Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185711 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irbah Khalidina Pangeran
"Asupan gizi seimbang merupakan hal yang penting karena dapat memengaruhi kondisi gizi sehingga memengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Namun, pola konsumsi pangan masyarakat berpenghasilan rendah di DKI Jakarta belum sesuai dengan pesan gizi seimbang karena kondisi perekenomian yang tidak mendukung. Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), seperti Foodbank of Indonesia (FOI), telah menjalankan program perlindungan sosial untuk mengatasi kemiskinan dan kerentanan sosial masyarakat, namun masyarakat tetap kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan determinan yang berhubungan dengan frekuensi pemenuhan gizi seimbang pada nasabah FOI di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian yang digunakan ialah cross-sectional dengan sampel sebanyak 321 nasabah FOI (usia >= 21 tahun) di Provinsi DKI Jakarta menggunakan metode convenience sampling. Instrumen yang digunakan adalah hasil adaptasi dan modifikasi dari 7-Days Quantiative-FFQ (Food Frequency Questionnaire), Pearlin's Chronic Strain, AFSSM (Adult Food Security Survey Module), LTE (Life-Threatening Event), dan PHQ (Patient Health Questionnaire). Pengambilan data telah dilakukan pada bulan Juli-November 2023 dengan melakukan wawancara berbasis kuesioner dan menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ketegangan finansial (p=0,053; OR=2,521; 95% CI 1,055-6,026), tingkat ketahanan pangan (p=0,029; OR=2,728; 95% CI 1,167-6,379), tingkat pendidikan (p=0,041; OR=2,644; 95% CI 1,106-6,319), dan tingkat depresi dan kecemasan (p=0,008; OR=3,484; 95% CI 1,412-8,598) dengan frekuensi pemenuhan gizi seimbang.

A balanced nutritional intake is important because it can affect nutritional conditions, thus affecting individual and community health. However, the food consumption patterns of low-income communities in DKI Jakarta are not in line with the balanced nutritional guidelines due to unfavorable economic conditions. Government and non-governmental organizations (NGOs) such as the Foodbank of Indonesia (FOI) have implemented social protection programs to address poverty and social vulnerability, but people still struggle to meet their food requirements. This study aims to map the determinants associated with the frequency of fulfilling balanced nutrition among FOI customers in Province of DKI Jakarta. The research design used was cross-sectional with a sample of 321 FOI customers (aged >= 21 years old) in DKI Jakarta using the convenience sampling method. The instruments used were adaptations and modifications of the 7-Days Quantitative-FFQ (Food Frequency Questionnaire), Pearlin's Chronic Strain, AFSSM (Adult Food Security Survey Module), LTE (Life-Threatening Event), and PHQ (Patient Health Questionnaire). Data collection was carried out in July-November 2023 by conducting questionnaire-based interviews and distributing questionnaires. The results showed that there was a significant association between the level of financial strain (p=0.053; OR=2.521; 95% CI 1.055-6.026), level of food security (p=0.029; OR=2.728; 95% CI 1.167-6.379), level of education (p=0.041; OR=2.644; 95% CI 1.106-6.319), and level of depression and anxiety (p=0.008; OR=3.484; 95% CI 1.412-8.598) with the frequency of fulfilling balanced nutrition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Choiryah
"Salah satu masalah yang dialami masyarakat perkotaan terkait aspek kesehatan yaitu gizi kurang pada balita. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat termasuk asuhan keperawatan keluarga dengan balita gizi kurang. Intervensi unggulan yang diberikan kepada keluarga untuk mengatasi masalah yaitu dengan melatih psikomotor menyusun menu makanan dengan gizi seimbang dan jadwal makan pada balita. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan status gizi balita yang ditandai dengan adanya peningkatan berat badan. Intervensi deiberikan ada keluarga selama 8 kali pertemuan di Kelurahan Curug, Cimanggis, Depok. Setelah diterapkan penyusunan menu makanan gizi seimbang dan jadwal makan, terjadi peningkatan berat badan balita sebesar 0,2 ons.

