Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182773 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widiastuti
"Pengelolaan risiko melekat dalam dunia Perdagangan Berjangka Komoditi PBK). Untuk menjaga dari risiko tersebut diperlukan sarana risk management melalui kegiatan lindung nilai dan pembentukan harga. Seiring dengan perkembangan yang ada, dunia Perdagangan Berjangka Komoditi berjalan kurang liquid. Menurunnya transaksi yang terjadi, maka akan menghambat keinginan nasabah dan pialang yang ikut bertransaksi, karena bukan keuntungan yang diperoleh, melainkan kemungkinan kerugian yang ditanggung.
Kondisi Perdagangan Berjangka Komoditi yang tidak liquid tidak terlepas dari peran semua Iembaga yang terkait di dalamnya, di samping faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia, baik pada lembaga bursa sendiri, Badan pengawas, pelaku, maupun Iembaga kliringnya.
Peneiitian ini mencoba menelusuri penyebab permasalahan tersebut, dan berusaha mencari pengungkit, agar peran dan manfaat PBK dapat berjalan sebagaimana yang ditetapkan di Undang-Undang Nomor 32/1997, tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Penulis mencoba menganalisis kinerja dari PT. Bursa Beqangka Jakarta (PT.BBJ), selaku bursa satu-satunya di dalam Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia.
Perspektif yang penulis ambil di dalam analisa ini meliputi perspektif transaksi, dan perspektif efisiensi biaya. Hal ini dikarenakan kondisi transaksi yang tidak liquid, dan penanggungan beban operasional pelaksanaan bursa yang banyak. Banyaknya variabel yang berpengaruh di dalam kinerja PT.BBJ, mendorong penulis memakai alat atau pendekatan sistem dinamis. Dengan ini diharapkan terbentuknya model pengukuran dan kebijakan yang dapat dilakukan.
Dalam penelitian ini, hasil dari model yang terbentuk adalah Limit to Growth, dan success to successful. Dengan uji validitas model,dan uji sensitivitas variabel, dapat diketahui bahwa koefisien daya tarik mempunyai tingkat sensitifitas yang Iebih tinggi, di samping faktor spekulan dan pialang. Percobaan kebijakan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi Kebijakan untuk peningkatan koefisien daya tarik, yang dapat merangsang pelaku untuk bertransaksi. Kebijakan ini melalui kegiatan sosialisasi, dan training.Percobaan kebijakan kedua, meliputi peningkatan Permintaan dan Penawaran. Kondisi Permintaan dan penawaran yang berfluktuatif akan semakin meningkatkan transaksi. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dari pialang dan spekulator. Kebijakan ketiga, meliputi peningkatan peran pendendaan, atau pengketatan pelanggaran. Pengenaan sanksi dan denda yang tlnggi akan mengurangi pelanggaran, dan dana denda dapat dialokasikan untuk menutup biaya operasional. Oleh karena itu, diharapkan untuk dua tahun kedepan melalui kebijakan yang telah diskenariokan dapat menjadi pengungkit untuk perkembangan dunia Perdagangan Berjangka Komoditi.
Keadaan Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia tidak terlepas dari faktor eksogenous atau luar, sehingga penulis mengharapkan kemungkinan adanya penelltian yang menindaklanjuti masalah ini, dengan melihat dunia Perdagangan Berjangka Komoditi secara utuh."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Agus Rudiartha
"Sejak diberlakukannya SK Bappebti No. 55 tentang Sistem Perdagangan Altematif per tanggal 1 Juni 2005, terjadi peningkatan volume transaksi yang sangat signifikan. Rata-rata volume transaksi harian sampai dengan akhir tahun 2005 mencapai 7.500 lot, meningkat 196,08 % dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata volume transaksi tersebut diatas, 99% merupakan dominasi transaksi Over The Counter Derivatives (OTC-D) dengan underlying produk finansial yaitu antar mata uang asing (foreign foreign cross currency) dan indeks.
Pesatnya perkembangan industri perdagangan kontrak berjangka ini membawa dampak pada besamya dana yang dikelola pada industri ini, dimana berdasarkan data hingga bulan Mei 2006 dana anggota kliring yang ditempatkan pada bank penyelesaian (settlement bank) mencapai 312 milyar. PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) sebagai lembaga kliring diharapkan dapat menjaga integritas pasar maupun keuangan pada industri perdagangan kontrak berjangka (derivatif) ini.
Latar belakang penulisan karya akhir ini berangkat dari keinginan untuk mengetahui bagaimana cara menghitung nilai margin suatu kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang merupakan salah satu alat proteksi (safeguard) bagi lembaga kliring dalam manajemen risikonya Besarnya nilai margin ini diharapkan dapat mencerminkan risiko yang ditimbulkan dart pergerakan harga dalam kurun waktu satu hari. Lembaga kliring yang memiliki fungsi sebagai counterparry pihak-pihak yang bertransaksi di bursa memiliki wewenang dalam menentukan nilai margin.
