Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46845 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Utami
"Pembangunan nasional yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat harus didukung oleh kegiatan-kegiatan yang bisa mempercepat pembangunan di sektor sosial-ekonomi. Pembangunan di sektor sosial-ekonomi pada satu sisi serta pembangunan di dunia pendidikan dan literasi masyarakat pada sisi lainnya pada hakikatnya merupakan dua buah variabel yang saling berhubungan dan bertemali sangat erat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. Dengan melakukan percepatan-percepatan pembangunan di sektor pendidikan dan literasi, pemerintah berharap bisa memutus rantai kemiskinan masyarakat. Perpustakaan sebagai lembaga yang membina literasi dalam masyarakat harus menerima tantangan pembangunan ini dengan melakukan pembenahan-pembenahan agar apa yang menjadi tujuan dari pembangunan nasional dapat dengan cepat bisa dicapai.Perpustakaan harus bisa mengarahkan kegiatan-kegiatan dan program yang disusun untuk fokus pada layanan berbasis inklusi sosial. Transformasi pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah suatu pendekatan yang dilakukan oleh perpustakaan dengan pelayanan yang berkomitmen pada peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat"
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2019
020 VIS 21:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rozak Setiady
"Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk di Indonesia membuat kebutuhan terhadap tempat tinggal yang layak terus meningkat. Tempat tinggal yang layak harus ditunjang dengan infrastruktur permukiman agar menjadikan permukiman tersebut menjadi permukiman yang berkelanjutan. Indikator-indikator permukiman berkelanjutan yaitu indikator sosial, indikator lingkungan dan indikator ekonomi. Salah satu indikator sosial adalah interaksi sosial yang terjadi di permukiman tersebut.
Dalam penelitian ini akan melihat hubungan antara ldquo;dengan dibangunnya infrastruktur permukiman dapat membuat permukiman tersebut menjadi berkelanjutan dan membuat penghuninya lebih sejahtera rdquo;, dan ldquo;apakah dengan dibangunnya fasilitasi-fasililitas penunjang interaksi sosial akan membuat membuat masyarakat di permukiman tersebut berinteraksi rdquo; dan ldquo;dengan terbentuknya permukiman yang berkelanjutan dari segi sosial dapat membuat masyarakat permukiman tersebut menjadi sejatera rdquo;.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian yang telah didapatkan menunjukan semua nilai korelasi yang dihitung melebihi dari nilai korelasi tabel yaitu 0,1147 berarti hubungan diantara kedua variabel memiliki korelasi atau memiliki hubungan satu sama lain, berarti semua hipotesis dapat diterima, sehingga pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ada dapat terjawab dengan diterimanya hipotesis-hipotesis penelitian.
Kemudian dapat disimpulkan masyarakat yang tinggal di suatu permukiman dapat lebih sejahtera jika kebutuhan infrastruktur disekitar permukiman tercukupi serta interaksi sosial yang terjalin antar masyarakat sekitar permukiman tersebut.

Given the number of people in Indonesia, making the need for decent housing continues to rise. Adequate housing must be supported by the infrastructure of housing in order to make such housing into sustainable housing. Indicators of sustainable housing social indicators, environmental indicators and economic indicators. One indicator of the social is social interactions that occur in the housing.
In this study will look at the relationship between with the construction of housing infrastructure can make such housing would be sustainable , and whether with the construction of supporting facilities social interaction will make make public through the neighborhood interact and the establishment of housing sustainable in terms of social can make these settlements into prosperous society.
This research uses a correlational descriptive method with quantitative approach. The results of the research have shown that all correlation values calculated exceeds the value of the correlation table is 0.1147 means the relationship between the two variables have a correlation or have a relationship with each other, it means that all hypotheses can be accepted, so that the existing research questions can be answered with The acceptance of research hypotheses.
Then it can be concluded that people living in a settlement can be more prosperous if the infrastructure needs around the settlements are fulfilled and social interactions that exist between communities around the settlement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahidul Rasyid
"Studi mengenai social well-being sudah menjadi fokus kajian Konsorsium SWB di Asia. Social well-being melihat kualitas hidup seseorang secara personal dan relasional dalam konteks karakteristik masyarakat tempat tinggalnya. Studi terdahulu menyebutkan bahwa faktor determinan sosial well-being terbagi secara struktural dan kultural. Penelitian ini berupaya melihat pengaruh tingkat modal sosial terhadap kondisi social well-being masyarakat. Kebaharuan yang ditawarkan dalam studi ini adalah melihat kondisi social well-being berdasarkan kelompok penerima manfaat program CSR (beneficiaries) dengan bukan penerima manfaat program CSR. Dengan menggunakan metode kuantitatif dan teknik stratified random sampling, studi ini menemukan bahwa modal sosial memiliki korelasi positif yang cukup kuat dengan kondisi social well-being masyarakat Pulau Kelapa. Lebih lanjut, hubungan kedua variabel tersebut menguat pada kelompok penerima program CSR perusahaan migas, disisi lain melemah pada warga yang bukan penerima manfaat program CSR. Secara teoritik, karakteristik komunitas yang homogen, kedekatan komunitas yang cenderung kuat karena adanya ikatan patrimonial, dan kemampuan pengorganisasian sosial yang baik di komunitas merupakan hal-hal yang dapat menjelaskan hasil ini.

