Ditemukan 118789 dokumen yang sesuai dengan query
Dezh Nahda Athiyya
"Evaluasi penggunaan obat (EPO) merupakan suatu metode yang bertujuan mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat (WHO, 2003). Evaluasi penggunaan obat merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 (Kementrian Kesehatan, 2016). Evaluasi penggunaan obat dapat melihat dan menilai penggunaan obat secara bijak. WHO telah merekomendasikan metode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) dalam mengevaluasi penggunaan obat. Metode ini mengukur secara kuantitatif besarnya nilai DDD penggunaan antibiotik (WHO, 2021). Perbaharuan data kode ATC/DDD di Rumah Sakit Universitas Indonesia dilakukan dengan mengumpulkan data dari web WHO dan menghasilkan data yang berisi kode internasional obat (ATC), dosis harian (DDD), unit dose, dan rute pemberian obat yang dapat digunakan sebagai basis data untuk kebutuhan rumah sakit salah satunya dalam melakukan evaluasi penggunaan obat pasien Rumah Sakit Universitas Indonesia. Sebanyak 2.120 dari 2.331 sediaan farmasi telah terisi kode ATC/DDD yang terdiri dari 990 sediaan oral, 322 sediaan parenteral, 14 sediaan rektal, 3 sediaan transdermal, dan 3 sediaan vaginal.
Evaluation of drug use is a method that aims to identify problems related to drug use (WHO, 2003). Evaluation of drug use is one of the pharmaceutical service standards regulated in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 74 of 2016 (Ministry of Health, 2016). Evaluation of drug use can see and assess drug use wisely. WHO has recommended the Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) / Defined Daily Dose (DDD) method in evaluating drug use. This method quantitatively measures the DDD value of antibiotic use (WHO, 2021). Updating ATC/DDD code data at the University of Indonesia Hospital is carried out by collecting data from the WHO website and producing data containing international drug codes (ATC), daily dose (DDD), unit dose, and route of drug administration which can be used as a database for One of the hospital needs is evaluating the use of medicines for patients at the University of Indonesia Hospital. A total of 2,120 of the 2,331 pharmaceutical preparations were filled with ATC/DDD codes, consisting of 990 oral preparations, 322 parenteral preparations, 14 rectal preparations, 3 transdermal preparations and 3 vaginal preparations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Selly Roesdiana
"Banyaknya pasien yang datang ke IGD pada masa pandemi COVID-19 dan adanya perubahan Panduan Praktik Klinis yang cepat dapat mempengaruhi pola penggunaan obat di IGD RSUI sehingga perlu dilakukan evaluasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan melihat gambaran deskriptif dari perubahan pola penggunaan obat di Instalasi Gawat Darurat untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien di IGD RSUI. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD WHO (DDD/100 hari rawat) dan secara kualitatif dengan melihat profil DU90% serta kesesuaiannya dengan Formularium Nasional. Sampel penelitian diambil dari data rekapitulasi pengeluaran obat di IGD periode Januari 2020 - Desember 2022. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah data pengeluaran obat pasien dewasa usia ≥ 18 tahun yang tercatat sebagai pasien IGD dan obat yang memiliki kode ATC/DDD. Jumlah keseluruhan sampel penelitian adalah 15.981 data pengeluaran obat. Jenis obat yang banyak digunakan di IGD RSUI yaitu parasetamol, omeprazol dan asetilsistein. Penggunaan obat untuk pasien di IGD RSUI pada tahun 2020, 2021 dan 2022 secara berturut-turut sebesar 387,59 DDD/100 hari rawat; 316,81 DDD/100 hari rawat dan 349,35 DDD/100 hari rawat. Jumlah obat yang menyusun segmen DU90% pada tahun 2020, 2021 dan 2022 secara berturut-turut sebanyak 36, 42 dan 35 jenis obat. Kesesuaian penggunaan obat di IGD RSUI pada tahun 2020-2022 dengan Formularium Nasional belum memenuhi standar (≥80%) dengan rata-rata kesesuaian sebesar 74,66%.
