Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72834 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rumiati
"Pendahuluan: Meningioma merupakan tumor primer intrakranial yang paling sering ditemui, tumbuh dari membran protektif yaitu meningen, ekstraaksial, berasal dari sel araknoid yang menempel pada duramater. Karakteristik meningioma yaitu tumbuh dengan besar, cenderung menghasilkan hiperostosis, infiltrasi atau juga mengerosi tulang. Prevalensi meningioma sekitar 36% dari seluruh tumor otak dengan perkiraan rasio antara wanita dan pria adalah 2:1. Masalah yang ditimbulkan tergantung pada lokasi tumor, ukuran tumor, serta keterlibatannya dengan struktur jaringan sekitar sehingga kasus meningioma cukup menarik untuk disajikan sebagai kasus klinis dengan model rencana asuhan keperawatan. Kasus: pasien laki-laki, umur 33 tahun, dengan meningioma atipikal WHO grade II dengan keluhan nyeri kepala, kelemahan tubuh sebelah kiri, kedua mata tidak dapat melihat, mata kanan proptosis. Pasien beradaptasi dengan keluhan tersebut kurang lebih selama satu tahun dengan minum obat warung dan melakukan pengobatan alternatif. Upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Keluhan dirasakan semakin lama malah semakin memberat kemudian pasien melakukan pengobatan ke rumah sakit dan oleh dokter dianjurkan untuk operasi craniotomy. Kami menggunakan Model Adaptasi Roy dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Kebutuhan utama yang kami temukan antara lain yaitu aktivitas (gangguan mobilitas fisik), sensasi dan penginderaan (gangguan persepsi sensori: penglihatan), proteksi (risiko infeksi, risiko jatuh), neurologi (penurunan kapasitas adaptif intrakranial), konsep diri (kecemasan) dan peran (ketidakefektifan performa peran). Kesimpulan: Asuhan keperawatan pada pasien meningioma dengan kebutuhan utama penurunan kapasitas adaptif intrakranial, gangguan mobilitas fisik, gangguan persepsi sensori, risiko infeksi, risiko jatuh, kecemasan dan ketidakefektifan performa peran dapat teratasi dengan menggunakan pendekatan salah satu teori keperawatan yaitu Model Adaptasi Roy. Model Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar ilmu keperawatan adalah pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam menghadapi situasi hidupnya. Roy memandang manusia merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat merespon stimulus yang datang baik dari dalam maupun luar. Pasien mengalami perbaikan kondisi dari hari kehari, keluhan dirasakan berkurang, kecemasan tidak ada dan pasien lebih menerima peran serta kondisinya saat ini, sehingga dengan demikian tujuan dari asuhan keperawatan tercapai yaitu pasien mencapai kondisi adaptif dengan penyakitnya.

Introduction: Meningioma is the most common primary intracranial tumor, growing from a protective membrane, namely the meninges, extraaxial, originating from arachnoid cells attached to the dura mater. The characteristics of a meningioma are that it grows large, tends to cause hyperostosis, infiltrates or also erodes the bone. The prevalence of meningioma is about 36% of all brain tumors with an estimated ratio between women and men is 2:1. The problems that arise depend on the location of the tumor, the size of the tumor, and its involvement with the surrounding tissue structures so that meningioma cases are quite interesting to be presented as clinical cases with a cost-loss plan model. Case: male patient, aged 33 years, with WHO grade II atypical meningioma with complaints of headache, left side weakness, unable to see both eyes, proptosis of right eye. The patient adapted to this complaint for about a year by taking drug stalls and taking alternative treatments. These efforts did not produce results. Complaints that are felt the longer they get worse, then the patient goes to the hospital for treatment and the doctor recommends craniotomy surgery. We use the Roy Adaptation Model in providing care to