Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jihan Tridho Pamungkas
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh timbulnya stres pada pendamping sosial PKH karena semakin tingginya beban kerja dan banyaknya kendala yang dirasakan akibat dari perkembangan program bantuan sosial di Indonesia selama masa pandemi Covid-19 sampai saat ini. Padahal posisi pendamping sosial PKH sangat vital bagi keberhasilan program, karena mereka yang mengawal pelaksanaan program di lapangan dan harus berhadapan langsung dengan penerima manfaat. Penelitian ini membahas mengenai gambaran kondisi stres, strategi coping, serta sumber dan bentuk dukungan sosial yang dimiliki pendamping sosial PKH Kecamatan Trowulan dalam menghadapi kondisi stres. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara mendalam, studi dokumen, dan observasi. Sedangkan teknik pemilihan informan yang digunakan yaitu purposive sampling dengan jumlah informan sebanyak sepuluh orang yang terdiri dari satu orang koordinator kecamatan, tujuh orang pendamping sosial PKH, dan dua orang Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH. Penelitian ini dilaksanakan pada rentang waktu Oktober 2022-Juni 2023 di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala stres yang dirasakan pendamping sosial PKH Kecamatan Trowulan adalah gejala fisik dan psikologis. Gejala fisik yang dialami berupa tekanan darah tinggi, sakit kepala dan pusing, serta kelelahan, sedangkan gejala psikologis yang dirasakan berupa marah dan kesal serta perasaan bersalah. Adapun stressor yang dialami pendamping, diantaranya singkatnya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, permasalahan yang menyangkut KPM, beban kerja yang tinggi dan kompleks, rotasi wilayah dampingan, urusan domestik pendamping, perubahan pada teknologi yang digunakan dalam pengelolaan data KPM, persoalan gaji, dan tantangan graduasi KPM PKH. Untuk strategi coping yang digunakan oleh para pendamping adalah problem-focused coping dimana pendamping berusaha untuk mengurangi atau menghilangkan sumber stres dan emotion-focused coping dimana pendamping berusaha untuk meminimalkan emosi negatif yang timbul dari stres. Sedangkan bentuk dukungan sosial yang didapatkan para pendamping berupa emotional or esteem support, tangible or instrumental support, dan informational support. Berbagai bentuk dukungan sosial tersebut bersumber dari lingkungan pekerjaan (organizational) yaitu rekan kerja, atasan, keluarga penerima manfaat PKH, pemerintah desa, serta pemerintah daerah dan juga lingkungan keluarga (family) yaitu pasangan dan anak.

This research is motivated by the emergence of stress on PKH social facilitators due to the increasing workload and the many obstacles that are felt as a result of the development of social assistance programs in Indonesia during the Covid-19 pandemic to date. In fact, the position of PKH social facilitators is very vital for the success of the program, because they oversee the implementation of the program in the field and have to deal directly with beneficiaries. This study discusses the description of stressful conditions, coping strategies, as well as the sources and forms of social support that PKH social facilitators in Trowulan District have in dealing with stressful conditions. The approach used in this research is a qualitative approach with a descriptive research type. The data collection techniques used are in-depth interviews, document studies, and observation. While the informant selection technique used was purposive sampling with ten informants consisting of one sub-district coordinator, seven PKH social assistants, and two PKH Beneficiary Families (KPM). This research was carried out in the period October 2022-June 2023 in the Trowulan District, Mojokerto Regency. The results showed that the symptoms of stress felt by PKH social facilitators in Trowulan District were physical and psychological symptoms. Physical symptoms are experienced in the form of high blood pressure, headaches and dizziness, and fatigue, while psychological symptoms are felt in the form of anger and annoyance and feelings of guilt. The stressors experienced by facilitators include short time to complete work, problems related to KPM, high and complex workload, rotation of assisted areas, domestic affairs of companions, changes in technology used in KPM data management, salary issues, and challenges to KPM graduation PKH. The coping strategies used by the facilitators are problem-focused coping where the facilitators tries to reduce or eliminate sources of stress and emotion-focused coping where the facilitators tries to minimize negative emotions that arise from stress. Meanwhile, the forms of social support obtained by the facilitators were in the form of emotional or esteem support, tangible or instrumental support, and informational support. These various forms of social support come from the work environment (organizational), namely co-workers, superiors, PKH beneficiary families, village government, and local government and also the family environment, namely spouses and children."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sondang Rita Junaida
