Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132823 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septiana Hannani Adina Putri
"Pada pasien dengan penyakit jantung terutama pada pasien pasca Intervensi Koroner Perkutan (IKP) penting dilakukan perawatan lanjutan yaitu rehabilitasi jantung. Data menunjukkan bahwa jumlah partisipasi pada rehabilitasi jantung menurun, terutama pada fase II. Padahal banyak manfaat yang didapatkan dari mengikuti rehabilitasi jantung salah satunya adalah mengurangi tingkat mortalitas dan meningkatkan kesehatan jantung. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi rehabilitasi jantung fase II pada pasien pasca Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Desain penelitian menggunakan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 84 responden yang telah melakukan IKP dan sudah mengikuti rehabilitasi jantung Fase I. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi rehabilitasi jantung fase II dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, riwayat merokok, efikasi diri, dan dukungan keluarga dengan efikasi diri menjadi faktor dominan. Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan pengkajian keperawatan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rehabilitasi jantung fase II dan melakukan edukasi serta memberi pilihan untuk melakukan rehabilitasi jantung di rumah.

Cardiac Rehabilitation was important for patient with cardiac disease especially patient post Percutaneous Coronary Intervention. Data shows that participation of cardiac rehabilitation in Phase II was decreasing, whereas a lot of benefit from cardiac rehabilitation, including decrease mortality rate and increase the cardiac health. Aim of this study was to identify factors that Affecting Participation of Cardiac Rehabilitation phase II at Patient Post Percutaneous Coronary Intervention. The research configuration utilized a cross sectional review. The example in this study added up to 84 individuals who had percutaneous coronary intervention and already participate in cardiac rehabilitation phase I. Result shows that participation of cardiac rehabilitation phase II was affected by age, education level, smoking history, self efficacy and family support. The dominant factor was self efficacy. This research recommend to do nursing assesment to know the factors that affecting participation of cardiac rehabilitation phase II and made health education for patient and give them choises to do cardiac rehabilitation at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Muttaqin
"Tesis ini disusun untuk mengetahui manfaat program rehabilitasi jantung fase II pada SKA terhadap kualitas hidup. Desain: prospektif kohort. Subjek: stabil, mengikuti program rehabilitasi jantung fase II (SOP rehabilitasi medik divisi kardiovaskuler RSCM). Subjek (n=26) mengisi kuesioner demografi dan riwayat penyakit jantungnya. Kualitas hidup sebelum, minggu ke-4, selesai rehabilitasi jantung fase II dinilai dengan SF-36. Karakteristik subjek:  usia 64 (44-81) tahun; jenis kelamin laki-laki (69.2%), perempuan (30.8%); pendidikan SLTA/sederajat (46.2%), perguruan tinggi (38.5%), SLTP/sederajat (11.5%), SD (3.8%); intervensi PCI (69.2%), CABG (30.2%); hipertensi dislipidemia (84.6%), DM (34.6%); risiko kardiovaskuler tinggi (57.7%), sedang (34.6%), rendah (7.7%); tidak merokok (53.8%), perokok berat (26.9%), sedang(15.4%) dan ringan(3.8%). Skor kualitas hidup sebelum, setelah 4 minggu, setelah selesai mengikuti fase II program rehabilitasi jantung: fungsi fisik 68.27±16.4, 83.65±10.6, 95(80-100); peranan fisik 37.5(0-100), 75(0-100), 100(50-100); emosi 66(0-100), 66(0-100), 100(66-100); energi 77.5(35-95), 80.58±10.5, 90(60-100); jiwa 94(60-100), 96(60-100), 96(72-100); sosial 88(50-100), 88(63-100), 100(87-100); nyeri 72.73±21.3, 90(45-100), 100(67-100); kesehatan umum 66.92±13, 72.5±14.4, 90(45-100). Analisis statistik: analisis univariat, bivariat, multivariat, uji proporsi.  Kesimpulan: skor kualitas hidup meningkat bermakna sebelum, 4 minggu, selesai rehabilitasi jantung fase II pada skala fungsi fisik (p=0.000); peranan fisik (p=0.001, p=0.02, p=0.000); energi (p=0.009, p=0.005, p=0.001); nyeri (p=0.05, p=0.03, p=0.000); kesehatan umum (p=0.045, p=0.000, p=0.000).

