Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130840 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kristin Emanuella
"Perilaku fad diets (FD) berdampak pada berbagai risiko kesehatan, seperti gangguan metabolisme, meningkatnya risiko anemia, meningkatnya risiko paparan infeksi, dan mempengaruhi kinerja kognitif. Lebih lanjut, dapat menurunkan performa dan prestasi belajar di sekolah dan mempengaruhi gangguan perilaku makan sehingga meningkatkan risiko perilaku makan menyimpang. Beberapa penelitian terdahulu di Indonesia menunjukkan angka remaja putri di Indonesia yang berisiko terlibat dalam perilaku FD termasuk tinggi, namun jumlah penelitian yang mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku tersebut masih jarang. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan terhadap perilaku FD pada siswa-siswi SMAS Bunda Mulia Jakarta tahun 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional melibatkan sebanyak 212 siswa-siswi kelas X dan XI SMA. Data diambil dengan melakukan proses pengukuran tinggi badan dan berat badan serta pengisian kuesioner online. Data diolah secara univariat dan bivariat (chi square). Prevalensi perilaku FD sebesar 43,9%. Faktor yang berhubungan dengan perilaku FD adalah jenis kelamin, status gizi, distorsi citra tubuh, dorongan keluarga, dorongan teman, dan pengaruh media sosial. Siswa perempuan, yang berstatus gizi gemuk, dan mengalami distorsi citra tubuh berisiko masing-masing 1,9 kali; 4,8 kali; dan 2,5 kali lebih besar untuk melakukan perilaku FD. Siswa yang mendapat dorongan dari keluarga, dorongan teman, dan pengaruh media sosial berisiko masing-masing 2,6 kali; 2,2 kali; dan 3,2 kali untuk menerapkan FD. Perlu dilakukan upaya edukasi perilaku makan yang tepat dan sehat untuk siswa serta promosi PGS di sekolah dan media sosial.

Fad diets lead to various health risks, such as the increased risk of metabolic disorders, increased risk of anemia, increased risk of exposure to infection, and affect cognitive performance which in turn can reduce performance and learning achievement in school. The further impact that can also arise from FD is that it can aggravate eating disorders which increases the risk of eating disorder. Data regarding eating behavior on a national basis in Indonesia is still not available. Several studies conducted in several regions in Indonesia show the high number of young women in Indonesia who are involved and who are at risk of being involved in FD behavior, however, the number of studies that examine the factors associated with these behaviors is still limited. The main objective of this study was to find out the factors related to FD on students at Bunda Mulia Jakarta Senior High School in 2019. The research design used was cross sectional. The number of respondents involved was 212 students of grade X and XI in high school. The data was taken by measuring body height and weight as well as filling in the online questionnaire. The collected data will be processed in univariate and bivariate (chi square). FD prevalence in Bunda Mulia Jakarta Senior High School in 2019 is 43.9%. Factors related to FD behavior are gender, nutritional status, body image distortion, family’s encouragement, friend's encouragement, and social media influence. Female students, who are overweight or obese, with body image distortion are 1.9 times; 4.8 times; and 2.5 times more likely to carry out FD behavior. Students who are encouraged by families, friends, and social media are 2.6 times; 2.2 times; and 3.2 times at risk to FD. Efforts to educate appropriate and healthy eating behaviors as well as promotion of PGS in schools and through social media are needed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novialiana Sari
"Kegemukan dan obesitas selama masa remaja dapat menyebabkan banyak risiko kesehatan, termasuk peningkatan risiko diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular, osteoartritis, stroke, dan jenis kanker tertentu. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di kalangan remaja di DKI Jakarta pada 2018 adalah 13,5%. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan terkait dengan terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas. Sebuah studi cross sectional dilakukan pada 150 peserta dari kelas 10 dan 11. Data diperoleh dengan mengukur berat dan tinggi badan, kuesioner yang dikelola sendiri, dan wawancara penarikan makanan 24 jam. Data dianalisis menggunakan metode univariat, bivariat (uji chi square dan t independen), dan multivariat (regresi logistik biner). Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas di antara responden adalah 35,3%. Berdasarkan hasil dari analisis multivariat, faktor dominan yang berhubungan dengan terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas adalah aktivitas fisik. Siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik rendah 6,9 lebih cenderung kelebihan berat badan dan obesitas daripada siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Peneliti menyarankan untuk melakukan pemantauan rutin status gizi, pendidikan kesehatan dan gizi, meningkatkan aktivitas fisik dan manajemen stres di sekolah.

