Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3871 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rakhmah Sarinovita
"Tesis ini membahas tentang komunikasi interpersonal dalam pengambilan keputusan organisasi berdasarkan karakteristik anggota Majelis Wali Amanat UI, dengan melakukan studi kasus pada periode 2007 – 2012 dan 2014 – 2017. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan paparan tentang komunikasi interpersonal yang terjadi dalam Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI), serta hambatan komunikasi interpersonal dalam pengambilan keputusan MWA UI. Setiap organisasi tentu saja akan menghadapi hambatan dalam proses komunikasinya, hambatan ini tak hanya berasal dari luar organisasi namun dapat pula berasal dari dalam organisasi, seperti perbedaan karakteristik diantara anggotanya. Komunikasi interpersonal dalam MWA UI ini perlu di dukung pula oleh lima kualitas umum yang ada didalamnya seperti: Keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan yang ada diantara anggota-anggota MWA UI. Dengan terpenuhinya lima kualitas tersebut, niscaya perbedaan karakteristik diantara anggota MWA UI dapat disikapi untuk menjadi hal positif yang dapat membangun organisasi.

This thesis discusses the interpersonal communication in organizational decision-making based on the characteristics of members of the UI Board of Trustees, by conducting (case studies in the period 2007 - 2012 and 2014 – 2017). Study was a descriptive qualitative research. Methods of data collection were interviews, observation and documentation studies. Results showed exposure on interpersonal communication that occurs in the Board of Trustees of Universitas Indonesia (MWA UI), and interpersonal communication barriers in decision making in MWA UI. Each organization will certainly face barriers in the communication process, barriers not only come from the outside of the organization, but can also come from within the organization, such as the differences between the characteristics of its members. MWA interpersonal communication in this UI needs to be supported also by the five common qualities in it such as: openness, empathy, being supportive, positiveness and equality that exists between members of MWA UI. With the fulfillment of these five qualities, certainly differences between the characteristics of UI MWA members can be addressed to be a positive thing to build an organization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Magfira Ovalia
"Perkembangan teknologi, memberikan peluang luas bagi pebisnis untuk membuka usaha. Saat ini, potensi startup memberikan motivasi kepada pebisnis di Indonesia untuk memperluas bisnis mereka. Tahap awal pembentukan startup dianggap krusial, di mana keberlanjutan tim tergantung pada pembangunan keanggotaan, identitas, proses, dan komitmen. Penelitian ini memusatkan perhatian pada peran komunikasi internal dalam startup di PT PGA dengan menggunakan perspektif Communicative Constitution of Organizations (CCO) sebagai dasar teori. PT PGA adalah perusahaan yang berfokus pada pengembangan dan pemasaran merek di industri kecantikan dan perawatan pribadi. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan studi kasus, pengambilan data melalui wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi ke bawah dan horizontal muncul dalam proses adaptasi, menciptakan suasana kekeluargaan dengan fleksibilitas, komunikasi informal, serta dukungan antarpribadi. Penataan diri menunjukkan otoritas atasan memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan. Selain itu, keterlibatan anggota dalam kegiatan organisasi dan membangun komunikasi terbuka dilakukan untuk mencegah masalah dan memastikan pemahaman tugas. Koordinasi kegiatan mengatur peran atasan sebagai konseptor dan pengawas, serta komunikasi horizontal dalam menyelesaikan masalah dan memberikan dukungan. Dalam penentuan posisi lembaga, bawahan bertanggung jawab dan berkoordinasi dengan atasan terkait informasi atau masalah dengan pihak eksternal di PT PGA.

