Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183702 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Widiastuti
"Cakupan ANC lengkap (K6) di Indonesia masih rendah dikarenakan banyak faktor yang berkontribusi antara lain kehamilan tidak diinginkan. Di Indonesia, pada tahun 2017 angka KTD mencapai 15%, dimana 7% kehamilan tidak diinginkan dan 8% kehamilan tidak tepat waktu. Faktor yang berkaitan dengan kunjungan ANC lainnya adalah faktor individual dari ibu seperti usia, pendidikan, status pernikahan, status pekerjaan, paritas, dan partisipasi ibu dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan KTD dengan kunjungan ANC pada wanita usia subur di Indonesia. Desain studi yang digunakan yaitu cross-sectional dilakukan dengan menganalisis data SDKI tahun 2017. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji chi-square dan regresi logistik. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kehamilan tidak diinginkan dengan kunjungan ANC setelah dikontrol oleh variabel status perkawinan (p value=0,0001). Ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan sama sekali memiliki kemungkinan 1,53 kali lebih besar untuk melakukan kunjungan ANC tidak lengkap dibandingkan dengan ibu yang kehamilannya diinginkan sedangkan ibu dengan kehamilan yang tidak tepat waktu 1,67 kali lebih besar untuk melakukan kunjungan ANC tidak lengkap dibandingkan dengan ibu yang kehamilannya diinginkan setelah dipengaruhi oleh usia dan status pekerjaan. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pelayanan KB dan kunjungan ANC untuk mencegah kehamilan tidak diinginkan serta meningkatkan kunjungan ANC lengkap.

The Complete ANC Coverage (K6) in Indonesia is still low due to various contributing factors, including unintended pregnancy. In 2017, the rate of unintended pregnancies reached 15% in Indonesia, with 7% being unwanted pregnancies and 8% being mistimed pregnancies. Other factors related to ANC visits include individual factors of the mother, such as age, education, marital status, employment status, parity, and maternal participation in decision-making. This study aims to analyze the relationship between unintended pregnancy and ANC visits among reproductive-age women in Indonesia. A cross-sectional study design was used, analyzing data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS). The analysis involved chi-square tests and logistic regression. The study found a significant association between unintended pregnancy and ANC visits after controlling for marital status (p value=0,0001). Mothers who experienced completely unintended pregnancies were 1.53 times more likely to have incomplete ANC visits compared to mothers who had intended pregnancies, while mothers with mistimed pregnancies were 1.67 times more likely to have incomplete ANC visits compared to those with intended pregnancies, after being influenced by age and employment status. Therefore, there is a need for improved family planning services and ANC visits to prevent unintended pregnancies and enhance complete ANC coverage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizah Fauziyana Fadly
"Berat badan lahir rendah (BBLR) menjadi penyebab kematian neonatal terbanyak tiap tahunnya di Indonesia, dengan rata-rata kasus BBLR adalah 6,98%, berada di bawah target RPJMN 2015–2019. Beberapa studi menunjukkan kehamilan tidak diinginkan (KTD) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan terhadap BBLR. KTD di Indonesia mengalami kenaikan dari 14% (2012) menjadi 15% (2017). KTD harus dapat dicegah, dan mencegahnya bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu, SDGs ke-5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara KTD dengan kejadian BBLR di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data SDKI 2017. Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel independen dan dependen serta hubungannya setelah mengontrol variabel kovariat. Didapatkan, ibu dengan KTD memiliki risiko 1,80 kali memiliki bayi BBLR dibanding ibu dengan KTD. Diketahui bahwa terdapat variabel interaksi diantara hubungan variabel KTD dengan BBLR, yaitu variabel indeks kekayaan rumah tangga. Serta terdapat variabel confounder pada hubungan kedua variabel tersebut, yaitu frekuensi ANC. Jika disimpulkan, terdapat hubungan yang signifikan antara KTD dengan kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabel kovariat, yaitu indeks kekayaan rumah tangga dan frekuensi ANC.