Overweight and obesity during adolescence can cause many health risks, including an increased risk of diabetes, hypertension, cardiovascular disease, osteoarthritis, stroke, and certain types of cancer. The prevalence of overweight and obesity among adolescents in DKI Jakarta in 2018 is 13.5%. The main purpose of this study is to determine the dominant factors associated with the occurrence of overweight and obesity. A cross sectional study was conducted on 150 participants from grades 10 and 11. Data were obtained by measuring weight and height, a self-administered questionnaire, and a 24-hour food withdrawal interview. Data were analyzed using univariate, bivariate (chi square and independent t test), and multivariate (binary logistic regression) methods. The prevalence of overweight and obesity among respondents was 35.3%. Based on the results of multivariate analysis, the dominant factor associated with overweight and obesity is physical activity. Students who have a low level of physical activity are 6.9 more likely to be overweight and obese than students who have a high level of physical activity. Researchers suggest doing routine monitoring of nutritional status, health education and nutrition, increasing physical activity and stress management in schools."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Rosita
"Emotional Eating atau perilaku makan emosional merupakan perilaku meningkatkan konsumsi makanan sebagai respon terhadap emosi-emosi negatif, di mana emotional eating memiliki sifat obesogenic yang berkontribusi terhadap kenaikan berat badan dan obesitas. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, ditemukan peningkatan angka kegemukan dan obesitas pada remaja setiap tahunnya, dengan angka prevalensi tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku emotional eating dengan indeks massa tubuh remaja, menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 50 remaja berusia 15-18 tahun di SMA Charitas Jakarta.
Hasil diperoleh responden sebagian besar terdiri dari perempuan 54, berusia 16 tahun 52, serta berasal dari siswa kelas XI jurusan IPA 34 dan IPS 24, sebagian besar responden memiliki IMT/U dengan kategori normal 68, dan responden yang memiliki perilaku makan dengan kecenderungan emotional eating cukup tinggi 48. Variabel emotional eating dengan indeks massa tubuh siswa menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan p = 0,145; = 0,05.
Dapat disimpulkan melalui penelitian ini bahwa emotional eating tidak memiliki pengaruh yang dominan terhadap kondisi indeks massa tubuh siswa SMA Charitas Jakarta.

Emotional Eating is a behavior of increasing food consumption in response to negative emotions, where emotional eating has obesogenic traits that contribute to weight gain and obesity. Based on Riskesdas year of 2013,in each year has been found an increase in overweight and obesity rate in adolescents, with the highest prevalence rate in the province of DKI Jakarta.
This study aims to determine the relationship between emotional eating behavior with adolescent body mass index, using cross sectional design with a sample of 50 adolescents aged 15 18 years in Charitas Senior High School Jakarta.
The results of the study were mostly female 54, 16 years old 52, and came from grade XI students in science 34 and IPS 24 , most of them had BMI Age with normal category 68, and respondents who had eating behavior with emotional eating tendency was quite high 48. The emotional eating variable with student body mass index showed no significant relationship p 0,145 0,05.
