Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131514 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Novita Sari
"Kesiapan digital adalah kesiapan organisasi menghadapi digitalisasi. Perkembangan audit digital harus diimbangi dengan kesiapan digital. Organisasi dapat menggunakan kerangka maturitas khusus untuk menilai posisi kesiapan digital saat ini. Penelitian ini melihat bagaimana model yang digunakan dapat membantu mengintegrasikan langkah-langkah terkait dengan kesiapan audit digital untuk mencapai tingkat kematangan yang tepat. Kategori proses transformasi digital yang dinilai ada empat yaitu: kebijakan internal dan tata kelola, informasi dan teknologi, transformasi proses digital, dan manajemen sumber daya manusia. Hasil evaluasi menggambarkan lima tingkat kematangan yaitu level satu sampai dengan lima yaitu dilakukan, dikelola, ditetapkan, diprediksi, dan berinovasi. Untuk menentukan apakah suatu organisasi siap melakukan transformasi digital, perlu dilakukan penilaian kesiapan audit digital. Kerangka penilaian disusun dengan menetapkan kriteria dan bobot penilaian. Perancangan strategi disusun melalui analisis SWOT dengan menyusun prioritas strategi menggunakan AHP-TOPSIS.

Digital readiness is the readiness of an organization for digitalization. There must be a balance between the development of digital auditing and digital readiness. Utilizing specific maturity frameworks, organizations can assess their current digital readiness position. Assessed digital transformation process categories include internal policy and governance, information and technology, digital process transformation, and human resource management. The evaluation results characterize five levels of maturity, levels one through five, which are performed, managed, established, predictable, and innovating. To determine whether an organization is prepared for digital transformation, a digital audit readiness assessment must be conducted. The results of the assessment of digital audit readiness will provide insight into how the digital audit transformation is implemented. The assessment criteria and weights are established in order to develop the assessment framework. The design of a strategy is prepared using a SWOT analysis, and strategic priorities are established using AHP-TOPSIS."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Graha Adityatama
"Perangkat lunak dalam operasional sebuah bank mengambil peranan yang sangat signifikan. Seluruh kegiatan operasional sepenuhnya didukung oleh perangkat lunak yang berkualitas. Untuk menjaga kredibilitasnya di mata nasabahnya diperlukan sistem yang tanpa cacat. Proses pengujian sebagai salah satu proses terpenting dalam pengembangan perangkat lunak memiliki peranan dalam menjamin kualitas perangkat lunak yang baik. Saat ini banyak model perbaikan proses pengembangan perangkat lunak, sebagai contoh CMMI. Namun model perbaikan proses yang ada sampai saat ini hanya membahas sedikit mengenai proses pengujian itu sendiri.
Testing Maturity Model (TMM) yang memfokuskan pada perbaikan proses pengujian adalah suatu model yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemapanan proses pengujian pada suatu organisasi. Model ini juga dilengkapi dengan metode pengukuran (TMM Assessment Model), alat pengukuran, dan juga langkah-langkah (Activities, Tasks dan Responsibilities) untuk memperbaiki proses pengujian dan mencapai tingkat yang lebih tinggi.
Pada penelitian ini penulis akan melakukan pengukuran tingkat kemapanan proses pengujian pada sebuah bank dan membuat prioritas perbaikan berdasarkan area-area yang lemah. Dan pada akhirnya memberikan usulan perbaikan yang dapat diterapkan untuk memperbaiki proses pengujian pada organisasi tersebut. Untuk memberikan perencanaan yang konkrit, penulis menggunakan metode Plan, Do, Check, and Action (PDCA) Cycle untuk menyusun rencana aksi perbaikan proses pengujian.
