Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195665 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thea Nirta Kumala
"Fenomena Childlessness yang berkembang pesat di seluruh dunia sudah menjadi perbincangan menarik di negara berkembang, terutama Indonesia. Memilih untuk tidak memiliki anak sebagai jalan hidup seseorang sudah mulai berkembang di Indonesia. Isu ini sangat menarik ketika melihat Indonesia sebagai negara dengan budaya yang berbeda dengan negara maju yang mendukung childfree sebagai kebebasan untuk bertindak dan hidup. Pilihan hidup ini masih merupakan stigma dan banyak menimbulkan kontroversi di Indonesia. Studi ini mempelajari bagaimana pendapat masyarakat umum mengenai penafsiran atas childlessness dengan cara mengukur hambatan dan dorongannya. Kami menerapkan data primer yang dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dikumpulkan dari 430 responden yang tinggal di Jakarta, Indonesia, dan mengadopsi skala Likert sebagai ukuran variabel perilaku manusia. Kami menggunakan model multinomial logit logistic regression untuk mengestimasi karakteristik responden yang memilih untuk tidak memiliki anak (childless). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan keluarga merupakan hambatan utama childfree, sedangkan gerakan childfree, pengaruh dari negara Barat, dan kebebasan berkehendak menjadi dorongan utama atas childfree.

Childlessness discourse is interesting and important to be discussed since it has become a phenomenon, not only in developed countries but also in the developing world. Specifically, being childfree as a willing decision of childlessness has become pervasive in Indonesia. Indonesia is a country where cultures promote stigmas, which contradict the choice of childlessness which is now valued as the freedom to act and live. This study examines how the community is affected by the interpretation of childlessness by measuring its barriers and encouragement. We applied primary data collected using a survey questionnaire collected from 430 adults living in Jakarta, Indonesia, and adopted Likert scale questions as human attitude measure variables. We used a multinomial logit logistic regression model to estimate the characteristics of respondents who choose to be childless. The result showed that family pressures are the main barriers to childless behavior, while the childfree movement, Western influence, and freedom become prominent encouragements."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Kesuma
"Childfree merupakan keputusan untuk tidak memiliki anak atau tidak mengambil peran menjadi orang tua. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memahami bagaimana stigmatisasi terhadap perempuan childfree melalui komentar atas Instagram story @gitasav sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. Penulisan ini menggunakan teori feminis radikal dan teori stigmatisasi dengan analisis isi kualitatif terhadap komentar tidak mendukung pilihan childfree perempuan pada unggahan akun Instagram @linetoday. Penulis mengidentifikasi sejumlah komentar menstigma berdasarkan komponen-komponen stigma Link dan Phelan (2001): labelling, stereotyping, separation, dan discrimination. Hasil analisis menunjukkan bahwa akar dari stigmatisasi terhadap perempuan childfree adalah konstruksi seksualitas perempuan, sistem seks/gender patriarki, dan heteronormativitas. Ketiga konstruksi turunan patriarki ini menjadi dasar lahirnya motherhood mandate bagi perempuan. Mandat ini telah terinternalisasi dalam norma-norma sosial sehingga pengaruhnya semakin kuat di masyarakat. Akibatnya, perempuan childfree mengalami diskriminasi dari masyarakat. Stigmatisasi terhadap perempuan childfree merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan. Di mana perempuan korban mengalami penderitaan, pemaksaan, dan perampasan kemerdekaan karena identitas biologis mereka sebagai perempuan. Stigmatisasi sebagai kekerasan terhadap perempuan memengaruhi semua perempuan dengan merampas kebebasan dan kadaulatan perempuan atas tubuhnya sendiri. Dalam hal ini, stigma menjadi alat yang digunakan untuk melanggengkan kekuasaan dan kontrol laki-laki atas perempuan dan tubuh perempuan.

