat pesat dengan total dana kelolaan melebihi Rp. 110 triliun hingga akhir bulan Januari 2005 di Indonesia. Beberapa pemicu pertumbuhan Reksa Dana diantaranya adalah pembebasan pajak atas investasi pada Reksa Dana, penurunan bunga deposito, potensi pengembalian kembali dari produk Reksa Dana dan kemungkinan dicabutnya program penjaminan deposito oleh pemerintah.
Faktor pembebasan pajak terhadap pendapatan Reksa Dana lebih ditujukan untuk mendukung pertumbuhan Reksa Dana sebagai salah intrumen investasi dan pembelajaran kepada masyarakat agar menjadi investor yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan. Karena karakteristik masyarakat yang masih cenderung untuk menabung kurang dapat membantu pertumbuhan ekonomi, khususnya pertumbuhan sektor.
Perlakuan dispensasi pajak atas Reksa Dana sangat memberikan keuntungan yang cukup signifikan dari segi tingkat pengembalian, khususnya pada Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Setelah beberapa tahun melihat pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia, pemerintah berencana untuk mengenakan pajak terhadap Reksa Dana. Rencana pemerintah tersebut pun mendapat tanggapan dari beberapa pihak. Beberapa anggapan yang berkembangpun menjadi pusat perhatian sebagai pertimbangan untuk melihat seberapa besar potensial pajak yang dapat diperoleh dari pengenaan pajak atas Reksa Dana, seberapa besar pengenaan pajak tersebut dapat mempengaruhi perkembangan Reksa Dana.
Setelah melakukan penelitian menggunakan data-data yang tersedia dengan melihat perkembangan Reksa Dana dan asumsi-asumsi yang digunakan, rencana pemerintah untuk mengenakan pajak atas return Reksa Dana belum tentu mengganggu perkembangan Reksa Dana yang telah menjadi salah satu raksasa kecil di setor keuangan. Tetapi memang dalam mengenakan pajak atas Reksa Dana harus ditetapkan berdasarkan pergerakan pasar dengan mempertimbangkan tingkat return yang sesuai dengan risiko yang hadapi.
Penerimaan pajak atas Reksa Dana Pendapatan Tetap tidak terlalu signifikan dalam memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak dari PPh pajak atas Bunga Depositol Tabungan, yaitu sebesar 10,97% setelah memperhitungkan kelebihan return yang diterima investor atas risiko investasi. Tetapi sebagai tahap pembelajaran masyarakan yang masih didominasi oleh penabung (deposan) untuk menjadi investor, rencana pengenaan pajak atas Reksa Dana tidak akan terlalu mengganggu pertumbuhan Reksa Dana ke depannya dengan terus mengedukasi masyarakat dalam memilih instrumen investasi yang ada."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Ardiyanto
"Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang sedang berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan yang signifikan dalam hal jumlah reksa dana, jumlah pemodal, dan total Nilai Aktiva Bersih. Oleh karena itu, pemodal semakin banyak memiliki pilihan sehingga selain mempertimbangkan manfaat yang dapat diberikan oleh reksadana, pemodal juga harus melihat kinerja reksa dana tersebut.
Pada penelitian ini kinerja reksa dana yang akan diteliti dibatasi pada kinerja manajer investasi dalam hal stock selection ability dan market timing ability. Stock selection ability adalah kemampuan manajer investasi dalam memilih saham yang tepat yang akan dimasukkan atau dikeluarkan dari portofolio reksa dana sehingga memberikan imbal hasil yang lebih baik daripada imbal hasil pasar. Market timing ability adalah kemampuan manajer investasi untuk memilih saat yang tepat dalam membeli atau menjual saham dalam portofolio reksa dana.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah manajer investasi mempunyai stock selection ability dan market timing ability atau tidak. Model yang digunakan adalah Model Treynor dan Mazuy (1966) dan Model Henrikkson dan Merton (1981), Berdasarkan Model Treynor dan Mazuy, diregresikan antara kelebihan imbal hasil portofolio sebagai variabel terikat dengan kelebihan imbal hasil pasar dan kuadrat kelebihan imbal hasil pasar sebagai variabel bebas. Pada Model Henrikkson dan Menon, diregresikan antara kelebihan imbal hasil portofolio sebagai variabel terikat dengan kelebihan imbal hasil pasar dan variabel dummy (1 apabila rm-rf> 0, dan 0 apabila lainnya) yang sudah dikalikan dengan kelebihan imbal hasil pasar sebagai variabel bebas.
Hasil penelitian berdasarkan Model Treynor dan Mazuy menunjukkan bahwa dari 14 reksa dana yang diteliti, ternyata manajer investasinya tidak ada yang mempunyai stock selection ability dan market timing ability. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya koefisien Be dan B2 yang positif dan signifikan pada a = 5%.