patients. The main needs that we found include activity (impaired physical mobility), sensation and sensing (impaired sensory perception: vision), protection (risk of infection, risk of falling), neurology (decreased intracranial adaptive capacity), self-concept (anxiety) and role (role performance ineffectiveness). Conclusion: Caring for involvement in meningioma patients with the main need for decreased intracranial adaptive capacity, impaired physical mobility, impaired sensory perception, risk of infection, risk of falling, anxiety and ineffectiveness of role performance can be overcome by using the approach of one of the partnership theories, namely the Roy Adaptation Model. Roy's Adaptation Model assumes that the basis of expertise is an understanding of the process of human adaptation in dealing with their life situations. Roy sees humans as an open and adaptive system that can respond to stimuli that come from both inside and outside. The patient experiences an improvement from day to day, complaints are felt to decrease, anxiety is absent and the patient is more accepting of the role and condition of his current condition, so that in this way the goal of humanitarian assistance is achieved, namely the patient reaches an adaptive condition with his illness."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rumiati
"Pendahuluan: Meningioma merupakan tumor primer intrakranial yang paling sering ditemui, tumbuh dari membran protektif yaitu meningen, ekstraaksial, berasal dari sel araknoid yang menempel pada duramater. Karakteristik meningioma yaitu tumbuh dengan besar, cenderung menghasilkan hiperostosis, infiltrasi atau juga mengerosi tulang. Prevalensi meningioma sekitar 36% dari seluruh tumor otak dengan perkiraan rasio antara wanita dan pria adalah 2:1. Masalah yang ditimbulkan tergantung pada lokasi tumor, ukuran tumor, serta keterlibatannya dengan struktur jaringan sekitar sehingga kasus meningioma cukup menarik untuk disajikan sebagai kasus klinis dengan model rencana asuhan keperawatan. Kasus: pasien laki-laki, umur 33 tahun, dengan meningioma atipikal WHO grade II dengan keluhan nyeri kepala, kelemahan tubuh sebelah kiri, kedua mata tidak dapat melihat, mata kanan proptosis. Pasien beradaptasi dengan keluhan tersebut kurang lebih selama satu tahun dengan minum obat warung dan melakukan pengobatan alternatif. Upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Keluhan dirasakan semakin lama malah semakin memberat kemudian pasien melakukan pengobatan ke rumah sakit dan oleh dokter dianjurkan untuk operasi craniotomy. Kami menggunakan Model Adaptasi Roy dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Kebutuhan utama yang kami temukan antara lain yaitu aktivitas (gangguan mobilitas fisik), sensasi dan penginderaan (gangguan persepsi sensori: penglihatan), proteksi (risiko infeksi, risiko jatuh), neurologi (penurunan kapasitas adaptif intrakranial), konsep diri (kecemasan) dan peran (ketidakefektifan performa peran). Kesimpulan: Asuhan keperawatan pada pasien meningioma dengan kebutuhan utama penurunan kapasitas adaptif intrakranial, gangguan mobilitas fisik, gangguan persepsi sensori, risiko infeksi, risiko jatuh, kecemasan dan ketidakefektifan performa peran dapat teratasi dengan menggunakan pendekatan salah satu teori keperawatan yaitu Model Adaptasi Roy. Model Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar ilmu keperawatan adalah pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam menghadapi situasi hidupnya. Roy memandang manusia merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat merespon stimulus yang datang baik dari dalam maupun luar. Pasien mengalami perbaikan kondisi dari hari kehari, keluhan dirasakan berkurang, kecemasan tidak ada dan pasien lebih menerima peran serta kondisinya saat ini, sehingga dengan demikian tujuan dari asuhan keperawatan tercapai yaitu pasien mencapai kondisi adaptif dengan penyakitnya.