The purpose of this thesis is to find phase II cardiac rehabilitation program’s benefit in ACS on quality of life. Design: prospective cohort. Subjects: stable, participated in phase II cardiac rehabilitation program (Cardiovascular Division, Medical Rehabilitation Polyclinic, RSCM). Subjects (n=26) filled demographic questionnaires and heart disease histories. Quality of life were assessed using SF-36: before, 4th week, complete phase II cardiac rehabilitation. Subjects characteristics: age 64(44-81) years; male (69.2%), female (30.8%); education: senior high school/equivalent (46.2%), college (38.5%), junior/equivalent (11.5%), elementary school (3.8%); interventions: PCI (69.2%), CABG (30.2%); hypertension dyslipidemia (84.6%), DM (34.6%) cardiovascular risk: high (57.7%), moderate (34.6%), low (7.7%); smoking: none (53.8%), heavy (26.9%), moderate (15.4%), light (3.8%). SF-36 scores: before, after 4 weeks, complete phase II cardiac rehabilitation program: physical function 68.27±16.4, 83.65±10.6, 95(80-100); physical roles 37.5(0-100), 75(0-100), 100(50-100); emotional 66(0-100), 66(0-100), 100(66-100); energy 77.5(35-95), 80.58±10.5, 90(60-100); mental 94(60-100), 96(60-100), 96(72-100); social 88(50-100), 88(63-100), 100(87-100); pain 72.73±21.3, 90(45-100), 100(67-100); general health 66.92±13, 72.5±14.4, 90(45-100). Statistical analysis: univariate analysis, bivariate, multivariate, proportion testing.  Conclusion: quality of life score increased significantly before, after 4 weeks, complete phase II cardiac rehabilitation on scale: physical function (p=0.000); physical role (p=0.001, p=0.02, p=0.000); energy (p=0.009, p=0.005, p=0.001); pain (p=0.05, p=0.03, p=0.000); general health (p=0.045, p=0.000, p=0.000)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Pasien yang menjalani operasi Bedah Pintas Koroner (BPK) atau coronary artery bypass grafting (CABG) memiliki risiko terjadinya komplikasi pasca operasi yang berakibat pada hari rawat yang lama bahkan kematian. Intervensi berupa rehabilitasi jantung fase I diperlukan untuk membantu mempercepat proses pemulihan pasca operasi serta mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi BPK. Meskipun penelitian terkait rehabilitasi jantung sudah banyak dilakukan, namun perlu dilakukan telaah lebih lanjut dari artikel penelitian mengenai intervensi yang dapat dilakukan dalam program rehabilitasi jantung yang aman dan mudah dilakukan pada pasien pasca operasi BPK. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat intervensi yang aman dan efektif dilakukan dalam rehabilitasi jantung fase I pada pasien yang menjalani operasi BPK. Studi literatur ini dibuat dengan melakukan analisis terhadap atikel-artikel ilmiah minimal penelitian retrospektif yang dipublikasi tahun 2008 sampai 2018 dan berbahasa Inggris. Data didapat dari database meliputi Google Scholar, PubMed, DOAJ, dan Proquest dengan kata kunci cardiac rehabilitation phase I, coronary artery bypass grafting, early ambulation, early mobilization, education pre operative, dan physical exercise. Hasil studi literatur ini didapatkan 13 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil telaah ditemukan bahwa pelaksanaan rehabilitasi jantung fase I pada pasien yang menjalani operasi BPK dimulai dari fase praoperasi dan dilanjutkan pasca operasi sampai pasien akan pulang. Intervensi rehabilitasi jantung fase I, baik pre maupun pasca operasi, terdiri dari edukasi dan konseling, latihan/ aktivitas fisik, latihan bernapas, latihan batuk efektif, inspiratory muscle training, fisioterapi dada, dan respiratory muscle stretch gymnastics. Oleh karena itu, hasil telaah literatur ini dapat menjadi dasar dalam menentukan standar prosedur operasional terhadap pelaksanaan rehabilitasi jantung fase I untuk rumah sakit yang menyediakan pelayanan operasi BPK.
