Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148997 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Azizah
"Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian diseluruh dunia dan dapat diderita oleh kelompok usia mana saja, salah satunya lansia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi hipertensi usia 55-64 tahun sebanyak 55,2%; usia 65-74 tahun sebanyak 63,2%; dan usia ≥ 75 tahun sebanyak 69,5%. Hipertensi dapat terus meningkat pada tahun 2050 karena jumlah lansia diperkirakan mencapai 2 milyar jiwa. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menjabarkan asuhan keperawatan dengan foot massage sebagai upaya menurunkan tekanan darah pada keluarga yang memiliki agregat lansia dengan hipertensi. Intervensi foot massage diberikan dengan tujuan memberikan rasa rileks, menurunkan rasa nyeri, meningkatkan kenyamanan, dan memperlancar aliran darah sehingga tekanan darah menurun. Intervensi foot massage dilakukan 6 hari berturut-turut selama 15 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan 5-10 menit sebelum dan sesudah diberikannya intervensi foot massage untuk melihat stabilisasi tekanan darah sesuai dengan target yang ingin dicapai. Hasil evaluasi mendapatkan adanya penurunan darah, yaitu sebelum terapi foot massage menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik 145,16 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik 69,67 mmHg, namun setelah dilakukan terapi foot massage rata-rata tekanan darah sistolik 134 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik 68,83 mmHg. Pembatasan garam harian, mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin, melakukan aktivitas fisik, dan mengelola stres perlu dilakukan keluarga dalam mengontrol tekanan darah. Tindakan foot massage tidak memberatkan perekonomian keluarga dan gerakannya dapat diikuti masyarakat luas.

Hypertension is one of the causes of death worldwide and can be suffered by any age group, one of which is the elderly. Based on Riskesdas data for 2018, the prevalence of hypertension aged 55-64 years was 55.2%; aged 65-74 years as much as 63.2%; and age ≥ 75 years as much as 69.5%. Hypertension can continue to increase in 2050 because the number of elderly people is estimated to reach 2 billion people. This scientific work aims to describe nursing care with foot massage as an effort to reduce blood pressure in families that have an aggregate of elderly people with hypertension. Foot massage interventions are given with the aim of providing a sense of relaxation, reducing pain, increasing comfort, and facilitating blood flow so that blood pressure decreases. The foot massage intervention was carried out 6 days in a row for 15 minutes. Blood pressure measurements were carried out 5-10 minutes before and after the foot massage intervention was given to see blood pressure stabilization according to the target to be achieved. The evaluation results found a decrease in blood pressure, namely before foot massage therapy showed an average systolic blood pressure of 145.16 mm Hg and an average diastolic blood pressure of 69.67 mm Hg, but after foot massage therapy the average systolic blood pressure was 134 mm Hg and the average diastolic blood pressure was 68.83 mm Hg. Restricting daily salt, taking antihypertensive drugs regularly, doing physical activity, and managing stress needs to be done by the family in controlling blood pressure. The act of foot massage does not burden the family's economy and the movement can be followed by the wider community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nahla Savira Novelina
"Manajemen kesehatan yang tidak efektif akan mempersulit pengontrolan tekanan darah pada masalah hipertensi, terutama pada lansia. Keluarga memiliki peranan dalam mempengaruhi kondisi kesehatan lansia. KIAN ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada keluarga dengan hipertensi agregat lansia melalui penerapan aroma foot massage. Intervensi ini dilakukan selama 12 sesi dengan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi. Hasil analisis menunjukkan keefektifan intervensi aroma foot massage pada keluarga kelolaan dan meningkatnya tingkat kemandirian keluarga.