Introduction: Meningioma is the most common primary intracranial tumor, growing from a protective membrane, namely the meninges, extraaxial, originating from arachnoid cells attached to the dura mater. The characteristics of a meningioma are that it grows large, tends to cause hyperostosis, infiltrates or also erodes the bone. The prevalence of meningioma is about 36% of all brain tumors with an estimated ratio between women and men is 2:1. The problems that arise depend on the location of the tumor, the size of the tumor, and its involvement with the surrounding tissue structures so that meningioma cases are quite interesting to be presented as clinical cases with a cost-loss plan model. Case: male patient, aged 33 years, with WHO grade II atypical meningioma with complaints of headache, left side weakness, unable to see both eyes, proptosis of right eye. The patient adapted to this complaint for about a year by taking drug stalls and taking alternative treatments. These efforts did not produce results. Complaints that are felt the longer they get worse, then the patient goes to the hospital for treatment and the doctor recommends craniotomy surgery. We use the Roy Adaptation Model in providing care to patients. The main needs that we found include activity (impaired physical mobility), sensation and sensing (impaired sensory perception: vision), protection (risk of infection, risk of falling), neurology (decreased intracranial adaptive capacity), self-concept (anxiety) and role (role performance ineffectiveness). Conclusion: Caring for involvement in meningioma patients with the main need for decreased intracranial adaptive capacity, impaired physical mobility, impaired sensory perception, risk of infection, risk of falling, anxiety and ineffectiveness of role performance can be overcome by using the approach of one of the partnership theories, namely the Roy Adaptation Model. Roy's Adaptation Model assumes that the basis of expertise is an understanding of the process of human adaptation in dealing with their life situations. Roy sees humans as an open and adaptive system that can respond to stimuli that come from both inside and outside. The patient experiences an improvement from day to day, complaints are felt to decrease, anxiety is absent and the patient is more accepting of the role and condition of his current condition, so that in this way the goal of humanitarian assistance is achieved, namely the patient reaches an adaptive condition with his illness."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurviana Suharto
"Prevalensi pasien dengan kanker setiap tahun terus mengalami peningkatan. Perawat sebagai bagian integral dari perawatan dapat memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan komprehensif dengan menjalankan peran sebagai care giver, researcher dan innovator. Praktik residensi spesialis keperawatan medikal bedah dengan kekhususan onkologi yang telah dilaksanakan selama 2 semester bertujuan untuk aplikasi dan penerapan peran perawat spesialis dengan pendekatan comfort theory model. Peran sebagai care giver dilakukan dengan mengelola 30 pasien pada kasus kanker yang bervariasi serta mengelola satu kasus utama dengan kanker lidah. Peran sebagai researcher dilakukan dengan menerapkan tindakan keperawatan berbasis pembuktian ilmiah evidence-based nursing yaitu penggunaan aromatherapy massages untuk mengurangi gejala depresi pada pasien kanker. Peran sebagai innovator dilakukan dengan menerapkan manajemen edukasi terapi radioaktif iodine 131 berbasis multimedia. Analisis proses praktik residensi menunjukkan bahwa comfort theory efektif untuk diterapkan pada pasien dengan kasus keganasan dalam pemberian asuhan keperawatan, karena mampu mengidentifikasi ketidaknyaman pasien secara holistik dari aspek fisik, sosiospiritual, sosiokultural dan lingkungan, penggunaan aromatherapy massages efektif digunakan pada pasien kanker yang mengalami depresi dan manjemen edukasi yang berbasis multimedia dapat diterapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang terapi radioaktif iodine 131 pada kanker tiroid.

The prevalence of patients with cancer increase every year. Nurses as an integral part of care can provide holistic and comprehensive nursing care by performing the role of care giver, researcher and innovator. The aim of surgical nursing residency practice in oncology is to apply the role of nurse specialist with comfort theory approach. The role of care giver is done by administering 30 patients in varied cancer cases and managing one major case with tongue cancer. Role as a researcher is done by applying evidence based nursing based on aromatherapy massages to reduce depressive symptoms in cancer patients. The role of innovator is performed by applying the management of radioactive iodine 131 based multimedia education. Analysis of residency practice process shows that comfort theory is effective to be applied to patients with malignancy cases in nursing care, since it can identify patients holistic discomfort from physical, sociospiritual, sociocultural and environmental aspects. The use of aromatherapy massages is effective to be applied in cancer patient with depressive symptoms. Multimedia based educational management can be applied to improve knowledge and understanding of iodine 131 radioactive therapy in thyroid cancer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Atnawanty
"Nyeri punggung bawah merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan di masyarakat. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyebab nyeri punggung bawah terbanyak yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan gangguan tidur pada penderitanya, sehingga menjadi masalah kesehatan utama dan memerlukan tindak lanjut yang serius. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan profesional, diperlukan landasan teori untuk mengatasi masalah keperawatan sesuai dengan kondisi pasien. Teori adaptasi Roy dipilih karena pada teori ini perawat didorong untuk mempromosikan adaptasi yang diharapkan dapat dicapai pasien selama masa perawatannya. Metode yang kami gunakan adalah studi kasus, pada pasien laki-laki berusia 62 tahun dengan HNP Thoracal 12, Lumbal 1,2,3. Pasien mengalami nyeri punggung sampai tungkai bawah, dan memiliki riwayat post operasi laminektomi dekompresi atas indikasi HNP Thoracal 8-11 dua tahun sebelumnya. Pada perawatan ini pasien menjalani operasi stabilisasi posterior. Hasil implementasi keperawatan pada masalah utama nyeri, pasien adaptif dengan rasa nyeri dengan mampu melakukan teknik distraksi nyeri dan melaporkan skala nyeri ringan (1-2) saat pulang. Pada masalah mobilitas, pasien adaptif terhadap keseimbangan dengan mampu berjalan menggunakan alat bantu tongkat setelah 5 hari post operasi. Pasien tidak mengalami komplikasi selama perawatan. Pasien adaptif pada masalah obesitas dengan mampu kontrol diri terhadap gangguan makan untuk menurunkan berat badan dan terjadi peningkatan performa peran dengan kondisi sakitnya. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa pendekatan model adaptasi Roy berguna dalam kasus ini karena berfokus pada kemampuan beradaptasi pasien dan sesuai untuk digunakan dalam manajemen keperawatan perioperatif pada Hernia Nukleus Pulposus.