It can be concluded through this research that emotional eating does not have a dominant influence on the body mass index condition of Charitas Senior High School Jakarta students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Indriani Octovia
"Uji klinis acak tersamar ganda paralel ini merupakan penelitian pendahuluan, bertujuan mengetahui pengaruh suplementasi serat larut dan diet rendah kalori seimbang (DRKS) selama 4 minggu terhadap kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL) serum pada obes I usia 30−50 tahun. Sejumlah 31 subyek dipilih dengan kriteria tertentu dan dibagi menjadi dua kelompok dengan randomisasi blok, 15 orang kelompok perlakuan (KP) dan 16 orang kelompok kontrol (KK). Subyek KP mendapat serat larut psyllium husk (PH) 8,4 g/hari dan DRKS 1200 kkal/hari, sedangkan subyek KK mendapat plasebo dan DRKS 1200 kkal/hari. Data terdiri atas usia, indeks massa tubuh (IMT), asupan zat gizi, serta kadar kolesterol LDL serum. Pemeriksaan kolesterol LDL dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan Mann-Whitney, batas kemaknaan 5%. Karakteristik data dasar dan sebaran subyek kedua kelompok sebanding. Analisis lengkap dilakukan pada 28 subyek (KP dan KK masing-masing 14 subyek). Suplementasi ditoleransi baik dan tidak ditemukan efek samping serius. Median usia subyek KP dan KK berturut-turut 35,0 (30−45) tahun dan 34,50 (30−48) tahun serta rerata IMT 28,0 ± 1,1 kg/m2 dan 27,2 ± 1,4 kg/m2. Rerata kadar kolesterol LDL serum awal KP 137,0 ± 37,0 mg/dL dan KK 134,4 ± 29,1 mg/dL. Defisit energi KP lebih rendah tidak signifikan (p = 0,62) dibandingkan KK, berturut-turut -282,0 ± 482,6 kkal/hari dan -331,8 ± 578,3 kkal/hari. Persentase asupan energi terhadap anjuran KP (94,2 ± 18,5%) lebih tinggi signifikan (p = 0,02) daripada KK (85,4 ± 22,9%). Asupan karbohidrat (KH) total KP (613,1 ± 134,5 kkal/hari) lebih tinggi signifikan (p = 0,02) dibandingkan KK (545,4 ± 161,1 kkal/hari). Asupan protein, lemak total, dan kolesterol KP dan KK sesuai rekomendasi NCEP-ATP III. Pada kedua kelompok, asupan asam lemak jenuh cenderung tinggi, tetapi asupan asam lemak tak jenuh tunggal dan jamak rendah. Asupan serat subyek KP 17,2 ± 2,8 g/hari dan KK 8,6 (5,2−15,2) g/hari. Dengan suplementasi PH tidak tercapai rekomendasi asupan serat. Persentase asupan KH sederhana terhadap energi total KP 11,5±5,4% lebih tinggi signifikan (p = 0,00) dibandingkan KK 6,0 (1,2524,2)%. Penurunan kadar kolesterol LDL serum KP -2,1 ± 16,2 mg/dL lebih sedikit tidak signifikan (p = 0,15) dibandingkan pada KK -10,9 ± 15,3 mg/dL. Penelitian ini belum dapat membuktikan suplementasi PH 8,4 g/hari dan DRKS 1200 kkal/hari selama 4 minggu lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol LDL serum dibandingkan plasebo pada subyek obes I.