 


Ineffective health management could worsen controlling blood pressure in people with hypertension, especially elderly. Family has a role in influencing the health condition of the family member. This Study aims to analyze nursing process in families with hypertension in elderly through the application of aroma foot massage. This intervention was conducted in 12 sessions and blood pressure measurements before and after the intervention. The results of the analysis showed the effectiveness of the aroma foot massage interventions for elderly and also there is an increased in level of the family independence evaluation.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Arisanti
"Semakin bertambahnya usia, fungsi tubuh manusia mengalami penurunan. Diabetes mellitus termasuk kedalam 10 penyakit terbanyak yang diderita oleh lansia dan menjadi penyebab kematian terbanyak. Diabetes merupakan gangguan pada sistem endokrin yang terjadi di pancreas. Terganggunya hormone insulin yang mengakibatkan tingginya kadar glukosa dalam darah. Komplikasi diabetes yang sering terjadi adalah neuripati perifer yang dapat menyebabkan penurunan sensitivitas kaki. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada Nenek L yang berusia 64 tahun dengan masalah keperawatan perfusi perifer tidak efektif melalui penerapan foot massage. Hasil intervensi yang dilakukan lima kali dalam waktu tiga minggu dengan jarak tiga hari pada tiap intervensi didapatkan adanya peningkatan sensitivitas kaki yang di evaluasi menggunakan monofilament test 10g.

With increasing age, the function of the human body decreases. Diabetes mellitus is included in the 10 most common diseases suffered by the elderly and is the most common cause of death. Diabetes is a disorder of the endocrine system that occurs in the pancreas. Disruption of the hormone insulin which results in high levels of glucose in the blood. The most common complication of diabetes is peripheral neuropathy, which can cause decreased foot sensitivity. This scientific work aims to analyze nursing care for Grandma L who is 64 years old with ineffective peripheral perfusion nursing problems through the application of foot massage. The results of the intervention carried out five times within three weeks with a distance of three days in each intervention showed an increase in foot sensitivity which was evaluated using the 10g monofilament test."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hafsah
"Hipertensi merupakan masalah serius dikarenakan prevalensinya yang terus bertambah, dimana 1,28 miliar orang di dunia mengidap penyakit tersebut. Di Indonesia sendiri, prevalensi hipertensi sekitar 34,11%, dimana 45,3% dari seluruh pengidap hipertensi di Indonesia merupakan populasi dewasa akhir. Hal tersebut menunjukan usia dewasa akhir menempati peringkat 2 kelompok umur dengan prevalensi terbanyak, sehingga penting untuk ditindaklanjuti agar tidak berlanjut pada komplikasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan foot massage sebagai bagian dari terapi nonfarmakologis. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menjabarkan asuhan keperawatan dengan foot massage sebagai upaya menurunkan tekanan darah pada keluarga dengan dewasa akhir yang mengidap hipertensi. Metode penelitian yang digunakan adalah case study. Intervensi foot massage dilakukan satu kali sehari selama 6 hari, dengan durasi pemijatan setiap kaki selama 10 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah intervensi foot massage untuk memonitoring keefektifan terapi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah pada ketiga klien yang dibuktikan dengan selisih rata-rata tingkat tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukannya 6 kali foot massage. Selisih tersebut adalah sebagai berikut; pada Ibu A didapatkan selisih 8/2,83 mmHg, Ibu I 11,17/1,17 mmHg, dan Ibu Y 8,33/3,5 mmHg. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa Foot massage efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Diharapkan upaya pengendalian hipertensi dengan foot massage dapat dikembangkan dan diimplementasikan kepada masyarakat oleh tenaga kesehatan maupun pihak pendidikan sebagai perawatan mandiri dikarenakan pelaksanaannya yang mudah, efektif, dan efisien.