Low back pain is one of the most common complaints in society. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) is the most common cause of low back pain which can interfere with daily activities and disrupt sleep in sufferers, so that it becomes a major health problem and requires serious follow-up. In providing quality and professional nursing care, a theoretical basis is needed to address nursing problems according to the patient's condition. Roy's adaptation theory was chosen because in this theory nurses are encouraged to promote adaptations that are expected to be achieved by patients during their treatment period. The method we use is a case study, in a 62 year old male patient with HNP Thoracal 12, Lumbar 1,2,3. The patient experienced back pain down to the lower limbs, and had a postoperative history of decompressive laminectomy for indications of HNP Thoracal 8-11 two years previously. In this treatment the patient underwent posterior stabilization surgery. The results of the implementation of nursing on the main problem of pain, patients are adaptive to pain by being able to perform pain distraction techniques and report a mild pain scale (1-2) when they go home. In terms of mobility problems, the patient is adaptive to balance by being able to walk using a cane after 5 days post surgery. The patient had no complications during treatment. Patients adaptive to the problem of obesity by being able to control themselves against eating disorders to lose weight and there is an increase in role performance with their illness. The conclusion obtained is that Roy's adaptation model approach is useful in this case because it focuses on patient adaptability and is suitable for use in perioperative nursing management of Hernia Nucleus Pulposus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Puspitasari Firdaus
"Saat ini profesi keperawatan telah mengalami perkembangan. Munculnya seorang perawat spesialis diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam bidang kekhususannya, salah satu bidangnya yaitu keperawatan digestif. Program pendidikan spesialis keperawatan diadakan untuk memenuhi harapan tersebut. Penulisan KIAS bagi mahasiswa residen peminatan digestif, berisi tentang pengalamannya merawat 30 pasien dengan masalah sistem pencernaan menggunakan pendekatan teori model adaptasi Roy, penerapan intervensi keperawatan berdasarkan bukti ilmiah (evidence based practice), serta pelaksanaan proyek inovasi. Melakukan studi kasus dengan 30 pasien kelolaan menggunakan pendekatan teori model adaptasi roy, sesuai untuk digunakan pada pasien dengan kanker kolorektal. Penerapan evidence based nursing aromatherapy massage cukup efektif menurunkan kecemasan dan peningkatan kualitas tidur pasien pra-operasi kolorektal. Penerapan video edukasi efektif meningkatkan pengetahuan pasien pra-operasi kolostomi. Perawat yang berkompetensi massage diperlukan, agar ada alternatif intervensi keperawatan yang berkaitan dengan kecemasan dan kualitas tidur. Pemberian video edukasi stoma, diharapkan menjadi satu paket perawatan pasien stoma.

Nowadays the nursing profession has developed. The emergence of a specialist nurse is expected to improve the quality of nursing services in their specialty areas, one of the fields being digestive nursing. Nursing specialist education programs are held to meet these expectations. The writing of KIAS for digestive resident students contains the experience of treating 30 patients with digestive system problems using Roy's adaptation model theory approach, the application of evidence-based nursing interventions, and the implementation of innovation projects. Conducted a case study with 30 patients under management using a theoretical approach to the Roy adaptation model, suitable for use in patients with colorectal cancer. The application of evidence based nursing aromatherapy massage is quite effective in reducing anxiety and improving sleep quality in colorectal preoperative patients. The application of educational videos effectively increases the patient's knowledge of pre-colostomy surgery. Nurses with competence in massage are needed, so that there are alternative nursing interventions related to anxiety and sleep quality. Providing stoma education videos, is expected to be a package of stoma patient care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Frida
"Proses penuaan berdampak pada penurunan fungsi tubuh dan menyebabkan adanya perubahan peran dalam kehidupan lansia serta berakibat memunculkan masalah psikososial. Tingkat stres karena persaingan hidup dan masih bekerja dihari tua menyebabkan lansia di perkotaan rentan mengalami penyakit hipertensi. Laporan kasus ini dibuat untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada lansia hipertensi dengan intervensi keperawatan menggunakan terapi rendam kaki dan aromaterapi. Hasil yang didapatkan adalah terjadi penurunan terkanan darah selama proses intervensi dilakukan. Intervensi rendam kaki dan aromaterapi dapat dipilih sebagai salah satu intervensi unggulan untuk mengontrol hipertensi pada lansia karena terbukti efektif menurunkan tekanan darah.