Adapun kontrak yang akan dijadikan obyek penelitian adalah kontrak foreign cross currency yang diperdagangkan di BBJ, terdiri dari 5 produk utama yaitu: GBP/USD, EUR/USD, AUD/USD, USD/CHF dan USD/JPY. Berdasarkan kelima produk utarna tersebut, selanjutnya dibagi menjadi beberapa produk turunannya, terbagi alas yang memiliki contract size besar (USD 100.000 per lot) dan contract size kecil (USD 10.000 per lot) serta terbagi alas nilai kontrak yang di"quote" tetap dalam USD maupun dengan IDR berdasarkan nilai tukar USDIIDR yang di"peg" dalam nilai tertentu seperti Rp 6.000, Rp 10.000 maupun flowing sesuai nilai tukar setiap harinya. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai margin ini adalah Value at Risk. Metode ini dapat menghitung potensi kerugian maksimum yang akan terjadi keesokan hari bila kondisi pasar bergerak secara berlawanan dengan posisi yang dipegang pada tingkat kepercayaan tertentu. Perhitungan VaR pada prinsipnya merupakan hasil perkalian antara volatilitas faktor pasar dengan nilai posisi kontrak yang dipegang. Penentuan volatilitas pasar ini harus didahului dengan uji statistik untuk dapat menetukan metode perhitungan volatilitas yang akan digunakan dalam estimasi VaR, baik dalam instrumen tunggal maupun dalam bentuk portfolio.
Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa karateristik data semua kontrak foreign cross currency GBP/USD, EUR/USD, AUD/USD, USD/CHF dan USD/JPY yang diperdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta periode 1 Juli 2005 hingga 30 Juni 2006 memiliki karakteristik data yang stationalr dimana data cenderung bergerak atau berfluk-tuasi disekitar nilai mean dan tidak terdapat perubahan yang sistematis dalam variance. berdistribusi normal dan memiliki volatiiitas yang konstan dari waktu ke waktu (homoskedastic) sehingga metode perhitungan volatilitas yang digunakan adalah metode standar deviasi.
Berdasarkan estimasi volatilitas dengan standar deviasi diperoleh besaran nilai margin minimum yang dipersyaratkan lembaga kliring yang digunakan sebagai jaminan awal (initial margin) yang dibutuhkan untuk dapat membuka 1 lot posisi kontrak foreign cross currency untuk satu hari kedepan adalah:
1. Untuk kontrak besar foreign cross currency GBP/USD minimum sebesar Rp 5.194.484,00 dan kontrak kecil besar foreign cross currency GBP/USD minimum sebesar Rp 865.747,00;
2. Untuk kontrak besar foreign cross currency EUR/USD minimum sebesar Rp 5384.062,00 dan kontrak kecil foreign cross currency EUR/USD minimum sebesar Rp 963.385,00;
3. Untuk kontrak besar foreign cross currency AUD/USD minimum sebesar Rp 5.780.309,00 dan kontrak kecil foreign cross currency AUD/USD minimum sebesar Rp 963.385,00;
4. Untuk kontrak besar foreign cross currency USD/CHF minimum sebesar Rp 5.949.134 dan kontrak kecil foreign cross currency USD/CHF minimum sebesar Rp 991.522,00;
5. Untuk kontrak besar foreign cross currency USD/JPY minimum sebesar Rp 5.438.080,00 dari kontrak kecil ,foreign cross currency USD/JPY minimum sebesar Rp 906.347,00.
