Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159911 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farras Ikhsan
"Sampai sekarang, mayoritas kegiatan ekonomi tersentralisasi di Jakarta dan salah satu masalah yang sedang diperbincangkan akibat hal tersebut adalah kurangnya keberadaan rumah yang jumlahnya sudah mulai disusul oleh permintaan. Salah satu opsi para pekerja yang memiliki okupasi di Jakarta adalah mencari tempat tinggal yang berada di sekitar Jakarta seperti kota Bogor. Seiring berjalannya perkembangan pembangunan, perumahan-perumahan mulai dibangun dalam pola konstruksi yang tidak terlalu memperhatikan keberlanjutan atau sustainability dari perumahan tersebut. Keberlanjutan atau sustainability adalah sebuah aspek yang harus mulai diperhatikan demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Perumahan yang berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup para penghuni seperti dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Analisis terhadap faktor sukses, faktor kegagalan dan keberlanjutan dari sebuah perumahan di Bogor dapat menjadi penting untuk menjadi referensi untuk pembangunan-pembangunan perumahan tapak di Bogor, ataupun untuk Indonesia kedepannya. 

Currently, the majority of economic activities have been centralized in Jakarta, and one of the issues being discussed as a result is a lack of housing, the numbers of which have begun to be surpassed by demand. One option for workers with jobs in Jakarta is to find a place to live in the surrounding area, such as the city of Bogor. As development progresses, housing begins to be built in a construction pattern that does not prioritize the housing’s sustainability. Sustainability or sustainability is an aspect that must be considered in order to survive. Sustainable housing is expected to improve residents' economic, social, and environmental well-being. An analysis of success factors, failure factors and the sustainability of housing in Bogor can be important as a reference for landed housing developments in Bogor, or for Indonesia in the future. This research is done by spreading out questionnaires to the residents of Tamansari Cyber and its developer and also analyzing the houses’ sustainability based on the available sustainability standards. It is concluded that factors that are critical when it comes to developing a sustainable housing are related to the comfortability of the residents which covers the durability and security, affordable price, good accessibility to nearby facilities, healthy environmental quality, integrated design, good marketing, and good communication between parties involved in the development of the housing.  It is also concluded that the housing that are analyzed in this research mostly fulfill the criteria from the Indonesian standard, however the housing still does not apply any sustainable innovations which already applied in countries outside of Indonesia. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Wibowo
"Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, kebutuhan akan tempat tinggal juga semakin meningkat. PT. Wika Realty berusaha memenuhi kebutuhan tempat tinggal dengan membangun perumahan Tamansari Cyber Residence Bogor, dengan tipe 75/120. Guna menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi penghuni, perlu direncanakan sistem pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar. Hasil simulasi menggunakan program simulasi Dialux yang dilakukan secara profesional dengan mengacu kepada bakuan kompetensi Persatuan Insinyur Indonesia dan enam prinsip dasar Kode Etik Insinyur 2021, serta tetap memperhatikan prinsip Keselamatan, Kesehatan, Keamanan Kerja, dan Lingkungan, menunjukkan bahwa penggunaan lampu 7 W dan 14 W telah memenuhi standar tingkat pencahayaan minimum.

The demand for housing in Indonesia is increasing as the population continues to grow. PT. Wika Realty tries to fulfill this demand by developing housing namely Tamansari Cyber Residence Bogor, in which one of the house types is 75/120. A good artificial lighting system should be well-planned and meet standards to create comfort and security for residents. The results of the lighting system simulation for the 75/120 house type, using the Dialux simulation program, which refers to the competency standards of the Institution of Engineers Indonesia, the six basic principles of the 2021 Engineer's Code of Ethics, and the principles of Occupational Safety, Health, and Environment, show that the use of 7 W and 14 W lamps meets the minimum lighting standards.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Ekasari
"Industri sepatu merupakan salah satu industri informal yang semakin berkembang di Indonesia. Proses pembuatan sandal/sepatu menggunakan bahan kimia yaitu benzena pada proses pengeleman. Pajanan benzena akan mengakibatkan masalah pada sistem hematopoetik yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin.
Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan benzena di dalam tubuh melalui pengukuran biomarker SPhenylmercapturic Acid (S-PMA) terhadap kadar hemoglobin pekerja bengkel sandal/sepatu di Desa Sukajaya. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada Maret-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 73 pekerja dengan metode total sampling.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pekerja dengan umur >29 tahun berisiko 1,76 kali, memiliki riwayat infeksi berisiko 1,51 kali, IMT tidak normal berisiko 1,51 kali, masa kerja >5 tahun berisiko 1,01 kali, dan durasi >11 jam berisiko 1,04 kali memiliki kadar hemoglobin <14 g/dL.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pekerja dengan konsentrasi S-PMA tinggi (>1,53 µg/g kreatinin) berisiko 1,84 kali lebih besar memiliki kadar hemoglobin <14 g/dL dibandingkan pekerja dengan konsentrasi S-PMA rendah (< 1,53 µg/g kreatinin) setelah dikontrol variabel umur, kebiasaan olahraga, dan jenis pekerjaan. Perlu dilakukan pengendalian risiko di tempat kerja dengan membatasi jam kerja, pengaturan ruang kerja, dan menerapkan pelarangan merokok di ruang kerja.

The shoe industry is one of the growing informal industries in Indonesia. The process of making sandals/shoes used a chemical benzene in the process of sizing. Benzene exposure will caused problems in the hematopoetic system that caused a decrease in hemoglobin levels.
This study aimed to identify benzene relationship in the body through measurement of S Phenylmercapturic Acid (S-PMA) biomarker on hemoglobin level of sandals/shoes workshop workers in Sukajaya Village. This study used crosssectional study conducted in March-May 2018. The number of sample was 73 workers with total sampling method.
The results of the analysis showed that workers with age> 29 years were at risk 1.76 times, had a history of infection at risk 1.51 times, Body Mass Indices (BMI) was not normal at risk 1.51 times, working period > 5 years at risk 1.01 times, and working hours > 11 hours at risk of 1.04 times having hemoglobin <14 g/dL.
The results also showed that workers with high S-PMA concentrations (> 1.53 μg / g creatinine) were 1.84 times more likely to have hemoglobin <14 g/dL than those who had low S-PMA concentrations (<1.53 μg/g creatinine) after controlled by age, exercise, and type of work variables. Risk control in the workplace is required by limiting of working hours, arranging working space, and applying smoking ban in the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Cahyawiguna
"Untuk meningkatkan derajat hidup, atau dalam istilahnya "naik kelas", banyak sekali masyarakat yang melakukan migrasi dari desa ke kota. Namun terkadang para migran tersebut tidak berpikir bahwa untuk ?naik kelas? dibutuhkan pendidikan dan keterampilan yang cukup sehingga pendidikan dan keterampilan juga merupakan sebuah hal yang penting untuk mengarungi kehidupan di kota. Pertanyaan yang muncul pada artikel ini terkait dengan mobilitas sosial vertikal naik yang terjadi pada migran adalah apakah migrasi ini efektif untuk menaikkan kelas sosial bagi para migran? Penulis memilih Bojonggede, Kabupaten Bogor karena penulis melihat gejala stagnasi kelas sosial di situ dan daerah tersebut hampir seluruh warganya, bahkan seluruh warganya merupakan penduduk pendatang, bukan penduduk asli. Penulis memiliki pandangan ataupun argumen sendiri bahwa tidak semua penduduk pendatang mengalami mobilitas vertikal atau berada di kelas sosial yang sama dengan kelas sosial ketika migran tersebut masih berada di daerah asal. Kebaruan dari tulisan ini adalah penelitian-penelitian sebelumnya hanya melihat pendapatan atau ekonomi sebagai faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial seseorang, padahal jika dilihat dengan kacamata Sosiologi, pendidikan dan pekerjaan menjadi penting untuk dilihat sebagai faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan mobilitas sosial. Penulis akan menggunakan metode kualitatif untuk melihat berbagai proses dan antara beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial migran
To increase standard of life, or to put it in other word, to ?upgrade?, there had been many rural dwellers who migrated from rural to urban areas. But on the other side, the migrants did not realize that to ?upgrade?, they need to acquire good skill set and education, as those are important to help one survive in urban areas. The question that arises in this article related to social mobility vertical raise in migrants is whether the migration was effective to raise the migrants? social class? The author selected Bojonggede, district of Bogor, because The author saw the symptoms of stagnation social class in there and of the people, which consists entirely by migrants. The author has a personal idea or argument that not all of the migrants experienced vertical social mobility, therefore there are still in the same level of their parents or on the same level of their own selves prior to the migration. The novelty of this paper is previous researches viewed exclusively on income or economic condition as the main factors that affected one?s social mobility, where in fact, in sociological view, education and occupation is important to be included in the equation. The author will use qualitative methods to observe various processes, and connection among many factors that influences the social mobility of the migrants."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Ma`arif
