Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166549 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amandita Parameswari
"Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan pada dengan keterbatasan pendengaran. Untuk meningkatkan kemandirian dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, diperlukan sebuah metode edukasi kesehatan gigi yang efektif. Penelitian bertujuan untuk menguji metode edukasi penayangan video bahasa isyarat dan permainan kartu interaktif terhadap pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan gigi dan mulut anak disabilitas rungu.
Metode: 40 anak disabilitas rungu pada sebuah sekolah khusus tunarungu dibagi secara acak ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 mendapatkan intervensi edukasi penayangan video bahasa isyarat dan kelompok 2 mendapatkan intervensi edukasi permainan kartu interaktif. Pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan gigi dan mulut anak disabilitas rungu dinilai dengan kuesioner, dan status kebersihan gigi dan mulut dinilai dengan indeks Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) sebelum dan sesudah intervensi dilakukan.
Hasil: Terdapat hasil signifikan pada peningkatan sikap dan praktik pada kelompok penayangan video, dan hasil signifikan pada peningkatan pengetahuan, sikap, praktik dan penurunan skor OHI-S pada kelompok permainan kartu dalam interval 1 bulan.
Kesimpulan: Kedua jenis intervensi dapat digunakan sebagai metode edukasi pada anak disabilitas rungu. Edukasi interaktif lebih signifikan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, praktik kesehatan gigi dan mulut serta menurunkan skor OHI-S.

Background: Oral health is one thing that needs to be considered in children with hearing impairments. To increase independence in maintaining oral and dental health, an effective dental health education method is needed. The aim of the study was to test education with video and interactive games method on the increase of oral health knowledge, attitudes and practices of children with hearing disabilities.
Method: 40 children with hearing disabilities in a special school were randomly divided into two groups. Group 1 received a one-way educational intervention by showing video with sign language and group 2 received an interactive educational intervention by playing cards game. Oral health knowledge, attitudes practices of children with hearing disabilities were assessed by a Knowledge-Attitude-Practice questionnaire, and oral hygiene status was assessed by the Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) index before and after the intervention was carried out.
Results: There were significant results in increasing attitudes and practices in the video group, and significant results in increasing knowledge, attitudes, practices and decreasing OHI-S scores in the interactive card game group after 1 month interval.
Conclusion: Both type of interventions can be used as educational methods for children with hearing disabilities. Interactive education is more significant in increasing knowledge, attitudes, dental and oral health practices and decreasing OHI-S scores.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Maulana Ismawan
"Latar Belakang : Masalah penyakit gigi dan mulut masih belum mendapatkan perhatian
walaupun kesehatan gigi dan mulut mempengaruhi kesehatan tubuh
secara umum. Masalah penyakit gigi dan mulut yang utama secara
global adalah karies dan periodontitis. Namun masalah kesehatan gigi
dan mulut yang sering terjadi pada anak adalah Early Childhood Caries
(ECC). Prevalensi ECC masih sangat tinggi terutama di negara
berkembang. Terutama pada Indonesia dimana prevalensi ECC
mencapai 81,5%. Untuk menurunkan dan mencegah ECC bisa dilakukan
dengan memberi edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada anak dengan
harapan anak tersebut akan merubah perilaku nya menjadi yang lebih
sehat. Kandidat terbaik untuk memberi edukasi tersebut adalah ibu
karena ibu merupakan pengasuh utama pada anak dan anak memandang
ibu sebagai panutan. Namun untuk memberi edukasi kesehatan gigi dan
mulut yang efektif ibu perlu memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik
yang baik mengenai kesehatan gigi dan mulut. Sedangkan pengetahuan,
sikap, dan praktik ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor sosiodemografi.
Oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan faktor sosiodemografi terhadap pengetahuan, sikap, dan
praktik mengenai kesehatan gigi dan mulut anak di Jakarta Selatan.
Metode : Penelitian cross-sectional dilakukan kepada ibu yang memiliki anak TK
di area Jakarta Selatan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah convenience sampling, dengan cara menyebarkan kuesioner dari
grup Whatssapp tiap TK. Pengambilan data dilakukan pada November 2020. Pengambilan data menggunakan kuesioner untuk mencatat faktor
sosiodemografi dan pengetahuan, sikap, dan praktik responden. Hasil
utama dari kuesioner ini adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan,
sikap, dan praktik ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut anak.
