Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155481 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ronal Ridhoi
"Merokok, rokok, dan keretek sudah menjadi candu bagi orang Indonesia, khususnya di Kediri. Sejak tahun 1950-an, Kediri sudah dikenal banyak orang dengan pabrik rokok terbesarnya, yaitu PT Gudang Garam. Studi ini memfokuskan pada keterkaitan ngudud (merokok) dengan ‘pabrik keretek’ (pabrik rokok skala mikro), dan mengapa kebiasaan ngudud tidak menghilang dalam perkembangan zaman. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan melakukan pembacaan secara mendalam sumber-sumber berupa arsip, berita daring, artikel, buku, dan hasil wawancara. Studi ini menunjukan bahwa kebiasaan ngudud dipengaruhi oleh pengenalan keretek oleh para imigran Tionghoa di Kediri sejak paruh kedua abad ke-20, dan menunjukkan keterkaitan dengan munculnya ‘pabrik keretek’ pada periode berikutnya. Kebiasaan ngudud yang tidak bisa hilang hingga saat ini disebabkan oleh populernya rokok keretek di tahun 1970-an dan penggunaan rokok keretek untuk aktivitas sehari-hari dan ritual keagamaan di Kediri."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2020
900 HAN 4:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Firzawati
"[ABSTRAK
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat berdampak pada kesehatan.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan perokok terbanyak harus menurunkan
jumlah perokok. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis model faktor
upaya berhenti merokok dan Kesiapan berhenti merokok pada perokok aktif
berumur 15 tahunkeatas di Indonesia. Desain Penelitian ini potonglintang dengan
menggunakan data sekunder dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun
2011 dengan sampel sebanyak 2.424 responden Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 19 variabel yang diidentifikasi, terdapat beberapa faktor yang berperan
meningkatkan upaya mencoba berhenti merokok diantaranya bertempat tinggal di
daerah perkotaan, mendapatkan nasehat berhenti merokok, merokok setiap
harinya 1-10 batang, lama merokok dibawah 20 tahun, membutuhkan jeda waktu
merokok di pagi hari lebih dari 30 menit, melihat peringatan kesehatan,
mendapatkan informasi bahaya merokok, terpajan iklan rokok, dan
berpengetahuan tinggi tentang bahaya merokok. Pada Rencana berhenti merokok
faktor yang berperan yaitu berpendidikan tinggi, berpengetahuan tinggi terhadap
bahaya merokok, mendapatkan nasehat berhenti merokok, melihat peringatan
kesehatan, mendapatkan informasi bahaya merokok, dan menghabiskan 1-10
batang rokok perharinya. Perlu dilakukan intervensi yang sesuaikan dengan
tempat tinggal dan tingkat pendidikan, meningkatkan kemampuan tenaga
kesehatan agar dapat memberikan nasehat berhenti merokok dengan maksimal;

ABSTRACT
Smoking is a habit that can have an impact on health. Indonesia as one of the
countries with the most smokers, have to decrease the number of smoker. The
purpose of this study was to analyze factors attempts to quit smoking and plan to
quit smoking in active smokers aged 15 years in Indonesia. This reseach is crosssectional
design. The processed secondary data from the Global Adult Tobacco
Survey (GATS) in 2011 by taking a sample of households and individuals. A total
of 2,424 respondents who met the inclusion criteria. The results showed that of
the 19 variables were identified, there are several determinant factors which
related to attempts to quit smoking, smoker who live in urban areas, get advice to
quit smoking from doctor, smoking every day 1-10 stick, length of smoking less
than 20 years, needed time smoking in the morning after wake up more than 30
minutes, see a health warning, get information about the dangers of smoking,
exposure to cigarette advertising, and have high knowledge about the dangers of
smoking. While smoker which have plan to quit smoking, there are several
factors, smoker which high educated, have high knowledge about the dangers of
smoking, get advice to stop smoking, see health warnings, get information
dangers of smoking, and spend 1-10 cigarettes per day. Interventions need to be
tailored with spesific characteristic at every community and improving the ability
of health professionals have to provide advice to stop smoking at heath facilities;Smoking is a habit that can have an impact on health. Indonesia as one of the