The study of social well-being has become the focus of studies of the SWB Consortium in Asia. Social well-being looks at a person's quality of life personally and relatively in the context of the characteristics of the community in which he lives. Previous studies state that the determinants of social well-being are structurally and culturally divided. This study seeks to see the effect of the level of social capital on the condition of social well-being of society. The novelty offered in this study is looking at the condition of social well-being based on groups of beneficiaries of CSR programs with non-beneficiaries of CSR programs. By using quantitative methods and stratified random sampling techniques, this study found that social capital has a fairly strong positive correlation with the social well-being condition of the Coconut Island community. Furthermore, the relationship between the two variables strengthened in the group of oil and gas company CSR program recipients, while on the other hand, it weakened in residents who were not beneficiaries of CSR programs. Theoretically, the characteristics of a homogeneous community, the closeness of a community that tends to be strong due to patrimonial ties, and the ability of good social organizing in the community are things that can explain this result."
2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alan Sutisna
"Indonesia mengimplementasikan konsep Community-Driven Development di wilayah perdesaan melalui Dana Desa sejak tahun 2015. Dana Desa menjadi salah satu instrumen untuk meminimalisasi dampak Covid-19 di wilayah perdesaan melalui kegiatan Padat Karya Tunai Desa dan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran evaluasi dampak Dana Desa dan BLT Dana Desa pada kesejahteraan ekonomi masyarakat perdesaan di setiap kuantil rumah tangga. Penelitian ini menggunakan data karakteristik 35.759 rumah tangga yang diperoleh dari data Susenas Maret & September 2020 yang disesuaikan dengan data Dana Desa di setiap wilayah kabupaten/kota. Data dianalisis menggunakan Smoothed Instrumental Variables Quantile Regression yang mampu mengatasi isu endogenitas dan menghasilkan estimasi yang robust. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Desa dan BLT Dana Desa berdampak positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat perdesaan, tetapi dampaknya lebih dirasakan oleh masyarakat lapisan menengah ke atas. Rumah tangga yang lebih banyak merasakan manfaat Dana Desa adalah rumah tangga di wilayah Sumatera, sedangkan rumah tangga yang lebih banyak merasakan manfaat BLT Dana Desa adalah rumah tangga di wilayah Jawa.

Indonesia has implemented the concept of Community-Driven Development in rural areas through Village Funds since 2015. Village Funds are one of the instruments to minimize the impact of Covid-19 in rural areas through Village Cash Labor Intensive activities (Padat Karya Tunai Desa-PKTD) and Village Fund Cash Direct Assistance (Bantuan Langsung Tunai Dana Desa-BLT Dana Desa). This research was conducted to provide an overview of the impact evaluation of Village Funds and BLT Dana Desa on the economic well-being of rural communities in each household quintile. This study uses data on the characteristics of 35,759 households obtained from merging results of the March & September 2020 Susenas data with the Village Fund data in each district/city area. Data were analyzed using Smoothed Instrumental Variables Quantile Regression which was able to overcome endogeneity issues and produce robust estimates. The study results show that the Village Fund and BLT Dana Desa have a positive and significant impact on economic well-being of rural households, but their impact is felt more by the upper middle class. Households that benefit more from the Village Fund are households in the Sumatra region, while households that benefit more from BLT Dana Desa are households in the Java region."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradnya Corinelia
"Kegiatan perilaku prososial semakin sering terjadi pada situasi krisis, seperti situasi pandemi COVID-19. Dalam upaya pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19, pemerintah membuat kebijakan pembatasan sosial sehingga memengaruhi kondisi well-being masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara perilaku prososial dan well-being pada dewasa muda setelah berakhirnya pembatasan sosial COVID-19. Sejumlah 409 individu dewasa muda berusia 18-29 tahun yang berdomisili di Jabodetabek berpartisipasi dalam penelitian ini. Perilaku prososial diukur menggunakan alat ukur Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara dkk., 2005) dan well-being diukur menggunakan alat ukur PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Hasil analisis korelasi menggunakan Pearson correlation menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perilaku prososial dan well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237).