Low birth weight (LBW) is the most common cause of neonatal death each year in Indonesia, with an average LBW case of 6.98%, which is below the target of the 2015–2019 RPJMN. Several studies have shown unintended pregnancy is a factor that has a significant effect on LBW. Unintended pregnancy in Indonesia has increased from 14% (2012) to 15% (2017). Unintended pregnancy must be prevented aims to improve maternal health, that is the 5th SDGs. This study aims to determine the relationship between unintended pregnancy and the incidence of LBW in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional design and uses data from the 2017 IDHS. Bivariate and multivariate analysis were used to determine the relationship between the independent and dependent variables and the relationship after controlling the covariate variables. It was found that mothers with unintended pregnancy had 1.80 times the risk of having LBW babies compared to mothers with desired pregnancies. It is known that there is an interaction variable between the relationship between unintended pregnancy and LBW, namely the household wealth index. And there is a confounder variable in the relationship between the two variables, namely the ANC frequency."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina Sabatini
"ABSTRAK
Kehamilan tidak diinginkan memiliki akibat risiko tinggi bagi ibu dan
berkontribusi 11% terhadap angka kematian ibu. Berdasarkan data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, kehamilan tidak diinginkan
meningkat menjadi 19,7% dari 16,8% di tahun 2002-2003. Diperlukan
pengetahuan alat kontrasepsi modern yang lengkap untuk meningkatkan
pemakaian kontrasepsi sehingga dapat menurunkan kehamilan tidak diinginkan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan alat kontrasepsi
modern dengan kehamilan tidak diinginkan. Penelitian dilakukan pada 1920
wanita hamil dan 484 pasangan usia subur (PUS) sebagai sampel. Sampel PUS
merupakan bagian dari sampel wanita, yang pada saat survei, suaminya turut
diwawancari. Odds Ratio (OR) diperoleh dengan analisis regresi logistik setelah
dilakukan kontrol terhadap umur, umur pertama menikah, pendidikan, tempat
tinggal, jumlah anak, paparan informasi alat kontrasepsi dari media massa,
petugas KB atau tenaga kesehatan, riwayat pemakaian alat kontrasepsi, dan
riwayat aborsi. Diperoleh hasil bahwa pengetahuan alat kontrasepsi modern pada
wanita saja tidak berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan. Sedangkan
pengetahuan alat kontrasepsi modern berhubungan dengan kehamilan tidak
diinginkan pada istri dengan OR 0,37 (95%CI 0,266-0,523), suami dengan OR 0,7
(95%CI 0,430-1,184) dan pasangan dengan OR 0,29 (95%CI 0,151-0,572).
Artinya alat kontrasepsi yang diketahui bersama oleh kedua pasangan, istri
bersama suami, akan semakin menurunkan risiko terjadinya kehamilan tidak
diinginkan.

ABSTRACT
Unwanted pregnancy has high-risk consequences for mother and contributed 11%
to maternal mortality. Based on Indonesia Demographic and Health Survey data
in 2007, unwanted pregnancy has increased to 19,7% from 16,8% in 2002-2003.
Required knowledge of various modern contraceptives method to increase usage,
so unwanted pregnancy can be prevented. This study aims to determine the
relationship between contraceptives knowledge with unwanted pregnancy in
Indonesia. Samples of this study are 1920 pregnant women and 484 reproductive
age couples. Reproductive age couples is a part of pregnant women sample, who
at the time of survey, her husband also interviewed. Odds Ratio (OR) obtained by
multivariate logistic regression analysis after the adjustment in age, age at first
marriage, education, region, number of children, exposed of contraceptives
information through mass media, family planning fieldworkers or health workers,
ever use contraception, and abortion history. The result indicates that
contraceptives knowledge did not significantly associated with unwanted
pregnancy in women. While contraceptives knowledge associated with unwanted
pregnancy in wives with OR 0,37 (95%CI 0,266-0,523), husband with OR 0,7
(95%CI 0,430-1,184), and couples with OR 0,29 (95%CI 0,151-0,572). The result
means contraceptives which known by couples will further reduce the risk of
unwanted pregnancy."