Childfree is a decision not to have children or take the role of a parent. This writing aims to understand how stigmatization against childfree-woman through comments on @gitasav’s Instagram story can constitute violence against women. This writing utilizes the radical feminism and stigmatization theory with qualitative content analysis of comments that do not support women’s choice for childfree on the Instagram post of @linetoday. The writer identified several stigmatizing comments according to components of stigma by Link and Phelan (2001): labeling, stereotyping, separation, and discrimination. The result shows that this stigmatization is rooted from the construction of women's sexuality, patriarchy's sex/gender system, and heteronormativity. These patriarchy-derived constructions became the base of the emergence of the motherhood mandate. This mandate was internalized into social norms which strengthen its influence in society. The effect of that stigmatization is discrimination suffered by childfree women. Stigmatization of childfree-women is violence against women where they receive suffering, coercion, and deprivation of liberty because of their biological identity as women. Stigmatization as violence against women affects every woman by taking their sovereignty towards their body. In this case, stigma became a tool to perpetuate the power and control of men towards women and women's bodies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raveena Zahwa Annisa
"Artikel ini merupakan penelitian tentang childfree yang menjadi animo khusus terhadap sistem patriarki ditinjau dari pemikiran feminisme radikal libertarian yang berperan menjadi dasar teori untuk argumentasi kritis atas permasalahan yang dikaji. Childfree yang berkonotasi negatif karena ketidakpekaan masyarakat tertentu dengan persoalan perempuan childfree yang akhirnya dirugikan oleh sistem patriarki membuat para perempuan yang memilih childfree menjadi dibatasi, dihalangi, dan dirintangi hak dan pilihan hidupnya. Childfree tidak hanya menjadi masalah bagi otoritas tubuh, hak reproduksi, maupun otonomi kebebasan. Akar masalah yang lebih dalam juga muncul dari kaum perempuan lainnya, lantas fenomena childfree dipandang sebagai fenomena perempuan yang tidak berdaya. Permasalahan yang jarang disadari justru menjadi urgensi, seperti pengalaman perempuan yang memilih childfree mendapatkan situasi bermasalah. Pemberdayaan perempuan childfree membentuk diskursus baru terhadap sistem patriarki yang mengendalikan kehidupan ranah privat perempuan. Metode penelitian ini menggunakan metode kritis feminis untuk mengkritisi perdebatan childfree pada sisi pemberdayaan perempuan dan konformitas. Penelitian ini juga berdasar pada pengalaman, argumentasi, diskusi, dan kekhawatiran perempuan terhadap perdebatan childfree. Oleh karena itu, pilihan childfree harus kembali kepada perempuan yang memilih childfree tersebut dengan keputusan seorang perempuan menjadi haknya sebagai pribadi yang utuh dan memahami pemenuhan akan kebutuhannya sendiri.

This article is a research on childfree which is a special interest in the patriarchal system in terms of radical libertarian feminism which serves as a theoretical basis for critical argumentation on the issues studied. Childfree, which has a negative connotation due to the insensitivity of certain people to the problems of childfree women who are ultimately disadvantaged by the patriarchal system, makes women who choose childfree become restricted and obstructed by their rights and life choices. Childfree is not only a problem for body authority, reproductive rights, and freedom autonomy. The root of the deeper problem also arises from other women, then the childfree phenomenon is seen as a phenomenon of women who are powerless. Problems that are rarely realized actually become urgency, such as the experience of women who choose childfree to get problematic situations. The empowerment of childfree women forms a new discourse against the patriarchal system that controls women's private lives. This research method uses feminist critical methods to criticizethe childfree debate on the side of women's empowerment and conformity. This research is also based on women's experiences, arguments, discussions and concerns about the childfree. Therefore, the choice of childfree must return to the woman who chooses childfree with a woman's decision being her right as a whole person and understanding the fulfillment of her own needs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Clarissa
"Salah satu cara yang perlu dilakukan oleh suatu industri maskapai penerbangan agar mampu bersaing dengan para kompetitornya adalah dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi penumpang memilih suatu maskapai penerbangan. Hal ini dapat dilakukan pendekatan menggunakan prinsip discrete choice dan metode nested logit. Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan pada tiga alternatif maskapai penerbangan domestik terbesar di Indonesia berbasis low cost carrier yakni, Lion Air, Batavia Air dan Sriwijaya Air dengan pembagian menjadi dua kelas yakni kelas ekonomi dan kelas bisnis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi konsumen dalam melakukan pemilihan maskapai penerbangan adalah tarif, ketepatan waktu dan persentase penalti pergantian tiket Lion Air ekonomi, tarif dan ketepatan waktu Batavia Air ekonomi, tarif dan persentase penalti pergantian tiket Sriwijaya Air ekonomi, usia, jenis kelamin dan tujuan bepergian.