The large number of patients who visit Emergency Department (ED) during COVID-19 pandemic and rapid changes in Clinical Practice Guideline can affect the pattern of drug use in ED of RSUI so that it needs to be evaluated. This study was conducted to evaluate and see a descriptive overview of changes in drug use patterns in ED to improve quality of patient care. This study used a cross sectional study design with retrospective data collection. The study was conducted quantitatively using WHO ATC/DDD method (DDD/100 patient days) and qualitatively using DU90% profile and its suitability with the National Formulary. The research sample was taken from recapitulation data of drug dispensing in ED for January 2020 - December 2022. The inclusion criteria in this study were drug dispensing data for adult patients aged ≥ 18 years and drugs that had ATC / DDD codes. Total number of research samples was 15.981 data. The types of drugs that are commonly used in ED of RSUI are paracetamol, omeprazole and acetylcysteine. The use of drugs for patients in ED of RSUI in 2020, 2021 and 2022 amounted to 387,59 DDD/100 patient days; 316,81 DDD/100 patient days and 349,35 DDD/100 patient days, respectively. The number of drugs that make up the DU90% segment in 2020, 2021 and 2022 are 36, 42 and 35 types of drugs, respectively. The suitability of drug use in ED of RSUI in 2020-2022 with National Formulary has not reached the standard (≥80%) with an average suitability of 74,66%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kadzia Nazhiva Fikra
"Evaluasi penggunaan obat (EPO) merupakan salah satu program dari standar pelayanan kefarmasian dan perlu dilakukan secara rutin. Lebih lagi, dengan pandemi COVID-19, terdapat rujukan tatalaksana baru yang perlu diperhatikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pola penggunaan obat di salah satu rumah sakit rujukan COVID-19, yaitu Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Metode evaluasi yang digunakan adalah ATC/DDD sebagai analisis kuantitatif dan perbandingan kesesuaian terhadap Formularium Nasional. Penelitian yang dilakukan memiliki desain cross-sectional dengan analisis deskriptif. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah resep pasien rawat inap RSUI tahun 2020-2022, dengan inklusi pasien merupakan orang dewasa (18 tahun atau lebih tua) dan obat yang digunakan terdapat pada indeks ATC/DDD. Hasil analisa data menunjukkan obat dengan nilai DDD/100 hari rawat terbesar pada tahun 2020 dan 2021 adalah asam askorbat dengan nilai berturut-turut 826,83 dan 1437,21 DDD/100 hari rawat. Sementara itu, pada tahun 2022 obat dengan nilai DDD/100 hari rawat terbesar adalah asam folat, yaitu sebesar 279,67 DDD/100 hari rawat. Kesesuaian penggunaan obat yang terhadap Fornas selama tahun 2020-2022 secara berturut-turut adalah sebesar 66,17%; 63,25%; dan 69,09%.
Drug Utilization Evaluation (DUE) is one of the programs of pharmaceutical service standards and needs to be carried out routinely. Furthermore, with the COVID-19 pandemic, there are new management references that need to be considered. This study was conducted to evaluate the drug utilization patterns in one of the COVID-19 referral hospitals, namely the University of Indonesia Hospital. The evaluation method used was ATC/DDD for quantitative analysis and a comparison of appropriateness against the National Formulary. The research was conducted with a cross-sectional design and descriptive analysis. The sample used in this study consisted of inpatient prescriptions at RSUI from 2020 to 2022, including adult patients (18 years or older), and the prescribed drugs were included in the ATC/DDD index.The data analysis results showed that the drug with the highest DDD/100 bed-days value in 2020 and 2021 was ascorbic acid, with values of 826.83 and 1437.21 DDD/100 bed-days, respectively. Meanwhile, in 2022, the drug with the highest DDD/100 bed-days value was folic acid, with a value of 279.67 DDD/100 bed-days. The appropriateness of drug use with Fornas during the years 2020-2022 was 66.17%, 63.25%, and 69.09%, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sirait, Dian Framesya