"Stunting merupakan masalah serius, dampak nyata adalah menurunnya kualitas generasi muda di masa datang baik secara fisik maupun motorik yang mana akan berpengaruh pada perekonomian negara. Program stunting di Indonesia masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dengan target penurunan dari (30,8%) 2018 menjadi (14%) 2024. Tujuan penelitian ini mengetahui faktor determinan stunting pada batita usia 12-36 bulan di kecamatan tamansari, kabupaten Bogor, Indonesia. Desain studi cross-sectional dari data primer dengan jumlah sampel 500 batita usia 12-36 bulan. Analisis faktor determinan stunting pada penelitian ini menggunakan analisis multivariat cox regresi dan besar pengaruh dinyatakan dalam prevalensi rasio (PR) dengan confident interval (CI) 95%. Penelitian kami menunjukkan prevalensi stunting pada batita usia 12-36 bulan di Tamansari sebesar 39.2%. Hasil uji Multivariat menunjukkan faktor determinan stunting di Tamansari yaitu riwayat pemberian ASI (PR=1.32), diare (PR= 1.40), asupan energi (PR=1.35), pendidikan ibu (PR=1.54) dan usia ibu (PR=1.44). Hasil penelitian menyarankan bahwa pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan dapat mencegah stunting dengan meningkatkan cakupan asi eksklusif, pola hidup bersih dan sehat serta meningkatkan asupan energi dan protein seperti telur, tahu dan tempe. Bagi Dinas Pendidikan, meningkatkan pendidikan ibu dengan kejar paket A-C, dan bagi BKKBN bersama Kantor Urusan Agama setempat meningkatkan usia pernikahan sesuai UU perkawinan yaitu 19 tahun.

Stunting is a serious problem, the real impact is the decline in the quality of young people in the future both physically and motorically which potentially affect the countrys economy. Stunting programmes in Indonesia are included in the National Medium Term Development Plan with a reduction target of (30.8%) 2018 to (14%) 2024. The purpose of this study is to assess the determinant factor of stunting in toddlers aged 12-36 months in Tamansari, Bogor District, Indonesia. A cross-sectional study design was employed, with primary data from a total sample of 500 toddlers in the District. The analysis of the determinant factor of stunting applied multivariate Cox Regression analysis and the effect is expressed by the prevalence ratio (PR) with a 95% confidence interval (CI). Our study shows that the prevalence of stunting in toddlers aged 12-36 months in Tamansari is 39.2%. The Multivariat analysis test results show factors determinant of stunting in Tamansari such as the history of breast feeding (PR=1.32), diarrhoeal disease (PR=1.40), energi intake (PR=1.35), mothers education (PR=1.54) and mothers age (PR=1.44). The researcher suggest that The Health Center and the Department of Health prevent stunting by apply exclusive breast feeding, healthy lifestyles and increase energy and protein intake such as eggs, tofu and tempe. Department of Education increasing the minimum of mothers education with "kejar paket A-C". National Family Planning Coordinating Agency and Religious Affairs Office increasing the minimum marriage age in accordance with Indonesian marriage law limitations at age of 19 years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ratih Sesa Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh materialisme teradap compulsive buying pada kelas sosial ekonomi menengah dan atas di Indonesia. Materialisme merupakan sebuah keyakinan yang dianut seseorang tentang seberapa pentingnya kepemilikan di dalam kehidupan mereka (Richins dan Dawson, 1992). Compulsive buying dapat didefinisikan sebagai perilaku belanja yang abnormal dimana perilaku tersebut tidak terkontrol, berulang-ulang dan memiliki dorongan kuat untuk belanja yang dianggap sebagai cara untuk menghilangkan perasaan negatif seperti stres dan cemas (Edwards, 1993). Responden berjumlah 206 orang dengan karakteristik individu yang berusia antara 20-40 tahun, dengan sosial ekonomi status menengah dan atas, bertempat tinggal di wilayah Jabodetabek. Materialisme diukur dengan alat ukur MVS short form (Richins, 2004) yang merupakan versi modifikasi singkat dari alat ukur MVS (Material Value Scale) yang disusun oleh Richins dan Dawson (1992).