2012
T31058
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Purnaningsih
"Masih tingginya AKI di Indonesia mencerminkan bahwa intervensi untuk menurunkan AKI masih belum berjalan maksimal. Intervensi tersebut melalui antenatal care. Sayangnya, masih terdapat perbedaan cakupan antenatal care K6 yang cukup besar antara perkotaan dan pedesaan Indonesia. Cakupan K6 ditemukan lebih tinggi pada wilayah perkotaan (56.1%) bila dibandingkan dengan wilayah pedesaan (41.9%). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kunjungan antenatal care (K6) pada ibu hamil di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia. Sampel penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang tinggal di Indonesia serta memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah sampel 6790 responden untuk wilayah perkotaan dan 7013 responden untuk wilayah pedesaan. Penelitian ini menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda dalam analisisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa determinan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia tahun 2017, yaitu usia, paritas, tingkat pendidikan ibu, pengetahuan terkait komplikasi kehamilan, indeks kekayaan rumah tangga, dukungan suami/pasangan, dan pengambil keputusan terkait perawatan kesehatan ibu. Paparan dengan media massa hanya berhubungan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah perkotaan saja. Sementara, tempat/fasilitas pelayanan kesehatan hanya berhubungan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah pedesaan saja. Tingkat pendidikan ibu menjadi variabel yang berhubungan paling dominan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wanita hamil di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia.

The still high MMR in Indonesia reflects that interventions to reduce MMR have not run optimally. The intervention is through antenatal care. Unfortunately, there are still quite large differences in coverage of K6 antenatal care between urban and rural Indonesia. K6 coverage was found to be higher in urban areas (56.1%) when compared to rural areas (41.9%). This study aims to identify the determinants of antenatal care (K6) visits to pregnant women in urban and rural areas of Indonesia. The sample for this study were all women of childbearing age living in Indonesia and meeting the inclusion criteria with a sample size of 6790 respondents for urban areas and 7013 respondents for rural areas. This study uses the chi square test and multiple logistic regression in its analysis. The results of this study indicate that the determinants of antenatal care visits (K6) in urban and rural areas of Indonesia in 2017, namely age, parity, education level of the mother, knowledge related to pregnancy complications, household wealth index, husband/spousal support, and decision makers regarding care mother's health. Exposure to the mass media is only related to antenatal care (K6) visits in urban areas. Meanwhile, health service places/facilities are only related to antenatal care (K6) visits in rural areas. Maternal education level is the most dominant variable related to antenatal care (K6) visits to pregnant women in urban and rural areas of Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Lidra Maribeth
"Indonesia menjadi salah satu negara dengan penyumbang angka stunting terbesar kelima di dunia.Kehamilan tidak diinginkan dapat menjadi salah satu faktor yang mungkin berperan besar dalam menyebabkan kejadian stunting pada anak usia 0-5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian stunting pada anak usia 0-5 tahun. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) dengan metode penelitian potong lintang (cross sectional). Penelitian ini mencakup seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia yang dilaksanakan mulai dari persiapan sampai dengan analisis lanjut pada Januari 2012 – Desember 2014 dan data sekunder diproses pada tahun 2019. Sampel penelitian ini adalah wanita usia 15-49 tahun dengan anak usia 0-5 tahun di Indonesia yang berjumlah sebanyak 42.684 orang.
Hasil dari penelitian ini didapatkan hubungan kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian stunting pada analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square, dengan nilai p 0,04 (OR: 1,059 dan 95% CI: 1,003-1,118). Pada uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik, hubungan kehamilan tidak diinginkan menjadi tidak signifikan dengan stunting dengan hasil p-value 0, 077  (OR: 1,051; 95% CI: 0,995-1,110). Terdapat dua variabel konfonding yaitu status ekonomi dan pendidikan yang berhubungan sginifikan dengan stunting dengan p value <0,001.
Kesimpulan : Pada analisis multivariat tidak terdapat hubungan kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian stunting pada anak usia 0-5 tahun (nilai p> 0,05). Terdapat konfonding dalam penelitian ini yaitu pada variabel pendidikan dan status ekonomi. Pendidikan dan status ekonomi memiliki hubungan signifikan pada analisis multivariat (nilai p<0,001) dengan kejadian stunting.

Indonesia has become 5th top country with biggest stunting rate in the world. Unintended pregnancies can be one of the factors that may play a major role in causing the incidence of stunting in children aged 0-5 years. This study aims to analyze the relationship of unintended pregnancies with incidence of stunting in children aged 0-5 years. This quantitative research used secondary data from National Health Research (Riskesdas) with cross sectional research methods. This research covered all provinces and districts / cities in Indonesia which were carried out from preparation to further analysis in January 2012 - December 2014 and the secondary data was processed in 2019. The sample of this study was women aged 15-49 years old with children 0-5 years old in Indonesia which amount to 42,684 people.