One of the problems experienced by the urban community related to health aspects is less nutrition in toddlers. Nursing urban health is as nursing care providers in the field of public health efforts including nursing care families with under fives malnutrition. Superior interventions given to the family to overcome the problem that is by training psychomotor preparing a diet with a balanced nutrition and feeding schedule in toddlers. The goal is to improve the nutritional status of children under five with marked increase in weight. Intervention is given to families for 8 meetings in Curug, Cimanggis, Depok. Once applied the preparation of a balanced diet nutrition menu and meal schedule, there was an increase in child weight by 0.2 ounces.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Stefani Christanti
"

Pada umumnya, menarche terjadi pada usia 12-14 tahun. Namun, beberapa dekade terakhir terjadi tren penurunan usia menarche menjadi lebih muda, padahal menarche lebih awal maupun lebih lambat dapat berdampak pada kesehatan saat dewasa. Faktor gizi, termasuk kebiasaan makan, merupakan salah satu faktor yang penting dan dapat dimodifikasi dalam pengaruhnya terhadap usia menarche. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh kebiasaan makan terhadap usia menarche, dilakukan penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang pada 420 siswi dari 15 SMP terpilih di Provinsi DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2023 melalui wawancara, pengisian angket, serta pengukuran berat badan dan tinggi badan siswi. Hasil analisis mendapatkan rata-rata usia menarche adalah 11 tahun 9 bulan, dengan usia menarche termuda 8 tahun 11 bulan dan usia menarche tertua 14 tahun 4 bulan. Siswi SMP di Provinsi DKI Jakarta ditemukan memiliki kecenderungan konsumsi harian melebihi 100% AKG untuk karbohidrat, lemak, protein, gula dan garam. Namun, sebanyak 70,7% responden memiliki kebiasaan makan serat kurang dari 100% AKG. Kebiasaan makan serat yang rendah (<29 gram/hari) ditemukan berhubungan signifikan dengan usia menarche lebih awal berdasarkan uji bivariat (p=0,006) maupun uji multivariat setelah dikontrol kebiasaan makan lemak, protein, dan garam (p=0,047) dengan nilai OR=0,569 (95%CI 0,325-0,993) yang berarti siswi dengan kebiasaan makan serat rendah berpeluang 1,76 kali untuk mendapatkan menarche lebih awal dibandingkan siswi dengan kebiasaan makan serat tinggi. Pola asupan gizi seimbang, termasuk kebiasaan makan sayur dan buah yang banyak mengandung serat, menjadi rekomendasi yang perlu diperhatikan mengingat gizi adalah faktor penting bagi tumbuh kembang remaja, dan kesehatan remaja secara umum.

 


In general, menarche occurs at the age of 12-14 years. However, the last few decades have seen a trend of decreasing the age of menarche to younger, even though earlier or later menarche can impact health. Nutritional factors, including eating habits, are important and can be modified in their influence on the age of menarche. A quantitative study with a cross-sectional design was conducted to analyze the relationship between eating habits and menarche age in 420 female students from 15 selected junior high schools in DKI Jakarta Province. Data collection was carried out in May 2023 through interviews, filling out questionnaires, and measuring the weight and height of female students. The analysis found that the average age of menarche was 11 years 9 months, with the youngest menarche being 8 years 11 months and the oldest menarche being 14 years 4 months. Junior high school students in DKI Jakarta Province tend for daily consumption to exceed 100% of the RDA for carbohydrates, fat, protein, sugar, and salt. However, as many as 70.7% of respondents have a habit of eating fiber less than 100% of the RDA. Low fiber diet (<29 grams/day) was also found to be significantly related to earlier menarche age either through the bivariate test (p = 0.006) or multivariate test after controlling for eating habits of fat, protein, and salt (p = 0.047) with a value OR = 0.569 (95% CI 0.325-0.993) which means girls with low fiber eating habits have a 1.76 times chance of getting menarche earlier than girls with high fiber eating habits. A balanced nutritional intake pattern, including vegetables and fruits, is a recommendation because nutrition is an important factor for adolescent growth and development, and adolescent health in general.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaya Kusumajaya
"Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi lcurang dan masalah gizi lebih. Dampalc dari masalah gzii lcurang atau buruk akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan fisik dan mental seseorang, sedangkan dampak yang texjadi dari masalah gizi lebih adalah meningkatnya penyakjt degeneratitl seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dll. Penyebab masalah gizi kurang adalah kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, buruknya sanitasi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Sebaliknta masalah gizi lebih disebabkan oleh kcmajuan ekonomi. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, mcnu seimbang dan kesehatan. Pengukuran status gizi pada remaja yang lebih sederhana dan umum digunakan, yaitu menggunakan indeks BB/TB2 yang dikenal dengan Indeks Massa Tubuh berdasarlcan umur (BMI jar age) yang dinilai berdasarkan baku WHO-NCHS dalam bentuk persentil.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja (SLTP dan SLTA) di wilayah DKI Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Nopember- 6 Desember 2005. Disain penelitian adalah cross-sectional dan cara pemilihan sekolah menggunakan sampel klaster, sampel dipilih secara acak sistematis, dengan jumlah sampel 4.793 orang. Status gizi diukur dalam IMT sebagai variabcl dependen dan variabel-variabel umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pola, kebiasaan nonton televisi, kebiasaan olahraga, kebiasaan sampan pagi, kebiasaan ngemil, frekuensi makan sehari, frekuensi makan sayuran, frekuensi makan buah, frekuensi makan makanan siap saji, frekuensi makanan berlemak, frekuensi makan daging, ii-ekuensi malcan gorengan, frekuensi minum minuman ringan/soitdrink dan kebiasaan merokok sebagai variabel independen. Analisis data dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat (multinomial lpgistic regretion) dan multivariat (regresi Iogistik ganda) dengan program Sojhvare SPSS.
Hasil penelitian didapatkan status gizi kurang sebanyak 10,3 %, normal 81,3 % dan lebih 7,9 %. Hasil uji bivaziat menunjukkan ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekenjaan ibu, pekexjaan ayah, kebiasaan olahraga, kebiasaan ngemil, ftekuensi makan makana siap saji, itekuerlsi rnakan malcanan berlemak dan iiekuensi makan gorengan dengan status gizi (p<0,05). Tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan nonton televisi, kebiasaan sarapan pagi, &ekuensi makan sehani, iickuensi makan sayuran, &ekuensi makan buah, iickuensi makan buah, fi-ekuensi minum minuman ringan/soffdrink dan kebiasaan merokok dengan IMT (p> 0,005), Hasil analisis multivaziat tujuh variabel indepcnden yang diprediksi secara bermakna berhubungan dengan gizi lebih yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan ibu, kebiasaan nonton TV, kebiasaan olah raga, kebiasaaan ngemil, frekuensi makanan berlemak, variabel yang paling dominan dan berepngaruh adalah kebiasaan ngemil (OR=2,000) artinya remaja yang biasa ngemil mempunyai risiko gemuk 2 kali dibandingkan yang tidak biasa ngemil.
Anak sekolah tingkat SLTP dan SLTA di wilayah DKI Jakarta mengalami masalah gizi ganda. yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Untuk itu bagi Depertemen Kesehatan c.q. Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pemda DKI Jakarta c.q. Dinas Kesehatan perlu Iebih intensif untuk mensosialisasikan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) melalui media massa (T V dab Radio) maupun melalui UKS, baik dalam bentuk penyuluhan, spanduk, poster maupun leaflet. Selain itu perlu ada pemantauan status gizi pada anak sekolah tingkat SLTP (minimal 2 kali setahun) dan tingkat SLTA (minimal 1 kali setahun) melalui UKS. Bagi masyarakat khususnya orang tua agar memperhatikan kebiasaan makan anaknya.

