Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199411 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Parulian, Eko
"Latar belakang: Kelainan kornea merupakan salah satu penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di Indonesia. Penanganan gangguan penglihatan karena kornea terhambat karena terbatasnya jumlah donor kornea. Pendekatan rumah sakit yang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga kesehatan terhadap pelayanan donor kornea dapat menjadi strategi mengatasi kekurangan donor kornea. Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku perawat di Rumah Sakit dr. Cipto Mangukusumo (RSCM) terhadap pelayanan donor kornea. Metode penelitian: Pemilihan subjek menggunakan teknik quota sampling dan pengisian kuesioner yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil: Terdapat 422 responden dengan proporsi unit instalasi gawat darurat, ruang rawat inap intensif, ruang rawat inap non intensif, rawat jalan, dan ruang operasi secara berurutan sebesar 8,3%, 13,7%, 50%, 16,6%, dan 11,4%. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang (55,4%), sikap positif (50,2%), dan perilaku baik (59,5%). Terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku, namun tidak terdapat hubungan antara faktor demografi dengan perilaku. Usia ≤ 36 tahun, pengetahuan baik, dan sikap positif merupakan faktor prediktor perilaku baik. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku perawat RSCM terhadap pelayanan donor kornea di rumah sakit.

Background: Corneal blindness is one of the leading cause of blindness and visual disturbances in Indonesia. The management of corneal blindness in Indonesia is impeded by the rarity of corneal donor. Hospital approach affected by knowledge, attitude, and practice of health workers could be a strategy to improve the scarcity of corneal donor. Purpose: Determine the knowledge, attitude, and practice of nurses in RSCM toward hospital corneal procurement Methods: Subjects are chosen by quota sampling and surveyed with a valid and reliable questionnaire. Results: There were 422 respondents with the proportion of emergency ward, intensive care, non-intensive care, polyclinics of 8.3%, 13.7%, 50%, 16.6%, and 11.4% respectively. Most of the respondent were lacking in knowledge (55.4%), had positive attitude (50.2%), and had good practice (59.5%). There were significant correlation between knowledge and attitude towards practice but no significant correlation found between demographic factors to practice. Age ≤ 36 years old, good knowledge, and positive attitudes are predictor factors for good practice. Conclusion: There were correlation between knowledge and attitude of health workers in RSCM towards practice of corneal donor procurement in hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Fujiyono
"Latar Belakang: Mayoritas kasus kebutaan kornea dapat direhabilitasi dengan tindakan transplantasi kornea. Akan tetapi, tingkat donor kornea di Indonesia dirasa masih kurang untuk memenuhi kebutuhan transplantasi kornea.
Tujuan: Mengetahui hubungan faktor sosiodemografi, pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku masyarakat mengenai donor kornea.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross-sectional study) untuk menilai hubungan antara faktor sosiodemografi, pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku donor kornea.
Hasil: Komponen sosiodemografi yang berhubungan terhadap perilaku (P < 0,05) antara lain kategori responden, jenis kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Pengetahan dan sikap juga memiliki hubungan terhadap perilaku. Berdasarkan analisis multivariat, jenis kelamin, kategori responden, agama, pengetahuan, dan sikap diduga mepengaruhi perilaku donor kornea. Sedangkan nilai OR terbesar yang diperoleh yaitu 7,305 pada variabel pengetahuan.
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan sikap dan perilaku mengenai donor kornea relatif rendah pada subjek yang diamati. Tidak seluruh komponen sosiodemografi yang diamati berhubungan terhadap perilaku donor kornea. Pengetahuan dan sikap memiliki hubunngan terhadap perilaku. Pengetahuan merupakan variabel yang paling mempengaruhi perilaku donor kornea.

Background: The majority of cases of corneal blindness can be rehabilitated by a corneal transplant. However, the level of donor corneas in Indonesia is still insufficient to meet the needs for corneal transplants.
Objective: To determine the relationship between sociodemographic factors, knowledge, and attitudes towards people's behavior regarding corneal donors.
Methods: This study used a cross-sectional study design to assess the relationship between sociodemographic factors, knowledge, and attitudes towards corneal donor behavior.