One way that an airline industry could do to compete with their competitors is to find out why passengers select one airline over another. To solve this problem, an approach is conducted using the principle of discrete choice and the methode of nested logit to analyse. This study is limited to three alternatives of airlines companies based on the low cost carrier, Lion Air, Batavia Air and Sriwijaya Air with a division into two classes namely economy class and business class. According to the research performed, the factors that significantly affect consumers in the selection of an airline are the rates of the economy class of Lion Air, the flight punctuality, the ticket changing penalties of Lion Air, the rates and the flight punctuality of Batavia Air of economic class, the rates and the ticket changing penalties of Sriwijaya Air economy class, gender, age, and the purpose of travelling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43639
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Purnamayoga
"Meningkatnya penggunaan mobil pribadi sebagai moda transportasi menuju kampus Universitas Indonesia ditandai dengan berbagai fenomena, antara lain antrian masuk kampus pada pagi hari yang semakin memanjang, semakin berkurangnya lahan parkir, serta pelayanan transportasi bis kuning yang seringkali sepi oleh penumpang. Dengan berbagai fasilitas transportasi yang memadai di lingkungan kampus, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memilih moda dalam melakukan perjalanan dengan melakukan uji korelasi. Faktor kepemilikan kendaraan memiliki pengaruh besar terhadap pemilihan suatu moda transportasi. Perbaikan kualitas dan kuantitas sarana transportasi umum adalah langkah untuk mempengaruhi pengguna kendaraan pribadi untuk berpindah moda.

The increasing use of private vehicles as a mode of transportation to the campus of the University of Indonesia is characterized by a variety of phenomena, such as, queues getting longer in the campus gate, reduced parking area, and deserted campus bus passengers. University students are an example of social group that tends to have complex and unique travel characteristic. With proper transportation facilities in the campus environment, this study examined to analyzed characteristics that affect a person to choose modes of transportation by performing correlation test. Vehicle ownership factors have a major influence on the selection of a mode of transportation. Improved quality and increased quantity of public transportation are step to influence the use of private vehicle to switch modes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Haryati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model matematis yang dapat
mengkuantifikasi pengaruh tarif dan kualitas pelayanan (frekuensi, ketepatan
waktu penerbangan dalam hal ini adalah lama delay, serta jarak kursi) terhadap
perpindahan penumpang dari maskapai yang menawarkan jadwal penerbangan
tinggi beralih ke maskapai dengan jadwal penerbangan rendah. Metode yang
digunakan adalah metode pengembangan model dengan menggunakan data hasil
survey stated preference dan analisa binary logit. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap perpindahan
penumpang dari maskapai dengan jadwal penerbangan tinggi beralih ke maskapai
dengan jadwal penerbangan rendah yaitu ketepatan waktu penerbangan.
ABSTRACT
The aim of this research is to develop a mathematical model that can be used to
quantify the effect of price and service quality (i.e. frequency, on time
performance-in this case means delay, and seat pitch) to the movement of
passenger from airlines with high flight schedule frequency to airlines with low
flight schedule frequency. Model development makes use of stated preference
data survey and binary logit analysis. The result of this research shows that the
“on time performance” is the most influencing factor in the airline choice, (i.e.
between airlines with high flight schedule frequency and airlines with low flight
schedule frequency)."