Kemudian skor pengetahuan, sikap, dan praktik diklasifikasikan menjadi
respons baik atau buruk berdasarkan median skor responden. Kemudian
Uji Chi-Square dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor
sosiodemografi terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik. Dilanjuti
dengan Uji Spearman untuk menguji korelasi antara pengetahuan, sikap,
dan praktik.
Hasil : Dari 554 ibu, hanya 6% yang mengetahui dosis fluoride untuk anak
berusia 3 tahun. Terdapat 39,7% ibu yang tidak mengetahui pentingnya
fluoride untuk mencegah penyakit gigi dan mulut. Hanya 20,2% ibu
yang datang ke dokter gigi untuk kunjungan rutin. Dari hasil Uji Chi
Square didapatkan bahwa terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) antara
antara usia dengan praktik, tingkat pendidikan dengan sikap dan praktik,
usia ibu saat kelahiran anak pertama dengan sikap, status kerja dengan
sikap, dan asuransi kesehatan dengan pengetahuan dan praktik. Hasil Uji
Spearman menunjukan terdapat perbedaan bermakna antara
pengetahuan, sikap, dan praktik.
Kesimpulan : Sebagian besar ibu masih memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik yang
buruk mengenai kesehatan gigi dan mulut anak. Dari hasil ini didapatkan
bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik saling mempengaruhi secara
signifikan. Beberapa faktor sosiodemografi yang memiliki perbedaan
terhadap pengetahuan, sikap, dan praktik ibu adalah tingkat pendidikan,
usia ibu saat kelahiran anak pertama, dan asuransi kesehatan

Background : Oral health problems are still not getting enough attention even though
oral health is related to general health. The main oral disease worldwide
are caries and periodontitis. But the most frequent oral disease that can
occur in children is Early Childhood Caries (ECC). The prevalence of
ECC in most developing countries is still high. Particularly in Indonesia
where the prevalence of ECC is 81,5%. The way to decrease and prevent
ECC is to give dental health education to children with hope that they
will change their behavior into a healthier one. The best candidate to give
education to children are mothers because they are the main care givers
to their Childs and most children see’s their mother as a role model. To
give an effective dental health education, the mothers have to have a
good knowledge, attitude, and practice toward oral health. Meanwhile,
knowledge, attitude, and practice are influenced by sociodemographic
factors. So, this study is to assess the relationship between mother’s
sociodemographic factors and knowledge, attitude, and practice toward
preschool children’s oral health in Jakarta Selatan.
Methods : This cross-sectional study was conducted toward mothers that have
children in preschool around Jakarta Selatan. The sampling technique
that was used in this study was convenience sampling, with spreading
questionnaire in every preschool’s WhatsApp group. Data collection
were conducted in November 2020. Then, data were collected using
questionnaire to report mother’s sociodemographic factors and knowledge, attitude, and practice toward child’s oral health. Each
knowledge, attitude, and practice’s score were classified into a poor or
good response based on the respondent’s median score. Chi-square
analysis was used to assess the relationship between sociodemographic
factors and knowledge, attitude, and practice. Also, Spearman analysis
was used to assess the relationship between knowledge, attitude, and
practice.
Results : Among 554 mothers, only 6% knows the dose of fluoride for children
aged 3 years old. There are 39,7% mothers who didn’t know the
important role of fluoride to prevent oral disease. Only 20,2% mothers
went to see a dentist for routine checkup. From the Chi-Square analysis
it was reported that there is a significant difference between age and
practice, level of education and attitude and practice, age of mother at
birth of the first children and attitude, mother’s employment status and
attitude, and health insurance and knowledge and practice. From
Spearman analysis was reported there is a significance difference
between knowledge, attitude, and practice.
Conclusion : Most mothers still have poor knowledge, attitude, and practice toward
child’s oral health. This study shows that knowledge, attitude, and
practice are significantly correlated. Sociodemographic factors that has
a relation with knowledge, attitude, and practice are level of education,
age of mother at birth of the first children, and health insurance
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silke Ramadhani Tresnatri
"Latar belakang: Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menimbulkan
berbagai macam masalah pada kesehatan termasuk pada gigi dan mulut. Jumlah perokok
di Indonesia tinggi dan menurut Riskesdas (2013) usia pertama kali merokok paling
tinggi di Indonesia adalah pada kelompok umur 15 – 19 tahun yang merupakan remaja.