Prosocial activities are happening more often during the time of a crisis, like the COVID-19 pandemic situation. As a measure to prevent and manage the COVID-19 pandemic, changes in regulations are made by the government which limit people’s daily activities and thus potentially affect their well-being. Therefore, this study aimed to see a relationship between prosocial behavior and well-being in young adults’ post COVID-19 pandemic. The study sample is 409 young adults between the ages of 18-29 years old living in Jakarta greater area (Jabodetabek). Prosocial behavior was assessed with Prosocialness Scale for Adults (PSA) (Caprara et al., 2005) and well-being was assessed with the PERMA Profiler (Butler & Kern, 2016). Result in correlation by Pearson correlation technique shows a significant and positive relationship between prosocial behavior and well-being (r(409)= 0.487, p < 0.01, r2=0.237)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Ainina Cahyaningtyas
"Dukungan sosial ditemukan dapat berperan sebagai variabel penyangga ketika individu mengalami situasi stres. Peranan ini menjadi penting ketika individu mengalami kondisi stres yang dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan subjektifnya. Pada situasi ekonomi yang mengalami kenaikan, kelompok generasi sandwich yang berperan untuk mengurus orang tua dan anak dalam satu waktu menjadi rentan untuk mengalami stres finansial yang dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan subjektifnya. Terkait dengan hubungan tersebut, penelitian ini mengkaji peran dari dukungan sosial sebagai variabel moderator pada hubungan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif. Penelitian ini melibatkan 135 responden generasi sandwich berusia 35-60 tahun yang memberikan dukungan finansial kepada anak dan orang tua. Analisis korelasional Pearson yang dilakukan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif menunjukkan adanya korelasi negatif yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi stres finansial maka akan semakin rendah kesejahteraan subjektif individu. Meskipun demikian, tidak terdapat peran moderasi yang signifikan dari dukungan sosial dalam hubungan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif.

Previous studies found that social support could have a moderating effect during one’s stressful situation. This role became important as the individual experienced a stressful situation that could have a negative impact towards its well-being. During the economic situation where inflation arises, the sandwich generation group whose role is to take care of parents and children at one time became vulnerable to experience financial stress which can have a negative impact on their subjective well-being. Related to this relationship, this study examined the role of social support as a moderator variable. This study involved 135 sandwich generation respondents, ranging from 35 to 60 years old, who provided financial support to their children and parents. Pearson’s correlation analysis conducted between financial stress and subjective well-being showed a significantly negative relationship, indicating that higher financial stress would lead to a lower subjective well-being. However, there is no significant moderating role of social support in the relationship between financial stress and subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evryanti Cahaya Putri
"Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik namun juga pada SWB remaja. Remaja merupakan kelompok paling rentan terhadap dampak tersebut berkaitan dengan karakteristik perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kesepian, traits kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), dan persepsi terhadap dukungan sosial (keluarga, teman, figur yang signifikan) terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 313 orang remaja yang tinggal di Indonesia usia 13-18 tahun (M= 15.72; SD=1) dengan tingkat pendidikan sekolah menengah (sederajat SMP dan SMA). Partisipan dipilih menggunakan metode convenience sampling, pengumpulan data dilakukan secara daring. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Analisis data menggunakan teknik regresi hirarki berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian, traits kepribadian, dan persepsi terhadap dukungan sosial berkontribusi terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja secara signifikan. Kontributor yang signifikan adalah kesepian, neuroticism dan openness to experience, serta persepsi terhadap dukungan sosial dari keluarga. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menyusun intervensi psikologis bagi remaja dan psikoedukasi bagi orangtua dalam meningkatkan SWB remaja pada masa pandemi.