This parallel double blind randomized clinical trial is a preliminary study that aims to investigate the effect of soluble fiber supplementation 8.4 g/day and lowcalorie balanced diet (LCBD) for 4 weeks on serum low-density lipoprotein (LDL) cholesterol level in obese I, aged 30−50 years old. A total of 31 subjects were selected using certain criteria and randomly allocated to one of two groups using block randomization; 15 subjects for treatment (T) group and 16 subjects for control (C) group, respectively. The T group received psyllium husk (PH) 8.4 g/day and LCBD 1200 kcal/day, and the C group received placebo and LCBD 1200 kcal/day. Data include age, body mass index (BMI), intake of energy, macronutrient, and fiber, as well as serum LDL cholesterol level. Serum LDL cholesterol level was examined before and after treatment. Statistical analyses include independent t-test and Mann-Whitney with significance level of 5%. Subjects characteristics of the two groups at baseline was not statistically different. Twenty eight subjects (14 subjects in each group) completed the intervention. Supplementation was well tolerated and there were no serious adverse events. The mean age in T and C group was 35.0 (30.0−45.0) and 34.5 (30.0−48.0) years, respectively, and BMI was 28.0 ± 1.1 and 27.2 ± 1.4 kg/m2, respectively. The pretreatment serum LDL cholesterol level in T and C group was 137.0 ± 37.0 and 134.4 ± 29.1 mg/dL, respectively. Energy deficit in T group was insignificantly lower (p = 0.62) than in C group; -282.0 ± 482.6 and -331.8 ± 578.3 kcal/day, respectively. Percentage of energy intake to recommendation in T group (94.2 ± 18.5%) was significantly higher (p = 0.02) than that in C group (85.4 ± 22.9%). Total carbohydrate (CHO) intake in T group (613.1 ± 134.5 kcal/day) was significantly higher (p = 0.02) than in C group (545.4 ± 161.1 kcal/day). Total protein, fat, and cholesterol intake were similar to the NCEP-ATP III recommendation in both groups. Intake of SAFA was higher than recommended, meanwhile PUFA and MUFA intake were lower than those recommended in both groups. Dietary fiber intake in T and C group was 17.2 ± 2.8 and 8.6 (5.2−15.2) g/day, respectively. During the intervention, PH supplementation did not meet the recommendation. Percentage of simple CHO to total energy in T group 11.5±5.4% was significantly higher (p = 0.00) than in C group 6.0 (1.2524.2)%. PH supplementation decreased serum LDL cholesterol level (-2.1 ± 16.2 mg/dL) lower than placebo (-10.9 ± 15.3 mg/dL), but not significant different (p = 0.15). This study shows that PH supplementation 8.4 g/day in combination with LCBD 1200 kcal/day for 4 weeks in obese I aged 30−50 years old is not proven to decrease the serum LDL cholesterol level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfida Hanum
"

Perilaku menggemari selebritas disebut dengan celebrity worship, yang tergambarkan melalui perilaku mulai dari mendiskusikan selebritas bersama teman hingga memuja selebritas ke tahap yang lebih ekstrem. Celebrity worship ditandai dengan adanya keterlibatan emosional antara penggemar dengan selebritas. Namun, ikatan dan paparan pada selebritas secara terus menerus dapat menimbulkan kecenderungan penggemarnya untuk melakukan perbandingan diri. Perbandingan diri tersebut dapat memicu ketidakpuasan pada citra tubuh yang kemudian dapat mengarah pada perilaku makan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran Body Image Dissatisfaction (BID) sebagai mediator hubungan antara celebrity worship dengan perilaku makan terganggu pada sampel penggemar K-Pop usia emerging adulthood (18-25 tahun). Hasil penelitian pada penggemar K-Pop (N = 219) menggunakan Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) menunjukkan bahwa terdapat indirect effect yang signifikan antara celebrity worship dan perilaku makan terganggu melalui BID (𝛽 = .07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa BID memediasi hubungan antara celebrity worship dan  perilaku makan terganggu. Temuan ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi celebrity worship pada penggemar K-Pop, maka semakin tinggi pula BID yang dirasakan, hingga meningkatkan perilaku makan terganggu pada penggemar K-Pop. 