Hypertension is a serious health problem due to its increasing prevalence, with 1.28 billion people in the world suffering from it. In Indonesia, the prevalence of hypertension is around 34.11%, where 45.3% of the patients are middle-age adults. This shows that middle-age adults are ranked 2nd in the age group with the highest prevalence, thus it is important to treat hypertension in middle-age adults to avoid complications. One of the methods is foot massage as a part of non-pharmacological treatment. The purpose of this paper is to describing nursing care with foot massage as one of the attempts to lower the blood pressure on middle-age adults in families with hypertension. The method used for the research is case study. Foot massage intervention was performed once a day for 6 days, with the duration of 10 minutes for each massage. The result showed that there was a decrease of blood pressure among the three clients, proven by the difference in average blood pressure levels before and after the 6 sessions of foot massage. The differences are as follows; For Mrs. A, the difference was 8/2,83 mmHg, Mrs. I: 11,17/1,17 mmHg, and Mrs. Y: 8,33/3,5 mmHg. Therefore, it can be concluded that foot massage is effective in reducing blood pressure in hypertensive patients. The attempt to control hypertension using foot massage can be developed and implemented by healthcare workers and educational institutions as a self-care treatment due to its ease, effectiveness, and efficiency."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Khaerunnisa Pratiwi
"Hiperbilirubinemia adalah kondisi klinis umum yang sering terjadi pada bayi baru lahir akibat peningkatan kadar bilirubin serum dalam darah ≥5 mg/dL, ditandai dengan gejala ikterik. Intervensi utama untuk menurunkan kadar bilirubin serum adalah penggunaan fototerapi yang dikombinasikan dengan terapi adjuvan seperti field massage therapy. Studi kasus ini melibatkan tiga bayi dengan usia gestasi masing-masing 35 minggu, 40 minggu, dan 38 minggu yang mengalami ikterik neonatus pada 48-72 jam setelah kelahiran dan memerlukan fototerapi. Dua kelompok bayi diberikan terapi pijat yang dikombinasikan dengan fototerapi, sementara satu kelompok hanya mendapatkan fototerapi tanpa pijat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi pijat, yang dilakukan dua kali sehari selama 10-15 menit, dapat mengurangi durasi fototerapi, menurunkan intensitas ikterik pada kulit bayi, meningkatkan frekuensi buang air besar, dan meningkatkan asupan oral. Berdasarkan hasil ini, diharapkan terapi pijat dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai terapi komplementer rutin dalam asuhan keperawatan pada ikterik neonatus.

Hyperbilirubinemia is a common clinical condition often observed in newborns due to elevated serum bilirubin levels (≥5 mg/dL), characterized by jaundice. The primary intervention to reduce serum bilirubin levels is phototherapy, often combined with adjuvant therapies such as field massage therapy. This case study involved three infants with gestational ages of 35 weeks, 40 weeks, and 38 weeks, respectively, who developed neonatal jaundice 48–72 hours after birth and required phototherapy. Two groups of infants received massage therapy combined with phototherapy, while one group received only phototherapy without massage intervention. The results indicate that massage therapy, administered twice daily for 10–15 minutes, can reduce phototherapy duration, decrease jaundice intensity on the infant's skin, increase defecation frequency, and improve oral intake. These findings suggest that infant massage therapy could be developed as a complementary routine therapy in nursing care for neonatal jaundice. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Dewina
"Proses bertambahnya usia (menua) akan mempengaruhi berbagai penurunan sistem atau fungsi tubuh. Salah satunya adalah mengalami penurunan sistem kardiovaskular. Penurunan yang terjadi pada sistem kardiovaskular akan menyebabkan berbagai konsekuensi dan dapat diperburuk dengan hipertensi yang diderita lansia. Dampaknya lansia mengalami risiko ketidakstabilan tekanan darah. Sebagai intervensi risiko ketidakstabilan tekanan darah terapi non-famakologis sebagai pelengkap terapi farmakologis seperti aromatherapy foot massage dapat membantu menurunkan tekanan darah. Aromatherapy foot massage dapat membantu memperlancar sirkulasi serta memberikan efek rileksasi sehingga menurunkan tekanan darah. Intervensi ini dilakukan selama 9 kali dengan durasi intervensi selama 10 menit pemijatan kaki kiri dan 10 menit pemijatan kaki kanan. Sebelum dilakukan intervensi dipastikan lansia dalam kondisi rileks dan 30 menit setelah melakukan aktivitas, lalu dilakukan perendaman air hangat 30 menit. Evaluasi dilakukan dengan mengukur tekanan darah dan MAP sebelum dan sesudah intervensi. Dari hasil intervensi didapatkan penurunan tekanan darah ditemukan sebesar 5 sampai 9 mmHg untuk tekanan darah sistolik, sedangkan untuk tekanan darah diastolik terjadi penurunan sebanyak 4 sampai 6 mmHg, serta MAP terjadi penurunan 5 sampai 8 mmHg. Hal ini mebuktikan keefektifan intervensi aromatherapy foot massage. Oleh sebab itu, dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan petugas, perawat, atau mahasiswa di panti yang sedang berpraktik dapat melanjutkan intervensi ini sebagai intervensi risiko ketidakstabilan tekanan darah yang ada di panti.