Sementara itu, hasil penelitian berdasarkan Model Henrikkson dan Merton menunjukkan bahwa hanya 1 dari 14 reksa dana yang diteliti, yang manajer investasinya mempunyai stock selection ability. Reksa dana tersebut adalah BNI Reksa Dana Berkembang dengan koefisien 6g sebesar 0.018622 (signiikan pada a = 5%). Artinya stock selection ability memberikan kontribusi peningkatan imbal hasil reksa dana BNI Reksa Dana Berkembang sebesar 1.8622 basis poin per bulan untuk setiap kenaikan imbal hasil reksa dana BNI Reksa Dana Berkembang sebesar 100 basis poin per bulan dengan asumsi tidak ada variabel lain yang mempengaruhi.
Sedangkan hasil penelitian terhadap market timing ability menunjukkan bahwa tidak satupun dari 14 reksa dana yang diteliti, yang manajer investasinya rnempunyai market timing ability. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya koefisien 62 yang positif dan signifikan pada a = 5%. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renatha Gunstina
"Menurut laporan BAPEPAM, industri Reksa Dana di Indonesia pada tahun 2002 telah meningkat 21.3%, dari hanya 108 Reksa Dana pada akhir Desember 2001, menjadi 131 Reksa Dana pada akhir Desember 2002. Sementara itu dana kelolaan pada akhir tahun 2002 juga meningkat drastis hingga 300% dibandingkan dengari tahun 2001. Dan peningkatan dana kelolaan tersebut sebesar 80% berasal dan Reksa Dana Obligasi terutama obligasi rekap.
Dengan semakin berkembangnya instrumen Reksa Dana masalah yang dihadapi dari sudut pandang pemodal adalah bagaimana memilih aftematif Reksa Dana yang ada berdasarkan kinerja portofolio. Pertanyaan tentang apakah Manajer Investasi Reksa Dana dapat memberikan perkiraan pengembalian (expected return) di atas rata-rata pada benchmark yang tepat adalah isu yang relevan bagi investor. Karena pengukuran kinerja Reksa Dana merupakan perihal pokok yang dibahas dalam penelitian ini.
Jensen (1968) melahirkan suatu model yang mengukur kinerja portofolio dengan memperhitungkan profil risiko dan imbal hasil (risk adjusted return). Selanjutnya studi yang dilakukan oleh Traynor dan Mazuy (1966) serta Henriksson dan Merton (1981) berusaha merefleksikan kemampuan market timing dan stock selection sehingga diharapkan dapat diketahui saat yang tepat untuk memegang suatu portofolio. Model-model tersebut disebut model tradisional (unconditional) karena tidak memperhitungkan variabel-variabel perubahan kondisi makro ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan perubahan pembobotan dana pada pengukuran kinerja portofolio.
Menurut Ferson dan Warhter (1996) model-model unconditional mengabaikan kenyataan tingginya expected return di pasar modal terutama pada saat perekonomian yang sedang mengalami pemulihan sehingga keputusan Manajer Investasi yang terlihat mampu menghasilkan abnormal return pada masa pemulihan adalah bias. Sehubungan dengan itu Ferson mengembangkan suatu model conditional untuk mengatasi masalah pengukuran kinerja Manajer Investasi yang bias di masa pemulihan ekonomi. Pada model conditional diasumsikan bahwa portofolio yang disusun berdasarkan informasi yang tersedia di masyarakat (public information) tidak dapat dikatakan memiliki informasi yang superior. Manajer Investasi yang mampu secara tepat menggunakan lebih banyak informasi dibandingkan dengan yang tersebar di publik, dikatakan memiliki kemampuan superior sehingga diharapkan menghasilkan abnormal performance (Curley & Bear, 1979).
Dalam penelitian ini penulis mengkaji model pengukuran kinerja portofolio pendapatan tetap di Indonesia. Dengan menerapkan model unconditional (single factor dan multiple factor) dan conditional (single factor dan multiple factor), ingin diketahui model manakah yang lebih mampu menjelaskan kemampuan superior Manager Investasi. Kemampuan Manajer Investasi pada portofolio pendapatan tetap yang dinamis dapat diukur dari besamya R-squared (R2) dan kecilnya standard error (S.E) regresi.
Penulis juga menilai pengaruh indikator makro ekonomi terhadap pengukuran kinerja portofolio. Tiga indikator makro ekonomi yang digunakan yaitu laju inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, dan pertumbuhan uang beredar. Selain itu penulis juga menguji keberartian spread yield rating dan term spread yield claim pengukuran kinerja portofolio Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia.