The COVID-19 pandemic not only has an impact on physical health but also on adolescents’ subjective well-being (SWB). Adolescent is the most vulnerable group affected by the negative consequences of COVID-19 pandemic. This research investigated the contribution of loneliness, personality trait (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), and perceived social support (family, friend, and significant figure) to adolescents’ SWB during COVID-19 pandemic. The participants were 313 of Indonesian adolescents aged 13- 18 years (M= 15.72; SD=1. 517), with junior and senior high education. Participants were selected using the convenience sampling method and data were collected online. The measuring instruments used in this study are Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, and Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Data were analyzed using hierarchical multiple regression technique. The results showed that loneliness, personality traits, and perceived social support contributed to adolescent SWB (LS, PA, NA). Loneliness, neuroticism and openness to experience, and perceived social support from family were significant contributors to SWB (LS, PA, NA). This study can be implemented to develop psychological interventions for adolescents and psychoeducation for parents in increasing adolescent SWB during the pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syazka Kirani Narindra
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 4 sesi dan dalam tiga sesi dengan 38 partisipan tersebut diminta untuk menuliskan surat terimakasih kepada individu yang dianggap penting. Surat terimakasih dituliskan secara ekspresif, reflektif, orientasi positif dan tidak basa-basi. Partisipan kemudian ditanyakan apakah mau untuk mengirim surat atau tidak dan kepada siapa surat tersebut dikirim. Subjective well being terdiri atas simptom depresi, rasa syukur, kebahagiaan dan kepuasan hidup. Gratitude Questionnaire 6 untuk mengukur rasa syukur, Beck Depression Inventory untuk mengukur simptom depresi, Subjective Happiness Scale untuk mengukur kebahagiaan dan Satisfaction With Life Scale untuk mengukur kepuasan hidup.
Berdasarkan hasil pengukuran repeated measured ANOVA diketahui bahwa skor simptom depresi memiliki hubungan dengan surat terimakasih (F=6.12, p<0.001) namun tidak signifikan pada kebahagiaan, rasa syukur dan kepuasan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Ditemukan terdapat hubungan surat terimakasih dan simptom depresi pada emerging adult.

This research purposed to examine the description of relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. This research conducted in 4 sessions, during the first three session with the 38 participants, the participants were asked to write down a thank you letter to those who is matters to them. The letter should be written in an expressive, reflective, positive oriented and non-trivial. Participant then asked if they want to send the letter or not and were asked to whom the letter was sent. Subjective well being consists of depressive symptoms, gratitude, happiness and life satisfaction. Gratitude Questionnaire 6 to measure gratitude, Beck Depression Inventory to measure depressive symptoms, Subjective Happiness Scale to measure happiness and Satisfaction With Life Scale to measure life satisfaction.
The results showed that there are a significant relationship between depressive symptoms and thank you letter (F= 6.12, p<0.001) but there are no significant relationship between happiness, gratitude and life satisfaction with thank you letter. This shows that there are no relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. There are relationship between thank you letter and depressive symptoms on emerging adult.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatarina Vania Maharani Wicaksono
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara penggunaan media sosial dan stres sosial terhadap social well-being. Studi-studi mengenai social well-being di Asia menemukan bahwa aspek non-ekonomi seperti nilai dan norma budaya, tradisi, relasi dan agama yang beragam antar negara memiliki asosiasi terhadap social well-being sehingga aspek tersebut perlu diperhitungkan. Peneliti berargumen bahwa penggunaan media sosial dan stres sosial memiliki hubungan dengan social well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penggunaan media sosial terhadap tingkat social well-being dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres sosial terhadap tingkat social well-being. Fungsi media sosial pada masa pandemi menjadi aspek vital sehingga menjadikan temuan ini berlawanan dengan temuan sebelumnya, media sosial memberikan lebih banyak manfaat secara positif sehingga meredam sisi negatif dari media sosial. Temuan penelitian menunjukkan bahwa aspek ekonomi masih menjadi faktor yang menentukan kepuasan hidup individu. Metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah menggunakan data primer yang diambil melalui teknik survei yang disebarkan secara daring pada sampel dari populasi yaitu Jabodetabek yang berusia usia 19 hingga 40 tahun dengan total 419 responden. Peneliti juga menggunakan wawancara mendalam untuk mengumpulkan data pendukung