The process of increasing age (aging) will affect various decreases in body systems or functions. One of them is experiencing a decrease in the cardiovascular system. The decrease that occurs in the cardiovascular system will lead to various consequences and can be exacerbated by hypertension suffered by the elderly. As a result, the elderly experience the risk of blood pressure instability. As a risk intervention for blood pressure instability, non-phamaxological therapies as a complement to pharmacological therapies such as aromatherapy, foot massage can help lower blood pressure. Aromatherapy foot massage can help facilitate circulation and provide a relaxing effect so as to lower blood pressure. This intervention was carried out for 9 times with the duration of the intervention for 10 minutes of left leg massage and 10 minutes. From the results of the intervention, a decrease in blood pressure was found by 5 to 9 mmHg for systolic blood pressure, while for diastolic blood pressure there was a decrease of 4 to 6 mmHg, and MAP decreased by 5 to 8 mmHg. This proves the effectiveness of aromatherapy foot massage intervention. Therefore, with this scientific work, it is hoped that officers, nurses, or students in institutions who are practicing can continue this intervention as a critical intervention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Dewina
"Proses bertambahnya usia (menua) akan mempengaruhi berbagai penurunan sistem atau fungsi tubuh. Salah satunya adalah mengalami penurunan sistem kardiovaskular. Penurunan yang terjadi pada sistem kardiovaskular akan menyebabkan berbagai konsekuensi dan dapat diperburuk dengan hipertensi yang diderita lansia. Dampaknya lansia mengalami risiko ketidakstabilan tekanan darah. Sebagai intervensi risiko ketidakstabilan tekanan darah terapi non-famakologis sebagai pelengkap terapi farmakologis seperti aromatherapy foot massage dapat membantu menurunkan tekanan darah. Aromatherapy foot massage dapat membantu memperlancar sirkulasi serta memberikan efek rileksasi sehingga menurunkan tekanan darah. Intervensi ini dilakukan selama 9 kali dengan durasi intervensi selama 10 menit pemijatan kaki kiri dan 10 menit pemijatan kaki kanan. Sebelum dilakukan intervensi dipastikan lansia dalam kondisi rileks dan 30 menit setelah melakukan aktivitas, lalu dilakukan perendaman air hangat 30 menit. Evaluasi dilakukan dengan mengukur tekanan darah dan MAP sebelum dan sesudah intervensi. Dari hasil intervensi didapatkan penurunan tekanan darah ditemukan sebesar 5 sampai 9 mmHg untuk tekanan darah sistolik, sedangkan untuk tekanan darah diastolik terjadi penurunan sebanyak 4 sampai 6 mmHg, serta MAP terjadi penurunan 5 sampai 8 mmHg. Hal ini mebuktikan keefektifan intervensi aromatherapy foot massage. Oleh sebab itu, dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan petugas, perawat, atau mahasiswa di panti yang sedang berpraktik dapat melanjutkan intervensi ini sebagai intervensi risiko ketidakstabilan tekanan darah yang ada di panti.