Results: In bivariate analysis using chi-square test, it was found that the relationship of unintended pregnancies with stunting have a p value of 0.04 (OR: 1.059 and 95% CI: 1.003-1.118). In multivariate test using logistic regression tests, the relationship of unintended pregnancies became insignificant to stunting with p-value 0, 077 (OR: 1.051; 95% CI: 0.995-1,110). There are two confounding variabels, economic status and education related significantly to stunting with p value <0.001.
Conclusion: in multivariate analysis there was no relathionship of unintended pregnancy with stunting in children under five years old ( p value> 0.05). There is confounding in this study, the educational variable and economic status are confounding variable. Education and economic status have a significant relationship on multivariate analysis (p value< 0.001) with stunting.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T55289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Dewi Yusro Maha
"Pendahuluan: Indonesia adalah negara dengan angka kematian ibu kedua tertinggi di Asia Tenggara yang berhubungan secara langsung kejadian komplikasi persalinan. Masa kehamilan ditandai sebagai masa yang paling rentan yang dapat meningkatkan risiko kejadian komplikasi persalinan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemeriksaan kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel pada penelitian ini ialah 18.765 wanita usia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir baik lahir hidup maupun lahir mati selama 5 tahun terakhir. Analisis multivariat menggunakan uji regresi cox untuk mengetahui besaran risiko pemeriksaan kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan.
Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa terdapat 21,1% wanita mengalami 3 dari 6 gejala komplikasi persalinan dan kejadian komplikasi persalinan yang paling banyak terjadi pada ibu yang tidak melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal (ANC) secara lengkap dan tidak mendapatkan layanan 7T sebesar, yakni 28,9%. Wanita Usia Subur (WUS) yang melakukan kunjungan ANC secara lengkap dan tidak mendapatkan layanan 7T berisiko 1,19 kali untuk mengalami kejadian komplikasi persalinan, WUS yang tidak melakukan kunjungan ANC secara lengkap dan mendapatkan layanan 7T memiliki besaran risiko yang sama untuk mengalami kejadian komplikasi persalinan dan WUS yang tidak melakukan kunjungan ANC secara lengkap berisiko 1,43 kali untuk mengalami kejadian komplikasi persalinan setelah melakukan kontrol terhadap variabel penolong persalinan, riwayat ibu bersalin dan variabel interaksi.
Kesimpulan: Penelitian ini mengimplikasikan ibu yang tidak melakukan kunjungan ANC secara lengkap dan tidak mendapatkan layanan 7T dapat meningkatkan risiko mengalami kejadian komplikasi persalinan.

Introduction: Indonesia is the country with the second highest maternal mortality rate in Southeast Asia which is directly related to the incidence of labor complications. Pregnancy is marked as the most vulnerable period which can increase the risk of labor complications.
Objective: This study aims to determine the relationship between antenatal care with the incidence of labor complications.
Method: This study used a cross-sectional design by analyzing data from Indonesian Health Demographic Survey 2017. The sample in this study was 18,765 women aged 15- 49 who gave birth to the last child, both live and stillbirth during the last 5 years. Multivariate analysis using cox regression test to determine the magnitude of the risk of antenatal care with the incidence of childbirth complications.
Results: From the analysis, there were 21.1% of women experiencing 3 of the 6 symptoms of childbirth complications and the most frequent occurrence of labor complications in mothers who did not have complete antenatal care (ANC) visit and did not get 7T services of 28 9%. Fertile Age Women who make a complete ANC visit and do not get 7T services have a risk of 1.19 times to experience the incidence of labor complications, WUS who do not complete the ANC visit and get 7T services have the same magnitude of risk for experiencing the incidence of labor complications and WUS who did not make a complete ANC visit had a risk of 1.43 times to experience the incidence of labor complications after controlling for the birth attendants, maternal history and interaction variable.