Jika dibandingkan dengan ketentuan margin yang ditetapkan PT KBI sebagai lembaga kliring, dimana untuk seluruh kontrak besar foreign cross currency sebesar Rp 6.000.000,00 dan untuk kontrak kecil foreign cross currency sebesar Rp 1.000.000,00, dapat disimpulkan bahwa ketentuan tersebut telah memenuhi perhitungan margin secara teoritis. Potensi kerugian maksimum lembaga kliring untuk kurun waktu satu hari kedepan berdasarkan estimasi volatilitas dengan standar deviasi dengan confidence level 95% untuk masing-masing kontrak foreign cross currency adalah sebagai berikut :
- kontrak besar foreign cross currency GBP/USD yang memiliki eksposur open interest 483 lot dan kontrak kecil foreign cross currency GBP/USD yang memiliki eksposur open interest 314 lot adalah sebesar Rp 2.780.780393,00;
- kontrak besar foreign cross currency EUR/USD yang memiliki eksposur open interest 329 lot dan kontrak kecil foreign cross currency EUR/USD yang memiliki eksposur open interest 109 lot adalah sebesar Rp 1.869.166.791, 00;
- kontrak besar foreign cross currency AUD/USD yang memiliki eksposur open interest 61 lot dan kontrak kecil foreign cross currency AUD/USD yang memiliki eksposur open interest 35 lot adalah sebesar Rp 386.317.301,00;
- kontrak besar foreign cross currency USD/CHF yang memiliki eksposur open interest 129 lot dan kontrak kecil foreign cross currency USD/CHF yang memiliki eksposur open interest 32 lot adalah sebesar Rp 742.643.258,00;
- kontrak besar foreign cross currency USD/JPY yang memiliki eksposur open interest 317 lot dan kontrak kecil foreign cross currency USDI]PY yang memiliki eksposur open interest 148 lot adalah sebesar Rp 7.405.255382,00;
Sehingga total potensi kerugian maksimum lembaga kliring untuk kelima foreign cross currency tanpa memperhitungkan korelasi antar faktor pasar sebesar Rp 7.405.255382,00,
Apabila dengan memperhitungkan korelasi antar faktor pasar yang merupakan estimasi VaR portfolio, maka potensi kerugian dari portfolio foreign cross currency yang dihadapi lembaga kliring jika harga bergerak berlawanan dengan posisi terbuka yang dimiliki anggotanya sebesar Rp 5.639.208.473,00. Nilai potensi kerugian ini sebaiknya digunakan lembaga kliring sebagai acuan untuk penyediaan clans cadangan minimum sehubungan dengan ketentuan pemenuhan kewajiban margin variation (profeloss) pada waktu t+l.
Setelah nilai VaR diperoleh, selanjutnya dilakukan back-testing atau uji validasi model dengan Kupiec Test untuk mengetahui apakah model valid atau tidak valid. Berdasarkan basil uji validasi model diperoleh jumlah overshoot 24 hari dari 260 hari pengamatan pada confidence level 95% sehingga menghasilkan nilai Likelihood Ratio yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai Chi-Square Critical Value dimana dapat dikatakan bahwa model digolongkan valid."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragi, Mulak T.
"Seperti diketahui, indikator utama dan kekuatan penggerak suatu sistem pasar bebas, adalah harga, di setiap titik kunci dalam mata rantai tata niaga suatu produk. Dalam upaya menciptakan keseimbangan suatu lingkungan yang goyah, yang ditandai oleh sinyal-sinyal harga, maka risiko harga telah berkembang menjadi suatu isu yang besar sejak beberapa kurun waktu yang lalu. Kondisi ini selanjutnya memberi nilai premium terhadap tersedianya informasi yang tepat waktu dan akurat. Hal ini terjadi karena para pelaku pasar yang bermula berasal dari suatu sistem perekonomian yang direncanakan secara terpusat, telah bergeser kepada sistem berbasis pasar, dan organisasi terkait hams belajar menyiasati kondisi lingkungan harga yang tidak stabil.
Faktor-faktor tersebut diatas akan meningkatkan pentingnya praktek-praktek manajemen risiko bagi perusahaan yang beroperasi dalam ekonomi pasar, sebagai suatu jalan untuk mengelola pergerakan harga yang sangat tajam dan yang telah mengakar dalam bisnis mereka.
Suatu terobosan teknologi yang menawarkan informasi global around-the-clock access atas kontrak-kontrak dunia yang paling aktip di dalam menjembatani masa sekarang dengan masa yang akan datang, serta mengembangkan perdagangan berjangka ke arah dan yang melampaui wawasan perdagangan komoditi pertanian menuju ke perdagangan keuangan dunia melalui pasar uang dunia, terasa sangat dibutuhkan.
Indonesia sebagai negara penghasil produk pertanian yang sangat dominan, masih sedikit sekali menggunakan manajemen risiko harga melalui futures contracts di dalam perdagangan hasil pertaniannya. Hal ini terjadi karena masih terbatasnya prasarana dan saran yang ada, selain dari pada minat yang belum kuat yang dimiliki oleh para pedagang produkproduk pertanian. Atas dasar pertimbangan bahwa perdagangan berjangka di Indonesia, kelak akan memainkan peran yang cukup besar dan menentukan dalam era perdagangan babas sejalan dengan penerapan strategi globalisasi perekonomian dan perdagangan dunia, kiranya perlu dikaji secara lebih rinci, penerapan konsep manajemen risiko dan manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi perdagangan berjangka komoditi pertanian khususnya, di Indonesia.