ABSTRACT
Cardiac rehabilitation phase I in patient undergoing coronary artery bypass grafting surgery. A patient undergoing coronary artery bypass grafting CABG surgery has a risk of post operative complication, which can cause prolonged length of stay and even mortality. The patient necessarily needs to do intervention cardiac rehabilitation phase I to help the recovery process after surgery and prevent post operative complications. The articles related to cardiac rehabilitation have been carried out. However, it is necessary to review research articles about the effective and safe intervention of cardiac rehabilitation phase I for patients undergoing CABG surgery. The aim of this study was to explore the effective and safe intervention of cardiac rehabilitation phase I. This literature review was conducted by analyzing articles including randomized control trial until retrospective design which published between 2008 to 2018 with English language articles. Data was searched through Google Scholar, PubMed, DOAJ, and Proquest. The keyword was early ambulation, coronary artery bypass grafting, preoperative education, physical exercise, early mobilization, and cardiac rehabilitation phase I or inpatient cardiac rehabilitation. The finding in this literature review was 13 articles corresponding with the inclusion and exclusion criteria. The result of this study found that the intervention in cardiac rehabilitation phase I in patient who undergoing coronary artery bypass grafting surgery was started from preoperative and continued postoperative phases until the patient will leave the hospital. Interventions in cardiac rehabilitation phase I consisted of education and counseling, physical exercise/ activity, breathing exercises, effective cough exercises, inspiratory muscle training, chest physiotherapy, and respiratory muscle stretch gymnastics. Therefore, the result of this literature review can be the basis to determine standard operational procedure for the implementation of the cardiac rehabilitation phase I for the hospitals that provide CABG surgery."
Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
610 JKI 22:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cornett, Sandra J.
New York : Wiley Medical, 1984
616.120 6 COR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Kunto Prabowo
"ABSTRAK
Praktik residensi keperawatan medikal bedah merupakan rangkaian pendidikan magister keperawatan yang dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan. Keperawatan medikal bedah berfokus pada penerapan ilmu dan tehnologi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien dewasa yang mengalami perubahan fisik dengan atau tanpa gangguan struktural. Praktik residensi keperawatan dilaksanakan di RSPJN Harapan Kita, kegiatan residensi terdiri dari pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler menggunakan pendekatan teori Virginia Henderson. Penerapan evidence based nursing (EBN) menggunakan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) untuk menurunkan kecemasan pasien pre operasi bedah jantung, dan proyek inovasi rehabilitasi jantung fase 1 pada pasien SKA. Hasil akhir dari proses residensi ini menunjukkan bahwa pendekatan teori Virginia Henderson relevan dan dapat diterapkan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. EBN terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dapat diterapkan diruang pre operasi bedah jantung karena secara signifikan dapat menurunkan kecemasan. Hasil proyek inovasi rehabilitasi jantung fase 1 dapat diterapkan pada pasien SKA karena SPO mudah dipahami dan mudah untuk dilakukan. Rehabilitasi jantung fase 1 pada pasien SKA dapat mempertahankan fungsi jantung secara optimal.