"Terjadinya pandemi Covid-19 mempengaruhi perubahan dalam penggunaan obat pada fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan pola penggunaan obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2020-2022. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan mengumpulkan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD dan secara kualitatif dengan melihat profil DU 90% serta kesesuaian penggunaan obat dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat II. Sampel penelitian adalah rekapitulasi penggunaan obat pasien rawat jalan pada tahun 2020-2022. Kriteria inklusi dari penelitian adalah data penggunaan obat pasien dewasa (lebih atau sama dengan 18 tahun) dan obat yang memiliki kode ATC serta nilai DDD. Jumlah sampel penelitian pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut adalah 12.684 data, 33.907 data, dan 66.654 data penggunaan obat. Jenis obat yang banyak diresepkan pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut adalah n-asetilsistein(10,31%), n-asetilsistein(7,42%), dan parasetamol (3,77%). Pasien yang banyak mendapat peresepan obat selama setiap tahunnya pada tahun 2020-2022 adalah pasien perempuan dengan kategori umur 25-35 tahun. Penggunaan obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut bernilai 154059,33 DDD dan 122,23 DDD/1000 pasien/hari; 472383,95 DDD dan 199,41 DDD/1000 pasien/hari; 847365,77 DDD dan 243, 58 DDD/1000 pasien/hari. Obat yang menyusun segmen DU 90% pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut berjumlah 67 obat, 60 obat, dan 73 obat. Kesesuaian penggunaan obat dengan Formulariun Nasional pada tahun 2020 hingga 2022 adalah 70,37%;72,10%;71,57%.
The occurrence of the Covid-19 pandemic affects changes in the use of drugs in health facilities. This study aims to evaluate changes in drug use patterns at the University of Indonesia Hospital in 2020-2022. The design of this study was cross-sectional by collecting data retrospectively. The study was conducted quantitatively using the ATC/DDD method and qualitatively by looking at the 90% DU profile and the suitability of drug use with the National Formulary for Level II Health Facilities. The research sample was a recapitulation of outpatient drug use in 2020-2022. The inclusion criteria of the study were data on the use of adult patient drugs (more or equal to 18 years) and drugs that had ATC codes and DDD values. The number of research samples in 2020 to 2022 were 12,684 data, 33,907 data, and 66,654 drug use data, respectively. The types of drugs that were widely prescribed from 2020 to 2022 were n-acetylcysteine (10.31%), n-acetylcysteine (7.42%), and paracetamol (3.77%), respectively. Patients who received many drug prescriptions during each year in 2020-2022 were female patients with an age category of 25-35 years. Drug use for outpatients at Universitas Indonesia Hospital from 2020 to 2022 was 154059.33 DDD and 122.23 DDD/1000 patients/day; 472383.95 DDD and 199.41 DDD/1000 patients/day; 847365.77 DDD and 243, 58 DDD/1000 patients/day, respectively. The drugs that make up the 90% DU segment in 2020 to 2022 are 67 drugs, 60 drugs, and 73 drugs, respectively. The conformity of drug use with the National Formulary in 2020 to 2022 was 70.37%; 72.10%; 71.57%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dinar Meltiara
"Salah satu aspek terpenting dari pelayanan dan peran farmasi adalah pengoptimalan penggunaan obat dan mampu menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu dan berkhasiat. Salah satu cara adalah memaksimalkan proses pengelolaan obat adalah melalui pengendalian perbekalan farmasi. Persediaan obat yang berlebih akan menimbulkan tempat dan memakan saving cost serta stok yang tersimpan tersebut merupakan modal yang perputarannya berhenti. Sedangkan, jika stok terlalu sedikit akan berakibat pada kemungkinan resep yang tertunda karena persediaan mengalami stockout atau kekosongan sehingga menyebabkan merosotnya mutu pelayanan rumah sakit khususnya instalasi farmasi akibat tertundanya pengobatan pasien. Hal tersebut cukup sering terjadi di depo farmasi rawat inap RSUI. Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kekosongan obat, dilakukan pembuatan sistem reminder restock otomatis saat stok obat sudah menipis. Sistem reminder restock dibuat dengan menghitung stok minimum dengan menghitung penggunaan rata-rata, lead time, dan safety stock, yang kemudian dihubungkan ke sistem melalui fungsi VLOOKUP dan IF Bertingkat.