The process of increasing age (aging) will affect various decreases in body systems or functions. One of them is experiencing a decrease in the cardiovascular system. The decrease that occurs in the cardiovascular system will lead to various consequences and can be exacerbated by hypertension suffered by the elderly. As a result, the elderly experience the risk of blood pressure instability. As a risk intervention for blood pressure instability, non-phamaxological therapies as a complement to pharmacological therapies such as aromatherapy, foot massage can help lower blood pressure. Aromatherapy foot massage can help facilitate circulation and provide a relaxing effect so as to lower blood pressure. This intervention was carried out for 9 times with the duration of the intervention for 10 minutes of left leg massage and 10 minutes. From the results of the intervention, a decrease in blood pressure was found by 5 to 9 mmHg for systolic blood pressure, while for diastolic blood pressure there was a decrease of 4 to 6 mmHg, and MAP decreased by 5 to 8 mmHg. This proves the effectiveness of aromatherapy foot massage intervention. Therefore, with this scientific work, it is hoped that officers, nurses, or students in institutions who are practicing can continue this intervention as a critical intervention"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Setianingsih
"Hipertensi di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 34,11% berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018. Diperkirakan hanya 1/3 kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, sisanya belum terdiagnosis. Persentase tersebut membuat Indonesia masuk ke peringkat 5 dengan kasus hipertensi terbanyak di dunia. Jawa Barat menjadi provinsi dengan prevalensi tertinggi ke-2 di Indonesia yaitu sebesar 39,6% dan menjadi penyumbang angka kedua terbesar di Indonesia. Hipertensi juga menjadi peringkat pertama pada sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan Puskesmas Kota Depok. Hipertensi juga masih menjadi penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan semua golongan umur di Puskesmas Jatijajar dan menjadi salah satu penyebab kematian pada ibu. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan Memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dengan melakukan intervensi diet hipertensi mentimun pada keluarga Ibu W di Kelurahan Jatijajar di RW 07, Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah case study. Intervensi dilakukan selama 12 hari kunjungan dengan pemberian intervensi diet DASH pro mentimun selama 7 hari yang diberikan kepada 3 klien dengan masalah hipertensi. Mentimun diberikan dengan dilalap pada pagi hari sebanyak 150 gr dengan kulitnya. Hasil menunjukkan terjadi penurunan dari pertama kali pertemuan dibandingkan dengan akhir setelah diberikan intervensi didapatkan rata-rata penurunan untuk tekanan sistolik sebesar 15,6% dan tekanan sistolik sebesar 15,2 %. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa terapi diet hipertensi pro mentimun dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Hypertension in Indonesia has a prevalence of 34.11% based on the 2018 Basic Health Research. It is estimated that only 1/3 of hypertension cases in Indonesia are diagnosed, the rest are undiagnosed. This percentage makes Indonesia ranked 5th with the most hypertension cases in the world. West Java is the province with the 2nd highest prevalence in Indonesia at 39.6% and is the second largest contributor in Indonesia. Hypertension is also ranked first in the top ten most common diseases in outpatients of the Depok City Health Center. Hypertension is also still the most common disease in outpatients of all age groups at Jatijajar Health Center and is one of the causes of maternal death. The writing of this scientific paper aims to provide an overview of family nursing care with hypertension by intervening with a cucumber hypertension diet in the family of Mrs. W in Jatijajar Village in RW 07, Jatijajar Village, Tapos District, Depok City, West Java. The research method used is a case study. The intervention was carried out for 12 days of visits with the provision of DASH pro cucumber diet intervention for 7 days given to 3 clients with hypertension problems. Cucumber is given by being burned in the morning as much as 150 gr with the skin. The results showed a decrease from the first meeting compared to the end after the intervention was given, the average decrease for systolic pressure was 15.6% and systolic pressure was 15.2%. Therefore, it can be concluded that pro-cucumber hypertension diet therapy can reduce blood pressure in hypertensive patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Meita Pramudya
"Hipertensi merupakan penyakit yang masih menjadi perhatian. Hipertensi dapat dimiliki oleh siapa saja dan dari kelompok usia mana saja, termasuk kelompok usia dewasa dan penderita hipertensi diperkirakan akan terus bertambah setiap tahun. Pada tahun 2018, terdapat 34,1% penderita hipertensi di Indonesia, dan diperkirakan pada tahun 2025 penderita hipertensi akan mencapai angka 1,5 miliar di seluruh dunia. Hipertensi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor risiko, salah satunya yaitu kurangnya aktivitas fisik. Tujuan penulisan karya ilmiah ini yaitu memberikan gambaran serta analisis asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dan menggunakan intervensi unggulan yaitu aktivitas fisik yoga. Latihan fisik yoga dilakukan selama 4 minggu dalam 9 kali pertemuan. Pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer dilakukan sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik yoga untuk melihat perubahan pada tekanan darah. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi latihan fisik yoga yang dilakukan dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 8,4 mmHg dan menurunkan tekanan darah diastolik sebanyak 4,5 mmHg. Penerapan intervensi latihan fisik yoga ini harus dilakukan dengan kondisi fokus dan konsentrasi penuh. Latihan fisik yoga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bagi klien dengan hipertensi sebagai upaya dalam menurunkan tekanan darah.