Conclusion: This study implies that mothers who did not complete ANC visits and did not receive 7T services could increase the risk of experiencing labor complications.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khelian Ni Syevira
"Pendahuluan: Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 yaitu 70 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu diantaranya adalah tiga terlambat dan empat terlalu. Sebagian besar penyebab kematian ibu dapat dicegah dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas selama kehamilan dan persalinan. Hampir 98% ibu telah melakukan Antenatal Care minimal 1 kali di tenaga kesehatan professional. Namun, cakupan K4 pada 11 provinsi di Indonesia masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ANC pada ibu sudah memenuhi K1 namun tidak melanjutkan ANC minimal empat kali (K4).
Metode: penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian dianalisis menggunakan complex sample analysis dengan tiga tahap yaitu univariat, bivarat dan multivariat.
Hasil: Faktor yang berhubungan dengan kunjungan ANC adalah predisposisi (paritas), pemungkin (akses fisik, akses ekonomi, dan paparan media informasi), dan penguat (dukungan suami), sedangkan faktor kebutuhan tidak berhubungan. Dukungan suami merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan ANC pada 11 provinsi di Indonesia.
Kesimpulan: Pemerintah perlu menyediakan anggaran untuk pengembangan strategi promosi kesehatan terutama di pedesaan. Penyuluhan tentang pentingnya ANC dapat dilakukan melalui media yang mudah diakses seperti televisi. Peningkatan dukungan suami dalam kunjungan ANC dapat dilakukan dengan mengirimkan undangan lewat pesan sms atau whatsapp.

Introduction: Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still far from the target of the 2030 Sustainable Development Goals (SDGs) of 70 per 100,000 live births. Things related to maternal death are three late and four too. Most causes of maternal death can be prevented by quality health services during pregnancy and childbirth. The Ministry of Health makes the ANC service standard at least 4 times, namely 1 time in the first trimester, 1 time in the second trimester, and 2 times in the third trimester. Based on the Indonesian Health Profile in 2017, the coverage of pregnant women visiting health services, especially K4, is still low in eleven provinces in Indonesia or has not reached the target of 76%. Therefore, an analysis needs to be carried out relating to the factors that influence ANC visits.
Method: this study uses a quantitative approach using a cross sectional study design. Data was analyzed using complex sample analysis through three stages, which are univariate, bivariate, and multivariate.
Results: factors associated with ANC visit are predisposing (parity), enabling (physical access, economic access, and information media exposure), and reinforcing (husband's support), whereas need factor didn't associated with ANC visits. Husband support is the most important factor towards ANC visits in 11 provinces in Indonesia.
Conclusion: The government needs to provide a budget for developing health promotion strategies, especially in rural areas. Counseling about the importance of ANC can be done through the media which can be accessed easily such as television. Increasing husband's support during ANC visits can be done by sending invitations via SMS or WhatsApp messages.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reuwpassa, Jauhari Oka
"

Pendahuluan: Kehamilan tidak diharapkan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Wanita muda, tanpa pasangan, kegagalan kontrasepsi, serta paritas yang tinggi diberbagai literatur disebutkan sebagai faktor yang meningkatkan risiko kehamilan tidak diharapkan. Paritas yang tinggi akan berdampak pada kesehatan ibu dan anaknya, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas dengan kehamilan tidak diharapkan pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data berasal dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah WUS yang melahirkan anak terakhir selama periode 2013 – 2017 berjumlah 15.316 responden. Data dianalisis menggunakan regresi cox untuk mengetahui prevalen rasio paritas dan kehamilan tidak diharapkan. Crude dan adjusted prevalen rasio (cPR dan aPR) akan dinilai pada penelitian ini. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan (confident interval/CI) 95%. Hasil: Dari 15.316 WUS terdapat setidaknya 16,9% menyatakan mengalami kehamilan tidak diharapkan. Responden WUS 50,9% diantaranya berumur 25 – 34 tahun, 89,8% menyatakan memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi, serta menikah dan tinggal dengan suami 87,4%. Nilai cPR pada WUS dengan paritas 3 – 4 anak sekitar 2,782 (CI95% 2,257 - 3,027) sedangkan WUS paritas ≥5 anak memiliki cPR sekitar 3,421 (CI95% 3,045 - 3,843) dibandingkan dengan WUS paritas 1 – 2 anak. Hasil analisis multivariat aPR pada WUS dengan paritas 3 – 4 anak sekitar 1,862 (CI95% 1,257 – 2,758) sedangkan WUS paritas ≥5 anak memiliki cPR sekitar 2,574 (CI95% 1,575 – 4,206) setelah dikontrol oleh variabel tempat tinggal, pendidikan, riwayat kontrasepsi, serta status pernikahan dan variabel interaksi. Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan bahwa semakin tinggi paritas pada WUS, meningkatkan risiko kehamilan tidak diharapkan. Oleh sebab itu, perlu terus melakukan edukasi dan penyuluhan pada WUS dan pasangannya dalam merencanakan kehamilan, sehingga setiap kehamilan yang terjadi merupakan kehamilan yang diharapkan.


