Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197378 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deny Yudhistira
"Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat global yang sampai saat ini masih perlu memperoleh perhatian penting terutama di negara-negara berkembang. Indonesia perlu menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Sebanyak 108 kabupaten/kota di Provinsi Banten, Jawa Barat, jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk lokasi fokus intervensi percepatan penurunan stunting terintegrasi tahun 2023 dengan skema percepatan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui visualisasi dashboard data wilayah berisiko stunting dikaitkan dengan pola asuh, faktor lingkungan, faktor akses pelayanan kesehatan, penyakit infeksi dan BBLR di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 2021. Penelitian ini merupakan studi ekologi dengan unit analisis di tingkat kabupaten/kota dan menggunakan data sekunder berupa data agregat hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 yang diperoleh dari BKPK Kemenkes RI. Hasilnya dashboard yang dibuat dapat menyajikan data pemetaan sebaran risiko stunting dikaitkan dengan pola asuh, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, penyakit infeksi dan BBLR. Selain itu juga menyajikan data dan grafik variabel di tingkat kabupaten/kota yang interaktif, serta menyajikan simulasi prevalensi stunting yang dihubungkan dengan variabel yang signifikan berhubungan dengan stunting pada penelitian ini.

Stunting is one of the global public health problems that still needs important attention, especially in developing countries. Indonesia needs to reduce the prevalence of stunting to 14% by 2024. A total of 108 districts/cities in the provinces of Banten, West Java, Central Java and East Java are included in the focus locations of the integrated stunting reduction acceleration intervention in 2023 with a special acceleration scheme. This study aims to describe the dashboard visualization of data on areas at risk of stunting associated with parenting, environmental factors, health service access factors, infectious diseases and LBW in Banten, West Java, Central Java and East Java Provinces in 2021. This research is an ecological study with a unit of analysis at the district / city level and used secondary aggregated data of the 2021 Indonesian Nutrition Status Study (SSGI) obtained from the BKPK Kemenkes RI. As a result, the dashboard created can present data mapping the distribution of stunting risk associated with parenting, environmental factors, health service factors, infectious diseases and LBW. In addition, it also presented data and graphs of variables at the interactive district / city level, and presented a simulation of the prevalence of stunting associated with variables that were significantly associated with stunting in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Puspita Devi
"Stunting merupakan kondisi malnutrisi pada anak yang berdampak pada penurunan produktivitas dan kerentanan pada penyakit degeneratif. Prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Pulau Jawa Tahun 2021. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sebaran dan faktor risiko prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat dengan mempertimbangkan efek spasial. Penelitian ini menggunakan desain ekologi dengan pendekatan spasial. Data yang dianalisis bersumber dari SSGI (Studi Status Gizi Indonesia) dan PK (Pendataan Keluarga) yang dikeluarkan pada Tahun 2021. Analisis data menggunakan Global Moran's I, LISA (Local Indicator of Spatial Autocorrelation), dan SEM (Spatial Error Model). Hasil menunjukkan tidak ada keterkaitan spasial prevalensi stunting namun terdapat korelasi spasial pada nilai residualnya. Analisis SEM menunjukkan proporsi keluarga miskin, proporsi sumber air minum tidak layak, proporsi unmet need, proporsi tidak aktif BKB (Bina Keluarga Balita) berpengaruh signifikan untuk meningkatkan prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan proporsi kehamilan tidak diinginkan dan proporsi tidak mengakses informasi melalui internet justru berpengaruh dalam menurunkan prevalensi stunting. Selain itu, penelitian ini tidak membuktikan bahwa prevalensi KB dapat menurunkan prevalensi stunting.