Penelitian ini disusun dalam rangka melihat kebutuhan aktivitas manajemen risiko di sektor tata niaga kopi, coklat, kelapa sawit, dan karet alam di Indonesia. Seperti halnya dengan beberapa komoditi lainnya, kopi, coklat, karet, kelapa sawit, gula pasir dan kapas, selain diperdagangkan dalam pasar fisik/tunai, juga di bursa berjangka. Mata-rantai tata-niaga setiap komoditi memiliki sumber risiko harga, dan survei ini dilakukan berdasarkan berbagai instrumen manajemen risiko yang ada serta kemungkinan pemanfaatannya di Indonesia. Berhubung karena saat ini belum ada kegiatan bursa berjangka yang legal di Indonesia maka penelitian ini masih bersifat eksploratoris serta berusaha mengungkapkan berbagai indikasi bagaimana cara-cara pendekatan pengoperasian hedging (lindung nilai) terhadap risiko harga yang ada, fluktuasi laju bunga pijaman dan risiko nilai tukar uang.
Kesimpulan sementara yang diperoleh dari studi eksploratif yang bersifat kualitatif ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Manajemen risiko merupakan suatu tindakan penyelamatan atas risiko yang mungkin timbul akibat adanya perubahan harga untuk sesuatu komoditi, disepanjang mata-rantai produksi hingga ke tahap tataniaganya. Perubahan harga tersebut diperoleh dari kegiatan menciptakan nilai-tambah didalam setiap segmen, namun yang tidak dapat diperkirakan secara pasti sebelumnya, terlebih lagi bila menyangkut hasil pertanian yang sifat produksinya musiman. Seberapa besar tingkat manfaat yang dapat diberikan oleh suatu kebijakan dalam futures trading terhadap perdagangan komoditi pertanian khususnya, bergantung kepada integrated systems network dari mulai fasilitas distribution point, peraturan mengenai standar mutu barang, informasi yang transparan, cepat dan mudah diperoleh, peraturan dan mekanisme di lantai bursa yang transparan bagi semua pelaku pasar, mekanisme dan efisiensi jasa pelayanan dari lembaga clearing house, fasilitas pendidikan dan pelatihan yang meluas serta intensif bagi masyarakat pengguna bursa berjangka, sistem pengawasan yang efektif terhadap pelaksanaan transaksi perdagangan berjangka yang konsisten, mutu sumber daya manusia yang terlibat mulai dari para pialang, penasihat pengelolaan risiko dana perdagangan berjangka, pelaksana bursa berjangka, pelaksana clearing house, custodian bank, perangkat hukum dan peraturan yang melindungi investor / speculator/ hedger.
2. Bursa Berjangka sebagai suatu risk management device memiliki berbagai fungsi yang membantu para hedger dan speculator/investor dalam rangka melaksanakan futures contract secara efisien, serta menjaga keseimbangan kepentingan kedua kelompok tersebut demi terpeliharanya market viability serta sekaligus mempertahankan likuiditas pasar. Hingga seberapa jauh lembaga ini dapat melindungi kepentingan para investor/speculator menjalankan investasinya, masih diperlukan suatu studi yang lebih rinci, karena data yang dibutuhkan harus diambil dari fakta penyelenggaraan bursa berjangka yang sesungguhnya di tahun mendatang setelah berdirinya bursa berjangka komoditi di Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Arifa
"Risiko pembiayaan sebagai salah satu risiko terbesar dalam industri pembiayaan dan memberikan eksposur yang semakin besar di tengah ketidakstabilan perekonomian. Pada studi kasus ini peneliti melihat risiko pembiayaan secara Enterprise Risk Management (ERM) dengan pendekatan model the Three Lines of Defence dan proses manajemen risiko berdasarkan ISO 31000. Berdasarkan peran dalam the Three Lines of Defence, penerapan proses manajemen risiko pembiayaan di unit bisnis PT XYZ saat ini sebenarnya sudah efektif namun belum sesuai karena dilakukan oleh divisi Risk dan menyebabkan risk owner menjadi kurang merasa bertanggung jawab atas risikonya. Kemudian, Audit Internal belum dapat menggunakan hasil manajemen risiko tersebut dalam meningkatkan sistem pengendalian intern perusahaan. Selain itu, penerapan manajemen risiko pembiayaan masih terpisah dari risiko lainnya dan tidak dilihat secara ERM.