countries with the most smokers, have to decrease the number of smoker. The
purpose of this study was to analyze factors attempts to quit smoking and plan to
quit smoking in active smokers aged 15 years in Indonesia. This reseach is crosssectional
design. The processed secondary data from the Global Adult Tobacco
Survey (GATS) in 2011 by taking a sample of households and individuals. A total
of 2,424 respondents who met the inclusion criteria. The results showed that of
the 19 variables were identified, there are several determinant factors which
related to attempts to quit smoking, smoker who live in urban areas, get advice to
quit smoking from doctor, smoking every day 1-10 stick, length of smoking less
than 20 years, needed time smoking in the morning after wake up more than 30
minutes, see a health warning, get information about the dangers of smoking,
exposure to cigarette advertising, and have high knowledge about the dangers of
smoking. While smoker which have plan to quit smoking, there are several
factors, smoker which high educated, have high knowledge about the dangers of
smoking, get advice to stop smoking, see health warnings, get information
dangers of smoking, and spend 1-10 cigarettes per day. Interventions need to be
tailored with spesific characteristic at every community and improving the ability
of health professionals have to provide advice to stop smoking at heath facilities, Smoking is a habit that can have an impact on health. Indonesia as one of the
countries with the most smokers, have to decrease the number of smoker. The
purpose of this study was to analyze factors attempts to quit smoking and plan to
quit smoking in active smokers aged 15 years in Indonesia. This reseach is crosssectional
design. The processed secondary data from the Global Adult Tobacco
Survey (GATS) in 2011 by taking a sample of households and individuals. A total
of 2,424 respondents who met the inclusion criteria. The results showed that of
the 19 variables were identified, there are several determinant factors which
related to attempts to quit smoking, smoker who live in urban areas, get advice to
quit smoking from doctor, smoking every day 1-10 stick, length of smoking less
than 20 years, needed time smoking in the morning after wake up more than 30
minutes, see a health warning, get information about the dangers of smoking,
exposure to cigarette advertising, and have high knowledge about the dangers of
smoking. While smoker which have plan to quit smoking, there are several
factors, smoker which high educated, have high knowledge about the dangers of
smoking, get advice to stop smoking, see health warnings, get information
dangers of smoking, and spend 1-10 cigarettes per day. Interventions need to be
tailored with spesific characteristic at every community and improving the ability
of health professionals have to provide advice to stop smoking at heath facilities]"
2015
D2086
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halim
"ABSTRAK
Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi merokok di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Hal ini berbahaya mengingat dampak buruk atas konsumsi rokok terhadap sektor kesehatan, sosial, dan ekonomi. Salah satu langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk mengendalikan fenomena tersebut adalah meningkatkan harga rokok. Lalu, apakah langkah peningkatan harga rokok berhasil untuk mengendalikan angka prevalensi merokok? Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan antara harga rokok dan pertumbuhan pendapatan terhadap perubahan perilaku merokok. Penulis menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014 untuk membentuk empat kategori perubahan perilaku merokok, yaitu perokok baru, perokok tetap, mantan perokok dan bukan perokok. Estimasi ekonometrika yang dibangun menggunakan model multinomial logit memukan fakta bahwa keterjangkauan harga rokok memiliki korelasi positif terhadap probabilitas individu untuk menjadi perokok tetap dan korelasi negatif terhadap probabilitas individu untuk menjadi bukan perokok. Sementara itu, pertumbuhan pendapatan memiliki korelasi positif terhadap probabilitas individu untuk menjadi perokok baru dan korelasi negatif terhadap probabilitas individu untuk menjadi mantan perokok. Fakta ini memberi sinyal bahwa diperlukan peningkatan harga rokok yang disesuaikan oleh pertumbuhan pendapatan untuk mengendalikan angka prevalensi merokok.