One of the most important aspects of pharmacy services and roles is optimizing drug use and being able to ensure the availability of safe, quality and efficacious drugs. One of the way to maximize the drug management process is through controlling pharmaceutical supplies. Excessive drug supplies will create unnecessary space and use up extra saving costs while the turnover money for those products gets paused. Meanwhile, if there is too little stock, it will result in the possibility of prescriptions being delayed due to stockouts, causing a decline in the quality of hospital services, especially pharmaceutical installations, due to delays in patient treatment. This happens quite often at the RSUI inpatient pharmacy. To overcome and prevent stockout, an automatic restock reminder system was created when drug stocks ran low. The restock reminder system is created by determining minimum stock by calculating average usage, lead time, and safety stock, which is then connected to the system via the VLOOKUP and Multilevel IF functions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Hanifa Azzahra
"Mewabahnya pandemi COVID-19 di seluruh dunia membuat pola peresepan berubah sehingga dibutuhkannya evaluasi khususnya di Intensive Care Unit (ICU). Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan obat guna meningkatkan kualitas penggunaan obat di ICU RSUI. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian cross-sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan secara kualitatif dengan melihat profil DU 90% serta kesesuaiannya dengan Formularium Nasional. Sampel penelitian diambil dari rekapitulasi pengeluaran obat ICU priode Januari 2020 – Desember 2022. Kriteria inklusi dari penelitian ini ialah data pengeluaran obat dengan usia ≥ 18 tahun dan obat yang memiliki kode ATC serta nilai DDD. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 29.096 data pengeluaran obat. Jenis obat yang banyak diresepkan selama tahun 2020, 2021, dan 2022 masing-masing adalah n-asetil sistein (8,94%.), norepinefrin (9,30%), dan norepinefrin (8,32%). Pasien yang paling banyak diresepkan yakni pasien pria dengan jumlah persentase masing-masing tahun sebanyak 61.54%; 55.32%; dan 55.35% serta pasien berusia 45-64 tahun dengan persentase masing-masing tahun sebanyak 47.86%; 51.06%; dan 48.37%. Jumlah obat untuk pasien ICU di RSUI yang menyusun segmen DU 90% pada tahun 2020, 2021, dan 2022 masing-masing sebanyak 15, 16, dan 22 obat.
The outbreak of the COVID-19 pandemic throughout the world has changed prescribing patterns, including ICU. This study was conducted to evaluate drug use in order to improve the quality of drug use in the RSUI ICU. The design used in this study was a cross-sectional study design with retrospective data collection. The study was carried out using the Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) method. the 90% DU profile and its conformity with the Formularium Nasional. The research sample was taken from the recapitulation of ICU drug dispensing for the period January 2020 – December 2022 by patients aged ≥ 18 years and drugs with ATC codes and DDD values. The number of samples in this study was 29,096 drug dispensing data. The types of drugs that are widely prescribed in 2020, 2021, and 2022 are n-acetyl cysteine (8.94%), norepinephrine (9.30%), and norepinephrine (8.32%). The patients who were most prescribed were male patients with a total percentage of 61.54; 55.32%; and 55.35% % each year and patients aged 45-64 years with a percentage of 47.86%; 51.06%; and 48.37% each year. The number of drugs for ICU patients at RSUI that make up the DU segment is 90% in 2020, 2021 and 2022 respectively 15, 16 and 22 drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nadhila Hasna Hanifah
"Infeksi bakteri adalah salah satu penyebab utama mortalitas secara global dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat mengakibatkan munculnya resistensi antimikroba. Untuk menekan angka resistensi antimikroba, WHO telah menyusun program penatagunaan antimikroba yang mencakup evaluasi antibiotik menggunakan metode ATC/DDD dan pedoman penggunaan antibiotik melalui klasifikasi AWaRe. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD secara kualitatif berdasarkan metode DU90% dan klasifikasi AWaRe. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik cross- sectional dengan pengambilan data retrospektif yang dilakukan di RS Universitas Indonesia. Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat inap ICU dewasa dengan penggunaan antibiotik periode 1 Januari–31 Desember 2022. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah levofloksasin (41,39 DDD/100 pasien-hari), seftriakson (33,57 DDD/100 pasien-hari), dan meropenem (18,18 DDD/100 pasien-hari). Hasil persentase dari masing-masing klasifikasi AWaRe adalah Access (10,97%), Watch (86,68%), Reserve (2,35%). Segmen DU90% disusun oleh 15 jenis antibiotik yang mayoritas berasal dari golongan sefalosporin generasi ketiga, fluorokuinolon, dan karbapenem. Dengan hasil yang telah dipaparkan, sebaiknya program penatagunaan antibiotik terus dilakukan agar dapat menurunkan peluang terjadinya resistensi antibiotik.