The development of technology provides extensive opportunities for entrepreneurs to start businesses. Currently, the potential of startups motivates entrepreneurs in Indonesia to expand their businesses. The initial stage of startup formation is considered crucial, where team sustainability depends on the development of membership, identity, processes, and commitment. This research focuses on the role of internal communication in startups at PT PGA using the Communicative Constitution of Organizations (CCO) perspective as the theoretical foundation. PT PGA is a company that focuses on developing and marketing brands in the beauty and personal care industry. The researcher employs qualitative research methods and a case study approach, gathering data through in-depth interviews. The results indicate that downward and horizontal communication emerges in the adaptation process, creating a family-like atmosphere with flexibility, informal communication, and interpersonal support. Self-organization shows that the authority of superiors plays a crucial role in decision-making. Additionally, members' involvement in organizational activities and building open communication are conducted to prevent issues and ensure task understanding. Activity coordination regulates the role of superiors as conceptualizers and supervisors, with horizontal communication in problem-solving and providing support. In determining the institutional position, subordinates are responsible for coordinating with superiors regarding information or issues with external parties at PT PGA.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amia Luthfia R. Koestoer
"Dilatarbelakangi oleh tuntutan era globalisasi dan adanya pendapat yang menyatakan bahwa pelajar Indonesia di luar negeri memiliki hambatan untuk melakukan kontak dan bercakap-cakap dengan orang-orang di negara tuan rumah, maka penelitian ini mengkaji kompetensi (kemampuan) komunikasi antarbudaya orang Indonesia yang menetap sementara pada lingkungan pendidikan di Australia. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan konstruktivism. Metode yang digunakan adalah observational dengan berpartisipasi secara aktif di dalam kehidupan sehari-hari subyek penelitian dan situasi studi.
Konsep kompetensi komunikasi digunakan sebagai alat untuk mengukur kualitas komunikasi seseorang atau sekelompok orang. "Keberhasilan" (effectiveness) dan kelayakan (appropriateness) adalah dimensi yang digunakan untuk menilai kompetensi komunikasi. Jadi, kompetensi komunikasi antarbudaya melihat keberhasilan dan kelayakan komunikasi dan interaksi antara orangorang dari budaya yang berbeda. Keberadaan seseorang pada budaya yang berbeda menuntut dirinya untuk beradaptasi, dan yang mendasari proses adaptasi yang dialaminya adalah proses komunikasi. Melalui komunikasi yang berhasil dan layak, seseorang dapat meningkatkan kontrol terhadap perilakunya dan lingkungannya. Tiga buah dimensi, yaitu the affective process, the cognitive process dan the behavioral process, digunakan untuk "mengukur" kompetensi komunikasi antarbudaya sekaligus digunakan untuk menganalisisnya.
Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan kompetensi pada konteks sosial formal dan konteks sosial informal. Pada konteks sosial formal para peserta training yang semuanya wanita ternyata cukup kompeten dalam berkomunikasi antar budaya dengan orang-orang Australia. Mereka dapat memenuhi dimensi affective, cognitive dan behavioral. Tapi pada konteks sosial informal, mereka tidak cukup kompeten. Perbedaannya adalah pada atribut message skill, interaction management dan cultural awareness, dimana pada konteks formal atribut-atribut tersebut ditemukan, sedangkan pada konteks informal atribut tersebut tidak ditemukan . Perbedaan yang lain adalah pada konteks formal, atribut appropriate self disclosure tidak ditemukan tapi pada konteks informal justru atribut tersebut dapat ditemukan. Di kedua konteks sosial, atribut-atribut self concept / self esteem, open-mindedness, non-judgmental attitudes, social relaxation, behavioral flexibility dan social skill I emphatic dapat ditemukan.
Perbedaan kompetensi komunikasi antarbudaya apakah subyek penelitian bersama-sama dengan teman sekelompoknya atau seorang diri ketika sedang berkomunikasi dengan orang Australia hanya ditemukan secara terbatas pada anggota kelompok yang kemampuan Bahasa inggrisnya lebih rendah dibandingkan anggota kelompok yang lain. Bagi mereka bantuan anggotaanggota lain dalam kelompok sangat diandalkan untuk berkomunikasi dengan orang Australia."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ladiawati
"Penelitian tentang pola komunikasi masyarakat Dayak dan pendatang ini berawal dari seringnya terjadi konflik antar masyarakat Dayak di Pontianak dan pendatang yang mengadu nasib di daerah tersebut. Konflik terbesar adalah antara masyarakat Dayak dan pendatang Madura tahun 1996, yang berhasil melumpuhkan roda perekonomian di beberapa tempat di Kalimantan Barat. Oleh sebab itu penelitian tentang komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang menjadi menarik untuk dibahas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pola komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang; serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbukanya komunikasi di antara mereka.
