Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138732 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ektada Bennabi Mohamad
"Salah satu tema yang paling menonjol dalam The Book of Salt, novel perdana oleh Monique Truong, adalah unsur makanan, kuliner, dan urusan dapur. Novel tersebut menyajikan suatu cerita seorang koki gay dari Vietnam bernama Binh, yang terkucilkan dan terpaksa mengangkat kaki dari tanah airnya menuju tanah air penjajahnya akibat hubungannya dengan atasannya yang tidak direstui, baik oleh keluarganya maupun masyarakatnya. Cerita yang penuh tragedi ini diceritakan dengan latar belakang kuliner yang kental, karena kehidupan Binh sebagai buangan Vietnam di kota Paris—pusat kuasa kolonial Prancis pada abad ke-20 awal—tidak lepas dari pekerjaannya sebagai koki pribadi bagi Gertrude Stein dan Alice B. Toklas, pasangan lesbian yang merupakan tokoh bersejarah dalam susastra pada zaman itu. Unsur dapur dan makanan bersama dengan perjuangan Binh untuk hidup di dalam masyarakat yang tidak bersahabat berpadu untuk melukiskan gambaran hasrat atau nafsu seorang pria gay. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menerangkan gambaran nafsu tersebut, yang disajikan oleh media dapur serta ketertarikan Binh pada makanan dan dunia kuliner. Di saat yang sama, riset ini berusaha untuk menyoroti tema disrupsi terhadap kekangan masyarakat Barat pada masa hidup Binh dan bagaimana ia menantang heteronormativitas dengan kemenangan dan pencapaian yang personal melalui dunia kuliner.

Chief among the myriad themes found in Monique Truong’s inaugural novel The Book of Salt (2003) are food and the kitchen. It proposes the narrative of Binh, a Vietnamese gay man exiled from his homeland by way of an interracial relationship made public. This tragic narrative carries with it a culinary backdrop, for Binh’s life in Parisian exile is deeply tied to his employment as chef for historic American couple Gertrude Stein and Alice B. Toklas. Shades of the kitchen and the culinary come together in Truong’s novel to construct an image of a gay man’s desire. The objective of this research is to bring to light this image of desire, as presented through the medium of the kitchen and Binh’s affinity for food. At the same time, this research seeks to highlight themes of disruption against the constraints of Western society in Binh’s time and how he challenges the heteronorm through small and personal victories, again through his culinary affinity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Junaedi
"Hubungan pemustaka dengan perpustakaan dan pustakawan mengalami transformasi menjadi suatu ruang publik yang bersifat kompleks. Kompleksitas ruang publik ini tidak hanya untuk menampung interaksi antara pemustaka dan pustakawan dalam hubungannya dengan akses informasi dan pengetahuan, tetapi juga sebagai ruang pertemuan antar- generasi, antar-kepentingan, antar-komunitas, antar-profesi yang bersatu dan berinteraksi dengan pustakawan, teknologi, jejaring dan direkatkan oleh bahan perpustakaan dan dokumen koleksi perpustakaan. Pustakawan di era disrupsi harus mampu mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dengan melakukan berbagai
terobosan. Perpustakaan harus berkreasi dan merespon perubahan yang muncul setelah disrupsi, antara lain dengan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Pustakawan harus mampu menunjukkan bahwa dirinya merupakan pilar pendidikan menuju masyarakat berperadaban tinggi melalui diseminasi informasi sehingga masyarakat mampu membedakan informasi mana yang hoax dan yang valid. Masalah penting kepustakawanan Indonesia adalah terjadinya ketidak-merataan jumlah dan kondisi perpustakaan. Saat ini Indonesia hanya mampu menyediakan 20% dari total kebutuhan masyarakat untuk mengakses perpustakaan. Saat ini 4 hal yang harus diperbaiki perpustakaan dalam menciptakan layanan prima di era disrupsi yaitu: Peningkatan akses informasi, perbaikan layanan perpustakaan, memetik manfaat pembelajaran dari pengalaman, perbaikan sumber daya manusia di perpustakaan.