Background: Unintended pregnancy is public health problems. A lot of literatures mention young women with no partner, contraceptive failure and high parity are factors that increase the risk of unintended pregnancy. High parity will impact mother and the baby and increase morbidity and mortality. This study aims to determine the association between parity and unintended pregnancy in women childbearing age in Indonesia. Methods: Design study was cross-sectional and data was obtained from Indonesian Demographic Health Survey 2017. Sample was women childbearing age who gave birth to last child during 2013 – 2017, total 15.316 respondents. Data were analysed using cox regression to determine the prevalence ratio between parity and unintended pregnancy. Crude and adjusted prevalence ratio (cPR and aPR) will be assessed in this study. Significant level was showed by confident interval (CI) 95%. Results: Total 15.316 sample, 16.9% was stated unintended pregnancy. More than 50% women childbearing age were 25 – 34 years old, 89.8% ever used contraceptive, and 87.4% were married and lived with husband. cPR Women childbearing age with parity 3 – 4 children were 2,782 (CI95% 2,257 - 3,027) while parity ≥5 children cPR around 3,421 (CI95% 3,045 - 3,843) compared with parity 1-2 children. Multivariate analysis show aPR were 1,862 (CI95% 1,257 – 2,758) for women with parity 3 – 4 children and parity ≥5 children 2,574 (CI95% 1,575 – 4,206) after being controlled by residence, education, contraception history, marital status and interaction. Conclusion: This study found that high parity in women childbearing age will increase the risk of unintended pregnancy. Therefore, it is necessary to continue to educate women and their partner in planning a pregnancy.

"
2019
T53656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keisya Karami
"Latar Belakang: Prevalensi BBLR di Indonesia sudah mengalami penurunan sejak tahun 2000 akan tetapi penurunan ini belum mencapai target gizi global. Prevalensi BBLR kembali meningkat di tahun 2019 dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga di tahun 2022 prevalensi BBLR mencapai 12,58%. BBLR berpengaruh besar terhadap angka kematian neonatal dan kematian bayi. Di Indonesia, BBLR mejadi masalah kesehatan masyarakat sebab BBLR berkontribusi selama bertahun-tahun sebagai penyebab utama kematian neonatal. Tingginya angka kejadian BBLR akan berpengaruh pada tingginya AKB. BBLR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan hipertensi dalam kehamilan pada ibu yang melakukan kunjungan ANC dengan bayi BBLR di Indonesia.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder berupa data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bayi dengan BBLR sedangkan variabel independennya adalah hipertensi dalam kehamilan. Penelitian ini juga memiliki variabel kovariat yang meliputi variabel usia ibu, tingkat pendidikan, tempat tinggal, jumlah kunjungan ANC, riwayat aborsi, suplementasi Fe, status merokok, dan jenis kelamin bayi. Sampel penelitian ini merupakan perempuan berusia 15-49 tahun yang pernah melahirkan dalam 5 tahun terakhir sebelum pelaksaan survei. Data akan dianalisis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi.
Hasil: Diantara ibu yang melakukan kunjungan ANC didapatkan proporsi ibu dengan hipertensi dalam kehamilan yang melahirkan bayi BBLR sebesar 5% sedangkan ibu yang tidak mengalami hipertensi dalam kehamilan dan melahirkan bayi BBLR memiliki proporsi sebesar 3,3%. Ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan akan berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir yang rendah dibanding ibu yang tidak mengalami hipertensi dalam kehamilan (OR=1,54; 95% CI: 1,036-2,304). Penelitian ini juga menemukan terdapat risiko yang lebih tinggi pada ibu berusia ≥35 tahun untuk melahirkan bayi BBLR dibanding ibu pada kelompok usia 20-34 tahun (OR=1,41; 95% CI: 1,053-1,909). Analisis stratifikasi menemukan variabel usia ibu, pendidikan ibu, wilayah tempat tinggal, jumlah kunjungan ANC, riwayat aborsi, suplementasi Fe, status paparan rokok, dan jenis kelamin bayi sebagai variabel confounding terhadap hubungan hipertensi dalam kehamilan pada ibu yang melakukan kunjungan ANC dengan bayi BBLR di Indonesia.