"Perempuan dengan status HIV/AIDS menghadapi tantangan berupa masalah fisik karena proses penyakit dan masalah psikososial yang juga berdampak pada keluarga yang merawat sehingga akan mengganggu peran dan fungsi keluarga sebagai caregiver. Berbagai bentuk dukungan sosial yang dibutuhkan keluarga dan upaya koping religius yang  digunakan keluarga merupakan sistem pendukung dan strategi koping dalam proses  adaptasi keluarga merawat perempuan dengan HIV/AIDS.  Berdasarkan hal ini perlu dilakukan penelitian yang lebih mengeksplor tentang  bentuk dukungan sosial dan strategi koping religius keluarga yang merawat perempuan dengan HIV/AIDS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang mendalam tentang bentuk dukungan sosial dan strategi koping religius keluarga yang merawat perempuan dengan HIV/AIDS. Desain penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 10 orang caregiver utama yaitu keluarga  yang merawat perempuan dengan HIV/AIDS. Metode pengumpulan data dilakukan  dengan wawancara mendalam dengan pertanyaan semi terstruktur. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan teknik Colaizzi. Penelitian ini menghasilkan enam tema yaitu: 1) Bentuk dukungan sosial,  2) Strategi koping mencari dukungan spiritual dan religius, 3) Dampak positif strategi koping, 4) Stigmatisasi pada ODHA dan keluarga, 5) Alasan tidak mengungkapkan status HIV kepada anak,  6) Kekuatan keluarga dalam merawat.  Berbagai bentuk dukungan sosial dan strategi koping mencari dukungan spiritual dan religius  memberikan dampak positif bagi keluarga yang merawat perempuan dengan HIV/AIDS. Ketidakterbukaan status HIV dan  stigma  HIV di keluarga dan di masyarakat  menghambat akses dukungan sosial.   Berbagai permasalahan yang dihadapi keluarga  dalam merawat, membutuhkan resiliensi  yang tinggi sehingga diperlukan kekuatan antar anggota keluarga.Penelitian ini merekomendasikan  perawat jiwa mampu  memenuhi kebutuhan keluarga akan informasi, dukungan, dan keterampilan dalam perawatan ODHA. Pemberian informasi,dukungan dan ketrampilan dapat diberikan dengan intervensi keluarga yaitu Family Psychoeducation (FPE) serta Terapi Kelompok dan Self-Help Grup (SHG)

Women with HIV/AIDS status face challenges in the form of physical problems due to the disease process and psychosocial problems that also have an impact on the family who cares for them so that it will interfere with the role and function of the family as a caregiver. Various forms of social support needed by families and religious coping efforts used by families are support systems and coping strategies in the process of family adaptation to caring for women with HIV/AIDS.  Based on this, it is necessary to conduct research that further explores the forms of social support and religious coping strategies of families caring for women with HIV/AIDS. The purpose of this study was to obtain an in-depth description of the forms of social support and religious coping strategies of families caring for women with HIV/AIDS. This research design uses qualitative methods with a descriptive phenomenological approach. The participants in this study were 10 main caregivers, namely families caring for women with HIV/AIDS. The data collection method was conducted by in-depth interviews with semi-structured questions. The results of this study were analysed using the Colaizzi technique. This research resulted in six themes, namely: 1) Forms of social support, 2) Coping strategies seeking spiritual and religious support, 3) Positive impact of coping strategies, 4) Stigmatisation of PLWHA and family, 5) Reasons for not disclosing HIV status to children, 6) Family strength in caring. Various forms of social support and coping strategies such as seeking spiritual and religious support had a positive impact on families caring for women with HIV/AIDS. Non-disclosure of HIV status and HIV stigma in the family and community hindered access to social support.   Various problems faced by families in caring for women with HIV/AIDS require high resilience so that strength between family members is needed. This study recommends that psychiatric nurses are able to fulfil family needs for information, support, and skills in caring for PLWHA. Providing information, support and skills can be provided with family interventions, namely Family Psychoeducation (FPE) as well as GroupTherapy and Self-Help Groups (SHG)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Dwi Ariyanti
"ABSTRAK
Masa perpindahan dari SD ke SMP umumnya berkaitan dengan perubahan pada
lingkungan sekolah, aktifitas akademis, dan aktifitas sosial, perubahan-perubahan
tersebut dihadapi oleh siswa remaja awal bersamaan dengan perubahan yang
berasal dari dalam dirinya karena masa pubertas. Bagi kebanyakan siswa remaja
awal kondisi tersebut bisa menjadi pemicu munculnya stress (stressor). Dalam
menghadapi stress setiap siswa memiliki perbedaan karena disebabkan oleh
kemampuan coping yang dimilikinya dan dukungan sosial yang diterimanya.
