Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44631 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Ulya
"Sebuah perusahaan harus mampu menyikapi berbagai perubahan lingkungan industri yang dapat mempengaruhi bisnisnya baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk dalam industri penerbangan rute pengumpan dan perintis dimana industri penerbangan sarat dengan modal dan sifat produk yang mudah hangus. Strategi bersaing yang termanifestasi dalam bentuk model bisnis penting untuk dilakukan analisis guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Studi Karya Akhir ini berangkat dari fenomena unik industri penerbangan rute pengumpan dan perintis dengan adanya outsourcing yang dilakukan maskapai penerbangan untuk proses pemasaran dan penjualan. Bentuk ini dikenal dengan model bisnis bulk yang memberikan hak eksklusif penjualan seluruh kapasitas pesawat.
Pokok mendasar penyebab urgensitas LYA Airlines harus meninjau model bisnisnya datang dari kebijakan pemerintah yang merangsang perkembangan usaha dimana memberikan kesempatan LYA Airlines untuk berkembang sekaligus membuka peluang peningkatan persaingan yang muncul dari maskapai lama ataupun pemain Baru. Tantangan tersebut aka' berwujud serangan alas kekuatan ikatan dua entitas yang bekerjasama antara LYA Airlines dengan mitra general sales agent (GSA).
GSA dapat melepaskan diri dan beralih kepada maskapai penerbangan lain yang menawarkan keuntungan lebih besar terutama dari national network carrier melalui jaringan rote yang besar. Kemungkinan lain adalah lepasnya GSA untuk mendirikan maskapai penerbangan sendiri. Indikasi kemungkinan pemutusan hubungan kerjasama tampak dari perilaku GSA yang berusaha melobi pemerintah dimana saat ini telah membuka kembali keran perijinan pendirian maskapai penerbangan khusus untuk rule pengumpan dan perintis.
Panting bagi LYA Airlines untuk mengamankan bisnis Non Papua mengingat wilayah ini menjadi sandaran pertumbuhan usaha dengan prospek masa depan yang menjanjikan, selain itu wilayah Papua mulai menampakkan kejenuhan dengan indikasi tidak terserapnya kapasitas angkutan kargo yang ditawarkan. Lepasnya GSA akan menyebabkan putusnya mata rantai penciptaan nilai pada proses hilir sehingga bisnis Non Papua tidak berjalan. Oleh karena itu, langkah yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa seluruh rangkaian proses penciptaan nilai tersedia.
LYA Airlines memiliki asset speccity berupa armada pesawat dimana hal tersebut menjadi exit barrier yang besar sehingga akan sangat merugikan jika keluardari bisnis Non Papua karena harus menangguk beban biaya tetap yang timbul sementara pendapatan tidak dapat diperoleh dengan kekosongan operasi. Dengan demikian, ketergantungan LYA Airlines atas bisnis Non Papua bukan saja datang dari prospek yang menjanjikan namun jugs efek kerugian yang ditimbulkan jika keluar dari bisnis ini.
Meskipun demikian, upaya pengamanan proses hilir tidak serta merta dapat dilakukan dengan mengambil alih peranan GSA untuk dikerjakan secara internal perusahaan. Kendala yang mencuat adalah karakteristik industri penerbangan rate pengumpan dan perintis dimana terdapat afilasi biro perjalanan yang dapat bereaksi negatif dengan melakukan blockaded entry. Kendala lain adalah waktu yang dibutuhkan untuk membangun kesiapan internal. Semakin lama proses maka akan semakin besar biaya yang ditanggung.
Langkah preventif untuk pengamanan bisnis Non Papua dapat dilakukan dengan joint venture dengan mitra GSA terkuat yaitu LST Travel. Secara jangka pendek solusi joint venture akan menghindarkan dari resiko kehilangan bisnis dan investasi yang besar untuk pembentukan kapabilitas internal. Solusi ini secara strategic juga menguntungkan dalam jangka panjang dengan kesempatan pembelajaran proses hilir berupa marketing dan penjualan, khususnya dalam jaringan distribusi sekaligus penetrasi kepada afiliasi biro perjalanan.
Faktor kunci keberhasilan terbentuknya joint venture terletak pada daya tawar dimana LYA Airlines dapat menawarkan pertambahan keuntungan dari kondisi kerjasama model bisnis bulk yang berasal dari pemberian hak penjualan seluruh teritori ditambah jalinan kerjasama dengan maskapai lain dalam bentuk interline. Ancaman LST Travel akan dinetralisir melakui joint venture agar berubah menjadi mitra yang bersahabat.