Landasan teoritis yang digunakan untuk mengkaji pola komunikasi tersebut yaitu dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan erat dengan komunikasi antar budaya seperti teori konvergensi dan teori interaksi simbolik. Di dalam komunikasi antar budaya, pembuat pesan adalah anggota dari suatu budaya tertentu dan penerima pesan adalah anggota dari budaya lainnya, dalam penelitian ini adalah masyarakat Dayak dan pendatang Cina, Bugis, Melayu, Jawa dan Madura. Di dalam komunikasi antar budaya , berusaha mengungkapkan apa yang terjadi ketika anggota dari dua budaya yang berlainan bertemu untuk melakukan interaksi komunikasi. Apakah komunikasi berjalan lancar atau mengalami hambatan. Adanya perbedaan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya , merupakan suatu ciri dari komunikasi antar budaya.
Teori lainnya yang digunakan adalah teori interaksi simbolik yang pada intinya membahas tentang suatu kemampuan manusia untuk menciptakan serta mempergunakan simbol-simbol sehingga manusia menjadi mahluk hidup yang unik, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu penelitian ini juga dibahas dengan menggunakan teori konvergensi yang membahas adanya kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dalam kelompok masyarakat. Adanya kesamaan dan perbedaan dalam kelompok masyarakat Dayak dan pendatang dalam hal keyakinan, nilai, perilaku dan sebagainya.
Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Unit analisis yang digunakan adalah kpri unites Oita penelitian diperoleh dari key information melalui wawancara di lokasi penelitian.
Temuan penelitian ini menegaskan bahwa terdapat komunikasi yang efektif antara masyarakat Dayak dan pendatang Cina, Melayu, Bugis, serta Jawa, tetapi komunikasi dengan pendatang Madura berjalan kurang efektif. Komunikasi di antara mereka cenderung diwarnai prasangka dan etnosentris. Adanya komunikasi efektif dan terhambat ini disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang yaitu kedekatan jarak fisik dan faktor kesamaan dalam karakteristik-karakteristik sosial budaya yang lebih berperan. Ditemukan bahwa tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, agama dan persepsi, memiliki peran yang cukup berarti dalam terjadi atau tidaknya komunikasi efektif di antara mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T3916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Sari Utami
"Kehadiran orang Prancis di dunia bisnis di Indonesia patut mendapat perhatian. Di Jakarta, kota yang merupakan pusat aktivitas ekonomi Indonesia, terdapat berbagai perusahaan Prancis, kantor perwakilan pemerintahan Prancis, dan lembaga pendidikan yang melibatkan orang Indonesia dan Prancis di dalam satu unit kerja. Komunikasi antarbudaya dalam konteks bisnis pun terjadi. Ada berbagai problem potensial dalam komunikasi antarbudaya antara orang Indonesia dan orang Prancis. Tiga problem utama adalah stereotip, etnosentrisme, dan prasangka. Penelitian ini hendak mengidentifikasi berbagai stereotip, etnosentrisme, dan prasangka yang diatribusikan oleh orang Indonesia dan Prancis di Jakarta di lingkungan kerja, dan latar belakang munculnya problem-problem tersebut.
Penelitian melibatkan 7 orang informan, yakni 3 orang Prancis dan 4 orang Indonesia. Mereka bekerja di kantor pemerintahan, perusahaan swasta Prancis, dan di lembaga pendidikan. Data dalam penelitian dengan paradigrna konstruktivis ini diperoleh dari wawancara mendalam dengan metode probing dan dianalisis dengan metode analisis domain. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah pertanyaan terbuka, yang berkaitan dengan kontak informan dengan orang Prancis atau Indonesia, anggapan tentang orang Prancis atau Indonesia, interaksi di lingkungan kerja, dan di luar lingkungan kerja.