Now, Indonesia deals with double nutrition problems, which are under nutrition and over nutrition. Impact hom under nutrition problems affecting negatively toward physical development and mentally of an individual, while impact over nutrition problems is increasing of degenerative disease, such as coronary, diabetes mellitus, hypertension, etc. Under nutrition problems were cause by poverty, lack of food supply, bad sanitation, public lack of knowledge toward nutrition, balance menu and health. A more general and simple nutrition status assessment in teenager is using index BB/I'B2 that known as Body Mass Index for age (BMI for age) assessed base on WHO-NCHS in percentile.
Research objective is identifying description and factors that related with adolescent nutritional status (SLTP and SLTA) in DKI Jakarta area. Research performed in 22 November - 6 December 2005. Research design is cross sectional and school selection is using cluster sample, sample selected systematic randomly, with total sample of 4,793 people. Nutritional status measured in IMT as dependent variable and variables of age, gender, family education, family occupation, pattem, watching television habit, exercising habit, breakfast habit, eating snacks habit, frequency of eating in one day, frequency of fatty food, frequency of consuming meat, frequency of consuming fried food, frequency of drinking soft drink and smoking habit as independent variable. Data analysis performed through analysis of university, vicariate (multinomial Logistic Regression) and multivariate (double logistic regression) with SPSS program.
Research result obtained under nutrition status as much as 10.3%, normal 81.3% and over nutrition 7.9%. Vicariate test result shows a relation of age, gender, mother education, father education, mother occupation, father occupation, exercising habit, eating snacks habit, trequency of eating fast-food, Hequency of consuming fatty food and frequency of eating fried food with nutrition status (p<0.05). There is no significant relation between watching television, breakfast habit, Hequency of eating in one day, frequency of eating vegetables, frequency of eating fruit, frequency of drinking soii drink and smoking habit with IMT (p>0.005). Multivariate analysis result of seven independent variables that predicted as significantly related with excessive nutrition, which are age, gender, mother education, watching television habit, exercising habit, eating snacks habit, frequency of fatty food. The most dominant variable and afecting is eating snacks habit (OR = 2.000) that means teenager who oiten eating snacks has risk of 2 times compared to the one who do not eating snacks.
Adolescent of SLTP and SLTA in DKI Jakarta are experiencing double nutrition problems, which are lack of nutrition and excessive nutrition. Therefore, Health Department in this case Public Nutrition Development Directorate and Pemda DKI Jakarta in this case Health Department necessary be more intensively socializing General Guidance of Balanced Nutrition (PUGS) whether through mass media (TV and radio) or UKS, in the fomi of counseling, banner, poster and leaflet. Besides it is necessary to have nutrition status in adolescent of SLTP (minimally 2 times a year) and SLTA (minimally once per year) through UKS. For public especially parents to concem their children eating habit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Utami Wijayanti
"[ABSTRAK
Latar belakang (background): Saat ini, banyak sekali permasalahan kesehatan yang
terjadi pada remaja, termasuk juga pada remaja yang berada di sekolah. Di Indonesia,
terdapat sebuah program promosi kesehatan yang dilakukan pada tataran sekolah yaitu
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Anak sekolah merupakan kelompok terorganisir yang
berpotensi untuk mampu berdaya dalam hal kesehatan. Tujuan (Objective): Memberikan
gambaran mengenai pelaksanaan program UKS pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA)di Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard.
Metode (Method): Informasi yang didapatkan berasal dari studi kualitatif yang dilakukan
pada sekolah dan Puskesmas di Provinsi DKI Jakarta. Studi ini dilakukan pada bulan Juli-
Oktober 2014. Informasi yang dianalisis dalam studi ini bersumber dari 17 wawancara
mendalam yang dilakukan pada sekolah dan Puskesmas, melibatkan 4 (empat) wakil
kepala sekolah, 4 (empat) guru Pembina UKS, 4 (empat) perwakilan siswa, 4 (empat)
perwakilan Puskesmas, dan seorang perwakilan staf Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Hasil (result): Berdasarkan metode evaluasi Balanced Scorecard, pada keempat sekolah
yang menjadi studi penelitian ini lebih banyak menjalankan ruang lingkup kuratif saja.