Pada akhirnya independensi sebagai sasaran jangka panjang harus tetap diupayakan melalui peningkatan kapabilitas internal. Hal ini dapat dimulai dengan melakukan penyesuaian organisasi yang difasilitasi oleh joint venture.

Commuter airlines facing a fast changing business environments that can lead to company sustainability. Carriers are driven to conduct an appropriate strategy to obtain such a competitive advantage in order to adept with competition forces. The airlines industry basically is very capital-intensive business whilst produce perishable product. The increased competition thus associated with new regulation emphasizes the need to reconsider the business model.
Previous studies on outsourcing stated that the company should keep the core process inside, In contrast, this research would explore the unique phenomenon in Indonesia's commuter airlines industry that outsources marketing and sales function. - Marketing and sales are the airlines core process value chain. The outsourcer is general sales agent (GSA) who will conduct those activities as if airlines branch offices. This model also known as bulk business model.
The main challenge is how LYA Airlines, as one of the commuter player in Indonesia, must respond to government policies. Almost from the inception of commercial aviation industry, the governments regulate airlines. In recent year, substantial government policy was made to stimulate the business growth as well as to raise the competition. Problem associate with the environment changes due to government policy will threatening the Non Papua Business in the form of breaking forces to the business contract between LYA Airlines and GSA.
GSA could easily terminate the contract and shift to other airlines especially national network carrier who offers more benefit with their wider route network.
Another possibility is GSA backward integration facilitated by new government policy. The government had already opened the airlines license for those who will operate in the commuter services.
LYA Airlines should reassure the continuity of their Non Papua business which is well promising for future growth. Another reason is the Papua business could not absorb any incremental freighter capacity supplied that indicate as market saturation. If the contract termination from GSA occurs, core process value chain would not complete and LYA Airlines would loose the market to generate revenue. Therefore, LYA Airlines must ensure the whole value chains are functioning.
The present of asset specificity in the form of aircraft would impede LYA Airlines to exit from the business as well as to stay-in without operation. Aircraft would make a big exit barrier which is burdened LYA Airlines with fixed cost. Thus LYA Airlines need Non Papua business not only for future prospect but also the losses if quit from the business.
Lack of resources and commuter airlines industry characteristic turn out to be limitation of the action required to secure the value chain. LYA Airlines could not take over the downstream process while spokes city intermediary could react negatively by doing blockaded entry. In the mean while LYA Airlines internal resources has not ready yet and time for developing skill and knowledge emerge as an issue. Longer time needed would increase the cost required.
LYA Airlines should constitute joint venture with the current biggest GSA partner, LST Travel, as prevention action. In the short term, loosing the Non Papua business and additional investment to secure the business could be avoided. In the long term, joint venture also gives benefit as an opportunity to acquire the downstream process skill and knowledge. While continuing to acquire internal capability for future independency, LYA Airlines working to resolve issues with forming joint venture, so additional cost could be avoided.
Key success factor in forming joint venture is bargaining power between parties. LYA Airlines could offer more benefit by giving LST Travel selling right for the whole territory. In addition, more benefit could come from interline agreement with another carrier especially national network carrier. Hereby, treat from LST Travel could be neutralized.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarwono
"Proses Markov yang dinyatakan dengan suatu probabilitas bersyarat P {Xn = in | Xn-1 = in-1, .., X1 = i1} = P {Xn = in | Xn-1 = in-1}
dari suatu kejadian yang akan datang, jika diberikan suatu kejadian dimasa lalu dan keadaan sekarang X = i , adalah tidak bergantung pada kejadian dimasa lalu tetapi bergantung pada keadaan sekarang dari proses. Pengembangan sifat Markov ini berguna sekali dalam menganalisis suatu sistem antrian dengan pola kedatangan berkelompok dan kemampuan pelayanan sebesar k pada suatu unit waktu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soemadji Adisoekarto
"Manajemen sumberdaya manusia di PT. Merpati Nusantara Airlines khususnya di Direktorat Teknik belum terlaksana secara efektif_ Belum adanya uraian jabatan dan spesifikasi jabatan yang sistematis dan aturan penjenjangan karir yang belum jelas.