Hasil dari penelitian adalah penulis berhasil mengukur tingkat kemapanan proses pengujian pada Bank XYZ yaitu tingkat kemapanan 1. Penulis juga berhasil menemukan dua area yang lemah pada kondisi proses pengujian saat ini dan perlu diperbaiki untuk mencapai tingkat kemapanan 2. Dua area lemah yang harus diperbaiki adalah pembuatan sasaran dan kebijakan pengujian dan debugging dan melembagakan teknik dan metode dasar pengujian. Penelitian ini juga menghasilkan rencana aksi untuk membantu organisasi khususnya Bank XYZ untuk memperbaiki dua area yang lemah dan mencapai tingkat kemapanan 2. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas proses pengujian dan produk perangkat lunak.

In the daily operations of a bank, softwares used are taking a very significant role. The entire operations should be fully supported by good quality softwares. This is to ensure that the bank gives the best services to their customers while increase its credibility. As one of the most important processed in software development life cycle, a thorough testing process can ensure the quality of the software. Thus, the testing process itself becomes the main focus in many software development life cycles.
Nowadays, there are many models of the software development process improvement. For example, Capability Maturity Model Integration or known as CMMI. Unfortunately, the existing models only address less specific discussion about the testing process where people need more improvement of the testing process. Testing Maturity Model (TMM), which focuses on improving the testing process, is a model that can be used to measure the maturity of the testing process in an organization. It comes with a measurement method known as TMM Assessment Model, measurement tools, and ways (Activities, Tasks, and Responsibilities) where the combination of these three can improve and achieve a higher level of maturity.
Through this study, author will measure the maturity level of the testing process in a bank and gives recommendation on prioritizing the improvement based on the weak areas founded in the field. In the end, author proposes improvements that can be applied by the organization to the entire process of testing. Author uses PDCA (Plan, Do, Check, and Action) Cycle method to create action plans for improving the testing process.
The result of maturity level of the testing process at XYZ Bank is maturity level 1. The author also found two weak areas in the current conditions of the testing process which needs to be improved to achieve maturity level 2. Two weak areas that should be improved are Develop Testing And Debugging Goals And Policies and Institutionalize Basic Testing Techniques And Methods. The study also produced action plans to help the organization in particular XYZ Bank to fix two weak areas, achieve maturity level 2, and improve the quality of the test process and software product.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ashari
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2003
T40522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akmal Juniawan
"Penyediaan layanan publik digital sangat penting. Standar pengalaman pelanggan telah meningkat di sektor swasta, dan masyarakat mengharapkan pemerintah untuk mengikutinya. Pemerintah menghadapi berbagai tantangan ketika mencoba menumbuhkan solusi digital, banyak di antaranya yang terbesar bukan teknologi. Keberhasilan implementasi transformasi digital di pemerintahan bergantung pada pengambilan tindakan tegas atas masalah ini, yang dapat mencakup segala hal mulai dari menghilangkan silo organisasi hingga mengatasi kesenjangan keterampilan digital dan kurangnya pendanaan. Jika tantangan ini dibiarkan tidak teratasi, program pemerintah digital berisiko kehilangan pendanaan berkelanjutan dan, tentu saja, kemampuan organisasi untuk memanfaatkan manfaat yang dijanjikan dari solusi digital. Penelitian ini mengambil studi kasus implementasi transformasi digital di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat khususnya pada Pusat Data dan Teknologi Informasi. Permasalahan yang menjadi fokus utama penelitian yaitu belum dilakukannya monitoring evaluasi transformasi digital di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Urgensi melakukan evaluasi transformasi digital adalah dari hasil evaluasi yang dihasilkan dapat digali rekomendasi dan dilakukan perbaikan agar pelaksanaan transformasi digital Kementerian PUPR menjadi lebih baik dan meningkat. Penelitian ini menggunakan GovTech Maturity Index sebagai kerangka kerja evaluasi dan metode campuran yaitu pendekatan kualitatif dengan wawancara, observasi, dan studi dokumen dan pendekatan kuantitatif dengan survei menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil evaluasi, tingkat kematangan transformasi digital Pusdatin Kementerian PUPR berdasarkan kerangka kerja GTMI memperoleh nilai 0,87 (nol koma delapan tujuh) berarti sangat tinggi yang dikategorikan masuk ke dalam grup A. Kementerian PUPR telah mendemonstrasikan solusi canggih atau inovatif dan praktik yang baik di area fokus GovTech.