Results: The sociodemographic components related to behavior (P < 0.05) included respondent categories, gender, religion, ethnicity, education level, and occupation. Knowledge and attitudes also have a relationship to behavior. Based on multivariate analysis, gender, respondent category, religion, knowledge, and attitudes are thought to influence the behavior of corneal donors. While the largest OR value obtained is 7.305 on the knowledge variable.
Conclusion: The level of knowledge, attitudes and behavior regarding corneal donors is relatively low in the subjects studied. Not all observed sociodemographic components are related to corneal donor behavior. Knowledge and attitudes have a relationship to behavior. Knowledge is the variable that most influences the behavior of corneal donors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Khalifa Pancaputri
"Skripsi ini membahas mengenai pengaturan transplantasi organ ditinjau dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM) serta menganalilis perbandingan hukum antara Indonesia dan Malaysia. Pemberian imbalan materiil maupun imateriil dalam transplantasi organ tidak diizinkan dengan dalih apapun. Berkaitan dengan hal tersebut, tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis pengaturan mengenai transplantasi organ ditinjau dari perspektif HAM bagi Pendonor maupun Resipien. Skripsi ini juga akan menganalisis perbandingan hukum Indonesia dan Malaysia, mengingat Malaysia merupakan negara yang juga melarang adanya jual beli organ. Metode penelitian yang digunakan untuk penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif. Dalam metode penelitian normative, penelitian ini akan menggunakan implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang) yang berlaku di Indonesia dan Malaysia. Indonesia dan Malaysia melarang adanya praktik jual beli organ dan menegaskan bahwa transplantasi organ dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan. Walaupun Pendonor menyetujui untuk menjual organnya, jual beli organ tetap tidak diizinkan. Perlu adanya badan resmi negara yang mengawal jalannya proses transplantasi organ. Badan tersebut disebut dengan Komite Transplantasi Nasional.

This thesis analize organ transplantation from the Human Rights Perspective and comparing the law between Indonesia and Malaysia about organ transplantation. Material nor immaterial rewards are not permitted under any pretext. In this regard, the purpose of this thesis is to analyze law related to organ transplantation from a human rights perspective either for donors and also recipients. This thesis will also discuss the laws of Indonesia and Malaysia related to organ transplantation because Malaysia also prohibit the existence of organ trading. The research method used to study this thesis is the normative legal research method. In the normative research method, this research will use laws and regulations in Indonesia and Malaysia. Indonesia and Malaysia prohibit the existence of organ trading and only approve organ transplantation for humanitarian goals. Although the donor is approved to sell their organs, buying and selling organs is still not permitted. An official state agency is needed to oversee the process of organ transplantation. The official state agency is called the Komite Transplantasi Nasional.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York : McGraw-Hill, 2008
617.954 LIV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Christiawan
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2003
344.041 94 RIO a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nenah Choenaenah Raldianto
"ABSTRAK
Salah satu cara penyembuhan dan pemulihan kesehatan yaitu dengan cara transplantasi (pencangkokan) organ dan atau jaringan. Pengertian transplantasi ialah pemindahan atau pencangkokan organ atau jaringan tubuh dari seorang individu ke tempat lain pada individu itu atau ke tubuh individu lain. Dalam proses tindakan transplantasi itu ada pihak yang menerima (resipien) organ dan atau jaringan tubuh dan ada pihak yang memberi (donor) organ dan atau jaringan tubuh.
Pemberian resipien pelayanan medis dari dokter kepada pasien (resipien) demikian itu di samping mempunyai aspek medis juga mempunyai aspek yuridis yaitu timbulnya transaksi terapeutik antara dokter dengan pasien (resipien) dan antara dokter dengan donor; penting adanya informed consent dari pasien dan donor, dan tanggung jawab hukum dokter di bidang perdata dan hukum pidana apabila dalam melakukan tugasnya dokter itu melakukan medical malpractice. Oleh karena itu membicarakan transplantasi ditinjau dari segi hukum berarti membicarakan perlindungan hukum dari gangguan yang mengancam kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam tindakan transplantasi yaitu: (a) perlindungan hukum terhadap dokter (yang memberikan pelayanan medis kepada pasien dan donor} dari gugatan pihak ketiga
(pasien), (b} perlindungan hukum terhadap pasien (resipien) dan (c} perlindungan hukum terhadap pemberi organ (donor} apabila pada waktu dilakukan transplantasi terjadi medical malpractice. Perlindungan hukum demikian
itu mempunyai arti penting bagi pihak-pihak yang
bersangkutan, karena Peraturan pelaksanaan transplantasi (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981) perlu peninjauan kembali misalnya tentang ?batasan mati" yang disimpulkan ?mati jantung" padahal pusat regulasi terletak di batang otak.