Bacterial infections are one of the main causes of mortality on a global scale, and the indiscriminate use of antibiotics can result in the emergence of antimicrobial resistance. To reduce the number of antimicrobial resistance, WHO has established the Antimicrobial Stewardship Program that includes antibiotic evaluation using the ATC/DDD method and guidelines for proper antibiotic usage through AWaRe classification. This study aimed to evaluate the use of antibiotics quantitatively using the ATC/DDD method and qualitatively based on the DU90% method and AWaRe classification. This research is a cross-sectional analytical descriptive study with retrospective data collection conducted at RS Universitas Indonesia. The sample of this study is adult ICU patients with antibiotic usage from January 1 to December 31, 2022. The most frequently used antibiotics were levofloxacin (41.39 DDD/100 patient-days), ceftriaxone (33.57 DDD/100 patient-days), and meropenem (18.18 DDD/100 patient-days). The results for each AWaRe classification are Access (10.97%), Watch (86.68%), Reserve (2.35%). The DU90% segment contains 15 types of antibiotics, most of which were from third-generation cephalosporins, fluoroquinolones, and carbapenems. With these results, it is best if the antibiotic stewardship program continues to be applied to reduce the occurrence of antibiotic resistance. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ghina Syarifah
"Kusta merupakan penyakit yang menyerang sel saraf tepi dan organ tubuh dalam jangka panjang sehingga mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi dengan normal. Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit kusta. Menurut data WHO tahun 2020, Indonesia masih menjadi negara dengan kasus baru Kusta nomor 3 terbesar di dunia dengan jumlah berkisar 8% dari kasus dunia. RSUP Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit yang melayani pengobatan untuk penyakit kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan obat kusta dan sekaligus mengetahui jumlah pasien yang melakukan pengobatan selama periode Mei – Agustus 2023. Pengambilan data dilakukan dengan melihat arsip data resep fisik dan nantinya data akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia dan terapi yang digunakan serta lama pengobatannya. Terdapat 84 pasien yang mengidap kusta pada periode Mei – Agustus 2023 yang terdiri dari 26 wanita dan 58 pria dalam rentang usia anak anak hingga lansia. Jenis obat yang digunakan juga beragam dari jenis MB (multibasiller) sampai PB (pausibasiller).