Stunting is a condition of malnutrition in children which has an impact on decreasing productivity and susceptibility to degenerative diseases. The prevalence of stunting in West Java Province was the highest in Java Island in 2021. The purpose of this study was to analyze the distribution and risk factors for stunting prevalence in West Java Province by considering spatial effects. This study used an ecological design with a spatial approach. The data analyzed were sourced from the SSGI (Studi Status Gizi Indonesia) and PK (Pendataan Keluarga) issued in 2021. Data analysis used Global Moran's I, LISA (Local Indicator of Spatial Autocorrelation), and SEM (Spatial Error Model). The results show that there was no spatial correlation between stunting prevalence but there was a spatial correlation in the residual value. SEM analysis showed that the proportion of poor families, the proportion of inadequate drinking water sources, the proportion of unmet need, the proportion of inactive BKB (Bina Keluarga Balita) and the prevalence of family planning had a significant effect on increasing the prevalence of stunting in West Java Province. Meanwhile, the proportion of unwanted pregnancies and the proportion of not accessing information via the internet actually had an effect on reducing the prevalence of stunting. In addition, this study did not prove that the prevalence of family planning can reduce the prevalence of stunting."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriana Widya Nugrahaning Ratanti
"Diare merupakan suatu penyakit yang masih menjadi ancaman kesehatan global terutama bagi anak balita. Penyakit diare adalah penyebab kematian anak balita peringkat kedua di dunia secara global dan penyebab kematian paling tinggi di Indonesia pada tahun 2021. Provinsi Jawa Tengah memiliki angka kejadian diare balita sebanyak 87.510 kasus dan kejadian kematian balita akibat diare yang lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi yang lain, yaitu sebanyak 184 kasus kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis spasial proporsi kejadian penyakit diare balita dengan kepadatan penduduk, sarana air minum, akses sanitasi layak, status gizi buruk, desa stop BABS, dan fasilitas puskesmas di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi menggunakan data sekunder yang bersifat open source dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Data yang didapatkan diolah menggunakan software ArcGIS 10.8 dan Geoda. Berdasarkan hasil analisis univariat, distribusi kejadian diare pada balita di wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2021 tertinggi terdapat di Kabupaten Tegal. Berdasarkan hasil analisis autokorelasi terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian diare pada balita dengan status gizi buruk dan desa stop perilaku BAB Sembarangan dengan, sehingga diperlukan pencegahan dengan penguatan pelaksanaan desa stop BAB Sembarangan dan pelaksanaan giat pencegahan gizi buruk pada anak balita.

Diarrhea is a disease that is still a threat to global health, especially for children under five. Diarrheal disease is the second leading cause of death for children under five in the world globally and the highest cause of death in Indonesia in 2021. Central Java province has an incidence of diarrhea under five as many as 87,510 cases and the incidence of under-five deaths due to diarrhea is higher than other provinces, namely 184 cases of death. This study aims to determine the spatial analysis of the proportion of diarrheal disease in children under five with population density, drinking water facilities, access to proper sanitation, poor nutritional status, villages to stop open defecation, and health center facilities in Central Java Province in 2021. This study uses an ecological study design using open source secondary data from the Central Java Health Office and Central Java Statistics Agency. The data obtained was processed using ArcGIS 10.8 and Geoda software. Based on the results of univariate analysis, the highest distribution of diarrhea in toddlers in Central Java Province in 2021 is in Tegal Regency. Based on the results of the autocorrelation analysis it is proven that there is a significant relationship between the incidence of diarrhea in toddlers and malnutrition status and the village stops open defecation behavior with, so prevention is needed by strengthening the implementation of the village stopping open defecation and active implementation of prevention of malnutrition in children under five."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Karina Yuffty
"Anak-anak cenderung mengalami risiko kematian tertinggi pada bulan pertama kehidupan. Provinsi Jawa Tengah menempati posisi pertama sebagai penyumbang kematian neonatal tertinggi secara nasional tahun 2021. Pemanfaatan sistem informasi geografis dapat digunakan untuk mengetahui hubungan faktor yang berpengaruh terhadap kematian neonatal sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses perencanaan kesehatan selanjutnya melalui aspek spasial. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keterkaitan antara kematian neonatal dan determinan yang mempengaruhinya secara spasial pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan pendekatan spasial. Analisis spasial pada penelitian ini menggunakan teknik autokorelasi spasial menggunakan indeks moran. Hasil penelitian menunjukkan terdapat autokorelasi spasial positif antar kabupaten/kota berdasarkan angka kematian neonatal di Provinsi Jawa Tengah. Pola persebaran mengelompok terbentuk pada Variabel BBLR, cakupan komplikasi kebidanan tangani, cakupan komplikasi neonatal ditangani, cakupan kunjungan antenatal (K4), puskesmas, ketinggian wilayah, dan kerapatan jalan terhadap kematian neonatal. Variabel komplikasi neonatal ditangani dan variabel ketinggian wilayah secara signifikansi menunjukkan ada interaksi spasial terhadap kematian neonatal. Wilayah yang berisiko tinggi antara lain Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Wonosobo. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah perlu meningkatkan pemantauan pada wilayah berisiko tinggi, peningkatan sumber daya manusia kesehatan dan sarana prasarana di dataran tinggi, serta penguatan pelaksanaan program P4K untuk memperkecil risiko komplikasi yang dapat berdampak pada kematian bayi baru lahir.