Selain itu, jumlah perokok yang merupakan pelajar di Bogor juga cukup tinggi. Oleh
karena itu, perlu dilakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pada
remaja khususnya siswa SMAN 3 bogor mengenai dampak merokok terhadap kesehatan
gigi dan mulut menggunakan media poster. Tujuan: Mengetahui efektivitas poster
melalui daring dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dari siswa SMA mengenai
dampak merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut Metode: Dilakukan penelitian
secara daring dengan kuesioner yang menggunakan desain studi pre-experimental dengan
rancangan one group pretest-posttest design pada siswa SMAN 3 Bogor yang berusia 15-
19 tahun. Responden penelitian terdiri dari 410 orang yang dipilih melalui metode
purposive sampling. Hasil: Berdasarkan uji Wilcoxon, terdapat perbedaan bermakna
secara statistik pada rerata nilai pre-test dan post-test pengetahuan (p < 0,05) namun tidak
ada perbedaan bermakna pada rerata sikap (p > 0,05). Berdasarkan uji Effect Size Cohen’s
d, efektivitas poster dalam meningkatkan pengetahuan siswa mengenai dampak merokok
terhadap kesehatan gigi dan mulut relatif kecil. Kesimpulan: Terdapat peningkatan
pengetahuan namun tidak terjadi peningkatan sikap pada siswa SMAN 3 Bogor.
Evektivitas poster dalam meningkatkan pengetahuan relatif kecil dan poster tidak efektif
dalam meningkatkan sikap

Background: Smoking is one of the risk factors that can cause a lot of problems in health
including oral health. The number of smokers in Indonesia is high and according to
Riskesdas (2013) the highest age group to start smoking is between 15 to 19 years old
which is the teenager. Other than that, the number of smokers amongst students in Bogor
is quite high. Based on those statements, the need to educate students in 3 Senior High
School Bogor is important to increase the knowledge and attitude of the students about
smoking effects on oral health by using poster as a media which was posted online.
Objectives: To identify the effectivity of online posted poster in increasing knowledge
and attitude of senior high school’s students about smoking effects on oral health.
Methods: This research has been done through online questionaires by using preexperimental
study with one group pretest-posttest design towards the students in 3
Senior High School Bogor aged 15-19. Result: Based on Wilcoxon test, there is
statistically significant difference between the mean of pre-test and post-test score in
knowledge (p < 0,05) but there is no statistically significant difference in attitude. Based
on Effect Size Cohen’s d test, the effectivity of poster in increasing knowledge of the
students about smoking effect on oral health is relatively small. Conclusion: There is an
increase in knowledge but there is no increase in attitude of the 3 Senior High School
Bogor’s students. Poster effectivity in increasing knowledge is relatively small and poster
is not effective in increasing attitude.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Almasyhur
"Latar Belakang: Kondisi kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari individu dan mempengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan. Usia 7-9 tahun merupakan masa yang krusial dalam pertumbuhan gigi karena gigi susu mulai rontok satu per satu dan gigi permanen pertama telah tumbuh. Pencegahan melalui pendidikan kesehatan perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya karies gigi. Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media buku cerita dan powerpoint dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan menurunkan skor plak pada anak usia 7-9 tahun. Metode: Penelitian eksperimen semu dengan desain non-equivalent group pretest posttest design menggunakan convenience sampling sebagai metode pengambilan sampel. Subyek penelitian berasal dari 4 SD di Kecamatan Cipinang Besar Utara yang berjumlah 197 anak yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberikan pendidikan kesehatan gigi melalui media buku cerita dan powerpoint, sedangkan kelompok kontrol diberikan pendidikan melalui media powerpoint. media power point. Pendidikan kesehatan gigi diberikan seminggu sekali selama 4 minggu. Subyek diperiksa plakat awal dan akhir, pengisian angket pre-test dan post-test, pengisian angket evaluasi guru dan pengisian angket sosiodemografi oleh orang tua subjek. Hasil: Terdapat 138 subjek berusia 7-9 tahun yang diteliti dengan kelompok intervensi (n=70) dan kelompok kontrol (n=68). Ada 59 subjek yang dikeluarkan karena tidak memenuhi kriteria usia (n=7), tidak mengumpulkan informed consent (n=11), tidak berpartisipasi dalam semua kegiatan (n=41). Hasil uji wilcoxon pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan gigi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan (p=0,00). Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan pengetahuan setelah pendidikan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p>0,05). Hasil uji Wilcoxon pada kelompok intervensi menunjukkan perbedaan yang signifikan pada skor plak akhir (p = 0,02) sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0,994). Kesimpulan: Edukasi kesehatan gigi dan mulut melalui media buku cerita dan powerpoint serta melalui media powerpoint dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 7-9 tahun di Cipinang Besar Utara. Tidak terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Terjadi penurunan skor plak pada kelompok intervensi.