Penelitian dilakukan pada partisipan sebanyak 106 orang yang berasal dari SMP N
2 Depok, dan memiliki karakteristik anak laki-laki maupun anak perempuan yang
sedang menjalani semester pertama sekolah. Seluruh partisipan diukur mengenai
pengalaman stress menggunakan Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, &
Mermelstein, 1983), pengalaman stressor menggunakan lembar checklist,
penggunaan strategi coping menggunakan Cope Scale (Carver, Scheier, &
Weintraub, 1989), dan dukungan sosial menggunakan Social Support
Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua partisipan mengalami stress namun pada tingkat yang berbeda-beda,
situasi khawatir dengan hasil raport jelek merupakan salah satu situasi yang
banyak dialami siswa sekaligus dianggap sebagai stressor, strategi coping terpusat
emosi sering digunakan oleh paling banyak partisipan, dan dukungan sosial yang
sangat sesuai ialah dari orang tua baik dalam bentuk instrumental maupun
emotional. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu seluruh pihak
yang terlibat dalam tumbuh kembang siswa remaja awal untuk bisa lebih
memahami pengalaman stress, stressor, strategi coping, serta dukungan sosial
pada siswa remaja awal di SMP.

ABSTRACT
The transition from elementary school to junior high school is generally
associated with changes in the school environment, academic activities, and social
activities, the changes faced by students in conjunction with the change that
comes from within him or her because of the onset of puberty. For most students
these conditions could trigger the emergence of stress (stressors). In the face of
stress every student has a different because their own capability of coping and
social support their received. Participants totaled 106 people from SMP N 2
Depok, and has the characteristics of boys and girls who are undergoing the first
semester of school. All participants were measured on experience of stress using
the Perceived Stress Scale (Cohen, Kamarck, & Mermelstein, 1983), the
experience of stressor using a checklist sheet, the use of coping strategies using
the Cope Scale (Carver, Scheier, & Weintraub, 1989), and social support using
Social Support Questionnaire for Children (Gordondise, 2011). The results
showed that all participants experienced stress but on a different level, the
situation concerned with the results of bad report cards is one of the situations
experienced by most students at once regarded as a stressor, coping strategies
centered emotions often used by most participants, and social support particularly
appropriate is from parents in the form of instrumental and emotional. From the
results of this research can help all parties involved in the development of early
adolescent students to better understand the experience of stress, stressors, coping
strategies, and social support on early adolescent students in junior high school."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Izza Nafisa
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh dukungan sosial terhadap stres kerja pada mahasiswa magang di Indonesia. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial terhadap stres kerja. Data diperoleh dari 149 partisipan berusia 18–23 tahun yang merupakan mahasiswa dan sedang menjalani kegiatan magang. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk variabel dukungan sosial dan Job Stress Scale (JSS) untuk variabel stres kerja. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring menggunakan Google Form. Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa dukungan sosial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja. Kemudian, dukungan sosial dapat memprediksi varians stres kerja sebesar 13%. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, dukungan sosial yang berasal dari teman berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja. Akan tetapi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial yang berasal dari keluarga dan pasangan romantis terhadap stres kerja. Secara garis besar, hasil penelitian ini membuktikan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap tingkat stres kerja pada mahasiswa magang. Lebih lanjut, jika dibandingkan antara dukungan sosial dari keluarga, teman, dan pasangan romantis, hanya dukungan sosial dari teman yang berpengaruh terhadap stres kerja mahasiswa magang. Implikasi penelitian ini adalah penambahan pengetahuan terkait kontribusi yang dapat diberikan oleh dukungan sosial terhadap stres kerja.