Financing risk is one of the biggest risk in financial industry and give more exposure in the economic instability. In this case study researcher views financing risk in Entreprise Risk Management (ERM) way with the Three Lines of Defence model as approach and risk management process based on ISO 31000. Based on function in the Three Lines of Defence, implementation of financing risk management process in business unit PT XYZ for now is effective enough practically but not appropriate because it is implemented by Risk division and leads risk owner become irresponsible with their own risk. Afterwards, Internal Audit had not utilized risk management result for improving company?s internal control system. Furthermore, implementation of financing risk management is still detached from other risks and not observed with ERM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Ansori
"Risiko kegiatan usaha perbankan semakin kompleks sejalan dengan pesatnya perkembangan lingkungan ekstemal dan internal di dalam dunia perbankan. Untuk itu agar mampu beradaptasi dalam lingkungan bisnis perbankan, bank dituntut untuk mencrapkan manajemen risiko. Sesuai dengan Amendment terhadap Basle Capital Accord (BCA) 1988 yang dikeluarkan oleh The Basle Committee on Banking Supervision pada bulan Januari 1996, perbankan diharapkan untuk memasukkan unsur risiko pasar dalam perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Risiko pasar didefinisikan sebagai risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. Dalam penelitian ini komponen risiko pasar yang dijadikan objek penelitian adalah risiko nilai tukar.
Sesuai dengan BCA tahun 1996, pengukuran risiko yang dihadapi bank dapat dilakukan dengan standardized approach ataupun menggunakan internal model. Untuk internal model Basle Accord mensyaratkan penggunaan Value at Risk (VaR) dalam penerapannya. VaR mengukur maksimum potensi kerugian yang diyakini akan terjadi pada kurun waktu tertentu, dengan tingkat keyakinan tertentu dan pada kondisi pasar yang normal.
Latar belakang penulisan karya akhir dengan judul Analisis Perbandingan Pengukuran Risiko Pasar Posisi Devisa Neto dengan Pendekatan Metode Standar dan Model Internal (VaR - Metode Varian Kovarian) adalah karena sejak diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia No.5/121PBI12003 bank wajib menghitung penyediakan modal minimum untuk mengcover risiko pasar dengan metode standar, yang salah satu faktor risikonya adalah risiko nilai tukar. Penyediaan modal khusus risiko nilai tukar dengan metode standar diperhilungkan sebesar 8% dari Posisi Devisa Neto bank. Perniasalahan yang timbul adalah bahwa penyediaan modal minimum bagi setiap bank diwajibkan menggunakan tarif yang sama yaitu 8%. Hal ini dapat mengakibatkan besarnya penyediaan modal (capital charge) dimaksud tidak tepat dibandingkan dengan kebutuhannya (terlalu besar atau bahkan terlampau sedikit). Dari sisi pengelolaan asset dan kewajiban (Assets and Liabilities Management) hal ini dapat merugikan bank, karena dapat mengakibatkan idle fund, atau sebaliknya justru membebani solvabilitas bank akibat kerugian yang tidak terantisipasi.
Mengingat dalam BCA tahun 1996 perhitungan modal minimum risiko pasar dapat dimungkinkan dilakukan dengan model internal dengan pendekatan Value at Risk (VaR), dengan demikian timbul pertanyaan manakah dari kedua metode tersebut yang lebih efisien sehingga idle fluid yang timbul akibat peneadangan modal dan beban solvabilitas bank dimaksud dapat diminimalisir.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui seberapa efisien pengukuran risiko pasar khususnya nilai tukar dapat diestimasi oleh kedua metode tersebut dan manakah dari kedua metode dimaksud yang lebih balk untuk diterapkan dalam perhitungan modal minimum yang harus disediakan bank untuk mengcover potensi kerugian bank akibat fluktuasi nilai tukar.
Perhitungan capital charge dengan metode standar dilakukan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud, sedang perhitungan dengan model internal dilakukan dengan cara perhitungan Value at Risk dengan metode Varian Kovarian. Data yang menjadi bahan analisis adalah posisi nilai tukar PT Bank ABC yang terdiri dari 5 (lima) mats uang asing, yaitu GBP, EUR, USD, JPY dan SGD. Sementara periode yang digunakan dalam analisis ini adalah dari 1 Oktober 2003 sampai dengan 31 Oktober 2005, yaitu 508 hail. Khusus dalam perhitungan VaR , Confident level yang dipergunakan adalah 95% dan holding period selama 1 hari.
Berdasarkan hasil uji nonnalitas, dapat diketahui bahwa seluruh data series return setiap mata uang asing tersebut adalah tidak normal, sehingga nilai a yang diperhitungkan dicari dengan teori Cornish Fisher Expansion. Sementara itu, dari basil uji volatilitas data return seluruhnya merupakan heteroscedastic. Oleh karena itu forecasting volatilitas data mempergunakan model ARCH/GARCH.