Dari segi kedokteran saat mati perlu ditetapkan, dalam hal transplantasi dari donor jenazah, dokter dihadapkan pada dua masalah yang harus diputuskan secara tepat melalui proses pengambilan keputusan yang relatif sangat singkat sehubungan dengan fungsi organ tersebut. Dokter (tim medis) harus memilih antara pertimbangan demi kesehatan penerima (resipien) yang akan ditransplantasi itu, atau pertimbangan akan harapan hidup donor yang mungkin masih diragukan kematiannya.
Faktor sosio-kultural dalam pelaksanaan transplantasi sangat berpengaruh, karena tampaknya nilai-¬nilai sosial budaya masyarakat Indonesia belum seluruhnya menerima kalau salah satu organ tubuh seseorang diambil untuk dimanfaatkan bagi orang lain yang membutuhkannya.
Pandangan hukum Islam terhadap hukum menyelenggarakan transplantasi merupakan hasil "ijtihad" para pakar agama Islam, dimasa yang akan datang sangat menunjang kemajuan ilmu kedokteran khususnya dan pelayanan medis pada umumnya di Indonesia.

"
1995
T20130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hazia Hanifa Bilqis
"ABSTRACK
Transplantasi ginjal dapat mengalami komplikasi delayed graft function yang merupakan salah satu bentuk gangguan ginjal akut. Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi delayed graft function, yakni faktor intraoperatif dan ekstraoperatif. Studi ini meneliti faktor-faktor yang dapat menyebabkan delayed graft function pada faktor ekstraoperatif khususnya dari segi donor dan resipien. Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor donor (usia, hubungan kekerabatan dengan resipien) dan faktor resipien (usia, penyebab gagal ginjal) dengan kejadian delayed graft function pada resipien. Metode: penelitian ini menggunakan metode studi potong lintang dan melibatkan 483 sampel yang merupakan pasien transplantasi ginjal di RSCM periode November 2011-September 2018. Hasil: chi square dan fisher menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia donor (p=0,023), usia resipien (p=0,006), dan hubungan kekerabatan donor dan resipien (p=0,008) dengan delayed graft function. Tidak terdapat hubungan antara penyebab gagal ginjal diabetes mellitus, hipertensi, infeksi, penyakit autoimun, dan penyebab lain gagal ginjal. Diskusi: Dari analisis multivariat didapatkan adanya hubungan bermakna antara hubungan kekerabatan donor dan resipien dengan delayed graft function (p= 0,011. Disimpulkan bahwa hubungan kekerabatan donor dan resipien merupakan faktor yang paling berhubungan dengan terjadinya delayed graft function pada resipien transplantasi ginjal RSCM dibandingkan dengan faktor usia donor, usia resipien, dan penyebab gagal ginjal resipien.