ABSTRACT
The relationship between user and the library, librarians undergoes a transformation into a complex public space. The
complexity of this public space is not only to accommodate the interaction between librarians and librarians in relation
to access to information and knowledge, but also as a space for inter-generational, inter-community, inter-community, inter-professional meetings to unite and interact with librarians, technology, networking and glued together by library
materials and library collection documents. Librarians in the era of disruption must be able to develop the
competencies needed to achieve success by making various breakthroughs. Libraries must be creative and respond to
changes that occur after disruption, among others by adapting to changes that occur. Librarians must be able to show
that they are the pillars of education towards high civilized society through information dissemination so that people
are able to distinguish which information is hoaxed and valid. An important problem of Indonesian librarianship is the
unevenness in the number and condition of libraries. At present Indonesia is only able to provide 20% of the total
community needs to access the library. At present 4 things that must be improved by the library in creating excellent
services in the era of disruption are: Increasing access to information, improving library services, reaping the benefits
of learning from experience, improving human resources in the library."
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2019
020 PUS 26:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Virdiansyah
"ABSTRAK
Tesis ini membahas fungsi dari Samrah dalam masyarakat Betawi dan juga bagaimana proses pewarisannya. Fungsi dari Samrah sebagai hiburan kerap mengalami perubahan dalam pertunjukannya. Samrah adalah kesenian yang semula lengkap pertunjukannya dengan tunil, tari, dan musik. Adanya permasalahan dalam proses transmisi membuat Samrah saat ini hanya dapat dinikmati musiknya saja, unsur lainnya sudah sulit ditemukan karena beberapa faktor yang tidak berjalan dengan semestinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan perspektif tradisi lisan. Pengambilan data dilakukan dengan langsung terjun ke lapangan dengan mengikuti setiap pementasan Samrah dan ikut berpartisipasi mulai dari persiapan pertunjukan. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara Samrah dengan masyarakatnya dan model transmisinya.

ABSTRACT
This thesis discusses the function of Samrah in Betawi society and also how the process of inheritance. The function of Samrah as entertainment often aids in the show. Samrah is the art that was originally complete with tunil performances, dance, and music. The problem in the transfer process makes Samrah currently only accessible to music only, another element was hard to found because some factors are not working properly. This research uses qualitative method with perspective of oral tradition. Data collection is done directly to the field with each Samrah staging and separating from the preparation of the show. The purpose of this study is to look at the relationship between Samrah and his community and the transmission model. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Wishnu Perdana
"ABSTRAK
Pemaknaan merupakan elemen mendasar yang hadir dalam setiap proses komunikasi yang terjadi pada manusia. Memaknai sebuah pesan selalu memberikan perspektif yang bermacam macam dilevel individu. Disrupsi merupakan fenomena sosial yang sekarang hadir dimasyarakat dan menyita perhatian banyak kalangan karena implikasinya yang merusak struktur sosial dan ekonomi dalam beberapa ruang lingkup hidup manusia. Pemaknaan individu mengenai disrupsi pun menunjukkan persepsi yang bermacam macam. Penelitian ini menggunakan model teori Encoding/Decoding Stuart Hall untuk menjelaskan pemaknaan mengenai disrupsi yang terjadi dilingkungan kerja pegawai perbankan. Industri perbankan dipilih sebagai subjek penelitian karena dianggap memiliki hubungan yang kuat dengan penggunaan teknologi yang menjadi penyebab disrupsi dan juga memiliki hubungan yang kuat dengan
struktur sosial masyarakat karena merupakan lembaga penunjang aktifitas perekonomian masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan karyawan perbankan memaknai fenomena disrupsi di lingkungan perbankan dengan posisi yang berbeda beda seperti yang didefinisikan dalam model teori Encoding/Decoding Stuart Hall dimana terdapat tiga posisi penerima pesan dalam memaknai disrupsi, yakni Dominant Hegemonic, Negotiated Position, dan Opposition Position. Namun ketiga posisi ini hanya ditunjukkan oleh pegawai perbankan dalam memaknai disrupsi dalam konteks mikro, artinya disrupsi yang terjadi hanya pada ruang lingkup kerja masing-masing pegawai. Bila melihat disrupsi dalam konteks makro masing masing pegawai dalam ruang lingkup kerja yang berbeda beda justru memaknai disrupsi dengan posisi dominant karena
dianggap fenomena disrupsi yang hadir diperbankan dalam konteks makro justru mempermudah pelayanan dan meringankan pekerjaan pegawai yang mana meningkatkan kemampuan pelayanan yang di tawarkan oleh perbankan.

