Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108217 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zalfa Ulayyah Qoriroh Zeilin
"Mikroplastik merupakan emerging contaminant yang semakin banyak diteliti dampak dan persebarannya di lingkungan. Studi terdahulu menyimpulkan bahwa IPAL penting dalam mencegah mikroplastik masuk ke badan air, tetapi masih melepaskannya dalam jumlah besar melalui air dan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas IPAL Domestik RPTRA Dahlia dalam menyisihkan mikroplastik dari greywater. Prosedur penelitian meliputi pengambilan sampel lumpur di 1 titik dan sampel air di 6 titik IPAL, yang kemudian diuji di laboratorium. Hasilnya, IPALD RPTRA Dahlia memiliki efektivitas penyisihan mikroplastik sebesar 92,85%, dengan variasi efisiensi penyisihan per titik sampel. Efisiensi penyisihan kumulatif tertinggi diketahui terdapat pada unit biologis yaitu 81,08% dengan mekanisme penyisihan berupa pengendapan partikel pada unit-unit sebelumnya. Data karakteristik mikroplastik termasuk bentuk, warna, ukuran, dan material. Persentase bentuk dari terbanyak adalah fragmen (59,6%), microbead (29,1%), fiber (5,9%), film (3,9%), dan foam (1,6%). Warna mikroplastik dominan adalah hitam (33,5%), biru (27,5%), merah (23,9%), dan kuning (6,9%), dengan sebagian kecil hijau (4,2%), dan putih-bening (4,0%). Ukuran partikel bervariasi: fragmen (12 μm - 1,425 mm), microbead (6-75 μm), fiber (112 μm - 4,737 mm), film (37 μm - 1,518 mm), dan foam (63 μm - 1,053 mm). Material mikroplastik yang teridentifikasi di antaranya: PVFM, PVB, PVC, Polyester Film, FEP, PEI, PC/PBT.

Microplastics are one of emerging contaminants that are increasingly being studied for their impact and distribution in the environment. Previous studies have concluded that WWTPs are important in preventing microplastics from entering water bodies, but still release them in large quantities through water and soil. This study aims to assess the effectiveness of the RPTRA Dahlia Domestic WWTP in removing microplastics from graywater. The research procedure included sampling of sludge at 1 point and water at 6 points of the WWTP, which were then tested in the laboratory. As a result, the RPTRA Dahlia WWTP has a microplastic removal effectiveness of 92.85%, with variations in removal efficiency per sample point. The highest cumulative removal efficiency is known to be found in the biological unit at 81.08% with a removal mechanism in the form of particle deposition in the previous units. Data on microplastic includes shape, color, size, and material. The highest percentage of shapes were fragments (59,6%), microbeads (29,1%), fiber (5,9%), film (3,9%), and foam (1,6%). The dominant microplastic colors were black (33,5%), blue (27,5%), red (23,9%), dan yellow (6,9%), dengan sebagian kecil green (4,2%), dan white-transparent (4,0%). Particle sizes varied: fragments (12 μm - 1.425 mm), microbeads (6-75 μm), fiber (112 μm - 4.737 mm), film (37 μm - 1.518 mm), and foam (63 μm - 1.053 mm). The microplastic materials identified include PVFM, PVB, PVC, Polyester Film, FEP, PEI, PC/PBT."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Kusumawardani
"Ruang publik merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan kota, termasuk pula ruang-ruang untuk tumbuh, kembang dan bermain anak-anak. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merangkum kebutuhan tersebut dalam sebuah proyek bernama Ruang Publik Terpadu Ramah Anak RPTRA . RPTRA merupakan ruang publik yang mengintegrasikan berbagai fasilitas dan kegiatan yang ramah bagi anak-anak dalam satu tempat di kawasan pemukiman padat penduduk. Dalam proses mewujudkannya terdapat relasi kuasa antara aktor-aktor yang terlibat membentuk RPTRA menjadi seperti sekarang ini. Kuasa yang mereka praktikkan melalui keputusan-keputusan terkait perwujudan RPTRA menentukan arah pembangunan RPTRA itu sendiri. Skripsi ini membahas praktik kuasa pada proses perwujudan RPTRA dan bagaimana kuasa yang dilakukan oleh tiap-tiap aktornya dapat membentuk arsitektur. Tulisan ini menemukan bahwa RPTRA-RPTRA yang telah terbangun di Jakarta tidak semuanya sesuai dengan esensi awal yang dicanangkan sebagai akibat dari produksi massal. Hal ini menegaskan bahwa bagaimana sebuah arsitektur dirancang, dibangun, digunakan, dan dipersepsikan dapat ditentukan oleh keputusan-keputusan, yang merupakan praktik kuasa, yang mendasarinya.

