Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagalung, Daniel P.
"Ernesto Laclau membuka cakrawala baru dalam memahami yang-politis, saat politik dipahami semata-mata sebagai perkara administrasi, birokrasi dan teknokrasi. “Politik” direduksi menjadi sekadar “politik kepentingan”, artinya pencapaian kepentingan berbeda-beda yang ditentukan sebelumnya dan terpisah dari kemungkinan artikulasinya dalam diskursus-diskursus alternatif yang berkompetisi satu sama lain. Dengan cara berpikir demikian, maka konflik, antagonisme, relasi kekuasaan, bentuk-bentuk subordinasi, dan represi yang menjadi kekhasan wilayah politik menjadi hilang. Menurut Laclau, yang-politis hanya bisa dipahami di dalam logika populisme. Laclau memosisikan populisme justru sebagai jalan paling baik untuk memahami pembentukan ontologis dari yang-politik. Yang-politis hanya bisa dipahami dalam logika populisme. Laclau memahami populisme sebagai usaha unifikasi simbolik kelompok di seputar individu bagai suatu yang inheren untuk membentuk kesatuan “orang-orang”. 

Ernesto Laclau has opened up a new horizon in understanding the concept of the political in a system that understood politics merely as administrative, bureaucratic and technocratic issues. The term “politics” has been reduced merely to ‘political interest’, which means that achieving these interests is different and determined in advance and separated from its possible articulation among competing discourses. Therefore, according to this reasoning, the specific characteristics of the political arena, namely conflicts, antagonisms, power relations, forms of subordination and repression, disappear from the equation. According to Laclau, the political can be understood only through the logic of populism. Laclau viewed populism as the best way to understand the ontological formation of the political. For Laclau, the symbolic unification of the group around an individuality is inherent to the formation of a “people”."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sona Pribady
"ABSTRAK
Politik sebagai salah satu dimensi realitas memberikan sebuah tempat bagi
berlangsungnya proses pengelolaan terhadap sistem kehidupan bersama. Politik
tidak dapat lagi dipandang sebagai dimensi yang berlandaskan pada sebuah
fondasi yang utuh dan tetap, yang mengatasi berbagai dimensi kehidupan lainnya,
sehingga mengucilkan posisi politik sebagai sub-sistem. Pengucilan ini membuat
politik kehilangan otonominya karena ia harus selalu berbasiskan fondasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Melalui pemikiran politik Ernesto Laclau, skripsi ini
mencoba menunjukan bahwa betapa politik adalah sebuah dimensi yang memiliki
otonomi relatif, yang berlandaskan pada fondasi yang tidak tetap. Posisi ini
membuat model pemikiran politik kontemporer lebih bercorak disensual daripada
konsensual, dan lebih memberikan tempat terhadap pluralitas di dalam sistem
kehidupan bersama. Dengan membedakan antara The Politic dan The Political,
ketidakmungkinan dari totalitas politik dalam mengelola sistem kehidupan
bersama menjadi dapat ditunjukan. Paradoks antara kedua hal tersebut adalah
sebuah ketegangan yang berdiri sebagai batas terluar dari antara masing-masing
mereka. Pemikiran politik kontemporer yang bercorak post-foundastionalist
dalam mengatasi permasalahan pluralitas pada sistem kehidupan bersama, tidak
menghilangkan dimensi etis dalam proses konstitusinya. Keberadaan dimensi etis
ini, sebagai sebuah momen etis, tidak mengurangi otonomi dari politik melainkan
justru berdiri sebagai batas terluar dari politik. Momen etis disini memungkinkan
proses aktivasi dimensi The Political, yang kemudian memiliki potensi dalam
mengintervensi The Politic.