Dan hasil penelitian diperoleh bahwa S.E regresi dan sum of squared residual (SSR) versi conditional untuk semua model, lebih besar dibandingkan S.E. regresi dan SSR versi unconditional. Dan secara statistik dengan uji beda dua varian terbukti bahwa bias model unconditional lebih besar dibandingkan bias model conditional. Secara empiris terlihat bahwa R2 conditional untuk model Jensen, model Treynor-Mazuy, dan model Tiga Faktor lebih besar dibandingkan R2 unconditional. Ini merupakan indikasi bahwa indikator makro ekonomi cocok dikenakan pada model Jensen, model Treynor-Mazuy, dan model Tiga Faktor.
Penelitian ini berhasil mengidentitikasikan bahwa dua indikator makro ekonomi yaitu jumlah uang beredar dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar temyata tidak memiliki keberartian penting secara statistik ketika dikenakan pada model Jensen, model Traynor - Mazuy, dan model Tiga Faktor. Sedangkan untuk indikator laju inflasi adalah signTikan pada tingkat kekeliruan 5% bails pada model Jensen, model Traynor -Mazuy, maupun model Tiga Faktor. Secara empiris hat ini menunjukkan bahwa investor di pasar obligasi secara rata-rata lebih banyak menggunakan informasi laju inflasi dalam membuat keputusan investasi.
Hasil regresi model Tiga Faktor versi unconditional maupun versi conditional antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan spread yield rating tertinggi dalam investment grade dengan rating terendah dalam investment grade, berkisar antara 0.040130 hingga 0.053475. Ini merupakan indikasi awal bahwa semakin melebar spread yield-nya hingga 100 bp, maka Manajer Investasi memiliki peluang arbitrage sebesar 4.01 bp hingga 5.34 bp untuk meningkatkan kelebihan pengembalian portofolio.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa Manajer investasi telah menjadikan rating sebagai salah satu pertimbangan utama investasi dan menjadi acuan penting dalam penentuan yield yang diharapkan. Spread yield rating di pasar obligasi Indonesia, menunjukkan adanya rasionalitas dan konsistensi Manajer Investasi dalam perdagangan obligasi. Selisih tersebut merupakan premi risiko yang diminta manajemen untuk mengkompensasi risiko yang ditanggung atas investasi.
Parameter antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan term spread, selisih yield obligasi pemerintah 10 tahun dengan yield obligasi pemerintah 5 tahunan, berkisar antara -0.9261840 hingga -0.631610. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lebar hingga 10 bp term spread obligasi pemerintah jangka panjang dengan jangka pendek, yang merupakan indikator semakin besamya opportunity cost dari penghindaran pajak, maka kemampuan manajer untuk menghasilkan abnormal return menurun sebesar 6.31 bp hingga 9.26 bp.
Hubungan negatif antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan term spread dapat dijelaskan bila dilihat dari nisi perpajakan. Peneliti melihat adanya kecenderungan Reksa Dana yang melebur setelah mencapai usia 5 tahun karena adanya fasilitas pembebasan pajak jika usia Reksa Dana kurang dari 5 tahun. Spread yield antara yield obligasi pemerintah jangka panjang dengan yield obligasi pemerintah jangka pendek sesungguhnya merupakan opportunity cost yang dihadapi oleh Manajer Investasi karena mefakukan kebijakan penghindaran pajak. Dapat dinyatakan bahwa semakin lebar term spread obligasi pemerintah jangka panjang dengan jangka pendek maka kemampuan manajer untuk menghasilkan abnormal return menjadi semakin mengecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Julita Minangsari
"Reksa Dana adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang merupakan wadah menghimpun dana masyarakat secara kolektif untuk selanjutnya diinvestasikan dalam saham, efek hutang, maupun pasar uang oleh Manajer Investasi.
Pada periode Januari 2003 - Februari 2005 reksa dana pendapatan tetap mengalami pertumbuhan yang sangat pesat , hat ini disebabkan oleh reksa dana dapat memberikan imbal hasiI atau return di atas rata-rata tingkat suku bunga deposito. Pertumbuhan reksa dana yang cepat tidak hanya disebabkan oleh return tadi, tetapi juga disebabkan oleh Bank yang berperan sebagai agen penjual reksa dana sehingga nasabah bank banyak yang menjadi investor baru di industri reksa dana.
Kondisi yang sangat menguntungkan bagi investor tadi temyata tidak selamanya, kehandalan para Manajer Investasi teruji dengan berbagai kondisi makro ekonomi yang dialami oleh Indonesia yang ditandai dengan naiknya tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, Suku Bunga The Fed (Federal Reserve USA), harga Minyak dunia yang mendorong Pemerintah untuk rnenaikkan harga BBM untuk mengurangi beban subsidi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang terns merosot, aksi penjualan unit reksa dana yang mulai menimbulkan kepanikan di kalangan investor diawal Maret 2005.