Public space is an important aspect of urban life, including public spaces for children to grow, develop, and play. The Jakarta Government combined those aspects into a project called Ruang Publik Terpadu Ramah Anak RPTRA . RPTRA is a child friendly public space that integrates a variety of facilities used for many activities in one place and is built in densely populated settlements in Jakarta. During the process of building and making RPTRA, there are power relations among the actors involved that then shapes RPTRA into what it is now. Power that is exercised through the decisions they made concerning the building of RPTRA decides the direction of its building process. This study investigates the exercise of power in the developing process of RPTRA and how the power exercised by its actors shapes architecture. This study found that the RPTRAs that have been built in Jakarta are not all matching with their originally planned essence or purpose as a result of mass production. This emphasizes that basically how architecture is designed, built, used, and perceived can be determined by the exercise of power that underlies it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Anindita
"Komunitas merupakan sekelompok orang yang berada di wilayah yang sama , memiliki karakteristik serupa dan memiliki suatu norma atau budaya yang membuat mereka terikat secara sosial. Dilihat dari pengertian tersebut, setiap wilayah tentunya akan mempunyai kekuatan komunitas yang berbeda, menciptakan identitas wilayahnya. Perkembangan perancangan perkotaan dewasa ini cenderung menyamaratakan semua wilayah, komunitas yang ada didalamnya seolah diberlakukan sebagai objek. Akibatnya, keterikatan sosial yang ada pun menurun, komunitas cenderung bersikap individualis dan melunturnya identitas suatu wilayah. Salah satu cara untuk mumunculkan kembali keterikatan sosial adalah dengan memperbanyak aktivitas sosial suatu wilayah, mempertemukan masyarakatnya agar timbul kepedulian terhadap lingkungan. Ruang pubblik, sebagai tempat berkumpul merupakan sarana yang tepat untuk mengikat kembali suatu komunitas. Penulisan ini mencoba melihat partisipasi komunitas dalam membentuk ruang publik. Bagaimana efektifitas ruang publik yang dibangun dengan partisipasi masyarakat dapat memumbuhkan kebanggaan atas wilayah sehingga menciptakan komunitas mandiri yang dapat meningkatkan kualitas suatu wilayah.

Community is a group of people in the same area, have similar characteristics and norm or culture that makes them socially bound. Each region will certainly have the power to different communities, creating the region's identity. The development of urban design today tend to generalize all regions, community enacted as an objects. As a result, the social existing and identity of a region is decreasing, communities tend to be individualistic. Public space is a potential tools to bring a community back. This papers is trying to see the participation of the community in shaping the public space. How can the effectiveness of public spaces are built with community participation, increasing the pride of region by creating a self-sustaining community that can improve the quality of that region."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Nugraha Sudarto
"Sebagai upaya untuk menyediakan ruang publik terbuka bagi masyarakat sekaligus aman bagi anak-anak, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak tahun 2015 mulai membangun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas dampak pembangunan RPTRA di Provinsi DKI Jakarta terhadap output dan outcome dari layanan yang disediakan di tingkat kelurahan di Provinsi DKI Jakarta sekaligus menganalisis output dan outcome mana yang paling efektif terdampak. Efektivitas dampak pembangunan RPTRA dalam penelitian ini, selain dibandingkan dengan antar kelurahan di DKI Jakarta, juga dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan di kota-kota di sekitar DKI Jakarta yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Dengan menggunakan metode Difference-in-Difference (DiD), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diantara sebelas output dan outcome dari layanan RPTRA, pembangunan RPTRA signifikan berdampak dalam meningkatkan probabilitas keberadaan ruang publik terbuka dan taman bacaan masyarakat serta signifikan dalam menurunkan probabilitas terjadinya tindak penyalahgunaan narkoba di kelurahan-kelurahan yang dibangun RPTRA di DKI Jakarta dalam periode tahun 2015-2018. Diantara ketiga output tersebut, pengaruh terbesar pembangunan RPTRA adalah terhadap output berupa keberadaan ruang publik terbuka, baik jika dibandingkan dengan antar kelurahan di DKI Jakarta maupun jika dibandingkan dengan kelurahan-keluarahan di kota-kota sekitarnya.