Untuk menguji hal di atas, dilakukan analisis kepuasan kerja karyawan khususnya di Direktorat Teknik PT. Merpati Nusantara Airlines. Dari survey yang dilakukan ditemukan bahwa secara umum karyawan PT. MNA masih cukup puas dengan kondisi kerja di perusahaan. Meskipun demikian, terdapat 2 faktor yang masih dianggap tidak memuaskan karyawan yaitu jenjang karir yang dinilai belum jelas dan ketidakjelasan uraian jabatan dan spesifikasi jabatan. Selain itu, karyawan juga beranggapan bahwa pada saat ini belum ada faktor-faktor (kriteria) yang jelas untuk penjenjangan jabatan dan akibatnya jenjang jabatannya pun belum terstruktur secara sistematis.
Atas dasar pemikiran di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk mengembangkan suatu model manajemen sumberdaya manusia berdasarkan analisis jabatan. Analisis jabatan dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara purposive sampling pada seluruh jabatan di Direktorat Teknik. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis jabatan di atas, dilakukan penentuan faktor dan subfaktor jabatan untuk penentuan jenjang jabatan. Faktor-faktor jabatan yang ditetapkan dalarn penelitian ini adalah Intensitas Jabatan, Dampak Pekerjaan, Kompleksitas Pekerjaan, dan Usaha. Faktor-faktor jabatan digunakan untuk melakukan penilaian jabatan.
Dari hasil penilaian jabatan berdasarkan faktor-faktor tersebut, seluruh jabatan dikelompokkan dengan menggunakan metoda analisis cluster, yang hasilnya didapatkan bahwa total kelompok yang terbentuk ada 7. Selanjutnya dari ketujuh kelompok ini dilakukan pengklasifikasian jabatari yang dilakukan dengan cara analisis morfologi dan melalui diskusi dengan panel ahli. Hasilnya didapatkan bahwa seluruh jabatan dapat dikaasifikasikan menjadi 4 bidang keahlian yaitu teknisi, engineer (kerekayasaan), inspektor dan planner (perencana). Hasil dari penilaian, pengelompokan dan pengklasifikasian jabatan ini menjadi dasar bagi perancangan jenjang karir."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Hammam Gopar
"Penelitian ini mempelajari terkait analisis hambatan kapal bulk carrier pada skala model dan skala penuh menggunakan CFD NUMECA Fine/Marine dan formula empiris metode Holtrop-Mennen. Penelitian ini juga akan membandingkan perbedaan hambatan antara hasil simulasi CFD dan perhitungan formula empiris metode Holtrop-Mennen yang digunakan sebagai validasi hasil simulasi. Selanjutnya, penelitian ini menganalisis nilai koreksi (ΔCF) dari skala model dan skala penuh dengan menggunakan hasil dari simulasi CFD yang diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran terkait ekstrapolasi dalam mencari nilai hambatan dengan ukuran kapal tertentu. Hasil penelitian dari kedua metode menunjukkan bahwa gaya yang dihasilkan meningkat signifikan seiring dengan peningkatan skala kapal, dimana tidak adanya perbedaan yang signifikan diantara kedua metode tersebut dengan nilai error dari 1,72% sampai dengan 13,30%. Selain itu, didapatkan bahwa nilai koreksi (ΔCF) yang lebih besar pada ukuran kapal kecil menunjukkan bahwa simulasi pada skala model memerlukan penyesuaian yang lebih signifikan untuk akurasi pada skala penuh dibandingkan ukuran kapal yang lebih.

This study analyses the correction value (ΔCF) of the model scale and full scale us using CFD NUMECA Fine/Marine and the empirical formula of the Holtrop-Mennen method. It will also compare the difference in drag between the CFD simulation results and the empirical formula calculation of the Holtrop-Mennen method, this serves as a validation for the simulation findings. The findings of the two techniques demonstrate that as the ship's scale rises, the forces generated increase significantly. Between the two approaches, there is no discernible difference in error levels, which range from 1,72% to 13,30%. Moreover, the greater correction value (ΔCF) for lower ship sizes implies that model-scale simulations need more substantial modifications to be accurate at full scale than do larger ship sizes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Andre Yohanes Hamonangan
"Adalah hal mutlak faktor keselamatan bagi setiap alat transportasi, tidak terlepas dengan armada transportasi air yaitu kapal. Salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam keselamatan adalah kemampuan kapal untuk kembali ke posisi semula yang disebut stabilitas kapal. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui nilai MG sin? atau lengan Koppel kapal model milik Teknik Perkapalan DTM FTUI serta sebagai referensi modul pengujian stabilitas statis kapal model pada lab kapal Teknik Perkapalan DTM FTUI.