ABSTRACT
Meaning is a fundamental element that is present in every communication process that occurs in humans. Meaning a message always provides a variety of perspectives at the individual level. Disruption is a social phenomenon that is now present in society and seizes the attention of many because of its implications that undermine social and economic structures in some spheres of human life. Individual meaning of disruption also shows various perception.
This study uses Stuart Hall's Encoding / Decoding theory model to explain the meaning of disruption occurring in the working environment of banking employees. The banking industry is chosen as the subject of research because it is considered to have a strong relationship with the use of technology that causes disruption and also has a strong relationship with the social structure of society because it is an institution supporting the economic activities of the
community. The results showed that banking employees interpreted the disruption phenomenon in the banking environment with different positions as defined in the Stuart Hall Encoding / Decoding theory model where there are three message receiving positions in the meaning of disruption, Dominant Hegemonic, Negotiated Position, and Opposition Position. However, these
three positions are only shown by banking officers in interpreting disruption in the micro context, meaning disruption that occurs only in the scope of work of each employee. When looking at disrupsi in the macro context of each employee in a different scope of work, it just means disruption with dominant position because it is considered disruption phenomenon that is present in the banking in the macro context actually simplify the service and ease the
employment of employees which increase the service capabilities offered by the banking."
2018
T50828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refo Ilmiya Akbar
"Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin negara di dunia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Di Indonesia, SDGs mulai diterapkan pada tahun 2015. Penelitian ini melibatkan 34 Provinsi sebagai sampel dengan tahun pengamatan 2015-2016. Analisis regresi berganda digunakan dalam pengujian hipotesis dengan data pencapaian SDGs hasil scoring penulis dan Alisjahbana, et al. (2018) sebagai variabel dependen. Pada penelitian ini didapatkan hasil yaitu Luas wilayah, Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Pendapatan Asli Daerah yang mewakili karakteristik pemerintah daerah berpengaruh terhadap SDGs.

The Sustainable Development Goals (SDGs) is a global action plan approved by world leaders, to put an end to poverty, diminish social discrepancies, and protect the environment. The SDGs contain 17 objectives and 169 targets that are expected to be achieved by 2030. Indonesia began to implement SDGs in 2015. This study involved 34 provinces as the samples with the observation period of 2015 – 2016. Multiple regression analysis was used for testing the hypothesis by having a result of scoring the accomplishment of Sustainable Development Goals. The result obtained by this study is the characteristic of local government presented by region size, number of the regional work units, and local own-source revenue impacting the accomplishment of SDGs."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Hendrik Halomoan
"[ABSTRAK
Pembangunan infrastruktur di desa merupakan hal penting dalam memajukan
kehidupan masyarakat desa. Pada penelitian ini penulis mengambil contoh
Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak, karena Kecamatan Muncang tersebut
masih merupakan daerah tertinggal. Penulis mengkaitkan keadaan tersebut dengan
masalah dana baik dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah setempat maupun
tindakan dari pihakpihak
yang tidak bertanggung jawab sehingga mengganggu
pembangunan di desa tersebut. Studi kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui dan
menjelaskan peran pemerintah daerah dalam pengelolaan dana yang
mengakibatkan terganggunya ketahanan daerah. Penelitian ini menggunakan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan terdiri dari 9 orang
dimana 3 orang memiliki kompetensi dalam bidang pembangunan, pemberdayaan
dan ketahanan masyarakat desa dan sisanya adalah tokoh adat. Teori yang
digunakan adalah pembangunan desa, teori karakteristik desa, teori kelembagaan
otonomi desa, teori kewenangan daerah otonom dan teori ketahanan daerah. Studi
ini menunjukkan bahwa Masyarakat Kecamatan Muncang tidak diberdayakan
oleh pemerintah pusat karena dianggap tidak memiliki kemampuan serta
pengetahuan yang cukup. Selain itu, pengelolaan dana dilakukan secara terpusat
sehingga banyaknya dana yang mengalir kedesa tidak berupa uang melainkan
dalam bentuk barang atau program yang belum tentu dibutuhkan untuk
pembangunan desa. Jadi Pembangunan desa di Kabupaten Lebak lebih
tersentral/terpusat dimana belum nampak jelas kewenangan antara kabupaten dan
desa.