ABSTRACT
In recent decades, the prevalence of smoking in Indonesia has tended to increase. This is dangerous considering the adverse effects of cigarette consumption on the health, social, and economic sectors. One of the steps taken by the Government of Indonesia to control this phenomenon is to increase the price of cigarettes. Then, did the steps to increase the price of cigarettes succeed to control the prevalence of smoking? This study aims to look at the relationship between cigarette prices and income growth on changes in smoking behaviour. The author uses data from the IFLS in 2007 and 2014 to form four categories of changes in smoking behaviour, namely new smokers, permanent smokers, former smokers, and not smokers. Econometric estimates constructed using the multinomial logit model confirm the fact that the affordability of cigarette prices has a positive correlation with the probability of individuals becoming permanent smokers and a negative correlation with the probability of individuals to become not smokers. Meanwhile, income growth has a positive correlation with the probability of individuals becoming new smokers and a negative correlation with the probability of individuals becoming ex-smokers. This fact signals that an increase in the price of cigarettes is adjusted by income growth to control the prevalence of smoking."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Tri Puspita
"Peringatan Bergambar (Pictorial Health Warning) pada kemasan rokok bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya rokok dan mencegah inisiasi merokok pada remaja. Namun, penelitian mengenai efek peringatan bergambar terhadap remaja di Indonesia masih minim. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara kesan menakutkan pada peringatan kesehatan dengan intensi tidak merokok di kalangan remaja di Kota Jakarta dan Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan responden remaja usia 15-18 tahun (n=313). Analisis menggunakan model linear mixed effect dengan variabel dependen intensi tidak merokok dan kesan menakutkan, paparan iklan rokok, jenis kelamin, pendidikan sebagai variabel independen. Hasil dari penelitian ini ditemukan hubungan yang positif dan signifikan antara kesan menakutkan dengan intensi tidak merokok (β= 0,44, SE= 0,01, p<0.001) setelah dikontrol karakteristik personal. Penelitian merekomendasikan peringatan kesehatan dengan gambar yang menyeramkan dapat mencegah inisiasi merokok pada remaja.

Background: Pictorial Health Warning on cigarette packs aims to increase public awareness the harm of tobacco product and discourage smoking initiation in adolescents. Nevertheless, the research on PHW effects among adolescent in Indonesia is not quite lot. Objective: This research aimed to analyze the relation between fear appeal on cigarette packs and not smoking intention among adolescent in Jakarta and Bogor Method:The study use linear mixed effects method and not smoking intention as dependent variable and tobacco advertising exposure, gender, education as independent variable. Results: The study found a positive relationship and statisticaly significant between fear appeal and not smoking intention ((β= 0,44, SE= 0,01, p<0.001) afterbeing controlled by personal characterized. The recommendation is health warning with frightening picture may discourage adolescent from smoking initiation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprizal Satria Hanafi
"ABSTRAK
Hubungan obesitas dan merokok terhadap kejadian hipertensi sudah banyak diketahui
namun masih jarang dilakukan penelitian untuk melihat efek gabungan obesitas dan
merokok dalam menyebabkan hipertensi derajat 1. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi efek gabungan obesitas dan merokok dalam menyebabkan hipertensi
derajat 1. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional menggunakan data
Indonesian Family Life Survey-5 (IFLS-5) tahun 2014. Sampel yang dianalisis pada
penelitian ini berjumlah 13.487 setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis
multivariat menggunakan uji cox regresi digunakan untuk mengetahui besar risiko
obesitas dan merokok dalam menyebabkan hipertensi derajat 1. Hasil penelitian
didapatkan prevalensi hipertensi derajat 1 sebesar 23,50%. Analisis multivariat
menunjukkan bahwa orang yang obesitas dan merokok memiliki risiko 2,86 kali untuk
mengalami hipertensi derajat 1 (PR=2,86), orang obesitas dan tidak merokok memiliki
risiko 1,64 kali untuk mengalami hipertensi derajat 1 (PR=1,64), orang tidak obesitas
dan merokok memiliki risiko 1,32 kali untuk mengalami hipertensi derajat 1 (PR=1,32).