To provide open public space for community and safety for children, DKI Jakarta Provincial Government since 2015 start to build a Child Friendly Integrated Public Spaces (RPTRA). The purpose of this study was to analyze effectiveness of the impact of RPTRA development in DKI Jakarta Province on the outputs and outcomes from the services provided at the kelurahan level in DKI Jakarta while analyzing which outputs and outcomes were most effective. The effectiveness of the RPTRA development in this study, not only being compared to between kelurahan in DKI Jakarta, but also compared to kelurahan in cities around DKI Jakarta, that is Bekasi City, Depok City, Tangerang City, and South Tangerang City. By using Difference-in-Difference (DiD) method, the results of this study indicate that among eleven outputs and outcomes of services, the development of RPTRA is significant in increasing the probability of the existence of open public spaces and public reading parks and significantly reducing the probability of abuse drugs in kelurahan where RPTRA was built in DKI Jakarta during 2015-2018. Among the three outputs, the biggest influence of the RPTRA development is on the output of the existence of open public spaces, compared to those between kelurahan in DKI Jakarta and compared to kelurahan in the surrounding cities.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52570
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tharra Ayuriany
"Semakin padatnya Jakarta menjadikan keberadaan ruang publik terbuka semakin dibutuhkan untuk masyarakat. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, pemerintah DKI Jakarta membuat sebuah program yaitu Ruang Publik Terpadu Ramah Anak. Ruang publik ini ditujukan untuk masyarakat Jakarta terutama untuk anak-anak agar mereka mendapatkan ruang terbuka untuk bermain dan belajar. RPTRA yang sekarang telah dibangun mengikuti standar yang telah ditentukan oleh pemerintah DKI Jakarta. Padahal, setiap lokasi memiliki lingkungan yang berbeda sehingga persepsi masyarakat di sekitarnya juga bisa berbeda. Perbedaan ini membuat respon mereka terhadap lingkungan pun berbeda sehingga variasi perilaku serta pengguna yang paling dominan di RPTRA tidak sama persis di setiap lokasi. Untuk mengetahui unsur apa yang membentuk persepsi sehingga terbentuknya variasi perilaku yang berbeda, dilakukan observasi di tiga RPTRA yang berada di Jakarta. Pengamatan dilakukan di RPTRA Bahari, Taman Sawo, dan Belimbing pada hari libur dan hari kerja dengan bantuan video berselang waktu. Pengamatan di tiga RPTRA yang berada di Jakarta menggunakan actor-network theory sebagai cara mengobservasi variasi perilaku pengguna RPTRA, Dari pengamatan, ditemukan bahwa perilaku pengguna di ketiga RPTRA memiliki perbedaan. Perbedaan terlihat dari keterhubungan setiap pengguna berdasarkan rentang usia, keterhubungan dengan actant berupa fasilitas yang ada sesuai standar RPTRA, dan bagaimana keterhubungan ini menyesuaikan perilaku mereka dan cara memperlakukan actant. Keterhubungan actor anak balita dengan dewasa, anak SD dengan anak SD, dan remaja dengan remaja, sebaiknya membuat sebuah desain yang bersih dan nyaman serta berpermukaan datar karena cocok untuk variasi perilaku yang beragam.

More crowded Jakarta has made an opened public space increasingly needed for the people. To answer those needs, DKI Jakarta government created a program called Child Friendly Intergrated Public Space RPTRA . This public space addressed to the citizens of Jakarta especially kids so they can have open space for playing and learning. RPTRA that is now built have followed a standard determined by the government. Whereas each location have different environment which shaped a different perception of its people around. These difference created a different response to the environment so the variations of behavior might not be the same in each location. To know what make it different, observation was done to three RPTRA in Jakarta. The observation was done in RPTRA Bahari, Taman Sawo, and Belimbing on weekend and weekday with the help of time lapse video. Observation of these three RPTRA in Jakarta used actor network theory as a way to observe the variations of behavior of RPTRA rsquo s user. From the observation it was found that variations of behavior did have difference. The difference shown in age difference, the network between actant which the facilities based on RPTRA standard, and how these network adjusted their behavior and how they acted against the actant. The network between toddler actor and adult actor, school kid actor with school kid actor, and adolescent actor with adolescent actor, should have created a design that is clean and comfortable and also flat in surface because it fits the diverse of variations of behavior in each actor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Nugraha Koswara
"Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 mm. Mikroplastik ditemukan telah mencemari lingkungan dan paling banyak terakumulasi di lingkungan perairan, salah satunya adalah Sungai Ciliwung. Padahal, Sungai Ciliwung merupakan sumber air baku utama bagi Instalasi Pengolahan Air Cibinong. Keberadaan mikroplastik di sungai dapat dipengaruhi oleh curah hujan. Namun, penelitian terkait keberadaan mikroplastik di instalasi pengolahan air berdasarkan curah hujan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis kelimpahan dan karakteristik mikroplastik, menghitung efisiensi penyisihan mikroplastik, serta menentukan korelasi antara pH dan kekeruhan dengan kelimpahan mikroplastik pada IPA Cibinong dengan mempertimbangkan curah hujan. Ekstraksi mikroplastik dilakukan berdasarkan metode NOAA. Pengujian dan pengamatan mikroplastik dilakukan dengan bantuan mikroskop binokuler dan FTIR. Pengambilan sampel air dilakukan di 5 titik, yakni air baku, koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan air produksi, sedangkan pengambilan sampel lumpur dilakukan pada unit sedimentasi. Kekeruhan dan pH air diukur secara insitu. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan kelimpahan mikroplastik di air baku dan produksi secara berturut-turut sebesar 344 partikel/L & 205 partikel/L pada hari kering dan 310 partikel/L & 256 partikel/L pada hari basah. Mikroplastik didominasi oleh bentuk fragmen (88.84 – 89.41%), warna hitam-abu (69.55 – 71.89%), dan ukuran dengan rentang 7 – 1985 μm. Jenis polimer mikroplastik yang ditemukan pada keseluruhan sampel air baku dan produksi adalah PFVM, PVB, poliamida, Poly (Trimethyl Hexamethylene Terephthalamide), aramid, nilon amorf, PEI, nilon MXD6, dan PVC. Efisiensi penyisihan mikroplastik tertinggi dihasilkan oleh unit sedimentasi, yaitu 21.74 – 36.73%. Sementara itu, efisiensi secara kumulatif pada hari kering dan basah secara berturut-turut adalah sebesar 40.41% dan 17.42%. Kelimpahan mikroplastik memiliki korelasi yang kuat dan positif dengan pH (ρ = 0.872) (sig. = 0.054) dan kekeruhan (r = 0.846) (sig. = 0.071).

Microplastics are plastic particles smaller than 5 mm. They have been found contaminating the environment, particularly accumulating in aquatic environments such as the Ciliwung River, which is the primary raw water source for the Cibinong Water Treatment Plant (WTP). Additionally, rainfall can influence the abundance of microplastics in the river. However, studies on the abundance of microplastics in water treatment plants based on rainfall are limited. Thus, this study aims to analyze the abundance and characteristics of microplastics, calculate their removal efficiency, and determine the correlation between pH and turbidity with microplastic abundance at the Cibinong WTP, considering rainfall. In this study, microplastic extraction was performed based on NOAA method. Microplastic observations were conducted using a binocular microscope and FTIR. Water samples were collected from five points: raw water, coagulation-flocculation, sedimentation, filtration, and produced water, while sludge samples were taken from the sedimentation unit. Turbidity and pH of the water were measured in situ. The results showed that the abundance of microplastics in raw and produced water of 344 particles/L & 205 particles/L on dry days and 310 particles/L & 256 particles/L on wet days. Microplastics were predominantly fragments (88.84 – 89.41%), black-gray in color (69.55 – 71.89%), and ranged in size from 7 – 1985 μm. The types of microplastic polymers found in all raw and produced water samples were PFVM, PVB, polyamide, Poly (Trimethyl Hexamethylene Terephthalamide), aramid, amorphous nylon, PEI, nylon MXD6, and PVC. The highest microplastic removal efficiency was achieved by sedimentation, at 21.74 – 36.73%. Cumulative removal efficiency on dry and wet days was 40.41% and 17.42%, respectively. Microplastic abundance showed a strong positive correlation with pH (ρ = 0.872, sig. = 0.054) and turbidity (r = 0.846, sig. = 0.071)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edgar Zeta
"DKI Jakarta merupakan kota metropolitan dengan kepadatan penduduk dan timbulan volume air limbah domestik yang tinggi. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Krukut merupakan perwujudan dari pengolahan air limbah terpusat skala perkotaan yang digunakan di Jakarta. Air limbah domestik yang tidak terolah dengan baik dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan berbagai masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang akan menjelaskan mengenai metode pengumpulan limbah, volume limbah, kualitas limbah, metode pengolahan, dan efektivitas pengolahan di IPAL Krukut pada periode bulan Mei 2022 sampai dengan bulan Mei 2023. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan rumus efektivitas oleh Spellman. Air limbah domestik dialirkan dari penghasil ke IPAL Krukut menggunakan sistem jaringan perpipaan. Metode pengolahan dilakukan melalui inlet chanel, moving bed biofilm reactor, koagulasi flokulasi, high rate clarifier, disinfeksi, dan filtrasi sand carbon filter. Rerata volume air limbah yang diolah oleh IPAL Krukut sebesar 6.979 m3 air limbah domestik setiap harinya yang berasal dari bangunan rumah tangga, niaga kecil, niaga besar, bangunan sosial, dan industri. Sebagian besar hasil effluent IPAL Krukut sudah memenuhi baku mutu yang berlaku dan IPAL Krukut sudah efektif dalam mengurangi kadar pencemar pada air limbah domestik di DKI Jakarta.