Compulsive Buying diukur dengan alat ukur Compulsive Buying Scale yang disusun oleh Edwards (1993). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa materialisme dapat mempengaruhi skor compulsive buying secara signifikan β = .545, t(206) = 9.296, p < .01 Selain itu, materialisme juga dapat secara signifikan menjelaskan proporsi varians skor compulsive buying R2 = .298, F(1,206) = 86.415. Berdasarkan hasil tersebut, penting adanya pengarahan terhadap kelas sosial ekonomi menengah dan atas agar dapat menjadi konsumen yang cerdas dan lebih selektif agar terhindar dari konsekuensi-konsekuensi negatif yang ditimbulkan dari nilai-nilai materialisme dan compulsive buying.

This research aims to find the influence of materialism on compulsive buying in middle & upper social economic class Indonesian. Materialism is a value about the importance of possessions in one's life (Richins & Dawson, 1992). Compulsive buying can be defined as abnormal form of shopping and spending in which the afflicted consumer has an overpowering, uncontrollable, chronic and repetitive urge to shop and spend (Edwards, 1993). Respondens of this research were individuals between the ages of 20-40 years old, with middle & upper social economy class, and live in Jabodetabek, with the amounts of 206 research participants. MVS Short Form made by Richins (2004) was used to measure materialism, as a short modified version of Material Values Scale (Richins & Dawson, 1992).
Compulsive buying was measured using Compulsive Buying Scale constructed by (Edwards, 1993) The main result of this research indicates that materialism is significantly predicted compulsive buying scores β = .545, t(206) = 9.296, p < .01. Furthermore, materialism also explained a significant proportion of variance in public compulsive buying scores, R2 = .298, F(1,206) = 86.415. Based on these results, it’s important to direct the middle and upper social economic class in Indonesia to become smarter and more selective consumer to prevent them from negative consequences from materialistic values and compulsive buying.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Fatimah
"Indonesia merupakan pemain besar dalam industri sepatu di dunia, yaitu terbesar kelima setelah Cina, India, Vietnam dan Brasil. Perakitan sepatu menggunakan perekat atau lem yang mengandung senyawa organik volatil (diantaranya benzena, toluen, dan xylen)dengan kandungan benzena di dalam lem diketahui mencapai 2%. Benzena dapat masuk secara tidak sempurna dengan cepat ke tubuh manusia dan hewan melalui pajanan. pernafasanpajanan benzena pada manusia terbukti berhubungan dengan berbagai penyakit akut dan parah termasuk kanker dan anemia aplastik. Selain itu benzena dan metabolitnya juga terbukti dalam peningkatan stres oksidatif yang terlihat dari peningkatan malondialdehid (MDA) dan penurunan antioksidan dalam tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi konsentrasi benzena di udara tempat kerja dan hubungan antara benzena di dalam tubuh melalui pengukuran biomarker SPhenylmercapturic Acid (S-PMA) terhadap stres oksidatif melalui pengukuran kadar plasma MDA pekerja bengkel sandal/sepatu.