This study aims to examine the relationship between social media use and social stress on social welfare. Studies on social well-being in Asia find that non-economic aspects such as cultural values and norms, traditions, relations and religions that vary between countries have associations with social well-being, therefore these aspects need to be taken into account. Researcher argue that social media use and social stress have a relationship with social well-being. The results showed that there was a significant relationship between the level of social media use and the level of social well-being and there was no significant relationship between the level of social stress and the level of social well-being. The function of social media during the pandemic is an important aspect so that this finding is contrary to previous findings, social media provides more benefits in a positive way so that it is viewed negatively than social media. The research findings show that the economic aspect is still a factor that determines individual life satisfaction. The method used in this quantitative research is to use primary data taken through survey techniques that are boldly distributed to a sample of the population, namely Jabodetabek aged 19 to 40 years with a total of 419 respondents. Researchers also use indepth interview to collect supporting data."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Deni
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial melalui media sosial terhadap tingkat well-being mahasiswa di Universitas Indonesia. Studi-studi terdahulu sebagian besar menemukan bahwa kepribadian mahasiswa, peran institusi pendidikan, dan dukungan sosial memiliki asosiasi terhadap tingkat well-being pada mahasiswa. Namun pembahasan tentang dukungan sosial mayoritas masih terbatas pada saluran offline saja, belum mencakup pada saluran Online. Oleh karena itu, Peneliti memiliki argumen bahwa dukungan sosial yang diterima oleh mahasiswa melalui saluran media sosial memiliki hubungan dengan well-being mahasiswa. Studi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui survei secara online pada sampel sebanyak 325 responden yang berasal dari populasi yaitu Mahasiswa tingkat akhir Universitas Indonesia yang dipilih menggunakan teknik penarikan sampel probability sampling dengan teknik multistage stratified random sampling. Studi ini juga melakukan wawancara mendalam untuk memperoleh data pendukung. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat dukungan sosial melalui media sosial dengan tingkat well-being mahasiswa Universitas Indonesia. Dukungan sosial melalui media sosial berupa dukungan emosional, social companionship, informasional, dan instrumental memiliki hubungan yang signifikan serta berkorelasi positif terhadap well-being mahasiswa Universitas Indonesia. Artinya semakin tinggi tingkat dukungan sosial melalui media sosial yang diterima, maka semakin tinggi juga tingkat well-being mahasiswa Universitas Indonesia. Temuan peneliti juga menunjukkan bahwa teman kuliah memiliki peran paling signifikan dalam memberi dukungan sosial melalui media sosial khususnya dalam dukungan emosional, social companionship, dan informasional. Sementara orang tua memiliki peran penting dalam dukungan intstrumental. Selain itu, saluran dukungan sosial juga tidak hanya melalui media sosial melainkan terdapat juga platform video conference seperti Zoom dan Google Meet juga sering digunakan

This study aims to examine the relationship between social support through social media on the level of well-being of students at the University of Indonesia. Most previous studies have found that student personality, the role of educational institutions, and social support have associations with the level of well-being in students. However, discussions about social support for the majority are still limited to offline channels, not including online channels. Therefore, the researcher has an argument that the social support received by students through social media channels has a relationship with student well-being. This study uses a quantitative research method with data collection techniques through online surveys on a sample of 325 respondents from the population, namely final year students at the University of Indonesia who were selected using a probability sampling technique with a multistage stratified random sampling technique. This study also conducted in-depth interviews to obtain supporting data. The results of the study found that there was a significant relationship between the level of social support through social media and the level of well-being of University of Indonesia students. Social support through social media in the form of emotional support, social companionship, informational, and instrumental has a significant relationship and is positively correlated to the well-being of University of Indonesia students. This means that the higher the level of social support received through social media, the higher the level of well-being of University of Indonesia students. The research findings also show that college friends have the most significant role in providing social support through social media, especially in emotional support, social companionship, and informational. While parents have an important role in instrumental support. In addition, social support channels are also not only through social media but there are also video conferencing platforms such as Zoom and Google Meet which are also often used."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>