Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176415 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evita Marsha Steffiani Rinaldy
"Perkembangan hubungan interpersonal merupakan tugas penting di masa dewasa muda. Individu dewasa muda akan berfokus untuk membangun hubungan yang kuat dan intimate saat mereka mengalami ketegangan antara intimacy dan isolation. Apabila individu gagal mencapai intimacy, individu dapat mengalami isolation, kesepian, ketakutan terhadap hubungan, dan penyesuaian yang buruk. Salah satu hubungan paling penting yang terbentuk dalam kehidupan individu dewasa muda adalah hubungan romantis. Perbedaan individu dalam menjalani hubungan romantis dapat dijelaskan melalui adult attachment, yang terbentuk dari internal working models berdasarkan pola asuh yang dipersepsikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perceived parenting style dan adult attachment pada dewasa muda di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 147 individu dewasa muda yang berusia 18-25 tahun, pernah tinggal dengan salah satu atau kedua orang tua, dan pernah atau sedang menjalin hubungan romantis. Pengukuran kedua variabel dilakukan dengan menggunakan alat ukur Parental Authority Questionnaire dan Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi pola asuh otoriter dan anxious attachment (r = 0,287, p < 0.001). Dengan kata lain, makin tinggi tingkat pola asuh otoriter yang dipersepsikan, makin tinggi pula tingkat anxious attachment yang dimiliki. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh otoriter dan avoidant attachment. Selain itu, persepsi pola asuh otoritatif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan anxious maupun avoidant attachment.

The development of interpersonal relationships is an important task in emerging adulthood. Emerging adults will focus on building strong, intimate relationships as they experience the tension between intimacy and isolation. If they fail to achieve intimacy, they may experience isolation, loneliness, fear of relationships, and poor adjustment. One of the most important relationships that form in an emerging adult's life is a romantic relationship. Differences in how individuals navigate romantic relationships can be explained through adult attachment, which is formed from internal working models shaped by perceived parenting styles. Therefore, this study aims to examine the relationship between perceived parenting style and adult attachment among emerging adults in Indonesia. Participants in this study consisted of 147 emerging adults aged 18-25 years who have lived with either one or both parents and have been or are currently in a romantic relationship. The measurement of the two variables was conducted using the Parental Authority Questionnaire and the Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. The results of the correlation analysis showed a positive relationship between perceived authoritarian parenting and anxious attachment (r = 0.287, p < 0.001). In other words, the higher the perceived level of authoritarian parenting, the higher the level of anxious attachment. This study also found no significant relationship between perceived authoritarian parenting and avoidant attachment. In addition, perceptions of authoritative parenting did not have a significant relationship with anxious or avoidant attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bani Athaya
"Mindreading merupakan kemampuan yang berguna dalam membangun hubungan interpersonal. Mindreading dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya karakteristik target. Pada penelitian eksperimen yang dilakukan terhadap 82 perempuan dewasa muda berusia 20-22 tahun ini, dibuktikan bahwa karakteristik jenis kelamin target memengaruhi kemampuan mindreading partisipan. Analisis Mixed-model ANOVA dilakukan terhadap 2 aspek alat ukur SST (Perez-Zapata, dkk., 2016) yaitu akurasi dan response time. Ditemukan bahwa perempuan lebih baik dalam melakukan mindreading terhadap target perempuan dibandingkan target laki-laki pada pengukuran aspek akurasi. Hasil yang sama tidak ditemukan pada aspek response time.

Mindreading is an ability that could be used to build interpersonal relationship. Mindreading can be affected by numerous factors, one of those is characteristic of the target. This experimental research was conducted on 82 female young adult age 20-22 years old. This study found that target's sex does impact participant's mindreading ability. Mixed-model ANOVA was used to analyse 2 aspects of SST (Perez-Zapata, et al., 2016) which is accuracy and response time. This research found that female have a better accuracy in mindreading ability towards female target. The same result does not apply to the participant's response time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Rahmadina Susilaningtyas
"Membina hubungan romantis merupakan tugas perkembangan bagi dewasa muda. Terdapat dua tipe hubungan percintaan berdasarkan perbedaan jarak, yaitu jarak dekat dan jarak jauh. Banyak pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh sehingga memungkinkan munculnya konflik dalam hubungan. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen bagi keduanya untuk dapat mempertahankan hubungan. Attachment merupakan faktor relasional yang erat kaitannya dengan keberlanjutan hubungan, namun di sisi lain, individu dengan avoidant attachment cenderung memiliki komitmen yang rendah untuk melanjutkan hubungan. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa dyadic coping dapat meningkatkan komitmen bagi individu dengan avoidant attachment, sehingga mereka lebih termotivasi untuk melanjutkan hubungan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah avoidant attachment memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen, serta apakah common dyadic coping dan negative dyadic coping memoderasi hubungan antara avoidant attachment dan komitmen pada individu yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Sebanyak 406 partisipan dengan rentang usia 18-40 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Komitmen diukur menggunakan alat ukur Triangular Theory of Love Scales Sternberg (1990); Avoidant attachment diukur menggunakan Experience in Close Relationship Questionnaire-Revised (ECR-R) (Fraley, Brennan, Waller, 2000); dan Dyadic Coping diukur menggunakan Dyadic Coping Inventory (DCI) (Bodenmann, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Avoidant attachment merupakan prediktor yang signifikan dari komitmen pada hubungan jarak jauh; (2) Common dyadic coping memoderatori hubungan avoidant attachment dan komitmen; (3) Negative dyadic coping tidak memoderatori hubungan avoidant attachment dengan komitmen. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian teoritis mengenai attachment style, komitmen, dan dyadic coping serta menjadi bahan rujukan bagi konselor untuk menangani klien dengan masalah terkait.