Ada beberapa hasil dari penelitian ini. Meskipun orang-orang Prancis dan Indonesia ini telah memiliki kontak yang cukup lama, bahkan tinggal di budaya yang berbeda, orangorang tetap memiliki stereotip, etnosentrisme, dan prasangka, dengan isi dan arah yang berbeda-beda. Ketiga problem potensial tersebut mereka pelajari dari pengalaman pribadi mereka, pendidikan, media massa, dan dari berbagai peristiwa yang terjadi baik yang berkaitan dengan Indonesia maupun Prancis. Seseorang dapat menolak stereotip tertentu terhadap orang Prancis ataupun Indonesia yang dimiliki oleh orang lain. Sebaliknya, ada stereotip tertentu yang diadaptasi oleh seseorang yang bukan berasal dari budaya yang dikenai stereotip tersebut.
Selain itu, terdapat usaha untuk memahami budaya yang berbeda dengan seseorang yang disadari akan mempengaruhi komunikasi antara kedua belah pihak, dan mempengaruhi hasil di lingkungan kerja. Dalam penelitian ini ditemukan pula etnorelativisme yang merupakan hasil dari usaha memahami budaya Prancis atau Indonesia dan memakai pemahaman tersebut dalam interaksi di lingkungan kerja.
Hasil penelitian ini telah dapat menjawab masalah penelitian. Identifikasi telah dilakukan, dan menghasilkan temuan-temuan berupa berbagai stereotip, etnosentrisme dan prasangka orang Prancis dan Indonesia. Latar belakang yang memicu munculnya tiga problem tersebut adalah pengalaman, pendidikan, pengaruh media massa, dan peristiwa yang berkaitan dengan Prancis dan Indonesia.
Masih ada temuan-temuan lain yang menarik, namun belum digali lebih dalam oleh peneliti, antara lain kompetensi antarbudaya dalam penyelesaian konflik di lingkungan kerja dan bagaimana respon seseorang terhadap stereotip yang diatribusikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Melati Mediana
"Penelitian ini membahas tentang jarak pada komunikasi manusia. Dalam kajian komunikasi antarbudaya, jarak atau ruang sebagai batasan fisik ini dikenal sebagai Proksemik. Studi dilakukan pada warga bantaran sungai Ciliwung di Kampung Pulo yang direlokasi ke rumah susun sewa (Rusunawa) Jatinegara Barat pada tahun 2016. Jarak komunikasi pada masyarakat kolektivistik terlihat manakala ruang vertikal menghilangkan makna ruang horisontal sebelumnya. Jarak fisik yang lebih jauh karena adanya tangga dan lift mengacaukan komunikasi horisontal yang organik dan secara sosial lebih dekat ala ‘kampung lifestyle’. Perubahan jarak komunikasi terjadi pada ruang antarorang, ruang antarunit, ruang antarlantai, dan ruang antar bangunan. Perubahan karakter masyarakat kolektivistik juga terjadi pada ruang-ruang baru yang mengusung konsep hunian individualistik. Namun demikian, terjadi perubahan makna ruang-ruang baru yang diadaptasi warga relokasi setelah tiga tahun menghuni rusunawa. Transisi kegiatan masyarakat budaya Kampung Pulo tersebut dilakukan karena kesadaran warga untuk mempertahankan kohesivitas yang dianggap sebagai warisan berharga kelompok mereka tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang detil tentang perubahan pola-pola komunikasi manusia dari satu ruang ke ruang yang berbeda terkait dengan jarak komunikasi. Penelitian ini menginsafi bahwa konteks budaya sangat memegang peranan dalam memaknai ruang bersama kelompok acuannya dan bukan semata masalah perubahan fisik hunian saja, atau place more than a space.