Background: The condition of dental and oral health is an integral part of the individual and affects overall well-being. The age of 7-9 years is a crucial period in the growth of teeth because the baby teeth begin to fall out one by one and the first permanent teeth have grown. Prevention through health education needs to be done to avoid dental caries. Objective: To determine the effectiveness of using storybooks and powerpoint media in increasing oral health knowledge and reducing plaque scores in children aged 7-9 years. Methods: Quasi-experimental research with non-equivalent group pretest posttest design using convenience sampling as the sampling method. The research subjects came from 4 elementary schools in Cipinang Besar Utara District, totaling 197 children who were divided into two groups, namely the intervention group who were given dental health education through storybooks and powerpoint media, while the control group was given education through powerpoint media. powerpoint media. Dental health education is given once a week for 4 weeks. Subjects were checked for initial and final plaques, filling out pre-test and post-test questionnaires, filling out teacher evaluation questionnaires and filling out sociodemographic questionnaires by subject's parents. Results: There were 138 subjects aged 7-9 years studied with the intervention group (n=70) and the control group (n=68). There were 59 subjects who were excluded because they did not meet the age criteria (n=7), did not collect informed consent (n=11), did not participate in all activities (n=41). Wilcoxon test results in each group before and after dental health education showed an increase in knowledge (p = 0.00). The results of the Mann Whitney test showed that there was no significant difference between the increase in knowledge after education in the intervention group and the control group (p>0.05). The results of the Wilcoxon test in the intervention group showed a significant difference in the final plaque score (p = 0.02) while in the control group there was no significant difference (p = 0.994). Conclusion: Dental and oral health education through storybooks and powerpoint media as well as through powerpoint media can increase dental and oral health knowledge in children aged 7-9 years in Cipinang Besar Utara. There was no significant difference in the increase in knowledge of oral and dental health between the intervention group and the control group. There was a decrease in plaque scores in the intervention group."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Werdiningsih
"Latar Belakang: Perubahan demografi penduduk dengan meningkatnya penduduk lanjut usia dapat berdampak pada dokter gigi dalam memberikan perawatan gigi dan mulut. Dokter gigi akan lebih banyak merawat lansia yang memiliki kebutuhan dan permasalahan gigi dan mulut yang beragam dan kompleks yang memerlukan perawatan khusus karena perawatan yang diberikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut yang sehat dan fungsional tetapi juga bertujuan untuk kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, dokter gigi dan timnya perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan khusus serta memiliki sikap positif terhadap lansia dalam mengembangkan perilaku dan praktik profesional dokter gigi. Hambatan dokter gigi juga perlu menjadi perhatian karena dapat membatasi dokter gigi untuk memberikan perawatan kepada lansia. Metode: Studi cross-sectional pada bulan Maret-Juni 2022. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari enam bagian, yaitu karakteristik dokter gigi, pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan, dan hambatan. Statistik deskriptif dan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis tematik dilakukan dengan menggunakan aplikasi Atlast.ti terhadap jawaban responden yang diperoleh melalui pertanyaan terbuka. Responden dalam penelitian ini adalah 461 dokter gigi umum. Hasil: 98,4% menyatakan bersedia hingga sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat korelasi signifikan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawtaan gigi dan mulut pada lansia. Kesediaan dokter gigi berkorelasi signifikan dengan sikap dan praktik. Tiga hambatan utama dalam memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia adalah komunikasi dengan pasien, kompleksitas penyakit dan mobilitas pasien. Kesimpulan: Dokter gigi memiliki pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan yang baik terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Sebagian besar dokter gigi sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia dan memiliki keinginan untuk mengikuti pelatihan kedokteran gigi geriatri.