Risiko untuk mengalami hipertensi derajat 1 meningkat 48% akibat interaksi obesitas
dan merokok. Perlu adanya adanya skrining lebih ketat untuk mencegah hipertensi
terutama pada orang obesitas dan merokok pada umur ≥18 tahun misalnya dengan
pengkuran tekanan darah secara rutin di rumah. Selain itu perlu adanya peningkatan
kualitas pelaksanaan Posbindu PTM dari pemerintah untuk pemantauan faktor risiko
serta deteksi dini PTM.

ABSTRACT
The relationship of obesity and cigarette smoking to the incidence of hypertension was
well known, but study is still rare to see the joint effects of obesity and smoking in
causing hypertension grade 1. This study aimed to evaluate the joint effect of obesity
and cigarette smoking on causing hypertension grade 1. This study used a crosssectional
design using data from Indonesian Family Life Survey-5 (IFLS-5) in 2014.
The samples analyzed in this study amounted to 13,487 after fulfilling the inclusion and
exclusion criteria. Multivariate analysis using the cox regression test was use to
determine the risk of obesity and smoking in causing hypertension grade 1. The results
showed that the prevalence of hypertension grade 1 is 23.50%. Multivariate analysis
showed that people who were obese and smoking had a risk of 2.86 times for having
hypertension grade 1 (PR = 2.86), obese and non-smoking people have a risk of 1.64
times to have hypertension grade 1 (PR = 1.64), people who were not obese and
smoking have a risk of 1.32 times for having hypertension grade 1 (PR = 1.32). The risk
of developing hypertension grade 1 increased by 48% due to the interaction of obesity
and smoking. There needs to be more rigorous screening to prevent hypertension,
especially in obese and smoking people at age ≥18 years, for example by measuring
blood pressure regularly at home. In addition, there is a need to improve the quality of
the implementation of NCDs Integrated Development Post (Posbindu) from the
government for risk factor monitoring and early detection of NCDs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Puspitaria
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran mengenai smoking abstinence self-efficacy dan perilaku sehat pada mahasiswa perokok di Universitas Indonesia. Adapun perilaku sehat yang diukur dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, diet sehat, menjaga berat badan, dan tidak mengonsumsi alkohol. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat ukur Smoking Abstinence Self-Efficacy Questionnaire (SASEQ) untuk mengukur smoking abstinence self-efficacy dan alat ukur Perilaku Sehat untuk mengukur perilaku sehat. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa perokok di Universitas Indonesia (UI) dan terkumpul sebanyak 151 data dari partisipan yang diperoleh melalui teknik nonrandom sampling.
Berdasarkan analisis deskriptif dan perbandingan terhadap rata-rata hipotetik, diketahui bahwa mahasiswa perokok di UI memiliki smoking abstinence self-efficacy yang rendah. Sedangkan, perilaku sehat pada mahasiswa perokok di UI secara umum cukup tinggi. Berdasarkan masing-masing jenis perilaku sehatnya, aktivitas fisik, menjaga berat badan, dan tidak mengonsumsi alkohol tergolong tinggi, sedangkan diet sehat merupakan satu-satunya jenis perilaku sehat yang tergolong rendah.

This study aims to find the description of smoking abstinence self-efficacy and health behavior among smoker students of Universitas Indonesia. The type of health behavior that measured in this study is physical activity, healthy dietary, keep in healthy weight, and not drinking alcohol. This study is a quantitative research using Smoking Abstinence Self-Efficacy Questionnaire (SASEQ) for measuring smoking abstinence self-efficacy and Perilaku Sehat questionnaire for measuring health behavior. The participant of this study is smoker students in Universitas Indonesia (UI) and 151 data were collected from participants using nonrandom sampling technique.