This research aims to identify the impact of social support on job stress among internship students in Indonesia. The hypothesis proposed is that there is a significant relationship between social support and job stress. Data were obtained from 149 participants aged 18–23 years, who were students and currently undergoing internship activities. The measurement tools used were the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) for the social support variable and the Job Stress Scale (JSS) for the job stress variable. The questionnaire was distributed online using Google Form. The results of simple linear regression analysis indicate that social support has a significant impact on job stress. Social support can predict 13% of the variance in job stress. Based on multiple linear regression analysis, social support from friends significantly influences job stress. However, there is no significant effect of social support from family and romantic partner on job stress. In general, the results of this research prove that social support influences the level of work stress in internship students. Furthermore, when compared between social support from family, friends, and romantic partner, only social support from friends affects work stress among intern students. The implications of this research are the addition of knowledge regarding the contribution that social support can make to job stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyah Fithrah Adzany Ahmad
"Pada tahun pertama, mahasiswa rantau menghadapi masa transisi perkuliahan dengan permasalahan khusus karena adanya perbedaan nilai dan budaya, penyesuaian kehidupan sehari-hari, perubahan lingkungan sosial, dan lain sebagainya. Selain itu, situasi pandemi covid-19 menambah kompleksitas mahasiswa rantau dalam menghadapi masa transisi perkuliahan dengan diberlakukannya metode campuran (hybrid). Adanya rintangan dalam menghadapi masa transisi perkuliahan dapat menyebabkan mahasiswa rantau merasakan stres. Dalam situasi ini, adanya hubungan sosial dan dukungan sosial sangat penting dalam membantu mahasiswa mengatasi stres yang dirasakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kesepian dan dukungan sosial terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama perantau di Universitas Indonesia. Partisipan penelitian ini merupakan mahasiswa S1 angkatan 2022 yang berasal dari luar daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekas (JABODETABEK) (N=104). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, ditemukan bahwa kesepian dan dukungan sosial secara simultan dan signifikan dapat memprediksi stres pada mahasiswa tahun pertama perantau di Universitas Indonesia (R2 = 0.280, p<0.05). Peneliti juga menemukan bahwa hanya variabel kesepian yang secara independen dan signifikan mampu memprediksi stres yang dirasakan mahasiswa. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya dan persiapan bagi mahasiswa yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan merantau.

In the first year, migrant students face a lecture transition period with special problems due to differences in values and culture, adjustments to daily life, changes in the social environment, and so on. In addition, the Covid-19 pandemic situation adds to the complexity of migrant students in facing the lecture transition period by implementing hybrid methods. The existence of obstacles in dealing with the lecture transition period can cause migrant students to feel stressed. In this situation, the existence of social relationships and social support are very important in helping students deal with the stress they feel. Therefore, this study aims to look at the role of loneliness and social support toward stress among first-year migrant students at the University of Indonesia. Participants in this study were undergraduate students from class of 2022 who came from outside the Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (JABODETABEK) areas (N=104). Based on the results of multiple regression analysis, it was found that loneliness and social support simultaneously and significantly predicted stress among first-year migrant students at the University of Indonesia (R2 = 0.280, p<0.05). The researcher also found that loneliness was independently and significantly able to predict the stress felt by students. The research results can be used as a basis for further research and preparation for students who continue their education to tertiary institutions by migrating."
2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Rahmadaniati
"ABSTRAK
Kurangnya guru pendamping khusus (GPK) dan beragamnya karakteristik siswa berkebutuhan khusus yang harus ditangani guru menambah beban kerja guru SDN Cisalak 3. Tantangan dan beban kerja yang dimiliki guru dapat menimbulkan stres yang akan memengaruhi kesejahteraan fisik, psikis, dan sosial para guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala stres yang dialami guru, mengetahui strategi coping yang digunakan, serta sumber dan bentuk dukungan sosial yang dimiliki dan dirasakan guru dalam menghadapi stres. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa gejala stres yang dialami guru SDN Cisalak 3 berupa gejala fisik dan psikologis. Strategi coping yang digunakan para guru adalah active coping dimana guru berupaya untuk mengurangi atau menghilangkan sumber stres. Sedangkan bentuk dukungan sosial yang diterima para guru berupa informational support, emotional support, instrumental support, dan appraisal support yang berasal dari berbagai sumber. Dukungan sosial tersebut membantu guru dalam menghasilkan coping yang adaptif.