Background: Demographic population changes towards the ageing population can impact dentists to provide oral health care. The dentist will treat more older people with diverse and complex oral health needs and problems requiring special treatment because the treatment aims to improve and maintain healthy and functional dental and oral health and aims at the quality of life of the elderly. Therefore, dentists and their teams need to be equipped with special knowledge and skills and also have a positive attitude towards the elderly in developing dentists’ professional behavior and practice. Dentists' barriers also need to be a concern because they can prevent dentists from providing care for the elderly. Methods: A cross-sectional study based on an online questionnaire was conducted in April-June 2022. The questionnaire consists of six parts which were the characteristics of dentists, knowledge (27 questions), attitudes (17 questions), practice (7 questions), willingness (1 question), and barriers (1 open question). Descriptive statistics were calculated, bivariate analysis was performed using SPSS, and thematic analysis was carried out using Atlas.ti software on respondents' answers obtained through open-ended questions. Respondents in this study were 461 general dentists. Results: 98,4% stated that they were willing and very willing to provide oral health care to the elderly. There is a significant correlation between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care in the elderly. A dentist's willingness was significantly correlated with the dentist’s attitude and practice. The three main barriers to providing dental and oral care to the elderly are communication with the patient, the complexity of the disease, and the patient's mobility. Conclusion: Dentists have good knowledge, attitudes, practices, and willingness to provide oral health care for the elderly. There is a relationship between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care for the elderly. Most dentists are willing to provide oral health care to the elderly and participate in geriatric dentistry training."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasha Larissa
"Latar belakang: Seiring bertambahnya usia, kemungkinan kehilangan gigi juga akan semakin banyak. Kehilangan gigi terutama pada bagian posterior menyebabkan berkurangnya zona dukungan gigi posterior yang akan menyebabkan perubahan fungsi mastikasi (kemampuan mengunyah makanan) dan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan umum sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Hal ini yang pada akhirnya membuat seseorang merasa membutuhkan suatu bentuk perawatan. Permintaan seseorang terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor pendorong (predisposing) yang meliputi pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Tujuan:Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara cross sectional pada 82 subjek yang berusia lebih dari 45 tahun yang mengikuti bakti sosial di Puskesmas Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Pada subjek dilakukan pemeriksaan klinis intraoral, pengisian kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut, dan lembar isian permintaan gigi tiruan. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan (p=0,000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan.

Background: As we get older, the possibility of tooth loss will also increase. Missing teeth in the posterior area will reduce the number of occlusal support zones and will cause changes in the masticatory function. These changes may have impact on general health and affect the quality of life. This is what ultimately makes a person need some form of care. A person's demand for health services is influenced by predisposing factors which include knowledge, attitude, and practice.
Obejctives: To analyze the relationship between oral health knowledge, attitude, and practice toward denture demand in the pre- elderly and elderly.
Methods : This research was conducted with a cross sectional design on 82 subjects aged over 45 years old who attended social services at the public health center located on Panggang Island, Kepulauan Seribu. Oral examination were performed, and interview for oral health knowledge, attitude, and practice and denture demand questionnaire were conducted. Data were analyzed using Chi-Square test.
Results: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand (p=0,000).
Conclusion: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand whilst oral health attitude and practice did not.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revi Aryawedha
"Latar Belakang : Laporan RISKESDAS 2018 menyatakan bahwa tingkat penyakit gigi dan mulut masih sangat tinggi, untuk itu dalam menekan kejadian penyakit gigi dan mulut dapat dimanfaatkan komponen yang mempunyai kaitan erat dengan masyarakat yaitu kader kesehatan yang bertugas di Posyandu salah satunya. Salah satu kegiatan di Posyandu, adalah menyelenggarakan penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat oleh kader kesehatan. Untuk itu dalam mewujudkan
tercapainya penyuluhan yang dilaksanakan di Poysandu perlu adanya kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari kader kesehatan. Tujuan Penelitian : Mengetahui efektivitas penggunaan media buku panduan dan poster bergambar dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktik kader kesehatan. Metode : penelitian ini merupakan penelitian quasiexperimental dengan menggunakan desain non-equipvalent control group. Subjek penelitian adalah 100 orang kader kesehatan yang berlokasi di Kelurahan Bojong Pondok Terong ,kota Depok yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok control . Kemudian kedua kelompok diberikan pre-test sebelum pelatihan kemudian diberikan buku panduan pada saat pelatihan setelah itu dilakukan post-test dan evaluasi Hasil : berdasarkan hasil analisis didapatkan
perbedaan yang bermakna (p<0.05) terhadap pengetahuan dan kemampuan kader kesehatan setelah diberikan Pendidikan menggunakan buku panduan,poster bergambar, dan powerpoint. Kesimpulan :Terdapat peningkatan pengetahuan dan kemampuan praktik kader kesehatan di Posyandu secara signifikan (p<0,05).