Abstract
As one sphere in reality, politic gives a place for the process of maintaining the
social system. Politics can not be assumed as a dimension which founded by a
single totalized sphere of life, which has the supreme power to solve every social
problems, and makes politic inferior as a subsystem. It makes the politic loss its
autonomy caused it must following the pattern of its foundation which have been
taken place before. Through Ernesto Laclau?s political thought, the author try to
showing the politic as a dimension which always having its relative autonomy and
founded by unstable foundation. This position make the contemporary political
thought?s model tends to form a dissentient conception instead of consentient, and
giving a place for plurality in social system. By separating The Politic and The
Political, the impossibility of politic as totality in maintaining the social system
can be showed. The paradoxal relation between them is a tension which makes a
conceptual frontier for each of them. Post-Foundational political thought, when
trying to solve the problem of plurality, was not dismiss ethical dimension in their
process of constitution. The presence of ethical dimension, as ethical moment,
does not diminish political?s autonomy, but take a stand as its frontier. Ethical
moment gives the activation process of The Political possible, whereupon make it
potent to interventing The Politic."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43571
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Boni Hargens
Jakarta: Parrhesia (Institute For Nation-State Buildsing, 2006
321.8 BON d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Poza, Ernesto J.
Singapore: South- Western Cengage Learning, 2014
658.045 POZ f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Einaudi, Mario
Ithaca, N.J. : Cornell University Press , 1953
338.91 EIN n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Thressia Andriati Octaviani Dading
"New York City dikenal sebagai salah satu kota besar dunia yang diisi oleh kepluralitasan identitas masyarakatnya. Sebagai salah satu kola di dalam negara Amerika Serikat yang sekuler, identitas spiritual di kota ini pun ditantang untuk berkembang di tengah konsumerisme, rasionalisme, dan pertarungan besar antara berbagai macam subjek. Setelah peristiwa 9/11 tahun 2001 di New York, redefinisi spiritualitas masyarakat New York City pun makin terlihat makin antusias. Namun, tiga tahun setelah itu, yakni tahun 2004, antusiasme ini mulai menurun dalam arti mulai dapat menciptakan sintesis fenomena budaya yang akhirnya menyatu menjadi sebuah masukan ke dalam dinamika masyarakat kota tersebut. Sehingga, sudah mulai memberi pengaruh dalam membentuk identitas spiritual kota tersebut, bukan euforia semata. New York Magazine sebagai majalah gaya hidup lokal di New York City pun menjadi sebuah media tempat terbentuknya wacana identitas spiritual kota. Dengan teori wacana Laclau dan Mouffe, akan kita lihat bagaimana tiap subjek yang ada melakukan artikulasi dalam tiap wacana yang ada. Wacana-wacana tersebut adalah gaya hidup, missionary atau pemuridan organisasi spiritual, dan politik, Teori wacana pos struktural Laclau dan Mouffe ini akan dapat merombak label atau stereotipe di dalam masyarakat yang selama ini jarang dipertanyakan lagi proses pembentukannya, dan kemungkinan berbagai lapisan atau spektrum identitas dapat terlihat jika kita melihat lebih jauh."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S7761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zaidy Amiruddin
"Skripsi ini membahas tentang konflik antara pemerintah Meksiko dengan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista (EZLN) pada masa pemerintahan Ernesto Zedillo (1994 ? 2000) dengan menggunakan kerangka teori gerakan sosial dan teori konflik dan konsensus. Pembahasan difokuskan dengan meneliti tentang faktorfaktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya EZLN sebagai sebuah gerakan pemberontak, serta upaya-upaya apa saja yang dilakukan pemerintah Meksiko pada masa pemerintahan Ernesto Zedillo untuk mengakomodasi tuntutan-tuntutan dari EZLN tersebut. Beberapa faktor yang menjadi landasan munculnya EZLN adalah kesenjangan sosial, masyarakat yang termarjinalkan, hubungan antara pusat dan daerah yang tidak seimbang, serta hak-hak kaum adat yang terbelenggu. Konflik vertikal antara EZLN dengan Pemerintah Meksiko pun tak terelakkan. Pada masa pemerintahan Ernesto Zedillo, serangkaian peristiwa konflik terus berlangsung, baik konflik positif maupun konflik negatif. Pembantaian, pembunuhan, peperangan, hingga perundingan menjadi bagian dari konflik yang kerap terjadi pada masa itu. Presiden Zedillo juga melakukan berbagai upayaupaya untuk menyelesaikan konflik yang telah berlarut-larut tersebut, salah satunya dengan menggunakan jalur diplomasi. Namun, EZLN merasa bahwa tuntutan atau aspirasi yang mereka perjuangkan selama ini belum dapat terwujud. Alhasil, hingga saat ini pemerintah Meksiko belum dapat menyelesaikan konflik yang terjadi antara EZLN dengan pemerintah Meksiko.
By using the theory of social movement and conflict-consensus, this thesis serves a research on conflicts between mexican government in Ernesto Zedillo?s era and Zapatista Army of National Liberation (EZLN). The research focuses on the causes as well as negotiations so far between the goverment and EZLN. Lack (unbalanced) of social, marginal society, and the unstable relation between central goverment and remote people, unfulfilled indigenous?s rights are some basic causes of the EZLN. Massacres, wars, as well as negotiations had happened along these vertical conflicts. President Zedillo had negociated through diplomatic dialogues to solve the problems. But at the end of his era, according to EZLN, President Zedillo still have not answered wisely the questions nor the problems."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5949
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Prionggo Aji Saputra
"Permasalahan lingkungan yang paling sering dibicarakan oleh banyak orang saat ini adalah pemanasan global. Pemanasan global merupakan salah satu hiperobjek yang terjadi di dunia saat ini dan menjadi suatu bahasan yang hangat diperbincangkan. Salah satu akar masalah dari hal tersebut adalah kesadaran ekologis yang kurang. Hal ini yang kemudian disoroti dalam pemikiran ekologis Timothy Morton. Penelitian ini berupaya untuk membedah persoalan ekokritisme konvensional yang tidak cukup komprehensif memandang permasalahan ekologis yang luas, dan menginvestigasi lebih mendalam tentang pemikiran ekologis Timothy Morton. Pada akhirnya penelitian ini diarahkan pada pemikiran ekologis sebagai bagian dari refleksi kehidupan sehari-hari dan peningkatan kesadaran ekologis sebagai fondasi dalam memberikan pemaknaan terhadap lingkungan hidup yang lebih berkelanjutan. Pemikiran ekologis memberikan pandangan relasi ontologis yang setara antara manusia dengan lingkungan hidup

The most talked about environmental issue by many people today is global warming. Global warming is one of the hyperobjects that occurs in the world today and is a hotly discussed topic. One of the root causes of this is the lack of ecological awareness. This is then highlighted in the ecological thought put forwarded by Timothy Morton. This research seeks to dissect the problem of conventional ecocriticism that is not comprehensive enough to view broad ecological problems and investigate more deeply about Timothy Morton’s ecological thought. In the end, this research is directed at ecological thinking as part of daily life reflection and increasing ecological awareness as a foundation in giving meaning to a more sustainable environment. Ecological thinking provides a view of an equal ontological relationship between humans and the environment"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>