ABSTRACT
Lack of special assistant teachers (GPK) and the variety of characteristics of students with special needs that must be handled by teachers, adds to the burden of work of the SDN Cisalak 3 teachers. The challenges and workloads that the teachers have in inclusive schools can cause stress which will affect the physical, psychological and social well-being of the teachers. This research aims to determine the symptoms of stress experienced by the teachers, to know the coping strategies that are being used, and the sources and forms of social support that teachers have and feel in dealing with stress. This research is a qualitative research with a descriptive design. The data collection techniques used in this research are in-depth interviews, observation, and literature studies. The results showed that the stress symptoms experienced by SDN Cisalak 3 teachers are physical and psychological symptoms. Coping strategies that being used by the teachers are active coping strategies where the teachers seek to reduce and eliminate sources of stress. The forms of social support that the teachers have: are in the form of informational support, emotional support, instrumental support and network support from various sources. Those social support help the teachers generate adaptive coping.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Clarissa
"Salah satu tekanan yang dirasakan oleh remaja adalah tekanan akademis. Dalam menghadapi masalah tersebut dibutuhkan coping yang baik oleh remaja. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa coping stress dengan jenis active dan internal coping memiliki hubungan dengan dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi dukungan sosial dari keluarga dan teman sebaya terhadap gaya coping to school-related stress yang dilakukan oleh remaja khususnya siswa kelas 12 SMA. Penelitian dilakukan pada 452 remaja dengan rentang umur 16-19 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga dan teman memiliki kontribusi terhadap gaya active coping. Dukungan sosial yang dipersepsikan dari keluarga dan teman disisi lain tidak memiliki kontribusi pada internal coping. Maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan dari orang tua dan teman memiliki kontribusi pada active coping, sehingga dukungan sosial dari teman dan keluarga baik dilakukan untuk membantu remaja mengatasi tekanan mereka yang berhubungan dengan sekolah.

Studies shown adolescent experiences some stress, one of the stress is academic stress. To deal with the problem, they need an adaptive coping which described as active coping and internal coping. Studies shown that coping stress has a correlation with social support which adolescent get from family and peers. This study aims to find the contribution from social support to adolescent rsquo s coping style to school related stress on 12th grader students. This study was conducted on 452 students, from 16 19 years old.
From the data obtained, study found that perceived social support from family has a contribution to active coping, similarly perceived social support from friend has a contribution to active coping. Meanwhile on the other side, perceived social support from family and friend do not have a contribution to internal coping, and so perceived social support from friend. From the result, we can conclude that perceived social support from friend and family have contribution to active coping. So that it is better to provide a social support from family and friend to help adolescents cope with their school related stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uji Hartono
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan kerja terhadap kinerja pendamping sosial pengarüh motivasi kerja terhadap kinerja pendamping sosial PKH, pengaruh antara kemampuan kerja dan motivasi cara bersama-sama terhadap kinerja pendamping sosial PKH. Subyek yang diteliti 39 orang, teknik pengumpulan menggunakan angket, wawancara, telaah dokumen. Analisis data menggunakan teknik regresi program statistik SPSS. analisis menunjukkan bahwa pengaruh kemampuan kerja (X1) terhadap kinerja (Y) dengan koefisien regresi sebesar rengarüh motivasi kerja (X2) terhadap kinerja (Y) dengan koefisien regresi sebesar 0,557. Pengaruh secara bersama-sama kemampuan kerja dan motivasi kerja (X1 dan X2) terhadap kinerja (Y) dengan koefisien determinasi (R3) sebesar persen. Berdasarkan hasil analisis terhadap hipotesis pertama bahwa kemampuan kerja (XI) mempunyai pengaruh terhadap kinerja (Y), sehingga hipotesis pertama diterima. Hasil analisis terhadap hipotesis kedua bahwa motivasi X2) mempunyai pengaruh signifikan), sehingga hipotesis kedua diterima. Hasil analisis terhadap hipotesis ketiga kemampuan kerja (X1) dan motivasi kerja (X2) mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap (Y), sehingga hipotesis ketiga diterima. Rekomendasi, hendaknya dapat lebih meningkatkan kemampuan dan kerja pendamping sosial PKH melalui pelatihan dan bimbingan teknis, sehingga kinerjanya meningkat secara bertahap.