Based on descriptive analysis and compared to hypothetical means, found that smoking abstinence self-efficay in smoker students in UI is low and the health behavior is high. Based on each type of the health behavior, smoker students in UI are high in physical activity, keep in healthy weight, and not drinking alcohol, whereas healthy dietary is low.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnia Monica
"Konsumsi rokok di Indonesia menduduki posisi terbanyak di wilayah Asia Tenggara pada 2016 dan meningkat sampai di 2018, sehingga beban kerugian kesehatan dan ekonomi bertambah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga rokok dan pendapatan rumah tangga pada keputusan untuk merokok dan jumlah konsumsi rokok oleh perokok berdasarkan kelompok pendapatan di Indonesia tahun 2018. Kategorisasi kelompok pendapatan menggunakan perhitungan Had Kifayah dan nishab zakat serta berdasarkan perspektif ekonomi Islam (Islamic values). Data yang digunakan adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2018 dengan unit analisis Kepala rumah tangga sebagai representatif per rumah tangga. Dengan demikian, penulis mengadopsi two-part model untuk mengolah dan menganalisis data serta menggunakan software Stata 15. Model bagian pertama menggunakan model Logit sedangkan bagian kedua metode OLS dalam menjawab dua tujuan tersebut. Hasil penelitian bahwa harga rokok, pendapatan rumah tangga serta karakteristik sosio-demografis mempengaruhi secara signifikan perilaku konsumsi rokok di semua kelompok pendapatan. Total elastisitas harga rokok pada konsumsi rokok secara keseluruhan sebesar -0,811 yang berarti kenaikan harga rokok 10% menyebabkan berkurangnya kemungkinan dan jumlah permintaan rokok sebesar 8,1%. Sedangkan, total elastisitas pendapatan secara keseluruhan adalah 0,975 artinya kenaikan pendapatan per rumah tangga sebesar 10% maka terjadi peningkatan 9,75% pada kemungkinan dan jumlah permintaan konsumsi rokok. Selain itu, kelompok rumah tangga mustahik lebih responsif dalam menghadapi perubahan harga rokok dan pendapatan, di mana elastisitasnya lebih besar daripada rumah tangga muzaki. Sementara itu, rokok dapat dikatakan sebagai barang normal dan bersifat inelastis, namun tidak sesuai dengan teori konsumsi ekonomi Islam.

Indonesia is cigarette consumption was the highest position in Southeast Asia in 2016. It had increased until 2018 and caused an increased risk of health and economic loss. This study discusses changes in cigarette prices and household income in the decision to smoke, the quantity of cigarette consumption by smokers according to income groups in Indonesia 2018. The categorization of income groups uses the calculation of Had Kifayah and nishab zakat and based on an Islamic economic perspective (Islamic values). This study used the 2018 National Socio-Economic Survey (SUSENAS) raw data with the Head of the household analysis unit as the household representative. Thus, the authors adopted a two-part model to process and analyze data and use Stata 15. The first part model uses the Logit model while the second part of the OLS method in answering these two objectives. The result of this study is the price of cigarettes, household income, and socio-demographic characteristics significantly influence cigarette consumption behavior in all income groups. The total elasticity of cigarette prices on the overall cigarette consumption is -0,811, which means a 10% increase in cigarette prices caused a decrease in the probability and quantity of cigarette demand by 8.1%. On the other hand, total income elasticity is 0.975 that means an increase in income per household by 10% then an increase of also 9.75% in cigarette consumption behavior. Also, mustahik households can be more responsive in changing the price of cigarettes and income since the elasticity is greater than muzaki households. Meanwhile, cigarettes can be said to be normal goods and inelastic, but it does not fit with consumption theory in Islamic economics.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rabid Yahya Putradasa
" ABSTRAK
Infeksi saluran pernapasan akut ISPA merupakan masalah kesehatan global terutama di negara berkembang seperti Indonesia, yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas balita.Kebiasaan merokok di sekitar balita masih banyak ditemukan di Indonesia dan merupakan faktor risiko ISPA yang telah diketahui, namun peran pengetahuan ayah tentang praktik kebiasaan merokok dalam kejadian ISPA belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah dengan kekerapan ISPA pada balita.Studi ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional.Responden sebanyak 93 orang ayah balita dipilih dari posyandu Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur secara consecutive sampling. Data pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah diperoleh dari kuesioner Secondhand Tobacco Smoke Knowledge dari American Academy of Pediatrics Richmond Center Measurement, sedangkan data kekerapan ISPA didapatkan dari adaptasi kuesioner diagnosis baku ISPA Riskesdas 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68 balita menderita ISPA dalam sebulan terakhir, terbanyak pada jenis kelamin perempuan 42 dan kelompok usia 1-2 tahun 19 . Dua-puluh lima persenayah balita memiliki pengetahuan yang tidak baik tentang praktik kebiasaan merokok, terbanyak pada subyek dengan latar belakang pendidikan S1, pekerjaan karyawan, penghasilan di atas UMR, merokok di dalam rumah, dan jumlah rokok sehari 10-20 batang. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah dengan kekerapan ISPA pada balita p=0,636 . Penelitian lanjutan diperlukan untuk mempertimbangkan faktor risiko lain dalam kejadian ISPA, antara lain crowding, suplementasi vitamin A, berat lahir, dan riwayat imunisasi.