This research discusses distance in human communication. In the study of intercultural communication, distance or space as a physical boundary is known as proxemic. The study was conducted on residents on the banks of the Ciliwung river in Kampung Pulo who were relocated to a rented apartment (Rusunawa) West Jatinegara in 2016. The distance of communication in the collectivistic community is seen when vertical space removes the meaning of the previous horizontal space. Longer physical distances due to stairs and lifts interfere with horizontal organic communication and the closer social 'village lifestyle'. Changes in communication distance occur in the space between people, space between units, space between floors, and space between buildings. Changes in the character of the collectivistic society also occur in new spaces that carry the concept of individualistic housing. However, there has been a change in the meaning of the new spaces adapted by the relocation residents after three years of living in the flat. The transition of the Kampung Pulo cultural community activities was carried out due to the awareness of the residents to maintain cohesiveness which is considered a valuable heritage of their group. This research is expected to provide a detailed description of changes in human communication patterns from one room to a different room related to communication distance. This study realizes that the cultural context plays a very important role in interpreting the common space of the reference group and not merely a matter of physical changes to the occupancy, place more than a space."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livermore, David
"You lead across a multicultural terrain : why CQ? -- You need a map for the journey : Contents :
CQ overview -- Whet your appetite : CQ drive (step 1) -- Study the topography : CQ knowledge (step 2a) -- Dig beneath the terrain : CQ knowledge (step 2b) -- Turn off the cruise control : CQ strategy (step 3) -- Run, walk or jog : CQ action (step 4) -- See the journey ahead : proof and consequences of CQ -- Recruit travel companions : developing CQ in your team."
New York: Amacom, 2010
658.4 LIV l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Livermore, David A., 1967-
"Why are some leaders able to create trust and negotiate contracts with Chinese, Latin Americans, and Germans all in the same day, while others are barely able to manage the diversity in their own offices? The answer lies in their cultural intelligence, or CQ. Packed with practical tools, research, and case studies, "Leading with Cultural Intelligence" breaks new ground, offering today's global workforce a specific, four-step model to becoming more adept at managing across cultures. Practical and insightful, this indispensable guide shows leaders how to connect across any cultural divide, including national, ethnic, and organizational cultures."
New York: American Management Association;, 2010
e20447779
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Feren Elana
"ABSTRAK
Pergeseran menuju globalisai memperkenalkan dimensi baru yang lebih dalam dan kompleks terhadap pemahaman manusia. Manajer sekarang dihadapkan pada urgensi pelatihan dan kesadaran lintas budaya. Dengan menggunakan pendekatan yang lebih intensif dalam memahami perbedaan pandangan budaya, tugas ini akan menjelaskan menggunakan benturan lintas budaya dalam kehidupan nyata yang berbasis dari pengalaman penulis sendiri bagaimana budaya dapat menciptakan kesalahpahaman melalui asumsi/persepsi. Laporan ini juga didukung oleh pengetahuan budaya yang mendalam yang telah dipelajari dalam kelas, termasuk jurnal serta publikasi yang telah disahkan.

ABSTRACT
The shift towards a more globalised environment introduces a deeper and more complex dimension of the human approach. Managers are now faced with the urgency of cross cultural training and awareness. By using a micro approach in understanding the differences in cultural views, this assignment will explain using real life cross-cultural clash incident-based from the writer`s own experience how culture can create misunderstandings through perceived assumption. This report is also supported by in-depth cultural knowledge learned throughout the course and suggested peer-reviewed journals and publications.

"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Deviani
"This research aimed to explain the existence of influence of interpersonal effective communication and leadership variables; individually and together, to the dependent variable of performance. In this research, communication variable is divided into two; vertical and horizontal/lateral communication with five indicators: openness, empathy, positive, support and similarity. Leadership variable is comprised of four indicators: good communication, delegation of authority, supervising, and ability to create good work condition.
Research was conducted upon 71 respondents, which served as population of patent reviewers in Directorate Patent, Directorate General of Intellectual Property Rights, Department of Law and Human Rights, R1. Data analysis technique in used is Linear Regression. First, the linear regression technique is used as simple linear regression between each independent variable (interpersonal communication or leadership) to patent reviewers' performance, to see the existence of influence of each independent variable to performance as dependent variable. Multiple regression technique is used to verify the influence of both independent variables (interpersonal communication and leadership) together to patent reviewers? performance.
From these various analyzes, it was found that interpersonal communication individually has negative influence to patent reviewer performance, while together with leadership variable have no influence in enhancing level of performance. Based on respondents' opinion on interpersonal communication existed in Directorate of Patent Reviewer, both vertical and horizontal/lateral communications, is not a dominant factor which can influencing patent reviewers' performance because the level of satisfaction in communication has not optimally met. Meanwhile the independent variable of independent, individually or together, has a significant and positive influence to patent reviewers' performance, where good leadership will influence an enhancement on patent reviewers' performance at Directorate of Patent Reviewer."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>