Hal tersebut mengakibatkan tekanan terhadap reksa dana pendapatan tetap yang banyak ditempatkan dalam obligasi sehingga pasar obligasi mengalami over supply sehinga menekan harga obligasi menjadi semakin turun. Dan sebagai dampak akhimya adalah NAB turun dan apabila investor melakukan pencairan akan mengurangi nilai pokok awal dari dana yang diinvetasikan. Investor banyak yang mengeluhkan nilai pokok awal investasi yang berkurang, hal ini terjadi karena para investor yang tidak memahami dengan jelas risiko produk reksa dana pendapatan tetap tadi dan memiliki anggapan bahwa akan selalu mendapat imbal hasil yang tetap seperti deposito. Kesalah pahaman ini terjadi karena andiI dari agen penjual yang banyak menginformasikan keuntungan yang diperoleh dalam berinvestasi tetapi tidak transparan dalam menjelaskan risiko dalam berinvestasi di reksa dana.
Untuk mengetahui kinerja dari 11 (sebelas) reksa dana yang dipilih dan termasuk kinerja dari Manajer Investasi digunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Dalam melakukan pengukuran kinerja reksa dana dibandingkan dengan kinerja pembanding yaitu indeks obligasi. Kinerja reksa dana yang balk adalah yang memiliki nilai positif dan dapat dianggap layak untuk dipilih untuk investasi jika memiliki nilai diatas kinerja pembanding yang disebut outperformed dan memiliki kinerja yang buruk apabila berada dibawah pembanding yang disebut sebagai underperformed.
Untuk investasi periode 2003-2005, reksa dana Trimegah Dana Tetap memiliki imbal hasil (return) yang paling tinggi sedangkan reksa dana yang memiliki imbal hasil paling rendah adalah Si Dana Obligasi Plus.
Dari hasil pengkuran Sharpe measure untuk periode 2003-2005 tidak terdapat reksa dana yang outperformed . Pengukuran Traynor measure untuk periode 2003-2005 memberi basil atau peringkat yang berbeda dari Sharpe measure, terdapat beberapa reksa dana yang outperformed yaitu Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara dan Trimegah Dana Tetap. Dari basil pengukuran Jensen measure untuk periode 2003-2005 reksa dana yang memiliki kinerja outperformed adalah Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara. dan Trimegalh Dana Tetap.
Untuk periode Pasca redemption tahun 2005 yaitu dari Januari-Maret 2006 terdapat perbaikan kinerja reksa dana, hal ini banyak didorong oleh mulai menurunnya tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.
Dan basil penulisan karya akhir ini, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat reksa dana yang menunjukkan kinerja yang positf dan terdapat juga reksa dana yang menunjukkan kinerja yang negatif dan berada dibawah nilai pasar.
Untuk dapat menumbuhkan kembali minat para investor untuk berinvestasi dalam reksa dana pendapatan tetap, perlu aturan yang lebih jelas dari BAPEPAM perihal, kode etik dalam menjual reksa dana baik untuk Manajer Investasi maupun untuk Agen Penjual.
Edukasi mengenai risiko dan keuntungan dalam berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap perlu disampaikan secara berimbang kepada para investor sehingga keputusan membeli dan menjual dapat dilakukan lebih rasional.

Mutual Fund is Contract of Collective Investment ( KIK) representing basin muster fund socialize collectively is henceforth invested in share, debt effect, and also money market by Investment Manager
At period of January 2003 - February 2005 mutual fund of fixed income to experience of very fast growth , this matter because of mutual fund can give return above average return of deposit rate. The quickly growth of mutual fund which do not only because of mentioned return, but also because of Bank which personating as selling agent of mutual fund so that customer of bank, a lot become new investor in mutual fund industry.
The high return season for investor is not realty forever, Fund Manager were tested with various condition of macro economics experienced by Indonesia which triggered by increasing the interest rate of Certificate Bank Indonesia, interest rate of The Fed ( Federal Reserve of USA), increasing of world oil price pushing Government to increase price of BBM to lessen burden subsidize, exchange rate of Rupiah to US Dollar declined, action of sale of mutual fund which start to generate panicity among investor, early March 2005.
The mentioned result pressure to mutual fund of earnings which remain to a lot of placed in bond so that the bond market tend to face over supply and depress price of bond become progressively descend. And as impact finally is NAB descend and if investors do redemption will lessen fundamental value of principal. Investor do complain towards of decreasing value of principal, this matter was happened because all investor which do not clearly understand about the risk of product and thinking about receiving the stable earning as time deposit. The selling agent contributed to wrong perception of investors where they much more explain about return and do not explain transparently about the risk.