The provision of digital public services is very important. Customer experience standards have risen in the private sector, and society expects governments to follow it. Governments face a variety of challenges when trying to grow digital solutions, many of the biggest of which are non-technological. The successful implementation of digital transformation in government depends on taking decisive action on this issue, which can include everything from eliminating organizational silos to addressing digital skills weaknesses and capital shortages. If these challenges are left unaddressed, digital government programs risk losing ongoing funding and, of course, the ability of organizations to take advantage of the benefits that digital solutions offer. This research takes a case study of the implementation of digital transformation in the Ministry of Public Works and Public Housing especially in Data and Information Technology Center. The main problem of this research is that an evaluation of digital transformation has not been carried out at the Ministry of Public Works and Public Housing. The urgency of evaluating digital transformation is based on evaluation result, recommendations can be explored and made improvements so that the implementation of the Ministry of Public Works and Public Housing's digital transformation is better and improved. This study uses the GovTech Maturity Index as an evaluation framework and mixed methods, qualitative approach with interviews, observations, and document studies and quantitative approach with survey using questionnaire. Based on the evaluation result, the maturity level of the digital transformation of the Data and Information Technology Center in Ministry of Public Works and Public Housing based on the GTMI framework is 0.87 (zero point eight seven) which means it is very high which is included in group A. The Ministry of of Public Works and Public Housing has demonstrated advanced or innovative solutions and good practices in focus areas GovTech."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Alqadri
"ABSTRAK
Hasil survei CMMI-INSTITUTE, Universitas Carnegie Mellon, terdapat 6 perusahaan di Indonesia yang mendapatkan sertifikat CMMI-Dev v1.3 dengan maturity level 3 dan salah satunya adalah PT XYZ. Proses yang ada di PT XYZ bisa mencapai level 3 dengan melengkapi bagian-bagian yang belum terpenuhi. Masalah utama bagi PT XYZ dalam implementasi adalah standarisasi dokumen, hal ini dikarenakan setiap divisi memiliki bentuk dokumen yang berbeda-beda. Selain dokumen-dokumen dibuat menjadi standar, PT XYZ ingin memperbaiki atau meningkatkan proses-proses yang sudah ada yang masih di improvement agar menjadi lebih baik dan standar.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi CMMI sesuai dengan kondisi PT XYZ. Penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dalam menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam implementasi CMMI. Untuk memprioritaskan faktor utama, dibutuhkan metode kualitatif dengan menggunakan kuisioner dan kuantitatif untuk mendapatkan peringkat dari faktor-faktor keberhasilan implementasi CMMI yang sudah divalidasi dari hasil kuisioner.
Penelitian ini menghasilkan 17 faktor-faktor yang menjadi keberhasilan dalam implementasi CMMI sesuai kondisi PT XYZ dan bisa digunakan untuk perusahaan lain yang ingin mengimplementasi CMMI.

ABSTRACT
Result of survey by CMMI-INSTITUTE, Carnegie Mellon University, there are 6 (six) companies in Indonesia that achieve certificate CMMI-Dev v1.3 with level 3 maturity. One of them is PT XYZ. PT XYZ could achieve level 3 by completing several parts which requirements had not been met. PT XYZ faced a main problem in implementation progess. It is standardization of documents, because each division has a different form of document. Other than documentation, PT XYZ also needs to improve current processes that are still in improvement process to be a better standardized.
This research aims to find out The Factors That Affects CMMI implementation Successful According to Current Conditions at PT XYZ. The approach of study in finding the factors that influence the implementation of CMMI was Qualitative and Quantitative. A qualitative method, using questionnaires, is used to prioritize the main factor. A quantitative method is used to get a ranking of the factors affecting CMMI implementation successful that have been validated by questionnaires results.