Children tend to experience the highest risk of death in the first month of life. Central Java Province occupies the first position as the highest contributor to neonatal mortality nationally in 2021. Utilization of geographic information systems can be used to determine the relationship of factors that influence neonatal mortality so that it can be taken into consideration in the next health planning process through spatial aspects. The purpose of this study was to determine the relationship between neonatal mortality and the determinants that affect it spatially in each district/city in Central Java Province in 2021. This study used an ecological study design with a spatial approach. Spatial analysis in this study uses spatial autocorrelation techniques using the Moran index. The results showed that there was a positive spatial autocorrelation between districts/cities based on neonatal mortality in Central Java Province. The clustered distribution pattern is formed on the LBW Variable, coverage of obstetric complications handled, coverage of neonatal complications treated, coverage of antenatal visits (K4), health center, area altitude, and road density on neonatal deaths. The neonatal complications variable was treated and the regional altitude variable significantly showed that there was a spatial interaction with neonatal death. Areas that are at high risk include Purbalingga Regency, Banjarnegara Regency, and Wonosobo Regency. The conclusion that can be drawn is that it is necessary to increase monitoring in high-risk areas, increase health human resources and infrastructure in the highlands, and strengthen the implementation of the P4K program to minimize the risk of complications that can impact on newborn mortality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kandita Iman Khairina
"Diare didefinisikan sebagai cairan abnormal atau tinja yang tidak berbentuk (cair), yang disertai peningkatan frekuensi buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian diare yaitu karakteristik anak, karakteristik keluarga, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang menggunakan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui determinan faktor kejadian diare pada balita usia 6-59 bulan di Jawa Barat menggunakan data sekunder Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021. Sampel merupakan balita berusia 6-59 bulan di Jawa Barat dalam data SSGI 2021 dan 4083 sampel didapat. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian diare pada balita 9,1%. Analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan bermakna dengan diare adalah usia anak, usia ibu, pendidikan ibu, sumber air minum, kelayakan jamban, dan tempat tinggal. Hasil analisis multivariat menunjukkan bhwa faktor paling dominan dari kejadian diare yaitu usia anak dengan nilai OR terbesar 1,872. Anak yang berusia 6-23 bulan berisiko 1,872 kali mengalami diare dibandingkan anak berusia 24-59 bulan.