The aging process has an impact on the decrease in body function and causes changes in the role of life in the elderly and results in psychosocial problems. The level of stress due to competitive life and still working in the old days causes the elderly in urban areas to be prone to hypertension. The purpose of this case report is to describe the results of nursing care in elderly with hypertension with nursing intervention using foot bath and aromatherapy. The results obtained were decreased blood levels during the intervention process. Foot bath and lavender aromatherapy interventions can be chosen as one of interventions to control hypertension in family with elderly and effective in lowering blood pressure."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewit C., Susan
St. Louis: Elsevier Saunder, 2013
617.023 1 DEW s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Auliya
"Latar belakang: Meningioma memiliki kemampuan menyebabkan inflamasi seperti tumor lainnya. Adapun posisi meningioma yang diluar sawar darah otak menyebabkan gambaran inflamasi pada lingkungan mikro tumor lebih tergambarkan pada darah tepi dibandingkan tumor yang berada di intraparenkim. Hal ini dibuktikan dengan tinkat c-reactive protein yang lebih tinggi pada meningioma dibandingkan tumor intraaksial walaupun derajat meningioma lebih rendah. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivasi inflamasi perifer berdasarkan NLR dan MLR dengan gejala klinis, edema peritumoral, dan rekurensi meningioma.
Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan studi kohort retrospektif untuk mengetahui hubungan penanda inflamasi perifer terhadap gejala klinis, edema peritumoral, dan rekurensi meningioma di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada Januari 2016-Desember 2019. Penanda inflamasi perifer diambil dari data hitung jenis, edema peritumoral dihitung langsung dari data radiologi, dan data lainnya diambil dari catatan rekam medis. Analisis data bivariat Chi Square dan Mann Whitney, dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi logistik.
Hasil: Pada penelitian ini diperoleh 173 subjek dengan rata-rata usia 46,98±8,26 tahun. Meningioma didominasi derajat I (94,2%) dengan meningothelial merupakan histologi terbanyak. Nyeri kepala merupakan klinis terbanyak (64,7%) diikuti gangguan penglihatan (59%). Nilai titik potong NLR (neutrophil lymphocyte ratio) adalah 2,415 dan MLR (monocyte lymphocyte ratio) 0,295. Klinis yang berhubungan dengan NLR dan MLR yang lebih tinggi adalah nyeri kepala (p<0,001). NLR dan MLR tinggi juga berhubungan dengan gambaran peritumoral edema (p<0,001). Faktor-faktor yang memengaruhi rekurensi adalah edema peritumoral, NLR, MLR, dan derajat simpson. Dari faktor-faktor tersebut, yang berhubungan secara independent adalah MLR dengan aOR 12,647 (IK 95% 2,355-67,919); p: 0,003.
Kesimpulan: NLR dan MLR sebagai faktor penanda inflamasi perifer memiliki median yang lebih tinggi pada pasien meningioma dengan nyeri kepala dan gambaran edema peritumoral. Inflamasi pada meningioma juga berhubungan dengan kejadian rekurensi.

Background: Meningioma, like the other tumors, have the ability to cause inflammation like other tumors. It is located in areas without blood brain barrier and make the inflammation in this tumor microenvironment to be more depicted in peripheral blood than intraparenchymal tumors. This fact provable by the higher levels of c-reactive protein in meningiomas compared to intraaxial tumors even though the low grade of meningiomas. Therefore, this study aimed to determine the relationship between peripheral inflammatory activation based on NLR and MLR with clinical symptoms, peritumoral edema, and meningioma recurrence.