Building romantic relationship is a developental task for young adults. There are two types of love relationships based on differences in distance, short distance and long distance relationship. Many couples are in long distance relationships, which allows conflict to arise in the relationship. Therefore, commitment is needed for both to be able to maintain a relationship. Attachment is a relational factor that is closely related to the sustainability of the relationship, but on the other hand, individuals with avoidant attachment tend to have low commitment to maintain their relationship. Previous research stated that dyadic coping can increase commitment for individuals with avoidant attachments, so that they are more motivated to maintain their relationship. This study aims to see whether avoidant attachment has a significant relationship with commitment, and whether common dyadic coping and negative dyadic coping moderate the relationship between avoidant attachment and commitment in individuals who are in long-distance relationships. A total 406 participants with an age range of 18-40 years participated in this study. Commitment was measured using the Triangular Theory of Love Scales (Sternberg, 1990); Avoidant attachment was measured using the Experience in Close Relationship Questionnaire-Revised (Fraley, Brennan, Waller, 2000); and Dyadic coping was measured using Dyadic Coping Inventory (Bodenmann, 2008). The results showed that (1) Aoidant attachment was a significant predictor of commitment in long-distance relationships; (2) Common dyadic coping moderates avoidant attachment and commitment in long-distance relationships; (3) Negative dyadic coping does not moderate the relationship between avoidant attachment and commitment. This research is expected to add to the theoretical study of attachment style, commitment, and dyadic coping as well as become a reference material for counselors to deal with clients that having related problems. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stein, Ben
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2004
152.41 STE e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dwi Putri
"Keluarga merupakan lingkungan terdekat yang memiliki kaitan dengan diri individu. Fungsi dalam keluarga menjadi faktor pembentuk karakteristik diri individu, termasuk pada keterbukaan diri atau self-disclosure individu. Self-disclosure dibutuhkan individu untuk dapat menjalin hubungan sosial dengan lingkungan di luar dirinya. Pada dewasa muda, self-disclosure dibutuhkan untuk menjalin hubungan dengan pasangan sehingga dapat memenuhi tugas perkembangannya secara baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dan self-disclosure. Partisipan penelitian berjumlah 795 yang terdiri dari perempuan 75.8 dan laki - laki 24,1 yang berusia 21-40 tahun. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device, sedangkan self-disclosure diukur menggunakan Self-Disclosure Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dengan self-disclosure R = 0.371.

Family is the closest social environment that can affect individual self. Family function is one of many factors for shaping individual self, including self disclosure. Self disclosure is needed for everyone to be able to establish social relationship. In young adult, self disclosure is needed to establish relationship with their partner, so they can fulfill their developmental task. This study aims to determine the correlation of family functioning and self disclosure. Participants of this study is amounted to 795, consisting of women 75.8 and men 21.4 aged 21 40 years. Family functioning is measured by Family Assessment Device and self disclosure is measured using Self Disclosure Scale. The result showed a significant correlation between family functioning and self disclosure R 0.371.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Nadya Maharani Utami
"Emerging adults dihadapkan pada tugas perkembangan untuk melakukan eksplorasi dalam hal cinta sehingga menjalin hubungan berpacaran menjadi hal yang penting. Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan berpacaran yang dijalani adalah kelekatan antara orangtua-anak pada awal kehidupan seseorang. Cara seseorang untuk memulai hubungan yang dekat dengan pasangannya dan pandangan mereka terhadap cinta merupakan refleksi dari hubungan dengan orangtua saat kecil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan hubungan berpacaran antara emerging adults yang memiliki tipe adult attachment yang berbeda. Variabel adult attachment diukur menggunakan The Experiences in Close Relationship - Revised (ECR-R) dan variabel kepuasan hubungan berpacaran diukur menggunakan Couple Satisfaction Index - 16 (CSI-16). Terdapat 315 partisipan dalam penelitan ini dengan kriteria; berusia 18-25 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran minimal 6 bulan dan pada usia 0-5 tahun partisipan tinggal dan diasuh oleh orangtua kandung atau pengasuh utama lainnya. Analisis one-way ANOVAmenunjukan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu tipe secure attachment memiliki skor kepuasan hubungan berpacaran yang lebih tinggi (M = 67,65, SD = 7,583) dan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan tipe preoccupied (M = 63,30, SD = 8,103), dismissing (M = 56,54, SD = 6,854) dan fearful attachment (M = 54,83, SD = 8,889). Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi orangtua atau calon orangtua untuk memahami kualitas hubungan dengan anak mereka sejak kecil akan memiliki dampak positif dan negatif terhadap hubungan berpacaran yang anak jalani di masa dewasanya kelak.