Diarrhea is defined as loose or liquid stool with increased frequency of defecation three times in a day. There are some factors that have been associted with diarrhea such as; children’s characteristic, mother’s characteristic, behavioural factors, and environmental factors. This study is a descriptive study using cross-sectional design that aims to determine the determinants of diarrhea incidence in infants aged 6-59 months in West Java Province using secondary data from Study of Indonesia Nutritional Status Data 2021. Sample in this study is toddler aged 6-59 months in West Java Province in Indonesia Nutritional Study Data 2021 and 4083 samples were obtained. This study shows that diarrhea incidence in 6-59 month children in West Java is 9,1%. Bivariate analysis shows that there are significant relationship between diarrhea incidence with children;’s age, mother’s age, mother’s education, drinking water source, latrines, and type of residence. Multivariate analysis shows that children’s age is the dominant factor in diarrhea incidence in children aged 6-59 month old."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsa Ghina Butsaina
"Praktik pemberian makan pada bayi dan anak menjadi langkah awal untuk menyelesaikan kejadian stunting dan underweight yang masih menjadi masalah utama gizi anak usia 0-23 bulan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik pemberian makan pada bayi dan anak dengan melakukan analisis data Proyek Telekonseling pada tahun 2021 melalui metode pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini yaitu responden (ibu) dengan anak usia 0-23 bulan di Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang berjumlah 360 data dimana data yang dapat dianalisis hanya sebanyak 110 data. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa praktik pemberian makan pada bayi dan anak di Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur masih harus ditingkatkan. Salah satu hasil analisis komponen praktek pemberian makanan yaitu variasi makanan pendamping ASI didapatkan 58,2% diberikan sesuai dengan rekomendasi. Selain itu, pada komponen menyusui sampai dua tahun ditemukan 80,9% ibu masih menyusui bayinya. Namun, masih ditemukan sejumlah 30% anak berstatus gizi berat badan kurang dan berat badan sangat kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa konseling sangat dibutuhkan ibu. Konseling mengenai praktik pemberian makan pada bayi dan anak diberikan kepada ibu sehingga status gizi anak dapat meningkat menjadi lebih baik.

Infant and young child feeding practice is the first step to solving the incidence of stunting and underweight, which are still the main nutritional problems for children aged 0-23 months in Indonesia. This research aims to describe the practice of infant and young child feeding by analyzing Proyek Telekonseling data in 2021 using a cross-sectional approach. The sample in this study were 360 respondents (mothers) with children aged 0-23 months in Banten, Central Java, and East Java which only 110 data could be analyzed. The result of the research analysis show that the practice of infant and young child feeding in Banten, Central Java, and East Java still needs to be improved. One of the results from the component analysis of feeding practices shows the variety of complementary foods for breast milk, found that 58.2% were given following recommendations. Another result from the component of continued breastfeeding found that 80.9% mothers were still breastfeeding their babies. However, there are 30% of children were underweight and very underweight. This shows that counseling is needed. Counseling regarding infant and child feeding practices is important for mothers so that the nutritional stats of the children can be improved for the better."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustiana Nur Ekawati
"Pendahuluan: Saat ini masyarakat di dunia, termasuk Indonesia sedang menghadapi pandemi COVID-19. Sejak ditetapkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia sampai 21 Mei 2022, penderita COVID-19 sebanyak 6.052.36 kasus dan 156.519 diantaranya meninggal dunia. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan kasus COVID-19 paling banyak kedua pada tahun 2020 dan peringkat ketiga pada tahun 2021. Case Fatality Rate Provinsi Jawa Timur meningkat dari tahun 2020-2021 yaitu dari 6,9 menjadi 7,4 dan masuk dalam dua provinsi dengan CFR paling tinggi di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran kasus konfirmasi dan meninggal COVID-19 dan faktor risikonya di wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Timur secara spasial pada tahun 2020-2021. Metode: Penelitian ini adalah penelitian ekologi dengan menggunakan analisis Moran’s I. Populasi yang digunakan adalah seluruh penderita COVID-19 di Jawa Timur tahun 2020-2021 dengan satuan analisis per kab/kota. Hasil dan Pembahasan: Pola persebaran mengelompok pada tahun 2020 dan 2021 terdapat pada variabel konfirmasi COVID-19 dengan variabel persentase penderita hipertensi, persentase penderita diabetes melitus, rasio puskesmas, rasio rumah sakit rujukan COVID-19 dan rasio tenaga kesehatan. Pola persebaran mengelompok pada tahun 2020 dan 2021 terdapat pada variabel meninggal COVID-19 dengan variabel kepadatan penduduk. Fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan kasus konfirmasi dan meninggal pada COVID-19 karena akan mempengaruhi testing, tracing serta treatment dalam penangangan COVID-19.