Methods: This is retrospective cohort study to determine the relationship between peripheral inflammatory markers and clinical symptoms, peritumoral edema, and meningioma recurrence at Cipto Mangunkusumo General Hospital in January 2016-December 2019. Peripheral inflammatory markers were taken from type count data, peritumoral edema was calculated directly from radiological data. , and other data taken from medical records. Chi Square and Mann Whitney bivariate are used for data analysis, followed by multivariate logistic regression analysis
Results: 173 subjects were obtained with an average age of 46.98 ± 8.26 years. Subject predominately grade I (94,1%) with meningothelial is the most common histology. Headache was the most clinical manifestation (64,7) followed by visual disturbances (59%). The cut-off point for the NLR is 2.415 and the MLR is 0.295. The clinical association with higher NLR and MLR was headache (p<0.001). High NLR and MLR were also associated with features of peritumoral edema (p<0.001). Factors for tumors recurrence were peritumoral edema, NLR, MLR, and Simpson's grade. Of these factors, which were independently related were MLR with an aOR of 12.647 (95% CI 2.355-67.919); p: 0.003.
Conclusion: NLR and MLR as markers of peripheral inflammation had a higher median in meningioma patients with headache and peritumoral edema features. Inflammation in meningiomas is also associated with recurrence.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sayyid Abdil Hakam Perkasa
"Pengantar
Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) diyakini berperan dalam infiltrasi meningioma ke tulang yang mengakibatkan hiperostosis. Studi prospektif ini diharapkan dapat mempelajari biomarker tersebut dan hubungannya dengan sifat infiltratif meningioma.
Metode
Penelitian ini bersifat prospektif dengan melakukan pengambilan sampel tumor bersama dengan tulang yang berdekatan melalui operasi. Pewarnaan hematoxylin dan eosin dilakukan untuk mengidentifikasi infiltrasi tumor ke calvaria dari spesimen tulang yang berdekatan. Uji imunohistokimia (IHK) sampel tumor dilakukan untuk menentukan intensitas MMP-9, yang diklasifikasikan menjadi empat kategori: negatif, lemah, sedang, dan kuat.
Hasil
Tiga puluh kasus meningioma menjalani kraniotomi pengangkatan tumor. Terdapat 18 (60%) sampel dengan hiperostosis, dan 17 (94,4%) diantaranya menginfiltrasi tengkorak. Tidak ada sampel dengan pewarnaan IHK negatif. Enam belas (59,26%) sampel tumor memiliki intensitas ekspresi MMP-9 sedang, ekspresi lemah ditemukan pada tiga sampel (11,11%), sedangkan intensitas kuat ditemukan pada delapan kasus (29,63%). Hasil kami menunjukkan hubungan yang signifikan antara infiltrasi tumor ke tulang dengan hiperostosis, tetapi intensitas MMP-9 tidak berkorelasi signifikan dengan hiperostosis dan infiltrasi tumor.
Kesimpulan
Sebagai salah satu enzim proteolitik, kami menemukan bahwa MMP-9 bukanlah faktor yang signifikan untuk infiltrasi meningioma ke tulang.

Introduction
Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) is believed to play a role in meningioma infiltration to the bone that results in hyperostosis. This prospective study is expected to learn about the biomarker and its relationship with the infiltrative nature of meningiomas
Method
A prospective analysis was conducted to retrieve meningioma samples along with adjacent bone through surgery. Hematoxylin and eosin staining was performed to identify tumoral infiltration to the calvaria from adjacent bone specimens. Immunohistochemical (IHC) tests of tumor samples were conducted to determine MMP-9 intensity, classified into four categories: negative, weak, moderate, and strong
Results
Thirty meningioma cases underwent craniotomy tumor removal. There were 18 (60%) samples with hyperostosis, and 17 (94.4%) of them infiltrated the skull. There was no sample with negative IHC staining. Sixteen (59.26%) tumor samples had moderate intensity expression of MMP-9, weak expression was found in three (11.11%) samples, while strong intensity was found in eight (29.63%) cases. Our result showed a significant relationship between tumor infiltration to the adjacent bone with hyperostosis, but the intensity of MMP-9 was not significantly correlated with hyperostosis and tumor infiltration.
Conclusion
As one of the proteolytic enzymes, we found that MMP-9 was not a significant factor for meningioma infiltration to the adjacent bone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Swearingen, Pamela L.
St. Louis: Mosby Elsevier, 1999
610.73 SWE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>