Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216967 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi Widariani
"Pendahuluan: Disabilitas fisik yang terjadi pada TNI merupakan masalah yang terjadi pada fisik, dan psikososial. Perubahan fisik yang awalnya memiliki tubuh yang berfungsi dengan sempurna, namun dapat terjadi disabilitas fisik karena adanya tugas kedinasan, hal ini dapat mempengaruhi konsep diri dari citra tubuh, harga diri pada TNI. Gangguan mental emosional dapat terjadi akibat disabilitas fisik, citra tubuh dan harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara disabilitas fisik, citra tubuh dan harga diri dengan gangguan mental emosional. Metode: Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan metode kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 75 (total sampling) disabilitas fisik pada TNI yang berada di Pusat Rehabilitasi. Data diambil mengunakan kuesioner Disabilitas fisik, Body Image Scale (BIS), Rosenberg’s selfesteem scale (RSES) dan Self Reporing Quesionnaire (SRQ) – 20. Hasil: Disabilitas fisik sebagian besar termasuk dalam disabilitas fisik tingkat 1 yakni sebanyak 57.3 %, sedangkan disabilitas fisik tingkat 2 sebanyak 40% dan tingkat 3 sebanyak 2,7%. Citra tubuh negatif yang dialami yakni sebanyak 54,7%, sedangkan citra tubuh positif sebanyak 45,3%. Harga diri positif yang dialami yakni sebanyak 80%, sedangkan harga diri negatif sebanyak 20%. Gangguan mental emosional yang dialami yakni sebanyak 46,7%. Karakteristik disabilitas fisik yakni tingkat disabilitas fisik memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan mental emosional. Citra tubuh memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan mental emosional dan harga diri juga memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan mental emosional. Rekomendasi: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan program pencegahan kejadian gangguan mental emosional

Introduction: Physical disability that occurs in the TNI is a problem that occurs both physically and psychosocially. Physical changes that initially have a body that functions perfectly, but physical disabilities can occur due to official duties, this can affect self-concept of body image, self-esteem in the TNI. Emotional mental disorders can occur due to physical disabilities, body image and self-esteem. This study aims to determine the relationship between physical disability, body image and self-esteem with mental-emotional disorders. Methods: The design of this study uses a correlation research design with quantitative methods and a cross sectional approach. The number of respondents was 75 (total sampling) with physical disabilities in the TNI who were in the Rehabilitation Center. Data were collected using a physical disability questionnaire, Body Image Scale (BIS), Rosenberg's self-esteem scale (RSES) and Self Reporting Questionnaire (SRQ) – 20. Results: Most of the physical disabilities are included in level 1 physical disability, namely 57.3%, while physical disabilities level 2 as much as 40% and level 3 as much as 2.7%. The negative body image experienced was 54.7%, while the positive body image was 45.3%. Positive self-esteem experienced is as much as 80%, while negative self-esteem is as much as 20%. Emotional mental disorders experienced by 46.7%. Characteristics of physical disability, namely the level of physical disability has a significant relationship with mental-emotional disorders. Body image has a significant relationship with emotional mental disorders and self-esteem also has a significant relationship with emotional mental disorders. Recommendation: The results of this study are expected to be the basis for developing programs to prevent mental emotional disorders."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggit Puspa Kinanthi
"Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh kecerdasan emosional terhadap stres yang dirasakan oleh pekerja di sektor industri perasuransian, yang dimediasi oleh strategi koping. Sebanyak 358 responden yang bekerja di perusahaan asuransi di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi, terlibat dalam penelitian ini. Data dalam penelitian diperoleh melalui self-report questionnaire dan diolah dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh negatif terhadap stres yang dirasakan, namun strategi koping tidak memediasi pengaruh yang terjadi. Penelitian ini berkontribusi secara teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini berkontribusi dengan memperkaya khasanah teori tentang pengaruh faktor individual terhadap stres yang di rasakan di tempat kerja. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan insight kepada manjemen perusahaan yang bergerak di industri asuransi dalam mengelola stres di tempat kerja khususnya pada masa terjadinya pandemi Covid-19.