ABSTRACT
Background: Kidney transplant patients may have complications, such as delayed graft function which is one of acute kidney injury. There are a lot of factors that can affect delayed graft function, such as intraoperative and extraoperative factors. In this study we discussed more about extraoperative factors, specifically from donor and recipient factors. Objective: To determine the association between donor factors (age, relation with recipien)t, recipient factors (age, cause of kidney failure) and delayed graft function in transplant recipient. Methods: Cross-sectional study design was used in this study  by collecting 483 patient data of medical record from data recapitulation of renal transplant by Departement of Urology, Cipto Mangunkusumo National Hospital, from November 2011-September 2018. Results: Bivariat analysis with chi square and fisher test result showed that there was a significant association between donor age (p=0,023), recipient age (p=0,006) and donor and recipient relation status (p=0,008) with delayed graft function. There were no significant association between recipient age, and causes of kidney failure. Discussion: From the multivariate analysis it was found that there was a significant association between donor and recipient relation status (p=0,011) with delayed graft function.From these result we concluded that donor and relation status are the most  associated factor with delayed graft function in recipients."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danti Filiadini
"Latar Belakang: Donasi organ merupakan isu etis, moral, dan medis yang kompleks. Donor organ berpotensi mengalami masalah psikososial pascadonasi, seperti depresi, cemas, stres, dan kekhawatiran akan kondisi kesehatannya. Donasi organ juga sering dikaitkan dengan isu perdagangan organ yang masih marak di Indonesia. Hingga saat ini, belum ada kesepakatan resmi mengenai domain konstruk pemeriksaan yang mendasari penulisan laporan kelaikan donor organ dalam bidang psikiatri. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseragaman penulisan yang berpotensi mengakibatkan terlewatnya aspek psikososial yang penting untuk diidentifikasi dan meningkatkan risiko terjadinya masalah hukum. Oleh karena itu, identifikasi domain konstruk dari laporan pemeriksaan diperlukan untuk menetapkan panduan yang selanjutnya dapat dijadikan dasar pengembangan instrumen pemeriksaan kelaikan donor organ hidup di Indonesia. 
Metode: Penelitian menggunakan desain mixed method. Pendekatan kualitatif ditujukan untuk mengidentifikasi domain konstruk pemeriksaan menggunakan metode diskusi kelompok terpumpun (DKT) dengan 2 orang pakar. Data kualitatif dianalisis menggunakan conventional content analysis dengan tipologi thematic survey. Pendekatan kuantitatif ditujukan untuk menentukan proporsi kesesuaian penulisan laporan dengan domain konstruk pemeriksaan dan kontribusi tiap domain terhadap simpulan kecakapan yang diambil oleh pakar pada 404 laporan kelaikan donor ginjal dan hati dalam bidang psikiatri di RSCM yang diambil menggunakan metode total sampling. Analisis kuantitatif menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik. 
Hasil: Analisis data kualitatif menghasilkan 9 kategori, yaitu sosiodemografi, motivasi, relasi dengan resipien, pemahaman, perasaan terhadap keputusan menjadi donor, resiliensi, isu psikiatri, penggunaan zat psikoaktif, dan isu legal. Didapatkan ketidakseragaman penulisan domain konstruk pada laporan, dengan proporsi penulisan terkecil pada domain penggunaan zat psikoaktif (5,45%) dan motivasi (82,18%). Faktor-faktor yang berperan memprediksi simpulan kecakapan calon donor adalah aspek pendidikan, motivasi, relasi dengan resipien, pemahaman, perasaan terhadap keputusan menjadi donor, resiliensi, isu psikiatri, dan isu legal dengan R2 sebesar 0,649. 
Simpulan: Terdapat 9 domain yang menyusun konstruk pemeriksaan kelaikan donor organ hidup dalam bidang psikiatri di RSCM. Domain yang paling memprediksi simpulan kecakapan adalah pemahaman dan resiliensi.

Background: Organ donation is a complex ethical, moral, and medical issue. Organ donors are at risk for post-donation psychosocial problems, such as depression, anxiety, stress, and worries about their health condition. Organ donation is also associated to illegal organ-trafficking which is still a problem in Indonesia. To date, there has been no official agreement on the domains of psychiatric assessment that underlies the construct of living donor eligibility report. This can lead to the diverseness of reports which can potentially result in undetected important psychosocial aspects and increased legal risks. This research was conducted to identify domains on the psychiatric assessment of living organ donor eligibility report, which can then be used as the basic data for developing psychiatric living donor assessment instrument in Indonesia. 
Methods: This study used a mixed-method approach. A qualitative approach aimed at identifying domains of the psychiatric assessment using focus group discussion (FGD) with 2 experts. The qualitative data were analyzed using conventional content analysis with thematic survey typology. A quantitative approach aimed at determining the conformity of the reports and the contribution of each domains towards donor’s suitability concluded by experts on 404 living donor eligibility reports taken using total sampling method. The quantitative data were analyzed using Chi-square and logistic regression test. 