Kesimpulan: Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan hipertensi dalam kehamilan pada ibu yang melakukan kunjungan ANC dengan bayi BBLR.

Background: The prevalence of Low Birth Weight (LBW) in Indonesia has decreased since 2000, but the decreases have not yet reached the global nutritional target. The prevalence of LBW increased again in 2019 and continues to increase every year until 2022 the prevalence of LBW reaches 12.58%. LBW has a major effect on neonatal mortality and infant mortality. In Indonesia, LBW is a public health problem because LBW has contributed for many years as the main cause of neonatal death. The high incidence of LBW will affect the high Infant Mortality Rate (IMR). LBW can be influenced by several factors, one of the factors is hypertension. This study aims to determine the description and relationship of hypertension in pregnancy in mothers who conduct ANC visits with LBW babies in Indonesia.
Methods: This research was conducted using a cross-sectional study design and used secondary data (Basic Health Research data for 2018). The dependent variable in this study was infants with LBW while the independent variable was hypertension in pregnancy. This study also has covariate variables which include mother's age, education level, place of residence, number of ANC visits, history of abortion, Fe supplementation, smoking status, and baby's gender. The sample of this study were women aged 15-49 years who had given birth in the last 5 years prior to the survey. The data will be analyzed by univariate, bivariate and stratification.
Results: Among mothers who did ANC visits, the proportion of mothers with hypertension in pregnancy who gave birth to LBW babies was 5%, while mothers who did not experience hypertension in pregnancy and gave birth to LBW babies had a proportion of 3.3%. Mothers who experience hypertension in pregnancy will have a higher risk of giving birth to babies with low birth weight than mothers who do not experience hypertension in pregnancy (OR=1.54; 95% CI: 1.036-2.304). This study also found that there was a higher risk for mothers aged ≥35 years to give birth to LBW babies than mothers in the age group 20-34 years (OR=1.41; 95% CI: 1.053-1.909). Stratification analysis found the variables of mother's age, mother's education, area of residence, number of ANC visits, history of abortion, Fe supplementation, smoking exposure status, and baby's sex as confounding variables on the relationship between hypertension in pregnancy in mothers who had ANC visits with LBW babies in Indonesia.
Conclusion: This study conclude that there is a relationship between hypertension in pregnancy in mothers who visit ANC with LBW babies.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"Antenatal care (ANC) merupakan program yang efektif untuk mencegah dan mengatasi anemia selama kehamilan. Studi ini bertujuan untuk menilai pelayanan antenatal care dan hubungannya dengan status anemia pada ibu hamil di Jakarta Timur. Studi potong lintang ini dilaksanakan pada 285 ibu dengan kehamilan ≥32 minggu. Pelayanan ANC dan kadar hemoglobin dinilai.
Studi menunjukkan bahwa ibu hamil dengan skor pengetahuan rendah?sedang tentang gejala berbahaya kehamilan dan peran keluarga dalam ANC, secara bermakna lebih rendah berresiko menderita anemia. Hal ini terkait dengan kecenderungan lebih baiknya konsumsi suplemen/multivitamin yang mengandung zat besi oleh subyek dengan skor rendah?sedang.

Antenatal care (ANC) is an effective program to prevent and overcome anemia during pregnancy. This study aimed to assess ANC services and its association with anemia status among pregnant women in East Jakarta. A cross sectional study was conducted among 285 pregnant women with ≥32 weeks gestation. ANC services and hemoglobin level were assessed.
This study showed pregnant women with low?medium score on education related to danger sign on pregnancy and family role on maternal care, had significantly lower risk of anemia. This contrary results was due to a tendency of better supplement/multivitamin containing iron consumption by subjects with lower-medium score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>