Penelitian ini menggunakan studi crosssectional pada sepuluh bengkel sandal/sepatu di Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor pada Maret-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 64 pekerja diambil dengan metode total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi benzena di udara empat kerja masih dibawah NAB yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 yaitu 0,002066 ppm dan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi S-PMA dalam urin terhadap kadar MDA plasma darah. Sementara itu ada hubungan yang signifikan antara variabel kebiasaan olahraga terhadap kadar MDA plasma darah namun tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel konsentrasi status merokok, konsumsi kopi, dan IMT pekerja dengan kadar MDA plasma darah pekerja. Konsentrasi benzena masih dalam batas aman namun tetap harus diminimalisasi karena benzena merupakan zat karsinogenik yang dapat terakumulasi dalam tubuh sehingga diperlukan pencegahan seperti perbaikan ventilasi,pengaturan jam kerja, dan pelarangan merokok saat bekerja.

Indonesia is the fifth largest country with shoe industri in the world, the biggest after China, India, Vietnam and Brazil. Shoe assembly using adhesives or glue that contain volatile organic compounds (such as benzene, toluene and xylen) with benzene content in the glue is known to reach 2%. Benzene can enter imperfectly rapidly into the human body and animals through inhalation exposure, human benzene exposure is shown to be associated with various acute and severe diseases including cancer and aplastic anemia. In addition, benzene and its metabolites are also proven in increased oxidative stress seen from increased malondialdehyde (MDA) and decreased antioxidants in the body.
This study aims to identify benzene concentrations in the air of the workplace and the relationship between benzene in the body through measurement of S-Phenylmercapturic Acid (S-PMA) biomarkers against oxidative stress through measurement of MDA plasma level of sandal / shoe workers.
This study used cross-sectional study on ten shoe workshops in Desa Sukajaya , Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor from March to May 2018. The number of samples as much as 64 workers taken by total sampling method.
The results showed an average concentration of benzene in the air of the workplace is still under the treshold value which determined by Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Year 2011 (0.002066 ppm) and there are no significant relationship between concentrations of S-PMA in urine against the levels of MDA blood plasma. Meanwhile, there is a significant relationship between exercise habit variables against blood plasma MDA level but no significant relationship between variable length of work, smoking status, coffee consumption, and BMI of workers againist blood plasma MDA levels of workers.The concentration of benzene is still below the treshold limit but should be minimized because benzene is a carcinogenic substance that can accumulate in the body so that the preventive action such as improvement of ventilation, regulation of working hours, and a prohibition on smoking at work should be applied.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Norjannah
"Keberadaan benzena dalam lem alas kaki ini membahayakan kesehatan para pekerjadi bengkel alas kaki karena sifatnya yang toksik dan karsinogenik. Dampak yangditimbulkan adalah terganggunya sumsum tulang yang merupakan tempat produksi seldarah merah; darah putih dan trombosit. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisishubungan pajanan benzena melalui pemeriksaan konsentrasi S-phenylmercapturic acid S-PMA di urin terhadap kadar trombosit pada pekerja bengkel alas. Desain daripenelitian adalah cross sectional pada pekerja pabrik alas kaki di Desa Sukajaya denganjumlah sampel 73 pekerja. Sampel yang diambil adalah urin dan darah dari pekerjauntuk mengetahui konsentrasi S-PMA dan kadar trombosit. Konsentrasi S-PMA diukurdengan alat LC-MS/MS dan trombosit dengan Automated Hematology Analyzer.Karakteristik individu dengan wawancara secara langsung. Hasil penelitianmenunjukkan nilai OR=2,28 antara konsentrasi S-PMA terhadap kadar trombosit.Variabel kebiasaan olahraga dengan OR=1,58 antara olahraga tidak rutin terhadaptrombosit dan konsumsi alkohol OR=1,78 antara yang mengkonsumsi terhadap kadartrombosit. Hasil uji regresi logistik multivariabel menunjukkan nilai OR=2,59 pekerjadengan konsentrasi S-PMA >0,67 g/g kreatinin terhadap kadar trombosit setelahdikontrol variabel umur dan konsumsi alkohol.