Emerging adults is faced with the developmental task to explore anything related to love which makes having a romantic relationship an important topic. One of the influential factors of a romantic relationship is the closeness in a persons relationship with their parents in their early life stage. A persons way to start a romantic relationship with their partner and their perspective of love are the reflection of their relationship with their parents when they were children. Therefore, this research aims to discover romantic relationship satisfaction differences between emerging adults with different adult attachment styles. The adult attachment variable is measured. The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R), and the romantic relationship satisfaction variable is measured using Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). There are 315 participants in this research with these criteria; the participants are in the age of 18 to 25 years old and currently in an at least six month romantic relationship; they also have to had lived with and been taken care by their biological parents or other main caregivers in the age of 0 to 5. The one-way ANOVA analysis result showed that hyphothesis was accepted in which secure attachment had a higher mean romantic relationship satisfactions (M = 67,65, SD = 7,583) and significantly different with the preoccupied (M = 63,30, SD = 8,103), dismissing (M = 56,54, SD = 6,854), and fearful attachment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Farahmia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan intimasi pada emerging adult yang sedang menjalani hubungan romantis. Sejumlah 441 emerging adult yang sedang terlibat dalam hubungan romantis seperti berpacaran menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif non-eksperimental dengan desain korelasional. Keterlibatan ayah diukur menggunakan Reported Father Involvement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku dan Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif Finley dan Schwartz. 2004. Sementara itu, intimasi diukur mengggunakan Miller Social Intimacy Scale MSIS yang dikembangkan oleh Miller dan Lefcourt 1982.
Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara keterlibatan ayah, baik pada domain perilaku r=0,35, n=441, p>.01, two-tail maupun afektif r=0,13,n=441, p>.01, two-tail, dengan intimasi pada emerging adult yang menjalani hubungan romantis.

The aim of this study is to examine the relationship between father involvement and intimacy among emerging adult involves in romantic relationship. Total of 441 emerging adults involve in romantic relationship such as dating relationship became participant in this study.
This study is a quantitative non experimental research with corellational design. Reported Father Involvement Scale used to measure behavioral domain of father involvement and Nurturant Fathering Scale used to measure affective domain of father involvement Finley dan Schwartz. 2004 . Meanwhile, Miller Social Intimacy Scale MSIS developed by Miller and Lefcourt 1982 used to measure intimacy.
Result showed that there is no significant relationship between father involvement, both in behavioral domain r 0,35, n 441, p .01, two tail and affective domain r 0,13,n 441, p .01, two tail, with intimacy among emerging adult involves in romantic relationship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthianissa Amanda
"Pembentukan hubungan romantis pada usia dewasa muda sangat penting karena pada usia ini individu cenderung mencari pasangan untuk seumur hidup. Keberfungsian keluarga asal individu merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi kepuasan hubungan berpacaran dengan melalui faktor individual, seperti tipe attachment yang dimiliki individu dengan pasangannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran tipe attachment dalam memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Data diperoleh dari kuesioner yang disebarkan secara daring. Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) untuk mengukur keberfungsian keluarga, Relationship Assessment Scale (RAS) untuk mengukur kepuasan hubungan dan Experiences in Close Relationships Scale-Revised (ECR-R) untuk mengukur attachment. Responden pada penelitian ini berjumlah 824 responden berusia 18-36 tahun dan sedang berpacaran minimal selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga dapat memprediksi kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran. Selain itu, tipe attachment, baik anxious attachment maupun avoidant attachment dapat memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan kepuasan hubungan pada dewasa muda yang berpacaran.