The result of research is 17 factors that have made CMMI implemetation successful according to current conditions at PT XYZ. This finding expects that the factors could be applied by other companies which desire to implement CMMI."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Martin Saputra
"Teknologi informasi (TI) telah menjadi bagian strategi bagi Kementerian Sekretariat Negara dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kinerja. Hal ini dituangkan pada beberapa Peraturan Menteri Sekretaris Negara sebagai kebijakan dari organisasi yang ingin mengoptimalkan kinerja dengan dukungan TI di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara. Perangkat lunak pun dibangun dan dikembangkan dalam menunjang kegiatan dari unit-unit kerja yang ada. Pengembangan dilakukan melalui lelang atau swakelola. Terlibatnya pihak luar dalam pengembangan perangkat lunak melalui lelang memerlukan pengawasan dan kontrol, karena kadang terjadi masalah dalam pengembangan perangkat lunak, seperti gagal dalam membangun atau pembangunan terlambat (tidak sesuai jadwal).
Dalam rangka mendapatkan penyedia yang lebih berkualitas maka dilakukan kajian penilaian kapasitas penyedia perangkat lunak. Penilaian kapasitas dari penyedia dilakukan untuk mengetahui kualitas dari penyedia sehingga dapat mengurangi kesalahan atau kelemahan yang sering terjadi pada pengembangan melalui lelang. Capability Maturity Model Integration for Development (CMMI-DEV) representasi Continuous dan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) digunakan sebagai bahan dalam merancang kerangka penilaian kapasitas penyedia.
Rancangan kerangka penilaian kapasitas penyedia digunakan untuk dua hal, yaitu untuk menilai kapasitas peserta lelang sebagai calon penyedia, dan menilai penyedia pada saat pemeriksaan pekerjaan. Dengan adanya rancangan kerangka penilaian kapasitas penyedia diharapkan dapat memilih penyedia yang lebih baik lagi, dan sebagai pembelajaran bagi tenaga teknis di Unit Kerja TI Kementerian Sekretariat Negara dalam mengembangkan perangkat lunak secara swakelola.

Information technology ( IT ) has become a part of the strategy of the Ministry of State Secretariat in order to improve its services and performance. This matter is stated in some of the Regulations of the Ministry of State Secretary as the policies of the organization who wants to optimize the performance of the IT support at the Ministry of State Secretariat. The software is built and developed to support the activities of the available working units. The development process is performed through an auction or a self-management. The involvement of external parties in the development of software through an auction requires supervision and control, because sometimes there are problems in software development, such as building failure or late construction (behind schedule).
In order to get a higher quality provider, then a capacity assessment study on software provider should be conducted. Assessment of the capacity of providers is conducted to know the quality of providers so that the errors or weaknesses that frequently occur in the development process through auction could be minimized. Capability Maturity Model Integration for Development (CMMI-DEV) Continuous representation and Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) are used as the materials in designing a framework for assessing the capacity of providers.
The framework design of provider capacity assessment is used for two objectives, namely to assess the capacity of the prospective bidders as the candidates of the future providers, and to assess the provider when examining the work performed. With the framework design of provider capacity assessment, it is expected that a better provider can be chosen, and it is also expected that the technical personnel in the IT Work Unit of the Ministry of State Secretariat will be able to learn how to develop software by a self-management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ndaru Nuswantari
"Badan Pusat Statistik merupakan lembaga pemerintah non kementrian yang bertugas untuk menyediakan data dan informasi statistik yang berkualitas Salah satu caranya adalah dengan menjamin tahapan pengolahan berjalan baik Untuk menjamin tahapan pengolahan berjalan dengan baik proyek pengembangan perangkat lunak diharapkan tepat waktu dengan produk perangkat lunak yang memiliki minimal failure Akan tetapi sampai sekarang masalah keterlambatan dan failure terhadap produk masih ada Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan suatu langkah perbaikan Langkah awal untuk melakukan perbaikan dengan mengetahui tingkat kemapanan organisasi dalam mengelola proyek pengembangan perangkat lunak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kemapanan proses pengembangan perangkat lunak Subdit IPD Tingkat kemapanan proses ini selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan perbaikan proses pengembangan perangkat lunak Penelitian ini menggunakan kerangkat kerja CMMI DEV pendekatan continuous panduan appraisal SCAMPI C dan panduan perbaikan proses dengan model IDEAL Penelitian ini dibatasi hanya sampai tahap melakukan evaluasi tingkat kemapanan dan perumusan perbaikan proses pengembangan perangkat lunak Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa organisasi masih dinyatakan pada tingkat kapabilitas incomplete IPD disarankan menerapkan rekomendasi yang telah diusulkan Penerapan rekomendasi tersebut diharapkan dapat mengatasi lebih dari 70 kelemahan pada process area PP PMC RQM CM PPQA dan 33 untuk VER.