DKI Jakarta is a metropolitan city with a high population density and generation of domestic wastewater. The Krukut Wastewater Treatment Plant (WWTP) is an embodiment of the urban-scale wastewater treatment used in Jakarta. Domestic wastewater that is not treated properly can pollute the environment and cause various environmental and public health problems. This study uses a descriptive design that will explain the wastewater collection method, wastewater volume, wastewater quality, processing method, and treatment effectiveness at the Krukut WWTP in the period from May 2022 to May 2023. Quantitative analysis was carried out using the effectiveness formula by Spellman. Domestic wastewater is channeled from the producer to the Krukut WWTP using a pipe network system. Processing methods are carried out through inlet channels, moving bed biofilm reactors, flocculation coagulation, high rate clarifiers, disinfection, and carbon filter sand filtration. The average volume of wastewater treated by Krukut WWTP is 6,979 m3 of domestic wastewater every day, originating from household buildings, small businesses, large businesses, social buildings, and industries. Most of the Krukut WWTP effluent has met the applicable quality standards and the Krukut WWTP has been effective in reducing pollutant levels in domestic wastewater in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riena J. Surayuda
"Pusat komunitas adalah ruang publik bagi komunitas untuk melakukan aktivitas
sosial, berinteraksi, rekreasi, dan menyalurkan hobinya yang dalam beberapa kasus
dapat menanggulangi permasalahan sosial. Beberapa kajian membahas aspek fungsional
pusat komunitas dari segi pelayanan sosial karena manfaat fungsionalnya, tetapi
pembahasan mengenai pusat komunitas tidak dapat dilihat dari pelayanan sosial saja.
Tulisan ini melihat pusat komunitas, melalui studi kasus RPTRA Kenanga, Cideng,
Jakarta Pusat, memiliki aspek disfungsional yang menimbulkan eksklusivitas melalui
kontestasi memori kolektif antara Pemerintah dan Masyarakat. Dengan menggunakan
kerangka analisis yang mengacu pada konsep ruang publik dan memori kolektif, tulisan
ini melihat perubahan sebelum adanya pusat komunitas yang berupa kepemilikan privat
dan setelah adanya pusat komunitas yang membentuk memori kolektif baru berupa
kepemilikan publik. Dari studi kasus di RPTRA Kenanga, tulisan ini menunjukkan
bahwa pembentukan memori kolektif baru menyebabkan kontestasi memori kolektif
antara negara (pemerintah provinsi DKI Jakarta)dan masyarakat (warga sekitar RPTRA
Kenanga) yang kemudian menimbulkan eksklusivitas di ruang publik tersebut.
Community center is a public space for the community that has a function for social
activities, such as recreation and interaction, which in particular cases may diminish
social problems. This study want to examines community center as Public Space and its
memory collective to see the relevance of the theory and its significance to urban policy.
The method of this article is qualitative using case study of Children-Friendly Integrated
Public Space-Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kenanga, Cideng,
Central Jakarta. This article argues there has been a dysfunctional aspect that results
in exclusiveness through collective memory contestation between the Government and
Local Community. The study find that other than the changes from private property to
public property, the establishment of RPTRA Kenanga creates new collective memory
that has resulted in collective memory contestation between the government of DKI
Jakarta and the local people, which led exclusivity in the public space."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Pusat Kajian Sosiologi, LabSosio, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ketut Septiaryani
"Penelitian ini memperkenalkan terapi bermain sebagai metode intervensi sosial dalam membantu anak yang mengalami kesulitan dalam emosional dan psikososial. Intervensi dilakukan terhadap tiga studi kasus pada anak yang mengalami stres, kedukaan dan keterlambatan perkembangan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan Single-Case Design yang menggabungkan praktek klinis dan penelitian berdasarkan evidence-based practice untuk melihat bagaimana pengaruh intervensi terapi bermain dalam mengatasi permasalahan emosional dan psikososial pada anak-anak dengan menggunakan pendekatan Multidimensional dalam pembangunan manusia.