Results: The qualitative approach resulted in 9 categories: sociodemography, motivation, relationship with recipient, understanding, feelings toward the decision to become donor, resilience, psychiatric issues, use of psychoactive substances, and legal issues. There was inconsistency on the domains written in the reports, with the least written domains are use of psychoactive substances (5,45%) and motivation (82,18%). Based on the multivariate analysis, the domains that played a role in predicting donor’s suitability were education, motivation, relationship with recipient, understanding, feelings toward the decision to become donor, resilience, psychiatric issues, and legal issues with an R2 of 0,649.
Conslusion: There are 9 domains that make up the construct of psychiatric assessment of living organ donor eligibility in RSCM. Domains that most predict the psychiatric eligibility conclusion are understanding and resilience of the donor candidate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"This volume aims to cover important aspects of the various facets of organ transplantation and regenerative medicine."
New York: Springer, 2012
e20401812
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Maruhum Bonar Hasiholan
"BACKGROUND: kidney transplantation has been developing rapidly in Indonesia in recent years, yet data on transplants' characteristics and survival is still unavailable. In Indonesia, only living donors are permitted. Living donor are advantageous, but challenging to recruit. This study aimed to establish the graft and patient survival rates and to describe the characteristics of recipient and donor as well as the process of donor recruitment and evaluation of kidney transplantation in Indonesia.
METHODS:the study was a retrospective cohort on all donors and kidney transplant recipients at Cipto Mangunkusumo General Hospital (CMGH) from January 2011 to May 2017. Only recipients from January 2011 to May 2014 were included to establish the 1-year and 3-year graft and patient survival; which were described using Kaplan-Meier method.
RESULTS:data from 492 kidney transplant procedures were obtained (donor median age, 30 (17 - 66) years; 25.1% were family-related. Recipients mean age, 47 (SD 13.18 years). Data from total of 138 kidney transplant recipients were further analyzed. The 1-year death- censored graft survival, all-cause graft survival and patient survival were 92 %, 82.6 % and 87%. The 3-year death-censored graft survival, all-cause graft survival and patient survival were 90.6%, 76.1% and 79.7%. Kaplan-Meier's curve showed the highest mortality rates occured in the early months.
CONCLUSION:the 1-year graft and patient survival rate were 92% and 87%. The 3-year graft and patient survival rate were 90.6% and 79.7%. Only small percentage of donor were family-related. Living donor recruitment and evaluation are still a big challenge in Indonesia.

Latar belakang: transplantasi ginjal di Indonesia sedang berkembang pesat pada beberapa tahun terakhir, namun data mengenai karakteristik dan kesintasan transplan belum tersedia. Di Indonesia, hanya donor hidup yang diperbolehkan, namun pencarian donor ini seringkali sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan angka kesintasan graft dan pasien, mendeskripsikan karakteristik resipien dan donor serta proses rekrutmen dan evaluasi dari transplantasi ginjal di Indonesia.
Metode: studi dengan desain kohort retrospektif pada semua donor dan resipien di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Januari 2011 – Mei 2017. Hanya resipien pada Januari 2011 hingga Mei 2014 yang diikutsertakan dalam analisis kesintasan graft dan pasien 1 dan 3 tahun, datanya kemudian dideskripsikan menggunakan kurva Kaplan-Meier.
Hasil: dari 492 data transplantasi ginjal didapatkan median usia donor 30 (17-66) tahun, 25,1% diantaranya terkait hubungan saudara; rerata usia resipien 47 ± 13.18 tahun. Sebanyak 138 resipien diteliti lebih lanjut, lalu didapatkan kesintasan 1 tahun death-censored graft, all-cause graft, dan pasien sebesar 92%, 82,6 %, dan 87%. Kesintasan 3 tahun death-censored graft, all-cause graft, dan pasien sebesar 90,6%, 76,1% and 79,7%. Kurva Kaplan-Meier menunjukkan laju mortalitas tertinggi tampak pada bulan-bulan awal.
Kesimpulan: angka kesintasan 1 tahun graft dan pasien adalah 92% dan 87%, sementara kesintasan 3 tahun graft dan pasien adalah 90,6% dan 79,7%. Hanya sebagian kecil donor yang terkait keluarga. Rekrutmen dan evaluasi donor hidup masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
"
Jakarta: Interna Publishing, 2018
610 UI-IJIM 50:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>