To know about performance of 11 (eleven) mutual fund which has been selected from Investment Manager used the method of Sharpe Measure, Treynor Measure and Jensen Measure. Measuring the performance of mutual fund were compared to Bond Index. Good performance of mutual fund owned positive value and can be assumed competent to be selected for investment if owning value above the comparator performance and called as Outperformed, and if performance is under the comparator called as underperformed .
For investment of period 2003-2005, mutual fund of Trimegah Dana Tetap had the highest return while mutual fund of Si Dana Obligasi Plus had the lowest return.
The result of Sharpe measure for period 2003-2005 showed that there are no mutual fund which had outperformed. Measurement of Treynor measure for period 2003-2005 giving different result from Sharpe measure, there are some mutual fund which outperformed are Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara and Trimegah Dana Tetap_ From result of measurement Jensen measure for period 2003-2005 mutual fund which outperformed are Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara, and Trimegah Dana Tetap.
For period of post redemption 2005 that is from Januari-Maret 2006, there is increasing of performance mutual fund, it is pushed by decreasing of interest rate SBI.
This writing concluded that there are mutual fund showing positive performance and there are also mutual fund showing negative performance and below market value.
To grow the enthusiasm of investment in mutual fund of fixed income, BAPEPAM must act to clear the code of ethic in selling mutual fund to Investment Manager and also to the Seller Agent. Educating about risk and return in balance will help the investor to make rational decision for investment.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T19691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mangiring, Boniarga
"Sharpe's Return Based-Style Analysis merupakan model multi-faktor dengan return kelas aset sebagai variabel dependen dan return portofolio sebagai variabel dependen. Dengan sejumlah asumsi, syarat, dan konstrain, setiap koefisien variabel independen model mencerminkan tingkat eksposur dari variabel independen masing-masing. Penelitian ini menggunakan sampel lima belas Reksa Dana saham berkategori survivor funds dengan periode pengamatan April 2004-Maret 2009 di Indonesia. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa sektor infrastruktur menjadi kelas aset yang secara rata-rata paling mempengaruhi semua Reksa Dana saham sebesar 21,96% dan sektor yang berekpsosur terendah adalah sektor consumer goods dengan nilai 2,18%. Dua belas Reksa Dana diduga menerapkan strategi pasif. Sedangkan dari evaluasi kinerja berdasarkan style analysis memperlihatkan sembilan Reksa Dana berhasil mengungguli style-nya, menandakan sebagian besar manajer investasi sudah mampu membaca arah pergerakan pasar. Fortis Ekuitas adalah Reksa Dana berkinerja terbaik berdasarkan kemampuannya dalam mengungguli style.

Sharpe's Return-Based Style Analysis is a constrained multiple regression analysis with fund returns as the dependent variable and asset class returns as the independent variables. The resulting slope coefficients could then be interpreted as the fund?s historic exposures to the asset class returns. This study observed fifteen survivor Indonesia equity funds within April 2004-March 2009. Using sectoral class assets, the research suggests that the infrastructure sector has the biggest exposure on average. While most of portfolio managers ignored the consumer goods sector. This study also explored the relative performance of the funds with respect to their style benchmarks. The results showed that nine funds have been able to beat their style benchmarks on average. Fortis Ekuitas is the best fund based on its average monthly selection return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
6628
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Vaji Vitrada
"Reksa Dana Terproteksi merupakan turunan produk baru dari Reksa Dana yang merupakan bagian dari Capital Structured Fund yang sedang berkembang di Indonesia. Jumlah Reksa Dana Terproteksi aktif yang tercatat di Bapepam hingga Juni 2006 adalah 31 Reksa Dana.
Dalam perkembangan Reksa Dana Terproteksi yang masih relatif baru di Indonesia, penulis merasa perlu untuk melakukan analisis mengenai kinerja Reksa Dana tersebut untuk menilai apakah investasi dalam instrumen tersebut dapat memberikan hasil (return) yang lebih baik dibandingkan Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Analisis mengenai kinerja Reksa Dana Terproteksi merupakan tahapan yang harus diperhatikan investor sebelum menanamkan modalnya. Salah satu indikator untuk menganalis kinerja Reksa Dana Terproteksi adalah keberhasilan strategi manajer investasi dalam mengelola portfolio Reksa Dana-nya, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB).
DaIam penulisan ini penulis menganalisis kinerja Reksa Dana Terproteksi dengan membandingkan return NAB dan return dari Reksa Dana Pendapatan Tetap, indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap, deposito berjangka 1 bulan yang dikeluarkan Bank Swasta sebagai perbandingan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para investor mengenai kinerja Reksa Dana Terproteksi yang selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi jangka panjang. Diharapkan penulisan ini dapat memberi masukan kepada para investor Reksa Dana mana yang memberikan hasil paling baik dan sebaliknya.