Pada keempat Puskesmas diketahui lebih banyak menjalankan fungsi pelayanan kesehatan
dibandingkan dengan fungsi pendidikan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat.
Beberapa faktor yang mendorong belum optimalnya pelaksanaan UKS di SLTA
diantaranya adalah masih kurangnya pelatihan dan forum belajar bagi guru, belum
maksimalnya pelibatan siswa baik di sekolah maupun di Puskesmas, dan belum
maksimalnya kerjasama yang dilakukan oleh Puskesmas. Kesimpulan (conclusion):
Diperlukan sebuah upaya yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan tersebut
termasuk peninjauan kembali kebijakan dan pedoman yang berkaitan dengan pelaksanaan
UKS di sekolah, peningkatan keterampilan bagi para guru dan petugas kesehatan melalui
pelatihan dan mengaktifkan forum komunikasi sebagai sarana belajar untuk
mengembangkan wawasan, melibatkan para orangtua siswa, dan pelibatan siswa dalam
menjalankan proses perencanaan hingga evaluasi program UKS di sekolah.

ABSTRACT
Background: Nowadays, many health problems happened in adolescent, including
adolescent in school. In Indonesia, there is a program that conducted in school, named
UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). In school, adolescent is the organized group that has to
be capable to empower in health. Objective: Explain about implementation of UKS
program in Senior High School and equal in Province of DKI Jakarta with Balanced
Scorecard approaches. Method: information obtained from qualitative study conducted in
School and health care center in Province of DKI Jakarta. Analyzed information in this
study sourced from 17 in-depth interviews, consist of 4 (four) vice school principle, 4
(four) teachers, 4 (four) students, 4 (four) health care center staff, and representatives from
Province Health Office. Result: Based on Balanced Scorecard method, in four schools
which become the subject of the research stated that are not yet implemented
comprehensive UKS program. Most of them implement only in curative and rehabilitative
efforts. Besides senior high school, the implement program is health care center. In four
health care center, most of them implement the program only in health services function
compared with health education function. Inhibit factors which causes ineffective are lack
of training and forum for teacher for encouraging their knowledge and skill that related
with UKS, lack of involving the student in school and health care center, and lack of
partnership between health care center with other sectors like public sector, private sectors,
or non-government organization. Conclusion: Required a comprehensive effort to solve
the problems. The governments have to review the policy and guidance related to UKS
implementation di school. Besides that, it is required to improve the organizing skill from
program officer (teacher and health care officer) so that they are capable to implement
comprehensive UKS program through training and communication forum as the learning,
involve the parent of the student, and involve the students in planning until evaluation
process in UKS program.;Background: Nowadays, many health problems happened in adolescent, including
adolescent in school. In Indonesia, there is a program that conducted in school, named
UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). In school, adolescent is the organized group that has to
be capable to empower in health. Objective: Explain about implementation of UKS
program in Senior High School and equal in Province of DKI Jakarta with Balanced
Scorecard approaches. Method: information obtained from qualitative study conducted in
School and health care center in Province of DKI Jakarta. Analyzed information in this
study sourced from 17 in-depth interviews, consist of 4 (four) vice school principle, 4
(four) teachers, 4 (four) students, 4 (four) health care center staff, and representatives from
Province Health Office. Result: Based on Balanced Scorecard method, in four schools
which become the subject of the research stated that are not yet implemented
comprehensive UKS program. Most of them implement only in curative and rehabilitative
efforts. Besides senior high school, the implement program is health care center. In four
health care center, most of them implement the program only in health services function
compared with health education function. Inhibit factors which causes ineffective are lack
of training and forum for teacher for encouraging their knowledge and skill that related