Celebrity worship is a form of idolizing celebrities that ranges from discussing celebrity with friends to worshiping celebrities to a more extreme level. Celebrity worship is referred to as a one-sided emotional attachment to a celebrity. However, continuous exposure to celebrities could lead to a tendency for fans to do self-comparisons that trigger dissatisfaction with body image and further become disordered eating behavior. This study aims to see whether Body Image Dissatisfaction (BID) mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior among emerging adulthood (18-25 years of age) K-Pop fans. The results of this study (N = 219) using Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) showed that there was a significant indirect effect between celebrity worship and disordered eating behavior through BID (𝛽 = . 07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). The results of this study proved that BID mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior. This finding implies that the higher the celebrity worship of K-Pop fans, the higher the perceived BID, which then increases the tendency of disordered eating behavior among K-Pop fans.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Thea
"ABSTRAK
Dampak dari konstipasi fungsional yaitu kualitas hidup menurun, dapat meningkatkan biaya kesehatan tambahan yang harus dikeluarkan dan menurunkan produktivitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara jenis kelamin, asupan serat, cairan, konsumsi minuman probiotik, aktivitas fisik, status gizi, stres, dan pengetahuan gizi terhadap kejadian konstipasi fungsional, serta untuk mengetahui faktor dominan terhadap kejadian konstipasi fungsional pada siswa SMA Swasta Bunda Mulia Jakarta Pusat. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian cross-sectional. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 150 orang siswa dari kelas X dan XI. Data diambil dengan menggunakan kuesioner, wawancara recall 24 jam serta juga dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada siswa. Data yang terkumpul diolah secara univariat, bivariat dan multivariat dengan uji Chi- Square. Dari hasil penelitian ini diketahui sebanyak 74,7% siswa mengalami konstipasi fungsional. Faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap kejadian konstipasi fungsional adalah aktivitas fisik dengan nilai p-value 0,004 dan memiliki OR 6,66.

ABSTRACT
The impact of functional constipation, include the quality of life decreases, increase the additional health costs that must be incurred and reduce productivity. The purpose of this study was to determine the relationship between gender, fiber intake, fluids intake, consumption of probiotic drinks, physical activity, nutritional status, stress, and nutritional knowledge on the incidence of functional constipation, as well as to determine the dominant factors in the incidence of functional constipation on senior highschool students who studying in Bunda Mulia Private Highschool Central Jakarta. The research design used in this study was a cross-sectional research design. The number of respondents studied was 150 students from class X and XI. Data was taken using questionnaires, 24-hour recall interviews and also measurements of body weight and height in students. The collected data was processed by Chi-Square test. The results of this study found that 74.7% of students had functional constipation. The dominant factor that most related to the occurrence of functional constipation is physical activity with a p-value of 0.004 and has OR 6.66.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reratri Andadari
"ABSTRAK
Remaja adalah fase umur yang sedang mengalami perubahan fisik sehingga memengaruhi pemikiran remaja untuk lebih memerhatikan tubuhnya. Ketidakpuasan citra tubuh adalah adanya kesenjangan antara tubuh aktual dengan tubuh ideal atau seseorang tidak puas dengan tubuhnya. Hal ini dapat menyebabkan perilaku tidak sehat seperti diet ekstrim dan berujung menjadi eating disorders.Skripsi ini membahas tentang status gizi sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan citra tubuh pada Siswa-Siswi SMA Negeri 39 Jakarta Tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 205 responden dengan menggunakan desain total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2018 dengan pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri. Uji bivariat yang digunakan adalah uji Chi-Square pada tingkat kemaknaan 95.