ABSTRACT
The residency program in medical nursing is a series of nursing master education programs carried out in the order of nursing services. Medical surgical nursing focuses on concepts and basic medical and surgical principles in the application of nursing science and technology to meet the needs of adult patients who experience physical changes with or without structural disorders. The practice of nursing residence was carried out at Harapan kita Heart and Vascular Hospital Jakarta, residency activities consist of giving nursing care to patients with cardiovascular disorders using the theoretical approach of Virginia Henderson. An evidence based nursing (EBN) application uses the therapy of Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) to reduce the anxiety of patients preoperative cardiac surgery, and an innovative phase 1 cardiac rehabilitation project in SKA patients. The final results of this residency process show that Virginia Henderson's theoretical approach is relevant and can be applied to patients with cardiovascular system disorders. EBN Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) therapy can be applied in the preoperative room because it can significantly reduce anxiety. The results of phase 1 cardiac rehabilitation innovation projects can be applied to SKA patients because SPO is easy to understand and easy to do. Phase 1 cardiac rehabilitation in SKA patients can maintain heart function optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Danaparamita Hapsari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas latihan aerobik rehabilitasi jantung fase dua berbasis rumah dibandingkan berbasis rumah sakit pada pasien penyakit jantung koroner pascaintervensi koroner perkutan. Jumlah subjek penelitian sebesar 32 subjek, dengan masing-masing 15 subjek pada tiap kelompok yang dapat dianalisis. Subjek rata-rata berusia 57,97±11,59 tahun dan didominasi oleh laki-laki (80%). Kedua kelompok menunjukkan peningkatan bermakna uji jalan enam menit setelah 6 minggu intervensi dibandingkan sebelum (berbasis rumah sakit 397±78-450±73 m; berbasis rumah 350±106-454±67 m) nilai p<0,05. Peningkatan uji jalan enam menit tidak berbeda bermakna secara statistik pada kelompok berbasis rumah sakit (62 m) dibandingkan kelompok berbasis rumah (61 m) nilai p>0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah latihan aerobik rehabilitasi jantung fase dua selama 6 minggu secara signifikan meningkatkan jarak tempuh uji jalan enam menit dan peningkatan tidak berbeda bermakna berbasis rumah sakit dibandingkan berbasis rumah pada pasien pasien penyakit jantung koroner pascaintervensi koroner perkutan.

This study aims to determine the effectiveness of home-based phase II cardiac rehabilitation aerobic exercise compared to hospital-based in patients with coronary heart disease after percutaneous coronary intervention. Total subjects were 32 subjects, with 15 subjects in each group that could be analyzed. The average subject’s age was 57.97±11.59 years old and dominated by men (80%). Both groups showed a significant increase in the six-minute walk test after 6 weeks of intervention compared to baseline (hospital-based 397±78-450±73 m; home-based 350±106-454±67 m) with p value<0.05. The increase in the six-minute walk test was not statistically significantly different in the hospital-based group (62 m) compared to the home-based group (61 m) with p value>0.05. The conclusion of this study is Cardiac rehabilitation aerobic exercise in phase two for 6 weeks significantly increased the distance traveled on the six-minute walk test and the increase was not significantly different from hospital-based compared to home-based in patients with coronary heart disease after percutaneous coronary intervention."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yaldiera Utami
"Latar Belakang. Depresi pasca SKA memiliki prevalensi sebesar 20-37 , yaitu sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum. Pasien pasca SKA yang mengalami depresi dalam waktu 2 tahun pertama memiliki risiko mortalitas sebesar 2.5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami depresi. Meskipun prevalensinya cukup tinggi, namun kondisi ini seringkali tidak terdeteksi sehingga sulit untuk ditatalaksana. Kuesioner CDS telah terbukti andal dan sahih untuk mendeteksi depresi pasca SKA di beberapa negara, namun belum ada penelitian yang menguji keandalan dan kesahihan kuesioner tersebut di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan dan kesahihan kuesioner CDS berbahasa Indonesia sebagai alat ukur untuk mendeteksi depresi pasca SKA di Indonesia. Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap adaptasi lintas bahasa dan budaya serta tahap uji keandalan dan kesahihan. Subjek penelitian terdiri atas pasien rawat jalan pasca SKA yang berobat di Polikilinik Kardiologi PJT RSCM pada bulan Juli-September 2017. Uji keandalan dilakukan dengan menilai Intraclass Correlation Coefficient ICC melalui metode test-retest dan menilai Cronbach-alpha untuk mengetahui konsistensi internal. Uji kesahihan dilakukan dengan menilai kesahihan konstruksi melalui multitrait multimethod analysis dan kesahihan eksternal dengan cara membandingkan CDS dengan kuesioner BDI-II sebagai alat ukur standar untuk menilai depresi. Hasil. Penelitian ini diikuti oleh 56 subjek dengan rerata usia 58.39 8.38 tahun. Sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki 64.3 dan sudah menikah 80.4 . Uji keandalan memberikan hasil yang baik, terbukti dengan nilai ICC r 0.944; p