ABSTRACT
The developments of infrastructure in the rural areas are the most important thing
in improving the lives of its people. In this study, the writer took a sample in
Muncang Subdistrict,
Lebak District, since Muncang Subdistrict
is still least
developed. The writer relates such condition with the funding problem both in the
central government and local government and also the irresponsible manners from
the parties that can disrupt development in the rural areas.This qualitative study
aims to find out and clarify the role of the local government in the funding
management, which is impacted on the disruption of the area security. The
methods used in this study were interview, observation, and documentation. The
informants consisted of 9 (nine) persons where 3 (three) of them have competence
in the field of development, empowerment and security of rural community and
the rest were traditional leaders. Meanwhile, the theory used for this study were
the theory of rural development, the theory of rural characteristic, the theory of
institutional rural autonomy, the theory of autonomous regional authority and the
theory of area security. The study shows that the people of Muncang Subdistrict
are not empowered by the central government since they are reputed to have no
ability and adequate knowledge. Moreover, the management of fund is done
centralized,so the flowing fund is not in the shape of money but is in the form of
program or goods which are not exactly needed for the rural development.
Therefore, the rural development in Lebak District is more centralized wherein
there is no clear authority between the district and the rural areas, The developments of infrastructure in the rural areas are the most important thing
in improving the lives of its people. In this study, the writer took a sample in
Muncang Subdistrict,
Lebak District, since Muncang Subdistrict
is still least
developed. The writer relates such condition with the funding problem both in the
central government and local government and also the irresponsible manners from
the parties that can disrupt development in the rural areas.This qualitative study
aims to find out and clarify the role of the local government in the funding
management, which is impacted on the disruption of the area security. The
methods used in this study were interview, observation, and documentation. The
informants consisted of 9 (nine) persons where 3 (three) of them have competence
in the field of development, empowerment and security of rural community and
the rest were traditional leaders. Meanwhile, the theory used for this study were
the theory of rural development, the theory of rural characteristic, the theory of
institutional rural autonomy, the theory of autonomous regional authority and the
theory of area security. The study shows that the people of Muncang Subdistrict
are not empowered by the central government since they are reputed to have no
ability and adequate knowledge. Moreover, the management of fund is done
centralized,so the flowing fund is not in the shape of money but is in the form of
program or goods which are not exactly needed for the rural development.
Therefore, the rural development in Lebak District is more centralized wherein
there is no clear authority between the district and the rural areas]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meri Erawati
"Disertasi ini membahas bioskop sebagai hiburan masyarakat urban di Padang 1923-2000. Pokok kajian utama adalah perkembangan bioskop dari hiburan elit hingga hiburan massa. Kajian ini menarik karena bioskop merupakan fenomena yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat sehari-hari, namun bukanlah fenomena baru karena bioskop telah dikenalkan sebagai hiburan sejak masa kolonial Belanda. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode sejarah yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan bioskop dari hiburan elit menjadi hiburan massa dipengaruhi oleh dua faktor timbal balik yakni dari penonton dan dari bioskop. Faktor dari penonton adalah membaiknya kehidupan sosial ekonomi seiring dengan meningkatnya stabilitas ekonomi dan sosial masa pemerintahan Orde Baru sehingga masyarakat berkesempatan untuk menikmati hiburan khususnya bioskop. Faktor dari aspek bioskop adalah dibangunnya bioskop-bioskop baru dengan kelas rendah oleh pengusaha bioskop di kawasan pinggiran dan dengan harga karcis yang murah. Meskipun kalangan elit dan kalangan massa sama-sama menikmati hiburan bioskop, namun mereka memiliki pilihan ruang bioskop yang berbeda, dimana kalangan elit memasuki bioskop elit sedangkan kalangan massa memasuki bioskop bawah. Perbedaan pilihan tersebut dipengaruhi oleh kapital ekonomi dan pola pikir.

This dissertation discusses cinema as entertainment for the urban community in Padang from 1923-2000. The main subject of study is the development of cinema from elite entertainment to mass entertainment. This study is interesting because cinema is a phenomenon that is part of people's daily lifestyles, but it is not a new phenomenon because cinema has been introduced as entertainment since the Dutch colonial period. This research is a qualitative research using historical methods, namely heuristics, criticism, interpretation and historiography. The results of the study conclude that the development of cinema from elite entertainment to mass entertainment is influenced by two reciprocal factors, namely from the audience and from the cinema. The factor from the audience is the improvement in socio-economic life along with increasing economic and social stability during the New Order government so that people have the opportunity to enjoy entertainment, especially cinema. The factor from the cinema aspect is the construction of new low-class cinemas by cinema entrepreneurs in suburban areas and with low ticket prices. Although the elite and the masses both enjoy cinema entertainment, they have a different choice of cinema space, where the elite enter the elite cinema while the masses enter the lower cinema. The difference in choice is influenced by economic capital and mindset."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangihutan, Johanes Aser
"Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 224 Tahun 2012 tentang Pembayaran dan Pelaporan Transaksi Usaha Pajak Hiburan, Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Parkir Melalui Online System yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi pemungutan Pajak Hiburan di Provinsi DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana implementasi Sistem Pajak Online tahap II dan bagaimana strategi yang digunakan pemerintah dalam meningkatkan pemungutan Pajak Hiburan di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan observasi. Implementasi Sistem Pajak Online tahap II di Provinsi DKI Jakarta sudah berjalan dengan baik, namum masih terdapat kendala dalam hal sosialisasi, staf, fasilitas, standard operating procedure (SOP) dan struktur birokrasi. Strategi yang digunakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan penerimaan Pajak Hiburan adalah berkerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta atas pembuatan dan perpanjangan izin usaha hiburan yang masih terdapat kendala pada struktur birokrasi pada kebijakan ini.