Background: Indonesia is one of countries that facing COVID-19 Pandemic in the world at the moment. Since the first case of COVID-19 was determined in Indonesia until 21 of May 2022, there are 6.052.36 cases in total and 156.519 deaths. East Java is in the second place of provinces with the most case of COVID-19 in 2020 and in the third place in 2021. Case Fatality Rate of East Java increased from 2020 to 2021 which was from 6,9 to 7,4 and became one of two provinces with the highest CFR in Indonesia. Objective: this study aims to know the distribution pattern of confirmed cases and deaths of COVID-19 spatially and its risk factors in districts of East Java in 2020-2021 with unit analysis per district/city. Result and Discussion: the clustered distribution pattern in 2020 and 2021 is found in the COVID-19 confirmation variable with the variable percentage of hypertension patients, percentage of diabetes mellitus patients, ratio of community health centers, ratio of referral hospitals for COVID-19 and ratio of health workers. The clustered distribution pattern in 2020 and 2021 is found in the COVID-19 death variable with the variable of population density. Health facilities are one of the important factors related to confirmed cases and deaths of COVID-19 because it will affect the testing, tracing and treatment in handling COVID-19."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Naim
"Latar Belakang: Sejak pandemi Covid-19, pelaksanaan layanan imunisasi dasar anak mengalami penurunan. WHO menyebutkan secara global, sebanyak 23 juta anak di bawah umur satu tahun tidak menerima imunisasi dasar di tahun 2020. Sedangkan di Jawa Barat, cakupan imunisasi anak menurun sebesar 93,74 % tahun 2019, menjadi sebesar 82,26% tahun 2020. Oleh karena itu penting untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi imunisasi dasar bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi yang lahir di masa pandemi covid-19 di provinsi jawa barat. Metode : Penelitian ini menggunkan data SUSENAS 2021 di Jawa Barat dengan sampel sebanyak 368 bayi berusia 10-12 bulan yang lahir di masa pandemi covid-19. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross- sectional) dengan analisis regresi logistik berganda. Hasil : Berdasarkan analisis regresi logistik, faktor yang berhubungan terhadap imunisasi dasar lengkap bayi 10-12 bulan yang lahir di masa pandemi covid-19 di Jawa Barat tahun 2021 adalah pendidikan terakhir ibu, status pekerjaan ibu, status ekonomi, kepemilikan asuransi kesehatan, dan kepemilikan buku KIA dan faktor yang tidak berhubungan adalah umur ibu, tempat tinggal, penolong persalinan, tempat persalinan, akses internet. Faktor yang paling dominan berhubungan terhadap imunisasi dasar lengkap bayi adalah kepemilikan buku KIA (p value = 0.00 ; AOR =16,064 ; 95% CI =6.397-40.339). Kesimpulan : Pemerintah dapat mengoptimalkan pemanfaatan buku KIA dengan mengembangkan digitalisasi buku KIA skala nasional. Puskesmas dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama kader untuk memotivasi keluarga/masyarakat supaya memanfaatkan dan menerapkan isi buku KIA dalam perawatan kesehatan ibu dan anaknya.