2013
T35824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Renata Widuri
"Loyalitas dini pada remaja adalah suatu fenomena yang menarik dalam dunia pemasaran. Walaupun remaja dikenal sebagai konsumen yang tidak loyal [Shimp 2000: 131] tetapi banyak pemasar melihat jika seorang remaja telah memiliki komitmen terhadap suatu merek akan mambeli terus merek tersebut selama beberapa tahun mendatang [Solomon 1999:475]. Diperkuat juga oleh Peter & Olson [1998 : 420] yaitu loyalitas dini juga dapat ditemukan pada target segmen remaja dan dapat terus berlanjut hingga dewasa.
Maraknya pemain-pemain baru pada industri media cetak yang menggarap segmen remaja dewasa ini, membuat peneliti tertarik untuk membahas fenomena ini lebih lanjut. Dengan memfokuskan diri pada studi kasus Majalah GADIS dan pelajar 3 SLTP di Jakarta yang mencerminkan segmentasi A-B. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan elemen-elemen yang mempengaruhi loyalitas dini.
Analisis data studi kuantitatif eksplanatif yang dipilih melalui stratified random sampling 206 responden, dilakukan dengan 3 tahap multiple regression. Dependen variable tahap pertama: brand purchase, tahap 2: post purchase evaluation, dan tahap 3 brand loyalty. Analisis lanjutan dilakukan dengan path analysis untuk menguji model konseptual yang dibuat.
Dari hasil temuan penelitian didapatkan model baru yang lebih baik dari model dasarnya. Loyalitas dini telah terbentuk dikalangan remaja, walaupun jumlah commited buyer masih kurang dari 50%. Remaja yang masuk dalam golongan switcher hampir 50%, terbukti dengan sangat sensitifnya mereka terhadap harga dan iming-iming hadiah.
Pola hubungan elemen-elemen yang mempengaruhi early brand loyalty adalah:
1. Direct effect, terbentuk antara post purchase evaluation terhadap brand loyalty [Lele&Sheth 1991 dan Peter&Olson 1998], word of mouth exposure terhadap brand loyalty [Smith 1998] serta sales promotion affection [Smith 1998] terhadap brand loyalty.
2. Indirect effect, terbentuk diantara brand association, perceive quality, sales promotion affection, packagign affection, dan word of mouth exposure terhadap brand loyalty, yaitu melalui post purchase evaluation.
Brand purchase tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan ke-5 independent variable dan post purchase evaluation, hal ini bertentangan dengan teori brand association dan perceive quality Aaker 1991, sales promotion Peter&Olson 1998 dan Smith 1998, packaging Shimp 2000, word of mouth Richins&Root-Shaffer 2000 dan Assael 2001.
Secara akademis penelitian ini dapat memperkaya teori dan temuan-temuan pada penelitian sejenis yang pemah diteliti sebelumnya. Hasil penelitian ini mampu mengeksplorasi sebagian saja dari banyak elemen yang mempengaruhi post purchase evaluation dan mengeksplanasi sebagian saja dari banyak elemen yang mempengaruhi brand loyalty pada usia dini di Indonesia. Untuk itu diharapakan agar penelitian selanjutnya dapat melihat dari sisi lain yang belum dibahas dalam penelitian ini.

Early brand loyalty on teenagers is an interesting phenomenon in the marketing world. Although teenagers are known as un-loyal costumers [Shimp 200:131], many marketers see that once a teenager has committed to a certain brand, he/she will keep on buying it for years to come [Solomon 1999: 475]. Also strengthen by Peter & Olson [1998: 420], early brand loyalty can be found on teenage target segment and this continued until their adult years.