with UKS, lack of involving the student in school and health care center, and lack of
partnership between health care center with other sectors like public sector, private sectors,
or non-government organization. Conclusion: Required a comprehensive effort to solve
the problems. The governments have to review the policy and guidance related to UKS
implementation di school. Besides that, it is required to improve the organizing skill from
program officer (teacher and health care officer) so that they are capable to implement
comprehensive UKS program through training and communication forum as the learning,
involve the parent of the student, and involve the students in planning until evaluation
process in UKS program., Background: Nowadays, many health problems happened in adolescent, including
adolescent in school. In Indonesia, there is a program that conducted in school, named
UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). In school, adolescent is the organized group that has to
be capable to empower in health. Objective: Explain about implementation of UKS
program in Senior High School and equal in Province of DKI Jakarta with Balanced
Scorecard approaches. Method: information obtained from qualitative study conducted in
School and health care center in Province of DKI Jakarta. Analyzed information in this
study sourced from 17 in-depth interviews, consist of 4 (four) vice school principle, 4
(four) teachers, 4 (four) students, 4 (four) health care center staff, and representatives from
Province Health Office. Result: Based on Balanced Scorecard method, in four schools
which become the subject of the research stated that are not yet implemented
comprehensive UKS program. Most of them implement only in curative and rehabilitative
efforts. Besides senior high school, the implement program is health care center. In four
health care center, most of them implement the program only in health services function
compared with health education function. Inhibit factors which causes ineffective are lack
of training and forum for teacher for encouraging their knowledge and skill that related
with UKS, lack of involving the student in school and health care center, and lack of
partnership between health care center with other sectors like public sector, private sectors,
or non-government organization. Conclusion: Required a comprehensive effort to solve
the problems. The governments have to review the policy and guidance related to UKS
implementation di school. Besides that, it is required to improve the organizing skill from
program officer (teacher and health care officer) so that they are capable to implement
comprehensive UKS program through training and communication forum as the learning,
involve the parent of the student, and involve the students in planning until evaluation
process in UKS program.]"
2015
T43004
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Pelangi
"Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang tertinggi di DKI Jakarta tahun 2017 terjadi di Kota Jakarta Timur yaitu 18,6% dari 14,5%. Wilayah dengan prevalensi gizi kurang tertinggi berada di Kecamatan Cakung, dan wilayah yang berpotensi tinggi mengalami gizi kurang adalah Kecamatan Pulogadung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan perilaku pemenuhan gizi usia baduta di Kecamatan Cakung dan Kecamatan Pulogadung, Kota Jakarta Timur. Metode penelitian adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini mengambil 132 responden yang dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata perilaku pemenuhan gizi usia baduta adalah 70 (skala 100). Perilaku pemberian MPASI berdasarkan frekuensi makan pada usia 6-9 bulan adalah perilaku yang paling banyak sesuai (92,4%) dan perilaku pemberian ASI selama dua tahun adalah perilaku yang paling banyak tidak sesuai (51,5%). Berdasarkan uji multivariat diketahui bahwa determinan perilaku pemenuhan gizi usia baduta adalah pengetahuan, sikap, dan dukungan suami. Temuan penelitian sesuai dengan teori perilaku, yaitu jika tingkat pengetahuan tinggi, sikap positif, maka akan terjadi perilaku. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata pengetahuan adalah 85,83; nilai rata-rata sikap adalah 76,31; dan nilai rata-rata perilaku adalah 70. Secara khusus, perilaku penyerta pemenuhan gizi usia baduta adalah dukungan suami. Pada variabel tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kepercayaan terhadap tradisi, dukungan tenaga kesehatan dan akses terhadap pangan tidak berhubungan dengan perilaku pemenuhan gizi usia baduta.