ABSTRACT
Acute respiratory infection ARI is a global health problem especially in developing countries such as Indonesia, which becomes the leading cause of morbidity and mortality in underfive. The habbit of smoking around underfive children is still common in Indonesia and is a risk factor for ARI, yet the role of father rsquo s knowledge of smoking habbit practice in the occurrence of ARI was still unknown. The goal of this study is to investigate the association between father rsquo s knowledge of smoking habbit practice and the prevalence of ARI in underfive children. This study is an analytical observational study with cross sectional design. 93 respondents were chosen from fathers of underfive attending integrated service post in Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta by consecutive sampling. Data on father rsquo s knowledge of smoking habbit practice was acquired with the use of Secondhand Tobacco Smoke Knowledge Questionaire adapted from American Academy of Pediatrics Richmond Center Measurement, while formal ARI diagnosis questionnaire from Indonesian basic health survey was utilized to get the data on the prevalence of ARI in underfive. The results of the study show that 68 of underfive children contracted ARI in last one month, mostly girls 42 and with age of 1 2 years 19 . Twenty five percent of fathers of underfive had bad knowledge of smoking habbit practice, mostly one with bachelor degree, works as employee, has earning bigger than regional standard, smokes inside house, and smokes 10 20 cigarettes a day. There was no association between father rsquo s knowledge of smoking habbit practice and prevalence of ARI in underfive p 0.636 . More studies need to be conducted to investigate other risk factors of ARI including crowding, vitamin A supplementation, newborn weight, and vaccination history.
"
2016
T55736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Ahsan
"Indonesia adalah negara kelima terbesar konsumen rokok dunia dari tahun 2001-2003. Konsumsi rokok Indonesia dari tahun 1960-2003 mengalami peningkatan sebesar 3.8 kali lipat, yaitu dari 35 Milyar batang menjadi 171 milyar batang per tahun (USDA 2004). WHO memperkirakan pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan merokok merupakan permasalahan kesehatan terbesar yang menyebabkan 8.4 juta kematian per tahun (Departemen Kesehatan 2004). Beberapa penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan merokok antara lain kanker mulut, kanker paru-paru, kanker pankreas, tekanan darah tinggi, dan bronkitis. Oleh karena itu intervensi pemerintah diperlukan untuk menurunkan prevalensi dan konsumsi rokok saat ini. Sehingga penelitian mengenai profit perokok dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok panting untuk dilakukan.
Tesis ini bertujuan pertama, membuat profil perokok berdasarkan karakteristik demografi dan sosial ekonominya, kedua, menentukan faktor-faktor sosial ekonomi yang signifikan berpengaruh terhadap perilaku merokok individu, dan ketiga menentukan implikasi kebijakannya.
Tesis ini menggunakan data Susenas 2004 berdasarkan penggabungan antara data modul dan data kor dengan unit analisis individu. Metode analisis yang digunakan ada dua yaitu metode deskriptif, untuk membuat profit perokok, dan metode estimasi ekonometrika. Faktor yang mempengaruhi probabilitas individu dewasa menjadi perokok akan ditentukan melalui regresi logistic, sedangkan untuk konsumsi rokok ditentukan dengan regresi Ordinary Least Square (OLS).