Hasil kinerja Reksa Dana Terproteksi dibandingkan Reksa Dana Pendapatan Tetap periode Oktober 2005 sampai dengan 30 Juni 2006 secara umum belum bisa menunjukkan kinerjanya secara utuh tetapi penulis tetap berusaha apa yang menggambarkan secara akurat dan tepat. Hal ini ditunjukkan dengan kinerja yang menjadi sample dalam penulisan ini cukup performed, baik dengan metode time-weighted maupun dengan pengukuran kinerja Sharpe, Treynor, dan Jensen. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa hasil Reksa Dana Terproteksi yang diteliti dapat dikatakan menguntungkan untuk investasi jangka panjang dengan risiko yang relatif kecil karena dana pokok yang disetor dijamin dengan metode proteksi. Meskipun begini total NAB yang ada belum mencapai masa keemasan pada saat Reksa Dana beberapa waktu Ialu yang mencapai 103 trilyun rupiah.
Dalam penulisan ini terdapat hambatan dengan periode yang relatif pendek karena terbitnya Reksa Dana terproteksi yang barn dimulai Oktober 2005. Kiranya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan kondisi dengan periode yang lebih panjang dan menggunakan parameter-parameter lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja Reksa Dana Terproteksi di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardomuan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Indonesia dan melihat pengaruh variabel makro serta total aktiva bersih terhadap kinerja Reksa Dana. Untuk menjawab tujuan tersebut, tesis ini menggunakan data (1) Reksa Dana Pendapatan Tetap Indonesia (2) data Nilai Aktiva Bersih per Unit dan Total Aktiva Bersih Reksa Dana dari BAPEPAM (3) data Variabel Makro dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2004.
Mengukur kinerja Reksa Dana pada penelitian ini menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Jensen (1968). Pada model Jensen kinerja Reksa Dana diukur melalui intersep dari hasil regresi antara kelebihan pengembalian portofolio sebagai variabel tidak bebas dan kelebihan pengembalian pasar sebagai variabel bebas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya bond selection dan market timing ability maka digunakan model yang dikembangkan oleh Henriksson dan Merton (1981). Bond selection ability merupakan ukuran kemampuan manajer portofolio dalam memilih sekuritas yang tepat, sedangkan market timing ability merupakan ukuran kemampuan manajer portofolio untuk mengubah-ubah portofolionya pada saat yang tepat. Pengaruh Variabel Makro dan Total Aktiva Bersih terhadap kinerja Reksa Dana menggunakan regresi berganda. Variabel Makro yang diuji adalah indeks obligasi, tingkat inflasi, kurs rupiah terhadap dolar AS, suku bunga BI, dan jumlah uang beredar.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Reksa Dana yang diobservasi tidak memberikan kinerja yang lebih baik daripada kinerja pasar sebagai pembandingnya. Kinerja Reksa Dana yang tidak lebih baik dari kinerja pasar disebabkan ketidakmampuan manajer portofolio dalam memilih sekuritasyang tepat (bond selection ability) dan pada saat yang tepat (market timing ability). Variabel Makro dan Total Aktiva Bersih memberikan pengaruh terhadap kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap. Kinerja Reksa Dana dipengaruhi secara signifikan positif oleh indeks obligasi, kurs rupiah terhadap dolar AS, dan total aktiva bersih, sedangkan tingkat inflasi, suku bunga BI, dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan negative.

This research aim to evaluate performance of Indonesian Fixed Income Fund and see influence of macro variables and also totalizes net asset to performance of Mutual Fund. To answer the target, this thesis use data (1) Indonesia Mutual Fund Earnings Remain (2) Net Asset Value data per Unit and Total Net Asset of Mutual Fund of BAPEPAM (3) Macro Variables data of Indonesian Bank and Statistical Biro Center in period of year 2001 up to year 2004.
Measuring performance of Mutual Fund at this research use model which have been developed by Jensen (1968). At model of Jensen performance of Mutual Fund measured to through intercept from result of regression between excess of return of portfolio as dependent variable and excess of return of market as dependent variable. To know there is or not of selection bond and of market ability timing ability used model developed by Henriksson and of Merton (1981). Bond Selection ability represent size measure ability of manager portfolio in chosen correct securities, while market liming ability representing size measure ability of manager of portfolio for its changing at the right time. Influence of Total and Macro Variable of Net Asset to performance of Mutual Fund uses multiple regressions. Macro Variables of examinee obligation index, inflation rate, Rupiah rate to US dollar, rate of interest BI, and money supply amount.