Hasil perhitungan capital charge untuk portfolio mata uang PT Bank ABC dengan metode standar sebesar Rp2.951 juta jauh lebih besar dibanding jika menggunakan model internal (VaR) yaitu sebesar Rp297 juta. Sementara dan hasil pengujianvaliditas model internal VaR dengan Kupiec Test, metode Total Number of FaiIure(TNoF) terdapat kesalahan/failure sebanyak 20 (dua puluh) tanggal dan Likelihood Ratio sebesar 1,595 < 3,841 berdasarkan tabel chi square. Sementara itu untuk metode standar tidak dilakukan uji validasi karena angka 8% untuk perhitungan capital charge bersifat mandatory dari Otoritas Pengawasan Perbankan. Dengan demikian perhitungan capital charge menggunakan model internal jauh lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan metode standar.
Agar terjadi efisiensi penggunaan dana yang pada akhirnya akan lebih meningkatkan pertumbuhan usaha bank, maka penggunaan model internal (VaR) untuk keperluan penyediaan modal minimum bank terkait dengan risiko pasar perlu dipercepat. Namun apabila ketentuan Bank Indonesia telah dapat memperbolehkan bank menyediakan modal minimum dimaksud dengan perhitungan model internal (VaR) maka baik pihak Bank Indonesia yang akan berperan sebagai validator dan bank sebagai pelaksana penerapan model internal harus bersaina-sama mempersiapkan sumber daya manusia dan teknologi informasi untuk mengantisipasinya.

In line with the growing complexities of the banking activities, the nature of risks in banking industry are rapidly changing and becoming more difficult to,zesist. Taken into account of such risks, banks are increasingly encouraged to apply more prudent risk management Based on Basle Capital Accord which is issued by The Basle Committee on Banking Supervision in January 1996, as Amendment of Basle Capital Accord 1988, banks is expected to sufficiently cover the element of market risk for their calculation of Capital Adequacy Ratio (CAR).
Market risk is defined as a risk of loss on the entire portfolio held by the bank, which arise due to adverse movement of market variables. In our research, the particular component of market risk taken as research object is exchange rate risk.
According to Basle Accord (1996 Amendments), banks may develop and make use of internal systems or employ standardize approach as a basis of their assessment of market risk. In case of applying internal model, Basle Accord requires the bank to adopt Value at Risk (VaR) approach. VaR approach measures potential maximum loss of which may occur in certain holding period, particular level of confidence and normal market condition.
The motivation of the research, entitled "Comparative Analysis of the Measurement Of Market Risk of Foreign Exchange Net Open Position Using Standardized Method and Internal Model (VaR - Variance Covariance Method)", is related with the adoption of Bank Indonesia Regulation No. 51121PBll2003 which required the bank to provide adequate capital to cover market risk by using standardized method, pp rtieularly exchange rate risk as one of risk factors. Applying standardized method, the minimum amount of capital required to cover exchange rate risk is uniformly set at 8% of the Net Open Position posed by particular bank. This unifolnmity may create problems since it may not fairly reflect the actual risk should be covered by the banks (resulting in over/underestimate the calculation of minimum capital required to cover such a risk). From the Asset and Liabilities Management point of view, imprecise calculation of minimum capital may result in potential loss or opportunity profit forgone due to excessive idle fund. By contrast, it could also give extra burden to the bank in case bank's capital is not adequate to cover unanticipated loss.
Meanwhile, based on Basle Accord 1996, minimum capital requirement could be calculated using internal model (adopting VaR approach), it may be queried which method offers better estimate in terms of minimizing idle fund and realistically reflect actual risk.
The aim of this researsch is to measure how efficient market risk calculated using standardized method and internal model with VaR approach and which one of the two methods is better applied by bank to calculate minimum capital to cover potential loss of exchange rate volatility.
The calculation of capital charge using standardized method is based on Bank Indonesia regulation, while VaR (Variance-Covariance method) is adopted for internal model approach. Data used for the analysis are exchange rate position of PT Bank ABC consisted of 5 foreign currencies (GBP, EUR, USD, JPY, and SOD). The period of analysis is from 1 October 2003 to 31 October 2005 (508 days). For the calculation of VaR, 95% level of confidence is applied and holding period is set at one day.
Based on normality test, all of the series reveal non-normality, so the value of a should be calculated using Cornish Fisher Expansion. Meanwhile, our volatility tests showed that the entire data are heteroschedastic. Therefore, volatility forecast is conducted using ARCH 1 GARCH.
Using standardized method, capital charge for the currency portfolio of PT Bank ABC is amounted to Rp2.95 t million much higher compared to internal model (VaR) that is amounted to Rp297 million. The test on validity internal model using Kupiec Test showed that the model is valid because the Total Number of Failure (TNOF) is amounted to 20 failures and Likelihood Ratio is 1,595 < 3,841 list of chi square. Meanwhile for the standardized method is not tested for validity of the method because 8% as capital charge is provided by Banking Supervisory Authority. Therefore by using internal model in capital charge calculation is much more efficient comparing to using standardized method.