ABSTRACT
Adolescence is a phase of age that has physical changes that affects their thinking to pay more attention to their body. Dissatisfaction body image is the gap between actual body and the ideal body. In other words, dissatisfaction body image occurs when someone is not satisfied with their body. Dissatisfaction body image can lead to unhealthy behaviours such as extreme diets and eating disorders. This thesis discusses about body mass index as dominant factor for body image on student in 39 Senior High School Jakarta in 2018. The research was conducted using quantitative with cross sectional on 205 respondents by using total sampling design. Data were collected in April 2018 by filling out questionnaires and anthropometric measurements. The bivariate test used is Chi Square test with significance level of 95."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah
"Kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi di negara maju maupun negara berkembang menyebabkan terjadinya transisi pola gaya hidup termasuk pola makan. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya masalah gizi lebih yang pada akhimya akan semakin meningkatkan kejadian penyakit degeneratif. Penelitian yang dilakukan oleh Riana (2004) pada- siswi Jakarta memperlihatkan bahwa prevalensi gizi lebih sebesar 25,3%. Hasil yang harnpir sama juga diperoleh oleh Arnaliah (2005) pada siswa SMA di Jakarta yang rnenunjukkan angka prevalensi gizi lebih sebesar 25,5%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran IMT (Indeks Massa Tubuh/Body Mass Index) pada remaja SMA sebagai variabel dependen _dan variabel independen seperti jenis kelamin, frekuensi konsumsi fast food, banyalawa jenis konsumsi fast food, konsumsi sayur, konsumsi energi dan lemak, dan aktifitas fisik. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat bagaimana hubungan antara IMT dengan variabel-variabel independen tersebut dan mencari variabel yang paling dominan berhubungan dengan INTT menurut umur.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Labschool Rawamangun Jakarta Tirnur dengan sampel sebesar 204 responden. pengambilan data dilakukan pada akhir bulan Mei 2007. Analisis yang digunakan yaitu analisis uvariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih (overweight) di SMA Labschool Rawarnangun Jakarta Timur sebesar 27.9%. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi fast food, konsumsi energi dan lemak dengan 11VIT menurut umur. Setelah dilakukan analisis multivariat, diperoleh hasil bahwa konsumsi energi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan 1MT menurut umur.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, disarankan untuk dilakukan pencegahan sercara dini dalam mengendalikan kecenderungan peningkatan kejadian gizi lebih pada remaja. Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya penilaian status gizi dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin sebulan sekali. Selain itu, pemberian pengetahuan gizi kepada siswa dan orang tua siswa mengenai konsumsi energi dan hubungannya dengan gizi lebih menjadi salah satu bentuk upaya pencegahan terjadinya gizi lebih.

The advancement of economy and technology within both developed and developing countries is resulting in life style alteration, which include meal pattern. This alteration also influences the escalation of malnutrition which finally lead to degenerative diseases. Riana's study (2004) shows 25% high school students are overweight. Similar result are shown by AmaIiah (2005) which prevaiens of
overweight is 25.3%.
This research aimed to capture the outline of IIVIT as dependent variable compare to independent variables; namely sex, fast food consumption, vegetables intake, fat intake, and physical activity. Besides that, we also want to observe the relation between [MT and all the independent variables and to find the most dominant independent variable to DAT according age group.
This is a quantitative research in which using cross sectional design study. The research, which was conducted in Labschool Senior High School Jakarta, is followed by 204 respondents. Data collection occurred in May 2007. As for data analysis, we employ univariate, bivariate, and multivariate.
This research documented that the prevalence of overweight amongst students of Labschool Senior High School is 27.9%. To be notice, most of our respondents are female students. Bivariate analysis showed that there is a significant relation between fast food intake, many of fast food, energy, and fat intake with IMT according age group. Afterward, multivariate analysis took place. It showed that energy intake is the most dominant factor that influences IMT.