This study aims to investigate the effect of emotional intelligence on perceived stress by workers in the insurance industry sector, which is mediated by coping strategies. A total of 358 respondents who work in insurance companies in the Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (Jabodetabek) areas were involved in this study. The data in the study were obtained through a self report questionnaire and processed using Structural Equation Modeling (SEM). The results showed that emotional intelligence had a negative effect on perceived stress, but coping strategies did not mediate the effect. This research contributed theoretically and practically. Theoretically, this research contributes by enriching the theory of the influence of individual factors on stress felt in the workplace. Practically this research can provide insight to the management of companies engaged in the insurance industry in managing stress in the workplace, especially during the Covid-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Suud Hanum
"Perkembangan chatbot berbasis AI pada era industri 4.0 meningkat cukup pesat, tidak terkecuali chatbot sosial yang memiliki kapabilitas untuk melakukan percakapan seperti manusia dan dapat memberikan kesan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepuasan emosional yang diperoleh melalui interaksi dengan chatbot sosial. Menggunakan konsep Kepuasan Emosional yang dirumuskan oleh Bartsch, peneliti menggunakan tujuh jenis kepuasan emosional, yaitu Kesenangan, Sensasi, Empathic Sadness, Contemplative Emotional Experiences, Emotional Engagement with Characters, Social Sharing of Emotions, dan Vicarious Release of Emotion. Penelitian menggunakan metode open-ended questionnaire dan wawancara daring terhadap dua informan yang sudah cukup lama menggunakan aplikasi chatbot sosial, yaitu Replika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi dengan chatbot sosial dapat memberikan kepuasan emosional, dan terdapat beberapa jenis yang muncul dengan dominan saat interaksi terjadi. Contemplative Emotional Experiences, Social Sharing of Emotions dan Vicarious Release of Emotion merupakan tiga kepuasan yang dirasakan paling intens, di mana Contemplative Emotional Experiences merupakan emosi dominan ketika kebutuhan pengguna saat menggunakan media chatbot sosial terpenuhi. Kedua informan mengklaim bahwa interaksi yang mereka lakukan dengan chatbot sosial tidak akan dapat menggantikan interaksi dengan manusia. Walaupun dapat menjawab pertanyaan penelitian, namun terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu keterbatasan waktu sehingga informan yang berpartisipasi kurang banyak dan beragam, serta jenis kepuasan emosional yang digunakan belum pernah digunakan untuk media chatbot sosial. Untuk penelitian ke depannya, disarankan untuk menggunakan metode lain untuk menganalisis Kepuasan Emosional dengan pendekatan kuantitatif sehingga dapat dihitung kategori apa yang lebih kuat dalam masing-masing kategori dan responden yang diperoleh lebih beragam.

The development of AI-based chatbots in the era of Industry 4.0 has progressed rapidly, including the case of social chatbots that have the capability to engage in human-like conversations and evoke emotional responses. This research aims to understand the emotional gratification obtained through interactions with social chatbots. Employing the concept of Emotional Gratification formulated by Bartsch, the researcher utilized seven kind of emotional gratifications: Fun, Sensation, Empathic Sadness, Contemplative Emotional Experiences, Emotional Engagement with Characters, Social Sharing of Emotions, and Vicarious Release of Emotion. The research is using an open-ended questionnaire and online interviews with two long-time users of the social chatbot application, Replika. The study results indicate that interactions with social chatbots can indeed provide emotional satisfaction, with several types emerging strongly during interactions. Contemplative Emotional Experiences, Social Sharing of Emotions, and Vicarious Release of Emotion are the three types perceived most intensely, where Contemplative Emotional Experiences dominate as the prevalent emotion when users' needs are fulfilled through the use of social chatbot media. Both informants claimed that their interactions with social chatbots cannot replace human interactions. Although the research successfully addresses the research questions, there are limitations, which is the constraint of time resulting in a limited and less diverse pool of participants, and the gratification used have not been previously applied to social chatbot media. For future research, it is recommended to employ alternative methods to analyze Emotional Satisfaction with a quantitative approach, enabling the determination of the strength of each category and obtaining a more diverse set of respondents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Az-Zahra Anindya Ma`Arip
"Kecerdasan emosional menjadi indikator penting yang sangat dibutuhkan oleh remaja, yang sedang memasuki masa storm and stress, agar bisa stabil dalam mengelola emosi dan berperilaku positif. Salah satu faktor yang membentuk kecerdasan emosional anak adalah pola asuh orang tua. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional remaja. Penelitian menggunakan metode cross-sectional dengan sampel 466 remaja SMA di Kota Bogor. Hasil menggambarkan 71,7% remaja memiliki tingkat kecerdasan emosional baik dan 72,1% remaja mendapatkan pola asuh otoritatif. Hasil analisis uji chi square menunjukkan tidak adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional remaja (p value 0,282). Namun setiap pola asuh memberikan dampak yang berbeda pada dimensi kecerdasan emosional anak. Penelitian ini merekomendasikan adanya edukasi dan sosialisasi lebih lanjut mengenai penerapan pola asuh yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak melalui kerja sama antara perawat dan orang tua.