The highest prevalence of malnutrition in DKI Jakarta (2017) occured in East Jakarta City, which was 18,6% from 14,5%. The region with the highest prevalance is in Cakung Sub-district and the region with a high potential of experiencing malnutrtition is Pulogadung Sub-district. The purpose of this study was to determine the determinants of infant and young child nutrition fullfillment behavior in Cakung and Pulogadung Sub-Districts, East Jakarta City. The research method is quantitative with cross-sectional design. This study took 132 respondents selected using purpposive sampling method with data collection techniques using interviews. The results showed that the average value of infant and young child nutrition fullfillment behavior was 70 (scale 100). The behavior of complementary feeding based on eating frequency at the age of 6-9 months is the most appropriate behavior (92,4%) and the behavior of breastfeeding for two years is the most inappropiate behavior (51,5%). Based on the multivariate test, it is known that the determinants of infant and young child nutrition fullfillment behavior are knowledge, attitude and support from husband. The research findings are accordance with behavioral theory that is if the level of knowledge is high, the attitude is positive, then behavior will occur. This is indicated by the average value of knowledge is 85,83; the average attitude value is 76,31; and the average value of behavior is 70. Specifically, the behavior that accompanies the infant and young child nutrition fullfillment behavior is support from husband. In the variable of level of education, level of income, belief in tradition, support of health workers, and access to food are not related to infant and young child nutrition fullfillment behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hernaningtyas Indah Khoerunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi seimbang pada siswa SMPN setelah mendapatkan intervensi dengan menggunakan jingle, leaflet, dan video. Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan leaflet sebagai kontrol. Penelitian ini dilakukan kepada 71 siswa kelas VIII di SMPN terpilih. Kelompok jingle berjumlah 22 siswa, kelompok video berjumlah 24 siswa, dan kelompok leaflet sebanyak 25 siswa. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan 5 kali pada setiap kelompok selama 6 minggu yang terdiri dari 1 kali pre test dan 4 kali post test untuk melihat pola dan retensinya.
Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis perubahan di dalam masing-masing kelompok maupun perbedaan diantara kelompok menggunakan ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku di dalam masing-masing kelompok. Sementara untuk peningkatan rata-rata skor pengetahuan setelah intervensi pada kelompok video lebih tinggi dibandingkan kelompok yang lain. Peningkatan rata-rata skor sikap setelah intervensi pada kelompok jingle paling tinggi diantara ketiga kelompok, sedangkan untuk peningkatan rata-rata skor perilaku diantara ketiga kelompok tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05).

The purpose of this research is to understand the changement of knowledge, attitude, and behaviour of balance nutrition on junior high school students after being intervened by jingle, leaflet, and video. Quasy experiment method is the research plan that has been choosen with leaflet become control group. This experiment is done to 71 student of the 8th grade in the several junior high schools. There are 22 students who receive jingle, 25 students with leaflet, and 24 students with video. The data is taken five times in each group, included 1 pre test and 4 post test to see the pattern and retention.
The statistic experiment used to analyse the changement within or between in each group is ANOVA. The research shows that there is changement of knowledge, attitude, and behaviour in each group. In the end the development of knowledge score?s average after being intervened in the video group is higher than another groups. The average of attitude score is higher in the jingle group. There is no difference in the average of behaviour score in three groups (p>0,05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Hartati
"Status gizi berperan dalam menentukan sukses tidaknya upaya peningkatan sumberdaya manusia. Prevalensi gizi kurang BB/U di Kabupaten Tangerang meningkat dari tahun 2007 sampai 2010 yaitu 7,2% menjadi 9,12%. Tujuan penelitian adalah dianalisisnya hubungan antara perilaku KADARZI, karakteristik keluarga dan balita dengan status gizi balita (12-59 bulan) di Kabupaten Tangerang tahun 2011. Penilitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekuder hasil survey PSG KADARZI Kabupaten Tangerang tahun 2011. Prevalensi balita gizi kurang (termasuk gizi buruk) 17,9%, pendek (termasuk sangat pendek) 32,9%, kurus (termasuk sangat kurus) 11,8%. Variabel yang berhubungan secara bermakna dengan status gizi balita BB/U adalah menimbang balita secara teratur, riwayat ASI Eksklusif, menggunakan garam beryodium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, usia ibu, besar keluarga, dan umur balita. Variabel yang berhubungan bermakna dengan status gizi PB/U atau TB/U sama dengan BB/U ditambah variabel konsumsi kapsul vitamin A. Berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB adalah riwayat ASI Eksklusif, dan pendidikan ibu. Hasil uji multivariat menunjukkan faktor dominan BB/U adalah pendidikan ibu, PB/U atau TB/U adalah pendidikan ayah. Sedangkan BB/PB atau BB/TB adalah riwayat ASI Eksklusif. Perlu adanya pendidikan gizi bagi keluarga.