Metode yang dilakukan adalah menggambar kembali desain dari kapal model dengan menggunakan sofrtware Auto Cad 2006 dan Maxsurf PRO. Setelah dilakukan perhitunngan Hydrostatic Curve dan Cross Curve maka dilakukan inclining experiment. Hasil yang didapat adalah nilai stabilitas statis kapal model DTM FTUI untuk setiap variasi draft yang menunjukan bahwa stabilitas kapal pada kondisi draft maksimum lebih baik daripada kapal kosong.

Safety factor is absolute matter for every transportation , doesn't loose with water transportation fleet that is ship. One of the big influential factor in ship safety is ability to returns to position at first that called ship stability. Testing is meant to determine MG sin? value or righting arm model ship property of Naval Architecture Department DTM FTUI also used for reference testing static stability model ship in shipping lab.
With using by using sofrtware Auto Cad 2006 and Maxsurf Pro to redraw model ship property of Naval Architecture Department DTM FTUI. After done calculate Hydrostatic Curve and Cross Curve than doing inclining experiment. Result that got model ship static stability righting arm value of Naval Architecture Department DTM FTUI for every variation of draft that demoes that ship stability in condition draft of maximum better than empty ship.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51014
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Resty
"Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia melaksanakan program konversi untuk penggunaan bahan bakar minyak tanah ke Elpiji. Dengan meningkatnya permintaan LPG, kesempatan usaha Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) juga meningkat. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi model bisnis PT ABC sebagai salah satu SPPBE. Pada awal operasional perusahaan, PT ABC adalah satu-satunya stasiun pengisian LPG yang melayani pengisian tabung 3 kg di Bali. Pada tiga tahun pertama operasional, Perusahaan mengalami peningkatan produksi yang signifikan sehinga pendapatan Perusahaan meningkat. Namun, seiring dengan tumbuhnya industri jumlah pesaing pun meningkat yang menyebabkan penurunan pangsa pasar dan laba Perseroan. Penelitian ini kemudian mencoba mengembangkan model bisnis Perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dengan melakukan efisiensi dan meningkatkan produksi. Hasilnya meski pertumbuhan industri berdampak negatif terhadap Perusahaan namun PT ABC masih tetap menarik karena terus meningkatnya permintaan akan LPG. Sejak 2004-2011 konsumsi LPG meningkat 57.57% per tahunnya dan diperkirakan terus berlanjut karena pertumbuhan penduduk dan keberhasilan atas program konversi tersebut.

Since 2007 Indonesian government started a conversion program to shift kerosene consumption to LPG. With a growing demand of LPG, the opportunity from LPG filling station industry has also rise. This research main purpose is to evaluate PT ABC?s business model as one of LPG filling stations. At the beginning of the Company?s operation, PT ABC is the only LPG filling station that caters LPG 3 kg in Bali. On the first three years operation, the Company has experienced a significant increase on their production which leads to the increase on their revenue. However, due to the industry growth the numbers of competitor has increased resulted a decrease on the Company?s market share and profit. This research tries to develop the Company?s business model to increase the Company?s revenue by conducting efficiency and increase the production. The result is although the Company has been negatively affected by the industry growth but the Company is remaining atrractive due to the growing demands. Since 2004 to 2011 LPG consumption has been increased by 57.57% per year in average and this increasing trend is expected to continue due to the growth of population and the success of the conversion program.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gema Bonang Priyoga
"Penelitian ini membahas mengenai pemodelan sistem bisnis pada PT Garuda Indonesia Tbk melalui metode System Dynamics guna mengidentifikasi indikator-indikator kunci yang mempengaruhi kinerja bisnis maskapai. Pengukuran kinerja bisnis maskapai dilakukan melalui model simulasi dengan menerapkan dua policy drivers yaitu tingkat volatilitas harga bahan bakar dan tingkat pertumbuhan industri. Berdasarkan pengukuran kinerja bisnis tersebut, dirancang dua buah kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja bisnis maskapai di masa depan. Hasil simulasi System Dynamics menunjukkan bahwa penerapan kebijakan investasi pada program frequent flyer dapat meningkatkan kinerja bisnis maskapai.