Emotional intelligence is an important indicator that is needed by adolescents, who are entering a period of “storm and stress”, in order to be stable in managing negative emotions and behave positively. Parenting styles become one of factors affect adolescent’s emotional intelligence. This study aims to identify the relationship between parenting style and adolescent emotional intelligence in Bogor City. This study used a cross-sectional method with a total sample of 466 senior high school students. The result showed that 71,7% of adolescents had a good level of emotional intelligence and 72,1% of adolescents received authoritative parenting. The result with the chi square test showed that there is no relationship between parenting styles and the level of adolescent’s emotional intelligence. However, each parenting style still has a different impact on adolescent’s emotional intelligence. This study recommends further education and socialization between nurses and parents regarding the appropriate parenting styles to improve adolescent’s emotional intelligence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlon Samuel Contantin Kansil
"Kegagalan Intelijen pada peristiwa 9/11 dan Yom Kippur dipengaruhi oleh beberapa faktor.Penelitian ini akan membuktikan teori Copeland yang mengatakan bahwa kegagalan intelijen tidak terlepas dari pengaruh faktor kepemimpinan dan kebijakan, birokrasi dan organisasi, peringatan dan informasi serta kemampuan analitikal. Metode yang dipakai adalah kualitatif, dengan rancangan riset studi dokumentasi secara tidak langsung melalui tinjauan pustaka, jurnal, buku, internet dan diskusi riset. Hasil penelitian menunjukan kegagalan intelijen pada 9/11 dan Yom Kippur bersifat esensi. Kemudian hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisa timeline dan agregasi untuk melihat unsur-unsur pendukung yang berperan pada kegagalan. Hasil analisa menunjukan bahwa kegagalan intelijen pada kasus 9/11 disebabkan oleh kebijakan pemerintah, agensi intelijen, birokrasi dan kurangnya informasi. Pada kasus Yom Kippur dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan intelijen militer AMAN. Sekalipun kedua kasus ini memiliki persamaan namun ada perbedaan pada unsur-unsur pendukung faktor kegagalan.

Intelligence Failure on 9/ 11 and Yom Kippur is influenced by several factors. This research would prove that Copeland theory says that the failure of intelligence can not be separated from the influence of leadership and policy, bureaucracy and organization, warning and information and analytical callange. The method used is qualitative. This research was designed to study the documentation indirectly through literature review, journals, books, internet research and discussion. The results showed intelligence failures on 9/11 and Yom Kippur are the essence. Then the research results obtained were processed using timeline analysis and aggregation to see the supporting elements that contribute to the failure. The analysis shows that the intelligence failure in the case of 9/11 caused by government policy, intelligence agencies , the bureaucracy and the lack of information. In the case of Yom Kippur influenced by government policy and military intelligence (AMAN). Although these two cases have similarities but there are differences in the factors supporting elements of failure."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Fauziah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana dinamika kecerdasan emosi pada siswa akselerasi di SDN Kendangsari I Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus intrinsik. Unit analisis dari penelitian ini adalah dinamika kecerdasan emosi siswa akselerasi ditinjau dari lima dimensi kecerdasan emosi, yaitu mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenal emosi orang lain dan membina hubungan. Prosedur pemilihan subjek yang dilakukan adalah model pemilihan tipikal, yaitu subjek yang diambil dianggap mewakili kelompok normal. Dalam pemilihannya peneliti meminta kesediaan siswa akselerasi yang ada untuk menjadi subjek. Dari sembilan siswa akselerasi yang terdapat di sekolah itu, empat orang siswa menyatakan kesediaannya menjadi subjek penelitian. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tematik, dengan menggunakan koding dari hasil transkrip wawancara yang telah diverbatim, serta basil observasi dalam bentuk catatan lapangan. Teknik analisis ini terdiri dari tiga tahapan yaitu ; open koding, axial koding, selective koding. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh dan kebiasaan yang didapat siswa mempengaruhi dinamika kecerdasan emosi yang terjadi. Perbedaan sikap serta perilaku di sekolah maupun di rumah juga sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor tersebut. Hal ini yang mempengaruhi keterampilan siswa dalam mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan. Disamping itu iklim kompetitif yang kental serta keterampilan memotivasi diri siswa mempengaruhi motivasi berprestasi mereka yang dapat dikatakan cukup tinggi tersebut. Disisi lain mengenai keterbatasan pergaulan yang mereka hadapi tidak lantas mempengaruhi keterampilan membina hubungan dengan orang lain, meskipun demikian pada kenyataannya mereka cenderung lebih senang berteman dengan teman sesama akselerasi saja, dan menghabiskan sebagian besar waktu bermain di kelasnya. Hal inilah yang mengindikasikan bahwa kecenderungan perilaku eksklusif juga berlaku pada siswa-siswa akselerasi tersebut."