Result of research the obtained is that Mutual Fund which is observation do not give performance which better than market performance as its comparator. Performance of Mutual Fund which not more either from market performance caused disability of portfolio manager in chosen the precise ability securities (bond selection ability) at the time of is correct (market timing ability). Total Net Asset and Macro Variables give of influence to performance of Fixed Income Fund_ Performance of Mutual Fund influenced significant positive by obligation index, Rupiah rate to US dollar, and total net asset, while inflation rate, rate of interest BI, and money supply amount have an effect on negative significant.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irkham Wibisono
"Skripsi membahas mengenai kemampuan market timing dan selectivity dari manajer investasi reksa dana saham dan reksa dana campuran di Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode Henriksson Merton (HM) Rentang waktu penelitian adalah Januari 2008 sampai Desember 2013 dengan menggunakan data harian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode penelitian tidak ada manajer investasi reksa dana saham dana reksa dana campuran yang secara signifikan positif mempunyai kemampuan selectivity. Sedangkan hasil analisis kemampuan market timing terdapat delapan manajer investasi reksa dana saham yang memiliki kemampuan market timing dan satu manajer investasi reksa dana campuran yang memiliki kemampuan market timing.

This undergraduate thesis discusses about testing market timing and selectivity of mutual funds investment manager in Indonesia. The Method used is Henriksson Merton, sampel research uses equity mutual funds and balanced mutual fund that active during the period January 2008 until December 2013.
The results show that the fund manager of equity mutual fund and fund manager of balanced mutual fund do not exhibit selectivity. While the results of market timing ability are eight fund manager of equity mutual fund have the ability and a fund manager of balanced mutual fund have this ability.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR Grace Nurhandayani
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah besaran dana cleansing serta kondisi makro ekonomi yang direpresentasikan oleh IHSG, SWBI dan KURS berdampak pada return Reksa Dana Syariah secara signifikan. Pengumpulan data dilakukan dengan Metode data primer berupa data time series Dana Cleansing, Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari Bank Kustodian yang menjadi tempat penitipan harta Reksa Dana PNM Syariah serta imbal hasil SWBI, Nilai Tukar USD terhadap Rupiah yang merupakan Kurs Tengah Bank Indonesia serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari Bank Indonesia. Metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) dipergunakan untuk melihat hubungan Dana Cleansing, IHSG, SWBI dan KURS secara individu maupun bersama-sama terhadap return Reksa Dana Syariah.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa secara individu besaran Dana Cleansing, SWBI dan KURS tidak terbukti mempengaruhi return secara signifikan namun IHSG terbukti mempengaruhi return Reksa Dana PNM Syariah secara signifikan. Secara bersama-sama, Dana Cleansing, IHSG, SWBI dan KURS terbukti mempengaruhi return Reksa Dana PNM Syariah. Hal ini memberikan indikasi bahwa Reksa Dana Syariah dapat memiliki kinerja yang sama dengan Reksa Dana Konvensional yang memiliki portofolio sama. Dengan demikian Dana Cleansing bukanlah suatu kendala yang dapat mempengaruhi investor untuk berinvestasi.

The objective of the research is to find out the effects of cleansing fund and Macroeconomics condition represent by IHSG, SWBI and KURS on Shariah Mutual Fund return. Case study on Reksa Dana PNM Syariah by using primary time series data of its Cleansing Fund, Net Asset Value (NAV) which was taken from custodian bank while macroeconomic condition represent by SWBI, USD Exchange Rate (KURS) and Jakarta Composite Indices (IHSG) taken from Bank Indonesia.
Structural Equation Modelling (SEM) is used to find the correlation among cleansing fund, IHSG, SWBI, KURS and Reksa Dana PNM Syariah return. It is not proven that cleansing fund, SWBI and KURS give the significant effect to Reksa Dana PNM Syariah return however IHSG is proven significantly influence on Reksa Dana PNM Syariah return. Cleansing fund, IHSG, SWBI and KURS simultaneously have influence on the return. The result gives clue that shariah mutual funds performance will have the same performance as conventional one assuming they are managed in the same portfolio. Therefore Cleansing Fund is not a barrier to achieve outstanding performance to attract investor."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Bachreza Nauval
"Pertumbuhan industri reksa dana merupakan salah satu industri keuangan yang fenomenal di Indonesia. Setelah IHSG menyentuh titik terendah yaitu sebesar 292,12 maka saat itu adalah masa-masa sulit dalam industri rcksa dana, hal ini disebabkan oleh kondisi makro ekonomi Indonesia yang memberikan kebijakan berupa peningkatan suku bunga perbankan, schingga deposito merupakan sarana penempatan dana masyarakat yang cukup banyak menjadi pilihan dan Iebih memberikan rasa aman bagi para deposannya. Langkah pemerintah dan Bank Sentral berikutnya adalah berusaha untuk menstimulus sektor rat yang selama ini cukup terpuruk oleh tingginya tingkat suku bunga.Langkah yang diambil sejak saat itu adalah penurunan tingkat suku bunga sccara bcrtahap. Dengan menurunnya trend tingkat suku bunga Bank Indonesia, maka industri reksa dana pun mendapatkan imbasnya, berupa diterbitkannya berbagai macam reksa dana , hal ini tcrjadi karena deposito sudah tidak bisa memberikan imbal hasil yang relatif tinggi. Momen tersebut merupakan waktu yang baik bagi para manajer investasi.Para manajer investasi seakan berlomba untuk menerbitkan rcksa dana yang pada saat itu merupakan titik balik industri reksa dana sebagai wahana untuk berinvestasi.