The Government Provincial DKI Jakarta issued governor regulation number 224 year of 2012 for payment and reporting business transactions of entertainment Tax, Hotel Tax, Restaurant Tax and Parking Tax by Online System aims to improve the effectiveness and efficiency collecting entertainment taxes in DKI Jakarta. This research focused to analyze the implementation of Online Tax System phase II and government strategies to improve collection of entertainment tax in DKI Jakarta. This qualitative research used in-depth interviews and observations as data collection technique. The Implementation of Online Tax System phase II has some obstacles in socialization, human resource, facilities, standard operating procedure (SOP) and bureaucracy structure. Government strategy in increase entertainment tax revenue is by coordinating with Department of Tourism and Culture for entertainment business license issuance and renewal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syora Alya Eka Putri
"ABSTRAK
Artikel ini berfokus pada eksistensi Mickey Mouse sebagai maskot Walt Disney Company berdasarkan perspektif global value chain. Sebagai maskot resmi, Mickey Mouse telah bertahan lama sejak tahun 1928 sampai saat ini, melalui karya yang telah dihasilkan seperti motion picture, serial televisi, komik, buku dan taman bermain. Eksistensi Mickey Mouse telah membuat Walt Disney Company sukses menjadi salah satu perusahaan yang sukses mendominasi industri hiburan dunia. Studi-studi sebelumnya menjelaskan bahwa eksistensi mascot dalam industry hiburan dilanggengkan melalui strategi perusahaan yaitu branding dan supply chain management. Selanjutnya, studi-studi sebelumnya mengenai global value chain belum membahas perusahaan dari segi maskotnya, tapi hanya melihat konsekuensi aktivitas bisnis yang dilakukan dalam industry. Oleh karena itu, artikel ini berfokus pada mascot dari Walt Disney Company yaitu Mickey Mouse dalam membangun perusahaan kedalam ekonomi global melalui perspektif global value chain. Strategi branding dan supply chain management termasuk dalam salah satu elemen global value chain yaitu struktur input-output. Kemudian, pelanggengan eksistensi dari maskot juga didukung oleh elemen global value chain lain yaitu konteks lokal institusional dan skopa geografis.

ABSTRACT
This article analyses the existence of Mickey Mouse as a mascot of the Walt Disney Company based on global value chain perspective. As an official mascot of Walt Disney Company, Mickey Mouse has been well-established since 1928 to present day, with its artwork that has been produced such as the motion picture, television series, comic, book, and theme parks. Its existence has made Walt Disney Company as one of the successful multinational companies that dominate the entertainment industry in the world. The earlier studies said that the existence of a company mascot in the entertainment industry perpetuated by the company s strategy through branding and supply chain management. Furthermore, in the global value chain, previous studies have not yet discussed the company by its mascot that only viewed by its consequence of the business in the industry. Therefore, this article analyses the mascot of the Disney Company s, Mickey Mouse that is in building the company into a global economy using the global value chain perspective. Nonetheless, the branding strategy and supply chain management correlate to one of the global value chain elements, is an input-output structure. The perpetuation of the existence of a mascot is supported by other global value chain elements that are the local institutional context and geographic scope.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Intania
"Kawasan Mangga Besar akan menjadi salah satu kawasan Transit Oriented Development (TOD) dengan memiliki moda transportasi MRT fase 2, BRT, dan Commuter Line. Dahulu terdapat Taman Hiburan yang dikenal dengan nama Prinsen Park dan kini lebih dikenal dengan nama Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan kelas menengah. Kawasan ini memiliki stigma negatif karena terkenal sebagai red district. Mengaktifkan kembali kawasan hiburan di Lokasari akan menjadi tujuan utama para pengguna moda transportasi umum tersebut dengan konsep placemaking yang dapat menghadirkan kawasan yang atraktif. Pengembalian history sebagai latar belakang dalam pengembangan desain kawasan ini juga dihadirkan dengan berdasar kepada kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan juga memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.

The Mangga Besar area will become one of the Transit Oriented Development (TOD) areas with MRT phase 2, BRT and Commuter Line modes of transportation. Previously, there was an Amusement Park known as Prinsen Park and now it is better known as the Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari which functions as a middle-class shopping center. This area has a negative stigma because it is known as the red district. Restore the entertainment area in Lokasari will be the main goal for users of this public transportation mode with a placemaking concept that can present an attractive area. Return from the history as a background in developing the design of this area is also presented based on social, economic, cultural and also attention to conditions of the surrounding environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>