"
Yogyakarta: B2P3KS, 2017
300 JPKS 16:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M Awan Satyabudi Djuanda
"Penelitian ini mengkaji fenomena mobilitas sosial intragenerasi yang dialami oleh penerima manfaat program bantuan sosial pemerintah di salah satu kecamatan termiskin di Jakarta Timur (Kecamatan Cakung). Studi-studi terdahulu telah menempatkan kebijakan sosial (seperti program bansos, rumah layak huni, dan kredit mikro) sebagai salah satu faktor pendorong mobilitas sosial dan pengentasan kemiskinan. Penelitian ini berargumen bahwa Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) yang berhasil mengalami mobilitas sosial intragenerasi naik adalah mereka yang mampu memanfaatkan dengan baik bantuan sosial tersebut untuk meningkatkan status sosial-ekonomi mereka serta mampu terhindar dari berbagai efek negatif dari bantuan sosial tersebut. Kemampuan mereka ini pun tak bisa lepas dari faktor seperti sifat individu serta karakteristik sosial-ekonomi mereka yang dapat mendorong maupun menghambat proses mobilitas sosial. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya memperhatikan pemahaman subjektif dari para penerima manfaat kebijakan terkait perpindahan status-ekonomi yang mereka alami. Untuk itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus; dengan metode pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan studi dokumen. Informan kunci dalam penelitian ini adalah 8 orang perempuan anggota KPM Transisi (telah menerima bantuan lebih dari 5 tahun) yang merupakan penerima langsung dari PKH. Perempuan (khususnya ibu) dalam masyarakat kita umumnya juga memiliki peran sosial lebih dalam mengurus keluarga, sehingga bisa jadi memiliki pemahaman lebih terkait kondisi sosial-ekonomi keluarganya.Hasil Penelitian menemukan adanya KPM PKH yang mengalami proses mobilitas intragenerasi naik (movers), mobilitas turun (fallers), dan tetap (always poor/never poor). KPM yang berhasil mengalami mobilitas intragenerasi naik adalah mereka yang secara objektif mampu memanfaatkan dengan baik bantuan sosial tersebut untuk meningkatkan status sosial-ekonomi (peningkatan pendapatan, pengembangan usaha) serta secara subjektif telah menilai bahwa dirinya telah mengalami peningkatan (misal: tidak lagi membutuhkan bantuan sosial). Keberhasilan tersebut pun tak lepas dari faktor-faktor di luar pelaksanaan kebijakan sosial (PKH) seperti sifat individu serta karakteristik sosial-ekonomi dari KPM.

This study examines the phenomenon of intragenerational social mobility experienced by beneficiaries of a governmental social assistance program in one of the poorest sub-districts in East Jakarta (Cakung District). Previous studies have placed social policies (such as social assistance programs, livable housing, and microcredit) as one of the factors driving social mobility and poverty alleviation. This research argues that Beneficiary Families of the Family Hope Program (KPM PKH) who are successful in experiencing upward intragenerational social mobility are those who can make good use of this social assistance to improve their socioeconomic status and can avoid its various negative effects. Their abilities cannot be separated from factors such as their individual characteristics and socio-economic characteristics which can encourage or hinder the process of social mobility. This research also highlights the importance of noticing the subjective understanding of policy beneficiaries regarding the shift in economic status that they experience. For this reason, this research uses a qualitative approach with a case study type of research; with data collection methods in the form of in-depth interviews and document studies. The key informants in this research were 9 female members of Transition KPMs (who had received assistance for more than 5 years) who are direct recipients of PKH. Women (especially mothers) in our society generally also have more social roles in taking care of the family so that they may have a better understanding of their family’s socio-economic conditions. Research results found that there are KPM PKH who experience a process of intragenerational upward mobility (movers), downward mobility (fallers), and immobility (always poor/never poor). KPMs who are successful in experiencing intragenerational upward mobility are those who are objectively able to make good use of social assistance to improve their socio-economic status (e.g. increased income or business development) and subjectively assess that they have experienced improvement (e.g. no longer need social assistance). This success cannot be separated from factors outside the implementation of social policy (PKH), such as KPM's individual and socio-economic characteristics."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>