Pada penelitian ini kinerja reksa dana saham yang akan diteliti dibatasi pada kemampuan manajer investasi dalam hal marker timing. Market timing merupakan strategi yang dipakai oleh manajer investasi dengan membuat keputusan mambeli atau menjual instrumcn sekuritas .Keputusan untuk menggunakan strategi marker riming didasari pada peramalan perubahan parameter-paramaeter ekonomi makro yang selanjutnya akan mernpengaruhi tingkat basil investasi di pasar uang dan pasar modal. Tingkat keberhasilan dalam penerapan market timing ditentukan oleh keberhasilan peramalan (forecast) yang benar tentang bull market dan bear market.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah manajer investasi memiliki market riming ability. Selain itu juga untuk mengatahui reksa dana mana yang memiliki kemampuan market timing agar dapat menjadi acuan bagi investor dalam mcmilih reksa dana.
Dari hasil regresi terhadap rcksa dana yang memiliki kemampuan marker timing hanya 2 reksa dana. Dikatakan memiliki kemampuan market timing dikarenakan regresi reksa dana tersebut mcmiliki nilai koefisien b2 yang signifikan pada a= 5%, sedangkan sisanya tidak memiliki koefisien yang signifikan pada a= 5%. Kedua reksa dana yang memiliki kemampuan marrket timing yaitu reksa dana Manulife Dana Saharn dan Phinisi Dana Saham. Manulife Dana Saham memiliki Probabilita F-stat yang signifikan pada a= 5% dan 132 < 5% yaitu sebesar 0,41% dan nilai koefisien B2 yang positif, yaitu sebesar 0,4428. Phinisi Dana Sahara juga memiliki kemampuan market riming dengan Probabilita F-stat yang signifikan pada a= 5% dan 132 < 5% sebesar 1,1%.hal ini merupakan syarat bahwa kedua reksa dana tersebut memiliki kemampuan market timing.

Mutual funds growing in one of phenomenal industry in money instrument in Indonesia. The Indonesia Composite Index has touched the lowest point in 292.12. that number capture the hardest situation in mutual fund, those situation affected by macroeconomics condition in 1998. Skyrocketing in interest rate of time deposit has drive customer to place their fund into time deposit which is on that situation, time deposit have rose in placement fund better than investment instrument. Next step to neutralized those condition, government hand in hand with Central Bank trying to stimulate real sector to compensate after real sector touch the lowest point. The point to get by liniment action is to decrease interest rate smoothly to single digit.
Decreasing interest rate has gave good impact to mutual fund and others financial instrument, this is the optimistic period investment manager to create various product of mutual fund and customer kit not comfortable with their return in time deposit and customer have nianv choices to switch their fund hack to the mutual fund.
On this thesis I want to observe and analyze market timing performance on mutual fund which underlie in equities. Market timing is a strategy who used by investment manager to buy or to sell securities. Decision to use market timing was driven by recasting on macroeconomics parameter and the next step is stimulating return in capital market. Probability of success to use market timing strategy conducted by ability forecasting about market moving event their moving to bull or bear situation.
The purpose on this thesis is proving that the investment manager have market liming ability or not as long as they maintain fiend's customer, then author want to see is the market timing strategy give more information for the customer? Then have selling point to give advantages on their product.
From regression output on equities mutual fund, there is only give two products that have market tinting performance. We can say those mutual funds have market timing performance because they have coefficient (32 significant at a = 5% and the rest does not have coefficient (32 significant at a= 5%.The mutual fund who have market timing performance are Manulife Dana Saham and Phinisi Dana Saham. Manulife Dana Saham have F-stat probability significant at a= 5% and Rr < 5%. is 0.41% and positive outcome number 0.4425. Phinisi Dana Saham have market timing performance too, which F-stat probability significant at a= 5% and (32< 5%.is 1.1% and positive outcome number 0.3520.Those requirement are signal that both of those mutual fund have market timing ability.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>