Concerning the efficiency in fund management, which in general may prudently boost the bank business, the inception of internal method for calculating market risk should be speed up. However, if Bank Indonesia permits the banks to adopt internal model for their own risk assessments, Bank Indonesia should review the use of such measurement regularly. In addition, it is important for the banking industry to continuously develop their human resources capacity and apply appropriate Information System Technology.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emi Rusmiati
"Enterprise Risk management (ERM) merupakan suatu kerangka kerja yang komprehensif dan terintegrasi dalam pengelolaan risiko perusahaan. Kerangka kerja ini merupakan satu kesatuan untuk mencapai tujuan. Oleh karenanya ERM harus dapat diimplementasikan disetiap aktivitas perusahaan. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana penerapan kebijakan ERM membawa perubahan atas kinerja dan dapat memperbaiki reputasi perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode uji beda dua rata-rata (paired sample t test) untuk melihat adanya perubahan kinerja dan reputasi perusahaan dengan diterapkannya kebijakan ERM di PT Jamsostek (Persero). Untuk memperkuat analsiis digunakan juga analisis korelasi spearman?s rho. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan nyata dari penerapan ERM terhadap kinerja sebelum dan sesudah diberlakukan, sementara terhadap reputasi perusahaan hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan nyata, menunjukan arah positif menjadi lebih baik.

Enterprise Risk Management is a comprehensive framework and integrated in managing risk company. This framework is a unity in achieving a goal or the companie?s objective. This research is try to find how the ERM policy increased the firm performance and reputation. This research used a paired sample t test to know the differentiation before and after implementation of ERM policy. To strengthen the analysis, a spearman?s rho correlation also used in this research. The result show that there is no differentiation between ERM implementation on firm performance but at the other hand there is a positif relationship between ERM implementation and firm reputation before and after ERM policy is used."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Suanda
"PT. PP (Persero) banyak mengalami cost overrun karena masalah kontrak walaupun telah diterapkan Standard Prosedur Manajemen Risiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengelolaan risiko kontrak. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan pengumpulan data menggunakan metode survei. Data diolah dengan analisa Deskriptif, AHP, Korelasi dan Regresi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 12 risiko kontrak yang menjadi prioritas, Pengguna Jasa yang memiliki risiko kontrak tertinggi adalah Swasta Developer, dan tindakan risiko yang selalu dilakukan yaitu identifikasi dan analisa risiko, risk contingency, kondisi penawaran, dan negosiasi kontrak ulang.

PT. PP (Persero) has underwent many cost overrun at its projects caused by contract risks even though Standart of Risk Management Procedure is already applied. The purpose of this research is to get management of contract risk. Method applied in this research is case study and collecting data by using survey method. Datas are processed by Analysis of Descriptive, AHP, Correlation and Regression.
As Results, there are 12 prioritized contract risks, service user with highest contract risk is Private Developer, and main risk responses are identification-risk analysis, risk contingency, condition of bid, and re-negotiation of contract."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25240
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Yulyandari
"Penelitian ini merupakan pemaparan hasil penelitian kualitatif mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada PT SURVEYOR INDONESIA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan SMK3 di PTSI. Penelitian ini bersifat deskriptif dan bertujuan untuk mengidentifikasi komitmen, tujuan dan hambatan yang ada di perusahaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan SMK3 pada PTSI berjalan sesuai ketentuan yang bersumber dari UU dan PP mengenai SMK3 dan dari peraturan yang dibuat oleh perusahaan. Namun, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti dari segi sosialisasi dan peningkatan kesadaran individu akan pentingnya K3.

This research is a presentation of qualitative research on the application of occupational health and safety management systems on PT. SURVEYOR INDONESIA. This study aims to analyze the application of SMK3 in PTSI. This research is a descriptive analysis method and have an aims to identify the commitments, goals and barriers that exist in the company.
The results of this study indicate that in general of the implementation went according PTSI SMK3 on provisions sourced from Law and Regulation of the President of the SMK3 and regulations made by the company. However, there are still some things that need to be fixed such as in terms of socialization and individual awareness of K3.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Wisnu Wicaksono
"Pengelolaan alat berat baik di industri konstruksi maupun di industri pertambangan adalah sebuah tugas yang sulit. Seorang manajer equipment harus membuat keputusan ekonomis yang rumit dalam hal pengelolaan alat berat. Keputusan yang diambil itu akan berpengaruh pada kinerja biaya dan profitability. Dalam pengelolaan alat berat, pengeluaran biaya pemeliharaan dan perawatan merupakan faktor signifikan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu perlu kiranya sebuah analisa risiko untuk meminimalkan biaya dan memaksimalkan keuntungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko yang paling berpengaruh pada kinerja biaya, mengetahui seberapa besar pengaruh risiko terhadap biaya dan mengidentifikasi mitigasi risiko yang efektif.