The existence of benzene in the glue of footwear is endangering the health of theworkers in the footwear workshop because of its toxic and carcinogenic nature. Theimpact is the disruption of the bone marrow which is where the production of red bloodcells; white blood and platelets. The purpose of this study was to analyze therelationship of benzene exposure through the examination of S phenylmercapturic acid S PMA concentration in urine on platelet levels in base workshop workers. The designof the study was cross sectional on footwear factory workers in Sukajaya Village with asample of 73 workers. Samples taken are urine and blood from workers to know theconcentration of S PMA and platelet levels. The concentration of S PMA was measuredby LC MS MS and platelets with Automated Hematology Analyzer. Individualcharacteristics with direct interview. The results showed the value of OR 2.28between S PMA concentration to platelet level. Variables of exercise habits with OR 1.58 between non routine exercise on platelets and alcohol consumption OR 1.78among those who consume to platelet levels. Multivariable logistic regression testresults showed OR 2.59 workers with S PMA concentration 0.67 g g creatinine on platelet count after controlled for age and alcohol consumption.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lora Agustina
"Benzena merupakan pelarut yang banyak terkandung di dalam lem yang digunakanindustri alas kaki. Benzena bersifat hematotoksis dan karsinogenik. Salah satu tandahematotoksik benzena adalah penurunan jumlah leukosit. Pajanan benzena dapatdiketahui melalui pengukuran S-phenylmercapturic acid S-PMA urin. Pekerja diindustri alas kaki informal di Desa Sukajaya merupakan populasi yang berisiko. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsentrasi S-PMA urin dengan jumlah leukosit pekerja industri alas kaki informal di Desa Sukajaya. Desain penelitianyang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data melalui wawancara langsung untuk karakteristik individu, pemeriksaan S-PMA urin dengan alat LC-MS/MS dilaboratorium dan darah rutin untuk jumlah leukosit. Analisis bivariat dengan, chisquare, ANOVA dan regresi logistik sederhana. Analisis multivariat dengan regresilogistik ganda. Hasil penelitian mendapatkan tidak ada konsentrasi S-PMA urin yang melebihi nilai BEI le;25 ?g/g kreatinin . Konsentrasi S-PMA yang lebih tinggi lebih berisiko mengalami penurunan jumlah leukosit. Dengan dikontrol usia, masa kerja, durasi kerja, riwayat infeksi, IMT, merokok, jenis pekerjaan dan olahraga, pekerja dengan S-PMA tinggi lebih berisiko mengalami penurunan jumlah leukosit dibandingkan pekerja dengan konsentrasi rendah. Meskipun konsentrasi S-PMA urin masih dibawah nilai BEI akan tetapi konsentrasi S-PMA yang lebih tinggi lebih berisiko mengalami jumlah leukosit menjadi

Benzene is a widely used as solvent in the glue that used in the informal footwear industry. Benzene is hematotoxic and carcinogenic. Decrease in the number of leukocytes is one sign of hematotoxic. Benzene exposure can be measured byS phenylmercapturic acid S PMA urine analysis. The Workers in the informal footwear industry in Sukajaya Village are at risk. This research was conducted to find out the association of S PMA urine with leukocyte count of informal footwear industrial workers. The study design was cross sectional. Data was collected by interview for individual characteristics, S PMA urine with LC MS MS method ini laboratory and blood examination. Chi square ANOVA, simple logistic regression, multiple logistic regression test were used for the analysis. No S PMA concentration of urine exceeding the BEI value le 25 g g creatinine. Higher S PMA concentrations are more at risk of decreasing the leukocytes count. With controlled of age, duration of work, history ofinfection, BMI, smoking, occupation and exercise, workers with high S PMA urin concentration are at higher risk of decreasing the number of leukocytes. Although urinary S PMA concentrations are still below BEI values but higher S PMA concentrations are more at risk of leukocyte counts being
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>