This study investigates the structure and interaction of Key Performance Indicators (KPI) in PT Garuda Indonesia Tbk business system using System Dynamics Approach. The Purpose of this study is to measure the business performance of airline regarding two policy drivers, high volatility of fuel price, and low industry growth, and suggest the best policy to anticipate the downturn of industry. The study shows that investment policy in the frequent flyer program resulted in higher business performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S58547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Maulana
"ABSTRAK
Startup dengan model bisnis berbasis platform dan jenis layanan on-demand tidak hanya menyebabkan disrupsi namun juga memunculkan istilah pengusaha mandiri yang dimana secara teknis merupakan pekerja yang bekerja secara mandiri dalam ldquo;gig economy rsquo;. Gig economy telah berperan menciptakan lapangan pekerjaan baru yang diharapkan dapat menekan angka pengangguran. Mengingat angka pengangguran di Indonesia pada 7 Agustus 2017 mencapai 7,03 juta orang. Pada tahun 2016, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mencanangkan visi agar Indonesia menjadi ldquo;The Digital Energy of Asia rdquo; lalu dibentuk Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Commerce dengan harapan pada tahun 2020 dapat melahirkan 1000 startup dengan total valuasi mencapai US 10 miliar. Meskipun telah mendapat pendanaan dari investor, beberapa startup mengalami kegagalan dan harus gulung tikar. Tercatat pada tahun 2015 ada 20 startup di Asia yang mengalami kegagalan dan harus tutup, tujuh diantaranya berasal dari Indonesia. Sementara pada tahun 2017 tercatat ada enam startup yang harus tutup.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis apa saja hal yang memengaruhi keberlanjutan startup dengan model bisnis berbasis platform di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan menggunakan model wawancara semi terstruktur ke para pendiri founders sekaligus c-level pada startup dengan model bisnis berbasis platform di Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah enam tema utama yang memengaruhi keberlanjutan startup dengan model bisnis platform yakni dukungan dari ekosistem startup, kolaborasi dan kemampuan dari sumber daya manusia, dukungan investor, keadaan finansial, pengembangan produk berkelanjutan yang berfokus ke pelanggan serta kolaborasi dan kompetisi yang sehat.
ABSTRACT
Startups with platform-based business models and on-demand service types not only cause disruption but also generate self-employed terms which are technically workers who work independently in a gig economy . Gig economy has been instrumental in creating new jobs that are expected to reduce the unemployment rate. Given the unemployment rate in Indonesia on August 7, 2017 reached 7.03 million people. In 2016, the President of the Republic of Indonesia, Joko Widodo launched a vision for Indonesia to become The Digital Energy of Asia and then formed the National Movement 1000 Startup Digital Commerce in the hope that in 2020 can give birth to 1000 startup with total valuation reached US 10 billion. Although it has received funding from investors, several startups have failed and must be closed. Recorded in 2015 there are 20 startup in Asia that failed and must close, seven of which come from Indonesia. And during 2017 there are six startups that must be closed.The purpose of this research is to produce startup sustainability analysis with platform based business model in Indonesia. This research is conducted by qualitative method by using semi-structured interview model to founders or C-level at startup with platform based business model in Indonesia. The results of this study are six main themes that affect the startup sustainability with the platform business model ie the support from startup ecosystems, collaboration and capabilities from human resources, investor support, financial circumstances, sustainable customer-focused product development and healthy collaboration and competition."
2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Shofa Mardhiyah
"ABSTRAK
Laporan Magang ini bertujuan untuk menjelaskan analisis fundamental dalam bentuk model bisnis kepada PT. CDGR yang diusulkan oleh penulis. Laporan magang ini fokus pada model bisnis mengenai peluang pasar, pesaing, dan strategi-strategi untuk PT. CDGR. PT. PRNP Group menggunakan bisnis model tradisional sederhana dimana tujuan dari model ini adalah untuk meningkatkan pemahaman akademis tentang bagaimana perusahaan dapat berkembang melalui penilaian ulang, pengembangan, dan memasuki celah-celah yang ada di dalam pasar yang tersedia. Berdasarkan hasil analisis model bisnis yang dilakukan, pendekatan label putihlah yang merupakan pilihan yang paling memungkinkan.
ABSTRACT
The Internship report aims to explain the fundamental analysis in a business model for PT. CDGR which is proposed by the author. The report focuses on the business model regarding market opportunities, the competitors, and strategies that PT. CDGR can imply. PT. PRNP Group uses a conventional business model where the objective of the model is to increase scholarly understanding on how the company can evolve through reassessment, development, and entering market gaps that are available. Based on the results of the business model analysis conducted, undertaking a white label approach is the most probable option."