Based on the result of this research, it is necessary to perform an early prevention from overweight status in order to reduce the event amongst young people. Nutritional assessment using MIT indicator can be taken as a committed routine action by school providers. Besides, nutritional education to students and their parents considers as mutual step of prevention deed of the event. We can provide information of the importance of controlling dietary intake on young people, notably energy intake to them. It is not the only responsibility of school providers to prevent the event from emerging, but it is our responsibility as parents and as part of education system also. Together we can help our young generation from outrageous nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venna Rahmawati Fatimah
"Gangguan perilaku makan yang didefinisikan sebagai perilaku makan yang tidak normal seperti praktik dari penggunaan obat pencahar, bingeing, membatasi asupan makan dan metode tidak memadai lainnya untuk menurunkan atau mengontrol berat badan dengan frekuensi terjadinya kurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kriteria penuh untuk didiagnosis sebagai perilaku makan menyimpang menjadi semakin umum dilakukan oleh remaja SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan perilaku makan pada siswi di SMAI Al-Azhar 4 Kemang Pratama Kota Bekasi Tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional dengan desain studi cross sectional. Responden (n=150) diminta untuk mengisi kuesioner terkait gangguan perilaku makan, citra tubuh, riwayat diet, rasa percaya diri, peran orang tua, pengaruh teman dan pengaruh tokoh di media massa. Selain itu, dilakukan juga pengukuran antropometri yang meliputi penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk melihat Indeks Massa Tubuh (IMT) responden. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 32,7% responden mengalami gangguan perilaku makan. Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh, riwayat diet, pengaruh orang tua, pengaruh teman dan pengaruh tokoh di media massa terhadap gangguan perilaku makan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya edukasi gizi untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan kewaspadaan terhadap gangguan perilaku makan.

Disordered eating which is defined as troublesome eating behaviors, such as purgative practices, bingeing, food restriction, and other inadequate methods to lose or control weight, which occur less frequently or are less severe than those required to meet the full criteria for the diagnosis of an eating disorder is getting more common to be carried out by high school student. This study aims to find out the factors that related with disordered eating in female student of Al-Azhar 4 Islamic Senior High School Kemang Pratama Bekasi 2016. This study was conducted using quantitative method with cross sectional study design. Respondents (n=150) asked to fill the quetioner about eating disorder, body image, diet experience, self-confidence, parent?s role, friend?s influence, and public figure?s influence in the mass media. In addition, it also conducted antropometri measurement which includes weight measurement and height measurement to see respondent?s Body Mass Index (BMI). The result of this study shows that 32,7% respondents experience disordered eating. The variables that shown significant relation were body image, dieting behavior history, parent?s role, peer influence, and public figure?s influence in the mass media. Therefore, it needs the effort of nutrition education to increase the knowledge about nutrition and the awareness toward disordered eating."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicola Putri Sasmita
"Perilaku makan menyimpang didefinisikan sebagai gangguan makan atau perilaku terkait makan yang terjadi secara persisten, dimana hal ini menghasilkan perubahan terhadap penyerapan makanan yang secara signifikan berhubungan dengan kesehatan fisik atau fungsi psikososial Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu dan faktor lingkungan dengan perilaku makan menyimpang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 52.2% remaja putri memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan distribusi perilaku makan menyimpang 46.9% pada anorexia nervosa dan 5.1% pada bulimia nervosa.Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya perilaku makan menyimpang adalah citra tubuh, status gizi, pengaruh media sosia, pengaruh media massa, pengaruh teman, dan pengaruh orang tua.
Penulis menyarankan agar dilakukan konseling dan penyuluhan kepada remaja putri di Jakarta untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pola makan yang baik dan benar sehingga kejadian perilaku makan menyimpang di kalangan remaja putri di Jakarta bisa ditekan jumlahnya.

Eating Disorder is defined as eating-related behaviors that occur persistently, and results in change to the absorption of food which is significantly associated with physical health or psychosocial functions. This study aims to determine the relationship of individual factors and environmental factors with eating disorder. The study was conducted using a cross-sectional study design.
The results showed that 52.2% of young women have a tendency to eat with eating disorders, and the distributions are 46.9% with anorexia nervosa and 5.1% with bulimia nervosa. The variables that shown significant relationship with the occurrence of eating disorder is body image, nutrition, social media , mass media, peer pressure, and parental influence.
The author suggested that counseling to young women in Jakarta is needed to improve knowledge about proper diet so that the incidence of eating disorder among adolescent girls in Jakarta can be reduced in number.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>