Penelitian difokuskan pada permodelan regresi linier untuk menjelaskan hubungan antara risiko dalam hal perbaikan dan perawatan alat berat terhadap kinerja biaya. Penelitian ini menganalisa alat berat untuk kegiatan Loading dan Hauling untuk aplikasi proyek pertambangan di 4 lokasi tambang internasional di Indonesia, yaitu papua, batu hijau, sorowako, dan balikpapan.
Metode penelitian menggunakan survei, Risk Breakdwon Structure, metode AHP dan Analisa statistic menggunakan SPSS. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa memang ada beberapa risiko yang penting dan berpengaruh dalam menaikkan biaya dan untuk mengetahui berapa besar pengaruhnya terhadap biaya dapat diprediksi dengan menggunakan model regresi linier. Dalam penelitian ini juga mengidentifikasi tindakan pencegahan dan koreksi yang bisa dilakukan untuk meminimalkan terjadinya risiko. Dengan model yang dikembangkan diharapkan dapat digunakan, khususnya oleh para equipment manajer untuk pengambilan keputusan ekonomis dengan mempertimbangkan risiko

The heavy equipment mangement whether in the construction and the mining industry is a difficult task. Equipment managers have to make economic decisions regarding on the heavy equipment management. The economic decision will impact to the cost performance and profitability. In management of heavy equipment, the repair and maintenance cost expenditure can have a significant impact on these decisions. Base on that, it is important to analyze risks to minimize cost and maximize profit as well. The objective of this research was to identify any significant risks which are impacting to the cost performance, to know how high are the risks impacting to the cost and also to identify any risks mitigation that could be taken.
The research was focusing on the regression model to represent the correlation between risks and cost. This study will analyze heavy equipment for loading and Hauling process for mining project at 4 International mining sites in Indonesia, such as papua, batu hijau, sorowako, and balikapapan.
Research methodology was using survey, Risk Breakdwon Structure, AHP methode, and statistical analysis using SPSS. This research had proved that there were several important risks impacting to the cost and regression model could be used to know how high are risks impacting to the cost. This research also identified the preventive and corrective action to mitigate the risks. It is expected that equipment manager can use this model to make an economic decision with risk's consideration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26180
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azam Prakoso
"Manajemen risiko operasional penting dilakukan untuk memberikan peringatan terkait munculnya risiko. Manajemen risiko operasional yang dilakukan saat ini belum terintegrasi dengan baik antar divisi di perusahaan. Risiko operasional yang signifikan saat ini di lokasi tambang Kalimantan Selatan ialah risiko produktivitas yang berkaitan dengan minimnya ketersediaan bahan bakar dan risiko proses berkaitan dengan material jalanan yang buruk dan kondisi cuaca. Penanganan risiko yang dilakukan ialah mengupayakan pengadaan tangki bahan bakar yang lebih besar dan penyediaan alat. Peran manajemen risiko operasional saat ini belum maksimal yang disebabkan oleh minimnya kesadaran risk owner untuk melakukan manajemen risiko.
Terdapat pendekatan manajemen risiko yakni COSO Enterprise Risk Management yang menekankan bahwa risiko harus dikelola oleh seluruh pihak di perusahaan dan harus sesuai dengan tujuan perusahaan yang hendak ingin dicapai Dengan menggunakan pendekatan COSO Enterprise Risk Management, terdapat beberapa elemen yang belum terlaksana dengan baik yakni internal environment dimana masih rendahnya komitmen dari risk owner untuk mengelola risiko. Komponen control activities dan monitoring juga belum dilakukan dengan baik karena rendahnya proses dokumentasi dari penanganan risiko serta pengawasan yang kurang efektif.

Operational risk management is necessary to provide a warning related to the emergence of risk. Operational risk management these day do not well integrated among all divison in the company. Significabt operational risks that present at the mine site in South Kalimantan is productivity risk associated with the lack of availability of the fuel and material risks associated with the poor road and weather condition. Mitigation risks undertaken is seeking procurement of larger fuel tank and adding tools. The role of operational risk management is currently not maximized due to lack of awareness from risk owner to perform risk management.
There is a risk management approach, the COSO Enterprise Risk Managemet which emphasizes that the risks should be managed by the whole company and must be in accordance with the company?s goals are going to be achieved. Based on the COSO Enterprise Risk Management approach, there are some element that have not done well that is low commitment from the owner to manage the risk. Also control and monitoring activities have not done well because of poor documentation process related to risk mitigation and ineffective monitoring.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>