2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adela Putri Rizkia
"Elpiji merupakan salah satu jenis energi yang digunakan masyarakat Indonesia. Pertamina merupakan pemain tunggal dalam bisnis ini. Dalam menjalankan bisnisnya Pertamina menjalankan indirect marketing dengan melibatkan SPPBE (Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji) dan agen Elpiji. Pola distribusi Elpiji di Indonesia menjadikan Pertamina sebagai pemegang kuasa penuh dalam distribusi Elpiji. Konsumen membeli Elpiji dari agen yang telah mendapatkan Elpiji dari SPPBE yang ditunjuk Pertamina. Sebelum pengambilan Elpiji oleh agen, agen diharuskan terlebih dahulu membayar Elpiji yang akan diambil di SPPBE yang telah mengambil bulk elpji dari Pertamina. SPPBEini akan diberikan ongkos pengangkutan dan pengisian Elpiji. Ongkos pengisian dihitung berdasarkan jumlah bulk Elpiji yang diangkut sedangkan ongkos pengangkutan dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh dari Pertamina ke SPPBE. Kedua ongkos ini merupakan satu-satunya sumber pendapatan yang dimiliki oleh SPPBE.
SPPBE Z sebagai perusahaan baru yang akan memulai usahanya ingin mengetahui bagaimanakah SPPBE ini akan beroperasi, khususnya dalam kegiatan pengambilan bulk Elpiji yang sepenuhnya diatur oleh Pertamina. Walaupun kegiatan ini tidak dapat dikontrol oleh SPPBE, namun kegiatan ini harus dapat memberikan keuntungan yang maksimal bagi SPPBE. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada keuntungan SPPBE dalam kegiatan ini adalah penggunaan resource dalam pengambilan bulk Elpiji, yaitu meliputi penentuan jumlah storage tank, transport tank, pengemudi beserta kondektur transport tank. Penentuan penggunaan reource ini tentulah bukan persoalan yang mudah. Pihak SPPBE harus memperhatikan skenario-skenario yang mungkin dijalankan dalam kegiatan ini.
Salah satu skenario yang perlu dipertimbangkan adalah program pemerintah pengalihan minyak tanah ke tabung Elpiji 3 Kg. Program ini mengakibatkan meningkatnya pengambilan bulk Elpiji di Pertamina sebanyak dua kali lipat dibanding dengan sebelumya. Terdapat berbagai kemungkinan yang diambil Pertamina untuk menghadapi program ini. Apa sajakah kemungkinan tersebut dan bagaimanakah SPPBE Z dalam menghadapinya? Penelitian dengan pendekatan simulasi ini akan menjawabnya. Model hasil penilitian ini akan dijalankan pada berbagai macam kemungkinan yang akan dilakukan Pertamina. Kemudian akan dihasilkan penggunaan resource yang akan menghasilkan biaya rendah dalam menghadapi berbagai skenario yang dilakukan Pertamina.

Elpiji is a mean of energy commonly used by Indonesian customer. In Indonesia Pertamina serves as a single provider in Elpiji business sector. Pertamina runs its business by implementing indirect marketing along with SPPBE (Bulk Elpiji Transport and Filling Station) and Elpiji agents. Elpiji distribution pattern in Indonesia allows Pertamina to be the highest authority holder for Elpiji distribution. End customers get their Elpiji from agents that obtain it from Pertamina's authorized and appointed bulk Elpiji filling and transport station or SPPBE. Agents ought to fulfill payment for their orders before they retrieve their ordered Elpiji from the SPPBE, which has previously obtained the bulk Elpiji from Pertamina. This SPPBE will then be paid with Elpiji transport and filling cost by the Agent. The filling cost is charged based on the number of transported Elpiji while the transport cost is charged based on the distance between Pertamina and the SPPBE. Both of these expenses are the components of the SPPBE's income.
SPPBE Z as a newly found company that wants to find out a best operating way, specifically in bulk Elpiji retrieval activity that is fully regulated by Pertamina. In spite of this regulation constrain, the Company has to find a way to maximize its profit in such business condition. The use of resource in obtaining bulk Elpiji can highly affect the Company's profit. The resource itself includes a number of storage tanks, transport tanks, and tank drivers along with his assistant. The resource usage decision is not an easy task to do because the SPPBE has to consider possible scenarios prior to this business process.
One of the scenario worth to be considered is the government's program of replacing kerosene with Elpiji in 3 Kg gas cylinders. This program had caused an increase in bulk Elpiji demand for as many as twice as before. There are other possibilities in how Pertamina might respond to this program. These possibilities are covered in this research. This research will try to find out solutions about how the Company should act in these different possibilities. Findings of this research will be based on the analysis of a number of possible scenarios that are modeled and simulated. Finally the research will came out with the resource usage that will bring out the lowest cost in different Pertamina scenarios.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>