The formation of romantic relationships in young adulthood is very important because they tend to find a partner to live with. The functioning of the individual's family of origin is an important factor in influencing the relationship satisfaction, which through individual factors, such as the attachment that individual has with their partner. This study aims to look at the role of attachment in mediating the relationship between family functioning and relationship satisfaction in young adults. This study is a correlational study. Data were obtained from online questionnaires. This study used three measurement tools, Family Assessment Device (FAD) to measure family functioning, Relationship Assessment Scale (RAS) to measure relationship satisfaction and Experiences in Close Relationships Scale-Revised (ECR-R) to measure attachment. There were 824 respondents aged 18-36 years and have been in a romantic relationship for at least 6 months. The results showed that family functioning can predict relationship satisfaction in young adults. Moreover, attachment types, both anxious attachment and avoidant attachment, can mediate the relationship between family functioning and relationship satisfaction in young adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verina Adristi Maheswari
"Fenomena perselingkuhan daring semakin hari semakin meningkat dimana salah satu variabel yang berhubungan dengan perilaku perselingkuhan adalah tingkat kepuasan hubungan romantis yang rendah. Namun, terdapat faktor pelindung yang dapat mempengaruhi individu untuk tidak melakukan perselingkuhan daring, yaitu tingkat kontrol diri yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kontrol diri sebagai moderator dalam hubungan antara kepuasan hubungan romantis dan perselingkuhan daring. Penelitian dilakukan kepada 239 partisipan yang sedang berpacaran selama minimal enam bulan dan menggunakan internet selama minimal tujuh jam seminggu yang didapatkan dengan convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modifikasi dari Internet Infidelity Scale (IIS), Relationship Assessment Scale (RAS), dan Brief Self Control Scale (BSCS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri berperan sebagai moderasi dalam hubungan antara kepuasan hubungan romantis dan perselingkuhan daring dengan β = 0,0513, t(239) = 3,8336, p<0,05. Ketika dianalisis lebih lanjut, ditemukan bahwa tingkat kontrol diri yang tinggi mampu berperan untuk menahan individu untuk tidak melakukan perselingkuhan daring pada hubungan romantis yang tidak memuaskan. Peran kontrol diri terbatas pada saat hubungan romantis memuaskan.

The phenomenon of cyber infidelity keeps increasing where one of the variables related to infidelity behavior is the low level of romantic relationship satisfaction. However, there are protective factors that can influence individuals not to commit cyber infidelity, it is a high level of self control. This study is aimed to examine the role of self control as a moderator in the relationship between romantic relationship satisfaction and cyber infidelity. The study was conducted on 239 participants who had been dating for at least six months and used the internet for at least seven hours per-week obtained through convenience sampling. The measuring instruments that are used in this study are modifications of the Internet Infidelity Scale (IIS), Relationship Assessment Scale (RAS), and Brief Self Control Scale (BSCS). The results of this study indicated that self control moderated the relationship between romantic relationship satisfaction and cyber infidelity with β = .0513, t(239) = 3.8336, p<.05. Analyzing further, it was found that a high level of self control restraining individuals from committing cyber infidelity in unsatisfied romantic relationships. The role of self control is limited to satisfied romantic relationships."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarrah Hasyim Abdullah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara romantic self-efficacy dan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda yang berpacaran jarak jauh. Romantic self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki individu akan kemampuannya sebagai pasangan untuk dapat terlibat dalam perilaku spesifik dalam hubungan romantis dan merespon secara efektif terhadap tuntutan tugas-tugas yang terdapat pada hubungan romantis. Kualitas hubungan romantis didefinisikan persepsi individu terhadap sejauh mana hubungan yang sedang dijalani memberikan atau tidak memberikan manfaat melalui pengalaman dan interkasi. Pengukuran romantic self-efficacy menggunakan alat ukur Self-Efficacy in Romantic Relationship (SERR) yang disusun oleh Riggio, Weiser, Valenzuela, Lui, Montes, dan Heuer (2011). Pengukuran kualitas hubungan romantis menggunakan alat ukur Partner Behavior as Social Context (PBSC) oleh Ducat dan Zimmer-Gembeck (2010). Partisipan penelitian berjumlah 490 individu usia dewasa muda yang sedang berpacaran jarak jauh. Melalui teknik statistic Pearson Correlation, diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara romantic self- efficacy dan kualitas hubungan romantis yang signifikan.

This research was conducted to find the correlation between romantic self- efficacy and romantic relationship quality among young adulthood currently in a relationship. Romantic self-efficacy defined as beliefs in one`s capabilities as a relationship partner to engage in specific romantic relationship and responding effectively to demands in romantic relationship. Romantic relationship quality defined as positive or negative beliefs about one`s capabilities as a relationship partner to involve in specific actions in romantic relationship and to responses effectively toward task demands in romantic relationship. Romantic self-efficacy was measured using an instrument named Self-Efficacy in Romantic Relationship (SERR) made by Riggio, Weiser, Valenzuela, Lui, Montes, dan Heuer (2011). Romantic relationship quality was measured using an instrument names Partner Behavior as Social Context (PBSC) made by Ducat and Zimmer-Gembeck, 2010). Participants of this research were 490 young adulthood currently in a long- distance dating relationship. The Pearson Correlation indicates positive significant correlation between romantic self-efficacy and romantic relationship quality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>