Background. Prevalence of post Acute Coronary Syndrome ACS depression reached 20 37 which is three times higher than in general population. Depressed post ACS patients have 2.5 times higher risk of mortality within 2 years after ACS compared with non depressed patients. Despite the high prevalence, this condition often go unrecognized and untreated. Cardiac Depression Scale CDS has been demonstrated to be valid and reliable in detecting post ACS depression in other countries. However it has not been validated in Indonesian population. This study was designed to evaluate the validity and reliability of Indonesian version CDS as a screening tool for post ACS depression in Indonesia. Method. A cross sectional study was conducted in two phases a the language and cultural adaptation phase and b the validity and reliability test. The study participants were recruited from post ACS outpatients attending Cardiology Clinic in PJT RSCM between July September 2017. Reliability of the CDS was evaluated by calculating Intraclass Correlation Coefficient ICC using test retest method and by calculating Cronbach alpha to determine internal consistency.Validity of the CDS was evaluated by examining construct validity using multitrait multimethod analysis and by comparing CDS with BDI II as gold standard measurement to determine external validity. Result. Fifty six patients were included in this study. The mean age was 58.39 8.38 years. Of these patients, 64.3 were male and 80.4 were married. Indonesian CDS demonstrated good result for test retest reliability r 0.944 p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Ariyanto Sani
"Latar Belakang: Terdapat perdebatan mengenai strategi operasi modified Fontan/TCPC pada PJB univentrikel yaitu pendekatan primer atau bertahap pada pasien yang memenuhi kriteria operasi untuk memperoleh luaran pascaoperasi yang paling baik.
Tujuan: Tinjauan sistematik ini disusun untuk membuktikan bahwa operasi modified Fontan secara bertahap pada pasien PJB dengan fisiologi jantung univentrikel dan memenuhi kriteria operasi memberikan luaran pascaoperasi yang lebih baik dibandingkan secara primer.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan protokol PRISMA-P. Identifikasi terhadap penelitian yang relevan terhadap tujuan studi dilakukan melalui pencarian literatur pada Cochrane Library, PubMed, dan CINAHL (EBSCO) database. Setiap penelitian dinilai sesuai dengan tingkat bukti klinis sesuai dengan kriteria National Health and Medical Research Council (NHMRC).
Hasil: Tiga puluh artikel diikutsertakan dalam tinjauan sistematik ini. Morfologi ventrikel yang dilaporkan dari kelainan jantung univentrikel menunjukkan proporsi malformasi yang lebih besar dengan ventrikel sistemik kiri di sebagian besar studi yang disertakan. Data hemodinamik yang dilaporkan sebelum operasi Fontan menunjukkan distribusi yang hampir sama pada rerata tekanan arteri pulmonal (mean pulmonary arteriolar pressure, mPAP), tekanan diastolik akhir ventrikel sistemik (systemic ventricular end-diastolic pressure, EDPSV), dan tekanan transpulmonal (transpulmonary pressure gradient, TPG). Pendekatan operasi primer telah banyak ditinggalkan. Dijumpai mortalitas yang lebih tinggi pada pasien yang menjalani operasi primer dengan kesintasan jangka panjang yang cukup sebanding. Tromboemboli lebih sering terjadi pada strategi operasi primer dengan insiden sebanyak 5,6% vs. 4,8% dibandingkan dengan operasi secara bertahap
Simpulan: Prosedur modified Fontan secara bertahap memberikan luaran pascaoperasi yang lebih baik dibanding dengan pendekatan primer

Background: Definitive palliation for univentricular heart usually involves different modifications of Fontan surgery / total cavopulmonary connection (TCPC). However, whether it should be done as a primary or staged procedure with an initial bidirectional Glenn shunt remains an area of debate.
Objective: This systematic review has been undertaken to prove that staged TCPC in Fontan candidates delivers better post-surgical results than the primary approach.
Method: This study was carried out according to the PRISMA-P protocol. Systematic searches identified studies in the Cochrane Library, PubMed, and CINAHL (EBSCO) database. According to the National Health and Medical Research Council (NHMRC) guideline, each study was critically appraised.