Statistics of Indonesia is a non ministerial government agencies tasked to provide qualified data and statistical information To provide that Statistics of Indonesia need to ensure that the processing stage goes well To ensuret the processing stage went well the software development projects should be on time and minimal failure However the problems of delay and several failure are still found The first step to overcome this problems is to determine the position of organizational capability in the software development process This study aimed to evaluate the capability of the software development process in Sub directorate IPD The level of capability of this process can then be used as a reference in the software process improvement This study use CMMI DEV framework continuous representation SCAMPI C appraisal prosedure and IDEAL model to guide software process improvement This study is limited only to a point to evaluate the level of capability and formulation of the software development process improvement Based on the results of this research concluded that the organization meets incomplete capability level IPD has suggested implementing the recommendations proposed Implementation of these recommendations is expected to handle more than 70 of the weaknesses in the process area of PP PMC RQM CM PPQA and 33 for the VER
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amiral Rasyid
"Model kematangan digital dapat didefinisikan sebagai proses transformasi digital yang secara eksplisit didefinisikan, dikelola, diukur, dan terus ditingkatkan. Tingkat kematangan dapat dinilai berdasarkan nilai target terukur yang dapat dicapai secara bertahap. Dengan memanfaatkan kerangka kematangan tertentu, organisasi dapat menilai tingkat kematangan digital mereka saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi kematangan digital BALIS Online saat ini dan bagaimana meningkatkan posisi kematangan digital yang telah diterapkan dalam organisasi. Kategori proses kematangan digital yang dinilai meliputi tata kelola strategis, informasi dan teknologi, transformasi proses digital, dan manajemen sumber daya manusia. Hasil evaluasi mencirikan lima tingkat kematangan, tingkat satu sampai lima, yaitu dilakukan, dikelola, ditetapkan, dapat diprediksi, dan berinovasi. Kriteria dan bobot penilaian ditetapkan untuk mengembangkan kerangka penilaian. Dengan strategi yang tepat, sub-kriteria dengan tingkat kematangan yang rendah dan bobot global yang tinggi dapat diprioritaskan terlebih dahulu untuk meningkatkan tingkat kematangan digital BALIS Online. Rancangan strategi disusun dengan menggunakan rekomendasi dari studi literatur, dan prioritas strategis ditetapkan dengan menggunakan metode AHP-TOPSIS.

The supervision of nuclear energy utilization is carried out by the Regulatory Body through regulations, licensing, and inspections covering aspects of safety, security, and safeguards. To engage in nuclear-related activities, permission must be obtained from the Nuclear Energy Regulatory Agency, BAPETEN, through the submission of licenses via the BALIS Online, which is a database provided and utilized in the licensing application process for the field of nuclear energy in Indonesia. Digital maturity model can be defined as a digital transformation process which defined, managed, measured, and continuously improved. Utilizing specific maturity framework, organizations can assess their current digital maturity level. This study aims to define the digital maturity position of BALIS and how to improve that in the organization.  The Assessed digital maturity process categories include strategic governance, information and technology, digital process transformation, and workforce management. The assessment outcomes outline five maturity stages, from performed to innovating, each denoted by levels one through five. These levels serve to gauge the maturity of BALIS. By employing sound strategies, prioritization can be given to sub-criteria with low maturity levels but high overall importance, thereby enhancing BALIS digital maturity. Crafting this strategy involves literature study and determining strategic priorities through AHP-TOPSIS."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Renata
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tata kelola teknologi informasi pada PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. dengan melakukan penilaian tingkat kapabilitas menggunakan kerangka COBIT 5. Teknologi informasi (TI) memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, sehingga perusahaan semakin bergantung pada TI. Namun, memakai TI memerlukan investasi yang besar dan terdapat risiko terkait TI. Tata kelola TI diperlukan untuk mengelola TI. Penelitian ini bersifat studi kasus dengan pengambilan data melalui studi lapangan. Analisis yang dilakukan memperoleh nilai 2,05 dengan pencapaian pada level 2. Hal ini menunjukkan pengelolaan TI oleh Indocement telah memiliki perencanaan dan penyesuaian, serta work product dikelola dengan tepat.