Nutritional status is one of the important indicator for human resources. From 2007 to 2010, prevalence of undernutrition increased from 7,2% to 9,12%. General objective of this study was to determine the relationship between family nutrition awareness (KADARZI), family and children under five characteristics with nutritional status of children under five (12-59 months) at Tangerang District in 2011. This quantitative study using cross sectional study design. The data were result from family nutrition awareness and nutritional status survey at Tangerang district in 2011. The analysis showed that the prevalence of underweight was found at 17,9%. stunted was found at 32,9%, wasted was found at 11,8%. Chi square test result showed that there was a significant association (p≤0.05) between growth monitoring, exclusive breastfeeding history, the use of iodized salt, father?s level of education, mother?s level of education, mother?s age, number of family members, and child?s age with nutritional status based on BB/U index. PB/U or TB/U index were the same as BB/U but added by vitamin A capsule intake. BB/PB or BB/TB Index were exclusive breastfeeding history and mother's level of education. Multivariate test results showed that mother's level of education is the most dominant factor associated with nutritional status (BB/U). PB/U or TB/U index was father?s level of education. BB/PB or BB/TB index was exclusive breastfeeding history. The following need famiy nutritional education."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35436
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Atelya
"Status kesehatan, perkembangan kognitif dan produktivitas yang baik tidak dapat tercapai tanpa gizi yang baik. Permasalahan gizi dapat menyerang seluruh kelompok umur, namun bayi dan anak merupakan kelompok usia paling rentan akibat tingginya kebutuhan gizi dalam proses tumbuh kembang yang optimal. Anak dua tahun masuk ke dalam periode 1000 HPK, dimana pemenuhan gizi dan status kesehatan pada masa ini dapat menentukan status kesehatan di periode usia selanjutnya. Sayangnya, permasalahan gizi seperti underweight pada baduta masih terjadi di Indonesia, terlebih hal ini terjadi di ibukota Indonesia yaitu Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan total 135 sampel baduta pada data Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014. Uji chi square digunakan untuk menemukan faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian underweight pada baduta. Hasil menyatakan prevalensi underweight pada baduta di provinsi DKI Jakarta adalah 30,4%. Hasil penelitian menunjukkan faktor karakteristik anak seperti usia kehamilan, BBLR dan frekuensi makan makanan manis berhubungan dengan kejadian underweight pada baduta (p-value< 0,05). Hasil penelitian menyarankan keterlibatan langsung pemerintah dalam upaya meningkatkan peran masyarakat seperti petugas puskesmas dan kader dalam mencegah, mendeteksi dan melakukan penanganan kasus underweight seperti memberikan edukasi dan solusi kepada masyarakat guna mencegah terjadinya underweight.

A good health status, cognitive development, and productivity cannot be achieved without a good nutrition. Nutrition problems can affect all ages group, but infant and children are the most vulnerable among the others due to high nutritional needs for an optimal growth and development process. Two years old children are included in the first 1,000 days of life period, where the nutritional status and its fulfilment will be shaping the health status in the next age period. Unfortunately, underweight still become a serious health problem in Indonesia, especially in the capital of Indonesia, DKI Jakarta province. This study used a cross-sectional study with a total of 135 samples of under two years old children in Indonesian Family Life Survey 5 data in 2014. The chi square test was used to find factors associated with underweight among two years old children. The result stated that the prevalence of underweight among under two years old children in DKI Jakarta province was 30,4%. The result showed that child characteristics such as gestational age, Low Birth Weight (LBW), and frequency of eating sweets were associated with underweight in children under two years old (p-value < 0,05). The result of study suggesting government for taking more involvement in a way to increasing the role of community such as health center staff and cadres on preventing, detecting, and handling underweight cases by providing education and solutions to prevent underweight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>