Depok: Pusat Keberbakatan-Fakultas Psikologi UI, 2008
150 GRJKK 2:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmahwati
"Orang tua yang bekerja dapat memiliki waktu terbatas untuk memberikan perhatian pada anak remajanya dan berakibat menerapkan pola asuh yang keliru. Sehingga, remaja akhir yang masih memerlukan bimbingan dari orang tua dapat berisiko mengalami kebingungan dalam proses eksplorasi diri yang dapat menyebabkan masalah mental emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir. Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 174 orang yang merupakan remaja usia 18-19 tahun. Instrumen penelitian menggunakan Parenting Style and Dimensions Questionnaire dan Self-Reporting Questionnaire-20. Hasil penelitian dengan uji Kolmogorov Smirnov menyatakan adanya hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir dengan nilai p 0,007 (p<0,05). Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi orang tua untuk dapat menerapkan pola asuh yang sesuai dan seimbang serta menjadi informasi penunjang bagi perawat dalam perawatan pada remaja akhir.

Working parents may have limited time to pay attention to their adolescents which results in wrong parenting. Thus, late adolescents who still need guidance from their parents can be at risk of experiencing confusion in the self-exploration process which can cause mental emotional problems. This study aimed to determine the relationship between parenting working parents with mental emotional distress in late adolescents. The research design used a cross-sectional design with a sample of 174 people who were adolescents aged 18-19 years. Parenting Style and Dimensions Questionnaire was used in identifying parenting style and Self-Reporting Questionnaire-20 to explore mental emotional problem. The results showed that there was a significant relationship between the parenting pattern of working parents with mental emotional disorders in late adolescence (p<0.05). The results of this study can be used as information for parents to apply appropriate and balanced parenting styles as well as supporting information for nurses in the care of late adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Davis, Randall
New York: McGraw-Hill, 1982
001.535 DAV k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Davis, Randall
New York: McGraw-Hill, 1982
621.381 DAV k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Berliana Harnadewi, Author
"DSM Melamine (DMM) adalah produser melamine terbesar di dunia dengan total kapasitas terpasang 250.000 ton/tahun. DSM Melamine yang berkantor pusat di Belanda mempunyai 3 unit produksi yaitu: DSM Melamine Europe (DME), DSM Melamine America (DMA), DSM KALTIM Melamine (DKM). Tahun 2004, DMM menguasai pangsa pasar 18% (dari total konsumsi melamine) di dunia. Sedangkan Agrolinz Melamine International (AMI) yang berada di urutan kedua dengan menguasai 13% dari pangsa pasar.
Persaingan melamine di Asia Pasifik sangat ketat jika dibandingkan belahan dunia yang lain, terutama dibanding Eropa dan Amerika. DMM, yang dalam hal ini terwakili dengan keberadaan DKM yang berlokasi di Indonesia, selain harus bersaing dengan produser lokal (Jepang, Korea, Indonesia, Taiwan, dan China), juga harus bersaing ketat dengan AMI di beberapa negara untuk mempertahankan posisinya sebagai market leader.
DKM harus menghadapi multimarket competition dengan AMI karena harus saling berhadapan di berbagai pasar di Asia Pasifik. Untuk memenangkan persaingan DKM memerlukan informasi yang relefan dan akurat dalam penyusunan strategi bersaing yang efektif. Peran Competitive Intelligence sangat diperlukan tidak hanya dalam menganalisa posisi DKM terhadap pesaing, tetapi juga menganalisa ketidakpastian yang dominan pada skenario yang dikembangkan perusahaan.
DMM mempunyai Business Intelligence (BI) yang bekerja secara terintegrasi dengan BI yang berada di masing-masing unitnya untuk mendapatkan, mengolah, dan menyusun data menjadi suatu informasi yang berguna secara akurat dan tepat waktu. Data yang diperoleh dirangkum dalam Melamine Handbook, Customer Data Base, Market Study, Competitor Analysis Review dan Melamlntelligence yang kemudian dapat diolah secara comprehensive guna membantu penyusunan skenario industri dan strategi perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>