The purpose of this study is to analyze Information Technology Governance in PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. by doing an assessment of capability levels using COBIT 5 Framework. Information technology (IT) gives many benefits to companies, so that companies become more dependent to IT. However, using IT need much investments and bring IT-related risks. IT governance is needed to manage the IT. This study is a case study that collects data through a field study. The analysis shows a score of 2,05 with achievement in level 2. This means the management of TI done by Indocement has planning, monitoring, and adjustment, also the work products are managed appropriately."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venna Alya Ramadhanty
"Profil Perusahaan Minopelepon merupakan merek fashion lokal yang mengusung konsep sustainable yang berdiri sejak tahun 2020. Minopelepon menjual atasan, celana, dan outerwear dengan tiga jenis pola yang berbeda. Minopelepon menggunakan Acacia Wood Chip sebagai bahan dasar produk-produknya. Kegiatan pemasaran yang telah dilakukan Minopelepon sejauh ini adalah content marketing melalui media sosial Instagram. Analisis SWOT Strengths (Kekuatan) Menggunakan bahan yang ramah lingkungan (Acacia Wood Chip) dan berkualitas. Memiliki pola dan pemilihan warna yang unik dan bold dengan desain yang sederhana sehingga tetap cocok digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Memiliki nilai lebih dibandingkan kompetitor karena tidak hanya menggunakan bahan yang ramah lingkungan tetapi mengedepankan kesejahteraan pembuat produk, yaitu penjahit rumahan. Weaknesses (Kelemahan) Kegiatan pemasaran yang hanya terbatas pada satu media sosial saja, yaitu Instagram. Pilihan produk yang masih sedikit. Belum menetapkan positioning yang jelas. Belum menjadi top of mind dalam kategori sustainable fashion. Opportunities (Peluang) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk mulai peduli dengan lingkungan. Masyarakat Indonesia sudah mulai tertarik dengan sustainable fashion. Semakin berkembangnya media digital yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemasaran bagi merek fashion (baik dari segi promosi maupun penjualan produk). Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan untuk mencari informasi dan membeli produk fashion secara online. Threats (Hambatan) Memiliki kompetitor yang sudah mengoptimalkan media digital untuk kegiatan pemasaran dan lebih dikenal oleh khalayak. Penempatan produk beberapa kompetitor sudah lebih luas. Rumusan Masalah Rendahnya brand awareness Minopelepon dan positioning yang belum jelas. Tujuan Menunjukkan nilai yang dibawa oleh Minopelepon kepada khalayak sasaran yang lebih luas. Meningkatkan brand awareness dari 26% menjadi 46% Khalayak Sasaran Demografis: Perempuan, usia 20-35 tahun, dan SES A-B Geografis: JABODETABEK, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali Psikografis: Memiliki minat dibidang fashion, lifestyle, tertarik untuk menjaga lingkungan, dan tertarik untuk menerapkan sustainable living. Positioning Minopelepon merupakan merek sustainable fashion yang unik dan berani, yang peduli dengan lingkungan dan orang dibalik pembuatan produknya. Strategi Big idea untuk perencanaan program pemasaran digital ini adalah “Be the Boldest Version of Yourself with Minopelepon”. Strategi program ini menggunakan kerangka kerja 5A yang terdiri dari lima tahapan nonlinear, yaitu aware, appeal, ask, act, dan advocate, melalui content marketing, social media advertising, influencer marketing, e-commerce, dan sales promotion. Periode Januari – Juni 2022 Anggaran Rp18.026.000 Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan: Kegiatan pemantauan dilakukan setiap hari selama program pemasaran digital berlangsung dengan metode observasi. Kegiatan pemantauan dilakukan untuk memastikan program-program dilakukan sesuai dengan perencanaan yang disusun dan dilaksanakan sesuai linimasa. Output: Dapat mencapai jumlah pengikut pada masing-masing media promosi yang digunakan, engagement rate, impressions, reach pada iklan dan social media influencer, pengunjung profil, tag, dan penjualan sesuai angka yang telah ditetapkan. Alat pengukuran yang digunakan adalah dengan melihat Instagram Insights, TikTok Analytics, dan Shopee Dashboard. Outcome: Meningkatnya brand awareness Minopelepon, terbentuk pandangan khalayak yang positif terhadap Minopelepon dalam kategori sustainable fashion, dan khalayak sasaran tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan membeli produk Minopelepon.