Background: The 2018 RISKESDAS report states that the level of dental and mouth disease is still very high, for that reason in suppressing the incidence of dental and oral diseases can be utilized components that have close links with the community, namely health cadres who work in Posyandu one of them. One of the activities at Posyandu is to provide counseling to the community by health cadres. For this reason, in order to realize the achievement of counseling carried out in Poysandu there needs to be training activities that can increase the knowledge and abilities of health cadres. Research Objectives: Knowing the effectiveness of the use of media manuals and pictorial posters in improving the knowledge and practical ability of health volunteers. Method: this research is a quasi-experimental study using a non-equipvalent control group design. The subjects were 100 health volunteers located in Bojong Pondok Terong, Depok city which were divided into intervention and control groups. Then both groups were given a pre-test before training and then given a handbook at the time of the training after which a post-test and evaluation were conducted. Results: Based on the results of the analysis using Wilcoxon and Mann Whitney tests, there were significant differences (p <0.05) on the average value of knowledge and the ability of health cadres after being given health education on dental and oral health Conclusion: There was a significant increase in knowledge and practice ability of health volunteers in Posyandu (p <0.05)."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Anggela
"Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dan perempuan dewasa. Permasalahan yang paling sering terjadi pada masa remaja saat ini adalah masalah kesehatan reproduksi. Metode yang tepat diperlukan untuk menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada remaja salah satunya dengan menggunakan smartphone. Aplikasi android merupakan salah satu fitur pada smartphone. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Penelitian Quasi-eksperimental ini menggunakan pre-post dengan kelompok kontrol. Kelompok intervensi terdiri dari 42 responden sedangkan kelompok kontrol 59 responden. Sampel pada penelitian ini adalah siswa dari dua Sekolah Menengah Pertama di kota Depok. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji repeated anova,friedman, independent t test, Man whitney. Hasil uji statistic menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap remaja pada kelompok intervensi yang diberikan edukasi android dibandingkan kelompok kontrol (p<0,001). Edukasi kesehatan menggunakan aplikasi efektif dalam mempertahankan pengetahuan remaja setelah diberikan edukasi kesehatan tentang kesehatan reproduksi (p<0,001). 

Adolescence is a transition period between childhood and adulthood when physical, cognitive, social and emotional maturity grow rapidly to prepare for being adult men and women. The most common problem for existing adolescence is reproductive health problems. The effective method is needed to convey information about reproductive health to adolescents like using smartphone. Android application is one of the features on a smartphone. This study aims to determine the effectiveness of reproductive health applications on adolescent knowledge and attitudes about reproductive health. This quasi-experimental study uses pre-post with a control group. The intervention group consisted of 42 respondents while the control group 59 respondents. The sample in this study were students from two junior high schools in the city of Depok. The sampling technique used is simple random sampling. Data were analyzed using repeated anova test, Friedman test, independent t test, Man Whitney test. Statistical test results showed that there were significant differences between the knowledge and attitudes of adolescents in the intervention group given android education compared to the control group (p <0.001). Health education uses effective application in maintaining adolescent knowledge after being given health education about reproductive health (p <0.001)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hasan Jihad
"Latar Belakang: COVID-19 dikenal sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 menjadi pandemi global dan telah menyebar ke Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Pada tanggal 12 November 2020 terdapat 6.842 kasus positif COVID-19 pada anak usia kurang dari 5 tahun. Penularan COVID-19 ini terjadi akibat dari transmisi droplet dan transmisi udara. Penularan COVID-19 juga dapat terjadi di lingkungan praktik dokter gigi saat prosedur menggunakan instrumen seperti air-water syringe, ultrasonic scaler, dan high-speed handpiece yang menghasilkan cairan dan aerosol, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang infeksi COVID-19 yang dapat terjadi di lingkungan praktik dokter gigi. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua sebelum dan sesudah pemberian video visual KIE mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi serta mengetahui pengaruh pemberian video visual KIE terhadap pengetahuan orang tua mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi. Metode: Studi eksperimental dengan metode pengambilan menggunakan simple random sampling. Responden penelitian berjumlah 45 orang tua dengan anak usia 3-6 tahun. Pertama orang tua diberikan kuesioner sebelum intervensi (pre-test). Kemudian orang tua diberikan intervensi berupa video visual mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi. Setelah itu orang tua kembali diberikan kuesioner setelah intervensi (post-test). Hasil: Terdapat perbedaan bermakna secara signifikan antara total skor sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa video visual KIE dan video tersebut memiliki efektivitas yang relatif besar dalam meningkatkan pengetahuan orang tua. Kesimpulan: Video visual KIE mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan pengetahuan orang tua.