The more new players in print media industry that worked on teen segment lately have attracted the researcher to examine this phenomenon further. By focusing on case study of GADS magazine anti students 3 junior highs in Jakarta, which mirrored segmentation A-B, this research was meant to discover the relation pattern elements that affect early brand loyalty.
Explanative quantitative study data analysis chosen through stratified random sampling on 206 respondents was done in 3 multiple regression stages. First stage dependent variable: brand purchase, stage 2: post purchase evaluation, and stage three: brand loyalty. Further analysis was conducted with path analysis to test the conceptual model from the research result, a new model was found better than its original basic model. Early brand loyalty has already formed among teenagers, although the amount of committed buyers is less Than 50%. Teenagers in the switcher category are almost 50%, proved by their sensitivity to price and reward.
Relation pattern elements that affect early brand loyalty are:
1. Direct effects, formed between post purchase evaluations on brand loyalty [Lele & Sheth 1991 and Peter & Olson 1998], worth of mouth exposure on brand loyalty [Smith 1998], and sales promotion affection on brand loyalty [Smith 1998].
2. Indirect effect. Formed between brand associations, perceive quality, sales promotion affection. Packaging affection and word of mouth exposure on brand loyalty through post purchase evaluation.
Brand purchase has no significant relation with all five independent variables and post purchase evaluation. This is contradictive with brand association and perceives quality theory [Aaker 1991], sales promotion [Peter & Olson 1998 and Smith 1998], packaging [Skimp 2000], and word of mouth [Richins & Root Shaffer 2000] and Assael 2001].
As an academic recommendation, the result of this research can explored some of the elements that effected post purchase evaluation and also can explained some of the elements that effected brand loyalty 9n teenagers in Indonesia. For the next research, it is better to see other sides that not be explained yet in this research.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
F. Anita Herawati
"Penelitian ini mengadopsi pemikiran An Integrated Model of Persuasion yang merupakan pengembangan dari Elaboration Likelihood Model (Petty & Casioppo) dan Integrated Framework (Maclnnis & Jawarski). Kemudian menggabungkan pola pemikiran Hierarchy of Effects, The Behavioral Effects of Advertising serta The Consumers Decision Making Process.
Dari keempat teori utama tersebut diturunkan menjadi tiga belas variabel yaitu prestise jenjang pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran, ability, motivation, opportunity, pengalaman mengkonsumsi produk sebelumnya, advertising knowledge, attitude toward advertising, information evaluation, product knowledge, attitude toward product dan brand loyalty. Pengembangan hipotesis dari kerangka pemikiran yang digunakan diharapkan dapat memberikan penjelasan terhadap pola hubungan faktor-faktor yang membentuk brand loyalty.
Kajian ini menggunakan cross-sectional survey yang dilakukan terhadap dua ratus delapan puluh responden laki-laki, perokok, pernah mengkonsumsi rokok Sampoerna A Mild, pernah mengekspos iklan Sampoerna A Mild, berusia di atas tujuh belas tahun di Kelurahan Demangan, Terban dan Catur Tunggal, Yogyakarta. Responden dipilih dengan teknik multistage cluster sampling. Obyek penelitian yang digunakan adalah iklan rokok Sampoerna A Mild dari berbagai versi yang diekspos melalui media massa maupun non-massa.
Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai alpha Cronbach, dan didapati bahwa variabel pengalaman mengkonsumsi produk sebelumnya, advertising knowledge dan product knowledge memiliki alpha Cronbach kurang dari yang dipersyaratkan oleh Malholra, walaupun sudah dilakukan upaya untuk meningkatkan nilai alpha tersebut dengan mengeluarkan beberapa indikator.
Sementara itu, untuk uji validitas dilakukan dengan factor analysis, menunjukkan hanya variabel ability, attitude toward advertising dan information evaluation yang mempunyai satu dimensi, sedang tujuh variabel lainnya terpilah menjadi dua atau tiga dimensi.