Background: Since the Covid-19 pandemic, the implementation of basic childhood immunization services has decreased. WHO said globally, as many as 23 million children under the age of one year did not receive basic immunizations in 2020. Meanwhile in West Java, child immunization coverage decreased by 93.74% in 2019, to 82.26% in 2020. it is important to examine the factors that influence infant basic immunization. The purpose of this study was to determine the determinants of complete basic immunization coverage for infants born during the COVID-19 pandemic in West Java province. Methods: This study uses SUSENAS 2021 data in West Java with a sample of 368 infants aged 10-12 months who were born during the COVID-19 pandemic. This study used a cross-sectional design with multiple logistic regression analysis. Results: Based on logistic regression analysis, factors related to complete basic immunization of 10-12 month babies born during the COVID-19 pandemic in West Java in 2021 were the mother's last education, mother's employment status, economic status, health insurance ownership, and ownership. MCH handbook and unrelated factors are maternal age, place of residence, birth attendant, place of delivery, internet access. The most dominant factor related to complete basic immunization of infants was ownership of the MCH handbook (p value = 0.00 ; AOR = 16,064 ; 95% CI = 6,397-40,339). Conclusion: The government can optimize the use of MCH books by developing the digitization of MCH books on a national scale. Puskesmas can work together with various parties, especially cadres to motivate families/communities to use and apply the contents of the MCH handbook in maternal and child health care."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weny Wulandary
"Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, kesehatan dan gizi ibu yang buruk, pola asuh dan stimulasi psikososial tidak memadai. Tesis ini membahas determinan stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di provinsi NTT sebesar 32,8%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan stunting di antaranya adalah usia anak (OR: 1,723 CI 95% 1,215-2,445), jenis kelamin (OR: 1,777 CI 95% 1,305-2,419), BBLR (OR: 2,106 CI 95% 1,206-3,423), PBLR (OR: 1,768 CI 95% 1,133-2,759), riwayat penyakit infeksi (OR: 1,548 CI 95% 1,141-2,099), tingkat pendidikan ibu (OR: 1,555 CI 95% 1,136-2,127), dan sanitasi jamban (OR: 1,881 CI 95% 1,384-2,555). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor paling dominan terhadap stunting yaitu riwayat penyakit infeksi dengan nilai OR terbesar (p-value 0,003; OR: 2,244). Anak yang memiliki riwayat penyakit infeksi berisiko stunting sebesar 2,2 kali lebih tinggi dibandingan dengan anak yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi setelah dikontrol variabel usia anak, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, dan sanitasi jamban.

Stunting is the impaired growth and development that children experience from chronic malnutrition, repeated infection, poor maternal health, and inadequate psychosocial stimulation. The focus of this study is determinants of stunting on 6 – 23 months children in East Nusa Tenggara Province using data from the Study of Indonesian Nutritional Status in 2021. This research is a quantitative study used cross sectional design. The results showed that the proportion of stunting in 6-23 months in NTT province was 32.8%. The results of bivariate analysis showed that variables significantly associated with stunting included child age (OR: 1.723 CI 95% 1.215-2.445), gender (OR: 1.777 CI 95% 1.305-2.419), LBW (OR: 2.106 CI 95% 1.206-3.423), LBH (OR: 1.768 CI 95% 1.133-2.759), history of infectious disease (OR: 1.548 CI 95% 1.141-2.099), maternal education (OR: 1.555 CI 95% 1.136-2.127), and toilet sanitation (OR: 1.881 CI 95% 1.384-2.555). The results of multivariate analysis showed that the most dominant factor of stunting was history of infectious disease (p-value 0,003; OR: 2.244). Children who have history of infectious disease are at risk of stunting by 2.2 times higher than children who do not have history of infectious disease after being controlled by child age, gender, LBW, LBH, and toilet sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Nur Cahyono
"Penelitian ini bertujuan melihat keberpihakan pertumbuhan ekonomi terhadap kelompok miskin di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat selama 2006-2010. Model regresi spasial dengan maximum likelihood estimation diterapkan untuk data panel dari 40 kabupaten/kota. Penelitian membuktikan keberadaan autokorelasi spasial pada variable pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan kemiskinan pada taraf yang signifikan. Perhitungan pro poor growth index menggunakan kriteria poverty severity index menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi telah berpihak kepada kelompok miskin. Meskipun demikian, pengurangan keparahan kemiskinan ditopang seluruhnya oleh pertumbuhan ekonomi, sedangkan perubahan distribusi pendapatan justru memperburuk tingkat keparahan kemiskinan.

This study examines the economic growth bias against the poor in the province of Banten, Jakarta and West Java during 2006-2010. Spatial regression models with maximum likelihood estimation is applied to panel data from 40 districts / cities. Research proves the existence of spatial autocorrelation on the variable of economic growth, income inequality and poverty on a significant level. Pro-poor growth index calculation using the poverty severity index criterion shows that economic growth has been pro-poor. Nevertheless, the severity of poverty reduction is sustained entirely by economic growth, while changes in income distribution has worsened the severity of poverty.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T35810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>