Tesis ini menyimpulkan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi probabilitas menjadi perokok adalah Janis kelamin, bekerja, status perkawinan, tingkat pendidikan, lokasi tempat tinggal, kondisi tempat tinggal, umur, dan tingkat pendapatan (kecuali untuk kuantil5). Responden yang mempunyai karakteristik laki-laki, bekerja, kawin, kondisi tempat tinggal yang buruk, kelompok umur 25 tahun atau lebih, dan termasuk dalam kuantil2 atau 3 atau 4, memiliki probabilitas untuk menjadi perokok lebih tinggi dibandingkan dengan pembandingnya, yaitu mereka yang mempunyai karakteristik perempuan, tidak bekerja, tidak kawin, kondisi tempat tinggalnya balk, kelompok umur 15-24, dan kuantill. Sementara itu, harga rokok tidak berpengaruh secara signifikan terhadap probabilitas seseorang menjadi perokok.
Sedangkan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi konsumsi rokok adalah harga rokok, pendapatan, umur mulai merokok setiap hari, bekerja, lokasi tempat tinggal, umur, tingkat pendidikan, dan kondisi tempat tinggal. Sebagai tambahan faktor-faktor yang berhubungan positif dengan konsumsi rokok responden adalah pendapatan, pendidikan menengah dan bekerja. Harga rokok secara negatif signifikan mempengaruhi konsumsi rokok. Tesis ini menemukan bahwa elastisitas harga rokok terhadap perrnintaannya = -0.42. Sehingga peningkatan harga rokok 10% akan menurunkan konsumsi rokok 4.2%. Menurut kelompok pendapatan, dampak peningkatan harga rokok bagi mereka yang miskin (kuartile 1) lebih besar daripada mereka yang kaya (kuartile 5). Peningkatan harga rokok 10% akan menurunkan konsumsi rokok 4.6% untuk mereka miskin, sementara untuk mereka yang kaya 4.2%.
Untuk menurunkan konsumsi rokok, berdasarkan basil tesis ini, maka pemerintah harus melakukan beberapa hal yaitu meningkatkan harga rokok secara terus menerus, meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat, melarang ikian rokok secara keseluruhan, mempersempit ruang gerak perokok, larangan membeli rokok bagi remaja yang berumur di bawah 18 tahun, memberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok terutama terhadap mereka yang akan menikah dan menyediakan tempat tinggal yang layak huni secara kesehatan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Amalia Hanif
"Rokok dan stroke memiliki keterikatan erat yang diduga berkorelasi dengan peningkatan viskositas darah yang menjadi faktor terjadinya stroke. Pemeriksaan viskositas darah yang sekarang tersedia harus dilakukan pada laboratorium besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan merokok dengan viskositas darah yang diukur menggunakan Mikrokapiler Digital, suatu alat baru yang mudah dibawa, sederhana dan terjangkau. Penelitian adalah merupakan penelitian cross-sectional. Subjek penelitian terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok perokok dan non perokok. Data penelitian didapatkan dari data sekunder Pos Binaan Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang diambil pada bulan Januari dan Maret 2015 dengan jumlah sampel 197 orang terdiri dari kelompok perokok dan kelompok non perokok. Hasil uji korelasi yang dilakukan dengan data sekunder Posbindu menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan viskositas darah. Perbedaan hasil ini diduga diakibatkan pada data Posbindu pasien yang merokok tenyata memiliki faktor risiko lain yang dapat meningkatkan viskositas darah.

Cigarette smoking will increase blood viscosity which raises the risk of stroke. Newer and handier tool to check blood viscosity with Digital Microcapillary tool can be used in primary care. This research is done to find correlation between cigarette smoking and blood viscosity parameter checked by Digital Microcapillary tool. This was cross sectional study with two subject group consists of, cigarette smoker and non cigarette smoker. Research database was obtained from secondary data in Pos Binaan Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Posbindu) taken between January and March 2015 with total sample 197 patients. However, there was no significant correlation between cigarette smoker and non cigarette smoker patients from Posbindu. This results perhaps due to confounding factors in non cigarette smoker patients which will increase blood viscosity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>