Background: COVID-19 is known as an infectious disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 has become a global pandemic and spread to Indonesia on March 2, 2020. On November 12, 2020, there were 6,842 positive cases of COVID-19 on children aged less than 5 years. The transmission of COVID-19 occurs as a result of droplet transmission and air transmission. Transmission of COVID-19 can also occur in the dental practice during procedures using instruments such as an air-water syringe, ultrasonic scaler, and high-speed handpieces that produce fluids and aerosols, therefor we need to improve parents’ knowledge about COVID-19 infections in a dental practice. Purpose: To find out the differences and effect on parents’ knowledge before and after watching communication, information, and education visual video regarding COVID-19 infection in a dental practice. Method: Experimental study used simple random sampling method. In total there were 45 parents with children aged 3-6 years. The parents were given a questionnaire before and after watching communication, information, and education visual videos regarding COVID-19 infection in a dental practice. Result: There was a significant difference between the total score before and after watching communication, information, and education visual video, and the video has a good effect on parents’ knowledge on COVID-19 in a dental practice. Conclusion: Communication, information, and education visual videos could improve parent’s knowledge about COVID-19 infection in the dental practice."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrinia Ristia Putri
"Latar belakang: Anak penyandang sindroma Down mengalami keterlambatan perkembangan, terutama kemampuan kognitifnya. Hal ini menyebabkan rendahnya pengetahuan terhadap kesehatan gigi dan mulut. Metodeedutainmentdapat digunakan sebagai pendekatan khusus dalam mengedukasi kesehatan gigi dan mulut anak penyandang sindroma Down, menggunakan alat permainan edukatif busy book. Anak penyandang sindroma Down belajar dengan baik secara visual, oleh karena itu busy bookdapat dibuat sesuai dengan kondisi anak dalam memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut
Metode: Penelitian eksperimental klinis ini terdiri dari 30 anak penyandang sindroma Down dengan rentang usia 8-13 tahun; dengan 15 anak mendapatkan edukasi kesehatan gigi dan mulut menggunakan busy book, dan 15 anak mendapatkan secara verbal konvensional. Rentang umur subjek dipilih setelah disesuaikan dengan mental anak normal usia prasekolah. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Sekolah Dasar Luar Biasa di DKI Jakarta dan Yayasan POTADS. Delta skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak penyandang sindroma Down pada kelompok busy bookdan kelompok verbal konvensional dianalisis perbedaannya menggunakan independent T-test(nilai p<0.05).
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara delta skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak penyandang sindroma Down melalui edukasi dengan busy bookdan verbal konvensional.
Kesimpulan: Alat permainan edukatif busy bookdapat menjadi media pembelajaran efektif dalam mengedukasi kesehatan gigi dan mulut anak penyandang sindroma Down.

Introduction: Children with Down Syndrome are developmentally delayed particularly in cognitive ability, and it affects their oral health knowledge. An edutainment method can be used as special approach to educate them regarding the oral health knowledge, using the busy book. Down syndrome children has strength in visual memory, therefore the busy book has been customized for Down syndrome children to help them in learning the DHE.
Methods: This experimental clinical study included 30 Down Syndrome children (aged 8-13); 15 children had DHE using busy book (experiment group) and 15 children (control group) had conventional verbal DHE. The study was conducted in 7 special primary schools in Jakarta and POTADS foundation. This age range was chosen after adjustment of mental age of children without Down Syndrome. The scores of the dental health knowledge of children in experiment and control group were analysed and their differences measured using independent T-test (with p value <0.05)
Results: There is a statistically significant difference between delta score of dental health knowledge after DHE using busy book and after conventional verbal DHE (P<.05).
Conclusion: Busy book appears to be an effective learning tool for dental health education in Down Syndrome children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>