Hypertension is a disease that is still a concern. Hypertension can be owned by anyone and from any age group, including adults. People with hypertension are expected to continue to grow every year. In 2018, there were 34.1% of people with hypertension in Indonesia, and estimated in 2025 people with hypertension will reach 1.5 billion worldwide. Hypertension can be caused by several risk factors, one of which is lack of physical activity. The purpose of writing this scientific paper is to provide an overview and analysis of family nursing care with hypertension and using an intervention that is yoga. Yoga is carried out for 3 weeks in 9 meetings. Blood pressure measurement by using a Sphygmomanometer is performed before and after doing yoga to see changes in blood pressure. The results of the evaluation showed that yoga can lower systolic blood pressure by 8.4 mmHg and lowering diastolic blood pressure by 4.5 mmHg. The application of yoga intervention should be made with full focus and concentration. Yoga can be used as an alternative for clients with hypertension as an attempt to lower blood pressure."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ikram Ade Saputra
"Keluhan paling umum yang dialami ibu pasca operasi bedah sesar adalah rasa nyeri dan tidak nyaman yang berlangsung selama beberapa hari. Rasa sakit yang dirasakan pasca operasi bedah sesar dapat menyebabkan insomnia, kelelahan, kecemasan, dan berkurangnya mobilitas sehingga dapat menunda kesembuhan ibu dan perkembangan hubungan ibu-bayi. Oleh karena itu penatalaksanaan nyeri baik farmakologis maupun nonfarmakologis sangat penting dalam perawatan ibu pasca melahirkan. Terapi terapi non farmakologi h yang dapat digunakan adalah terapi pijat kaki yang efektif meredakan nyeri persalinan pasca bedah sesar . Tujuan artikel ini adalah menganalisis perawatan ibu pasca bedah sesar yang mengalami nyeri saat terapi pijat kaki. Penelitian ilmiah ini menggunakan metode studi kasus pada pasien pasca bedah sesar di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penilaian yang diperoleh setelah tindakan adalah penurunan tingkat nyeri yang diukur dengan Numerical Pain Rating Scale (NPRS). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terapi pijat kaki dapat mengurangi nyeri yang dialami klien pasca bedah sesar . Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat membandingkan efektivitas terapi pijat kaki dengan pijat lain atau kombinasinya dalam mengurangi nyeri pasca bedah sesar . Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dalam metode case study, yang melaporkan asuhan keperawatan pada ibu post operasi sesar dengan penerapan pijat kaki untuk mengurangi nyeri. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa setelah dilakukannya intervensi pijat kaki, adanya perassan lebih rileks dan berkurangnya tingkat nyeri ibu.

The most common complaint experienced by mothers after cesarean section is pain and discomfort that lasts for several days. The pain felt after cesarean section can cause insomnia, fatigue, anxiety, and reduced mobility, which can delay the mother's recovery and the development of the mother-baby relationship. Therefore, both pharmacological and non-pharmacological pain management is very important in postpartum care. Non-pharmacological therapy that can be used is foot massage therapy which is effective in relieving post-cesarean delivery pain. The purpose of this article is to analyze the care of post-cesarean mothers who experience pain during foot massage therapy. This scientific research uses a case study method on post-cesarean patients at the University of Indonesia Hospital. The assessment obtained after the action is a decrease in the level of pain as measured by the Numerical Pain Rating Scale (NPRS). These results indicate that foot massage therapy can reduce pain experienced by post-cesarean section clients. It is hoped that further research can compare the effectiveness of foot massage therapy with other massages or their combinations in reducing post-cesarean pain. The writing of this scientific work is carried out in a case study method, which reports nursing care for post-cesarean section mothers with the application of foot massage to reduce pain. Based on the results of the study, it shows that after the foot massage intervention, there is a more relaxed feeling and a reduction in the mother's pain level."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>