Results: A total of 30 studies were included in this systematic review. In most of the included studies, the reported ventricular morphology of univentricular heart defects showed a more significant proportion of the left systemic ventricle malformations. The hemodynamic data before Fontan surgery showed almost the same distribution of mean pulmonary arteriolar pressure (mPAP), systemic ventricular end-diastolic pressure (EDPSV), and transpulmonary pressure gradient (TPG). The primary surgical approach has mostly been abandoned because of its higher mortality rate than staged surgery. Long term survival has been comparable in both strategies. Thromboembolism was more common in the primary approach than in the staged surgery, with an incidence of 5.6% vs. 4.8%, respectively.
Conclusion: Staged modified Fontan procedure results in better post-surgical outcomes than the primary approach.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Ariyanto Sani
"Latar Belakang: Terdapat perdebatan mengenai strategi operasi modified Fontan/TCPC pada PJB univentrikel yaitu pendekatan primer atau bertahap pada pasien yang memenuhi kriteria operasi untuk memperoleh luaran pascaoperasi yang paling baik.
Tujuan: Tinjauan sistematik ini disusun untuk membuktikan bahwa operasi modified Fontan secara bertahap pada pasien PJB dengan fisiologi jantung univentrikel dan memenuhi kriteria operasi memberikan luaran pascaoperasi yang lebih baik dibandingkan secara primer.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan protokol PRISMA-P. Identifikasi terhadap penelitian yang relevan terhadap tujuan studi dilakukan melalui pencarian literatur pada Cochrane Library, PubMed, dan CINAHL (EBSCO) database. Setiap penelitian dinilai sesuai dengan tingkat bukti klinis sesuai dengan kriteria National Health and Medical Research Council (NHMRC).
Hasil: Tiga puluh artikel diikutsertakan dalam tinjauan sistematik ini. Morfologi ventrikel yang dilaporkan dari kelainan jantung univentrikel menunjukkan proporsi malformasi yang lebih besar dengan ventrikel sistemik kiri di sebagian besar studi yang disertakan. Data hemodinamik yang dilaporkan sebelum operasi Fontan menunjukkan distribusi yang hampir sama pada rerata tekanan arteri pulmonal (mean pulmonary arteriolar pressure, mPAP), tekanan diastolik akhir ventrikel sistemik (systemic ventricular end-diastolic pressure, EDPSV), dan tekanan transpulmonal (transpulmonary pressure gradient, TPG). Pendekatan operasi primer telah banyak ditinggalkan. Dijumpai mortalitas yang lebih tinggi pada pasien yang menjalani operasi primer dengan kesintasan jangka panjang yang cukup sebanding. Tromboemboli lebih sering terjadi pada strategi operasi primer dengan insiden sebanyak 5,6% vs. 4,8% dibandingkan dengan operasi secara bertahap.
Simpulan: Prosedur modified Fontan secara bertahap memberikan luaran pascaoperasi yang lebih baik dibanding dengan pendekatan primer.

Background: Definitive palliation for univentricular heart usually involves different modifications of Fontan surgery / total cavopulmonary connection (TCPC). However, whether it should be done as a primary or staged procedure with an initial bidirectional Glenn shunt remains an area of debate.
Objective: This systematic review has been undertaken to prove that staged TCPC in Fontan candidates delivers better post-surgical results than the primary approach.
Method: This study was carried out according to the PRISMA-P protocol. Systematic searches identified studies in the Cochrane Library, PubMed, and CINAHL (EBSCO) database. According to the National Health and Medical Research Council (NHMRC) guideline, each study was critically appraised.
Results: A total of 30 studies were included in this systematic review. In most of the included studies, the reported ventricular morphology of univentricular heart defects showed a more significant proportion of the left systemic ventricle malformations. The hemodynamic data before Fontan surgery showed almost the same distribution of mean pulmonary arteriolar pressure (mPAP), systemic ventricular end-diastolic pressure (EDPSV), and transpulmonary pressure gradient (TPG). The primary surgical approach has mostly been abandoned because of its higher mortality rate than staged surgery. Long term survival has been comparable in both strategies. Thromboembolism was more common in the primary approach than in the staged surgery, with an incidence of 5.6% vs. 4.8%, respectively.
Conclusion: Staged modified Fontan procedure results in better post-surgical outcomes than the primary approach.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>