Company Profile Minopelepon is a local fashion brand that carried a sustainable concept that was established in 2020. Minopelepon sells tops, pants, and outerwear with three different patterns. Minopelepon uses Acacia Wood Chip as the material for their products. Minopelepon has been doing content marketing through Instagram as their marketing activity. SWOT Analysis Strengths: Minopelepon uses eco-friendly (Acacia Wood Chip) and high-quality materials. The products have a unique and bold pattern and color, with a simple design. So, it is suitable for daily activities Minopelepon has more value than their competitors because they use eco-friendly materials and prioritize a better life for their product maker, which is the home tailor. Weaknesses: The marketing activity is limited to one social media, which is Instagram. The product selection is still limited. Minopelepon has not created a clear positioning yet Minopelepon is not yet the top of mind in the sustainable fashion category. Opportunities: People are more aware of the importance of taking care of the environment. Indonesian people are interested in sustainable fashion. The growth of digital media that can be used for marketing activities (for promotion or to sell the products). Indonesian people have a habit of seeking information and buying fashion products through online media. Weaknesses: Minopelepon has several competitors who have optimized digital media for marketing activities and are more well-known. The distribution of the products from several competitors is wider. Problem Statement Minopelepon has low brand awareness and unclear positioning. Objective • Show Minopelepon's value to broader target audiences. • Increase brand awareness from 26% to 46% Target Audience Demographic: Female, 20-35 years old, and SES A-B Geographic: JABODETABEK, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, and Bali Psychographic: Having an interest in fashion and lifestyle, interested in protecting the environment, and interested in implementing sustainable living. Positioning Minopelepon is a unique and bold sustainable fashion brand, which cares about the environment and the people behind the product. Strategy The big idea of the digital marketing program plan is "Be the Boldest Version of Yourself with Minopelepon." This program strategy uses the 5A framework, which consists of five nonlinear stages, namely aware, appeal, ask, act, and advocate, through content marketing, social media advertising, influencer marketing, e-commerce, and sales promotion. Period January - June 2022 Budgeting Rp18.026.000 Monitoring and Evaluation Monitoring: Monitoring is conducted regularly every day during the digital marketing program using the observation method. It is also to ensure that plans are going well according to the digital marketing plan and the timeline. Output: Able to reach the number of followers on each promotional media used, engagement rate, impressions, reach on advertisements and social media influencers, profile visitors, tags, and sales according to predetermined numbers. The measurement tools used are by looking at Instagram Insights, TikTok Analytics, and the Shopee Dashboard. Outcome: Increased brand awareness of Minopelepon, formed a positive view of Minopelepon in the sustainable fashion category, and the target audience is interested in knowing more and buying Minopelepon products."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>