Hasil uji regresi menunjukkan hubungan yang terjadi di antara varibel-variabel yang diujikan bersifat lemah sampai dengan moderat. Setelah dilakukan path analysis diperoleh bahwa brand loyalty dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu motivation, pengalaman mengkonsumsi produk sebelumnya dan attitude toward product. Sedangkan yang mempengaruhi product knowledge adalah opportunity, motivation, ability, advertisng knowledge, attitude toward advertising dan information evaluation. Ini menunjukkan berlakunya teori periklanan yang lemah, seperti dikutip oleh Fill, bahwa pola pembelian sebuah merek oleh konsumen itu lebih digerakkan oleh kebiasaan daripada oleh terpaan aktivitas promosi. Periklanan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan orang dan menguatkan sikap yang sudah ada dan memandang konsumen aktif dalam memecahkan masalahnya.
Dari pengujian terhadap model dasar dalam hipotesis didapatkan bahwa model akhir yang telah disesuaikan mempunyai nilai fit coefficient yang lebih tinggi daripada koefisien model dasar. Dengan demikian, model akhir lebih baik daripada model dasar.
Sebagai implikasi teoritis, posisi AMO Factors dalam An Integrated of Persuasion tidak sejajar tetapi berurutan dari opportunity, motivation lalu ability. Dalam mengukur variabel opportunity, motivation, pengalaman mengkonsumsi produk sebelumnya, advertising knowledge, product knowledge, attitude toward product, dan brand loyalty dapat diukur dengan dua atau tiga dimensi.
Kelemahan dari penelitian ini adalah penggunaan variabel prestise jenjang pekerjaan yang didasarkan pada klasifikasi pekerjaan yang dilakukan O.C. Duncan di dalam konteks Amerika, sehingga penelitian ini tidak mempunyai validitas eksternal. Hal itu ditambah lagi dengan penentuan sampel yang kurang akurat sehingga responden mempunyai karakter yang relatif homogen untuk variabel tingkat pendidikan, prestise jenjang pekerjaan dan tingkat pengeluaran.
Namun demikian, dari temuan penelitian ini menguatkan bahwa untuk mempersuasi orang agar mau membeli produk dengan merek tertentu dan setia pada merek tersebut, tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan iklan saja. Pengaruh iklan hanya sampai meningkatkan pengetahuan audiens iklan tentang produk yang diiklankan tersebut. Sedangkan untuk sampai tahap perilaku pembelian bahkan brand loyalty, perlu dilakukan usaha promosi yang lain, misalnya dengan pemberian sampel produk atau demo produk dalam sales promotion dan mengintegrasikannya dengan aspek product, placement dan price dalam marketing mix. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat memperbandingkan obyek penelitian dengan jenis produk yang mempunyai tingkat keterlibatan yang berbeda dalam proses keputusan pembelian."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Sri Aprianti
"Merek sudah dikenal sejak jaman Mesir kuno ketika tukang batu di saat itu memberi tanda Langan pada batu bata hasil kerjariya, sebagai tanda keaslian produk. Sejak saat itu, proses branding terus hidup dan berkembang hingga menjadi salah satu hal terpenting dalam bisnis. Pendapat Shakespeare yang berbunyi : What is in a name ?, memang perlu dipertanyakan kembali ketika di implementasikan di dunia bisnis. Di jaman itu memang belum ada persaingan bisnis yang seketat sekarang dimana terdapat begitu banyak produsen berkompetisi memperebutkan segmen pasar yang sama, sehingga dibutuhkan diferensiasi nama.
Dalam situasi persaingan yang semakin ketat, seharusnya merek menjadi sakral, karena semakin sulit ditingkatkan ekuitasnya, makin sulit pula menjaga loyalitas konsumen. Harus diingat Brand is not just a name, a symbol or slogan. Tidak semua nama produk atau jasa, otomatis menjadi merek riil yang kuat. Juga tidak semua nama yang didaftarkan di direktorat jenderal hak cipta, paten dan merek, otomatis menjadi merek berharga."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>