Data-data dikumpulkan melalui pengukuran dengan menggunakan instrumen Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) yang memiliki aspek-aspek emotional, conduct, hyperactivity, peer dan Pro-Social; wawancara mendalam dan observasi. Asesmen dilakukan berdasarkan pengukuran skor SDQ di fase baseline. Pada fase ulasan dan fase akhir dilakukan pengukuran kembali untuk mengetahui perubahan dan pencapaian dari intervensi. Hasil penelitian ini mendeskripsikan pencapaian dan perubahan positif yang diperoleh dari anak-anak yang mendapatkan intervensi terapi bermain. Peneliti merekomendasikan spesialisasi pada pekerja sosial dalam memberikan intervensi sosial menggunakan metode terapi bermain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T49802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Reza Fernanda
"Mikroplastik adalah partikel plastik kecil yang ukurannya kurang dari 5 mm. Ditemukan di sungai, mikroplastik menjadi polutan yang signifikan di Instalasi Pengolahan Air (IPA), sumber utama air minum masyarakat. Kondisi hujan dan kering mempengaruhi kekeruhan air baku, yang juga memengaruhi operasional IPA. Penelitian ini mengeksplorasi efektivitas penyisihan mikroplastik di IPA X selama hujan dan kemarau, terutama penting di Indonesia yang minim penelitian serupa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kelimpahan mikroplastik di setiap unit pengolahan, efisiensi penyisihan, dan hubungan dengan pH serta kekeruhan air. Dalam penelitian ini digunakan metode National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan uji FTIR dalam mengetahui kelimpahan dan karakteristik dari mikroplastik. Sampel akan diambil dari 5 titik di IPA, yaitu bak pengumpul, akselator, flokulasi, sedimentasi, dan air produksi. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa kelimpahan mikroplastik di air baku adalah sebanyak 256 partikel/L pada hari kering dan 109 partikel/L pada hari basah dengan kelimpahan rata-rata sebesar 182,5 partikel/L. Di air produksi, ditemukan kelimpahan mikroplastik sebesar 77 partikel/L pada hari kering dan 44 partikel/L pada hari basah dengan nilai kelimpahan rata-rata sebesar 60,5 partikel/L. Berdasarkan karakteristik, bentuk dan warna dari mikroplastik yang dominan ditemukan pada setiap unit di IPA X adalah bentuk fragmen dan warna hitam dengan rentang ukuran berkisar antara 8-3.221 µm. Selain itu, jenis material polimer dari mikroplastik yang diamati didominasi oleh Fluorinated Ethylene Propylene (FEP), Nylon (Polyhexamethylene Adipamide), dan Polyvinylchloride (PVC). Efisiensi total penyisihan mikroplastik di IPA X adalah sebesar 69,9% pada hari kering dan 59,6% pada hari basah. Kelimpahan mikroplastik memiliki korelasi dengan parameter kekeruhan.

Microplastics are small plastic particles measuring less than 5 mm. Found in rivers, microplastics pose a significant pollutant in Water Treatment Plants (WTPs), the main source of drinking water for communities. Weather conditions such as rain and dry spells affect the turbidity of raw water, which in turn impacts WTP operations. This study explores the effectiveness of microplastic removal at WTP X during both rainy and dry seasons, particularly crucial in Indonesia where such research is scarce. The aim is to evaluate microplastic abundance at each treatment unit, removal efficiency, and its correlation with pH and water turbidity. The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) method and FTIR analysis were employed to determine microplastic abundance and characteristics. Samples were collected from five points within the WTP: raw water intake, accelerator, flocculation, sedimentation, and production water. The study found that microplastic abundance in raw water was 256 particles/L during dry days and 109 particles/L during wet days, with an average abundance of 182.5 particles/L. In production water, microplastic abundance was 77 particles/L during dry days and 44 particles/L during wet days, averaging 60.5 particles/L. Dominant characteristics included fragment shapes, black color, and sizes ranging from 8-3,221 µm. The observed polymer types were predominantly Fluorinated Ethylene Propylene (FEP), Nylon (Polyhexamethylene Adipamide), and Polyvinylchloride (PVC). Overall microplastic removal efficiency at WTP X was 69.9% on dry days and 59.6% on wet days, correlating with water turbidity parameters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>