Leprosy is a disease that affects the peripheral nerves and internal organs in the long term, resulting in some of the patient's body parts being unable to function normally. Leprosy is caused by the bacterium Mycobacterium leprae. Currently, Indonesia still faces various challenges in the prevention and control of leprosy. According to WHO data in 2020, Indonesia remains the third largest country in terms of new leprosy cases globally, comprising approximately 8% of worldwide cases. RSUP Fatmawati is one of the hospitals that provides treatment for leprosy. This study aims to identify the usage of leprosy drugs and simultaneously determine the number of patients undergoing treatment during the period from May to August 2023. Data collection was conducted by examining physical prescription records, which will later be categorized by gender, age, type of therapy used, and duration of treatment. There were 84 leprosy patients during the period from May to August 2023, consisting of 26 women and 58 men spanning from children to the elderly. The types of drugs used varied from multibacillary (MB) to paucibacillary (PB)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Syifa Ananda
"Evaluasi Penggunaan Obat atau EPO adalah kegiatan yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan obat dalam rangka menjamin obat yang digunakan sesuai dengan infikasi, efektif, aman, serta rasional sehingga dapat memberikan manfaat dalam rangka perbaikan pola pada penggunaan obat berkelanjutan dengan berdasarkan bukti. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk melihat ketepatan penggunaan obat yang dilakukan berdasarkan kriteria penggunaan obat, sehingga EPO yang dilakukan secara kualitatif dapat dilakukan dengan adanya evaluasi Penggunaan Obat Rasional (POR) yang merupakan upaya untuk melakukan evaluasi kerasionalan penggunaan obat di Puskesmas dengan pedoman indikator peresepan pada WHO sedangkan secara kuantiatif dilakukan dengan metode ATC/DDD dan DU90% yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan penggunaan data obat periode Juli – Desember 2021 dengan hasil yang telah memenuhi target pemerintah dengan persentase >70% dan obat-obatan yang berada pada segmen DU 90%, yaitu Kaptopril tablet 25 mg, Metformin tablet 500 mg, Parasetamol tab 500 mg, Omeprazol kapsul 20 mg, dan Asam askorbat tablet 500 mg.
Evaluation of Drug Use or EPO is an activity used to evaluate drug use in order to ensure that the drug used is in accordance with the indications, effective, safe, and rational so that it can provide benefits in order to improve patterns of sustainable drug use based on evidence. Quantitative Drug Use Evaluation (EPO) is a method used to see the accuracy of drug use which is carried out based on the criteria for drug use, so that EPO which is carried out qualitatively can be carried out with an evaluation of Rational Drug Use (POR) which is an attempt to evaluate the rationality of drug use at the Health Center with guidelines on prescribing indicators at WHO while quantitatively carried out using the ATC/DDD and DU90% methods carried out by the Kalideres District Health Center using drug data for the period July - December 2021 with results that have met the government's target with a percentage of > 70% and drugs drugs that are in the 90% DU segment, namely Captopril tablets 25 mg, Metformin tablets 500 mg, Paracetamol tablets 500 mg, Omeprazole capsules 20 mg, and Ascorbic Acid tablets 500 mg. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Raden Jacinda Yasmin Purnama Putri
"Penggunaan obat yang tidak rasional menjadi salah satu tantangan bagi negara berkembang karena tingginya jumlah kasus yang terjadi jika dibandingkan negara maju. Hal ini dapat berdampak negatif pada aspek ekonomi maupun kesehatan bagi masyarakat. WHO telah merancang indikator pelayanan pasien untuk mengidentifikasi resep dan pelayanan oleh tenaga kesehatan melalui pengadaan nilai optimum sebagai upaya untuk menjaga kerasionalan penggunaan obat. Evaluasi pelayanan obat menggunakan indikator pelayanan pasien masih jarang dilakukan di rumah sakit wilayah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelayanan obat menggunakan indikator pelayanan pasien di Klinik Umum Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara prospektif dengan metode observasi untuk waktu konsultasi medis dan penyiapan obat, pelabelan dan kesesuaian penyerahan obat serta melakukan wawancara untuk mengetahui pengetahuan pasien. Sampel diambil secara consecutive sampling yaitu 100 untuk waktu konsultasi medis dan 99 untuk aspek lainnya. Analisis data univariat menunjukkan hasil waktu konsultasi medis 12,44 ± 8,1 menit; waktu penyiapan obat 2738,79 ± 1729,3 detik; kesesuaian penyerahan obat (96,25%); pelabelan obat memadai (100%); dan pengetahuan pasien (78,78%). Kemudian, dilakukan analisis bivariat terhadap pengetahuan pasien. Uji Korelasi Spearman menunjukkan nilai p=0,111, r=0,161 (usia); uji Mann-whitney U test nilai p=0,014 (tingkat pendidikan), nilai p=0,075 (jenis kelamin). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa tidak semua aspek indikator memenuhi nilai optimum dan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan pasien, maka dari itu pelayanan pasien di Rumah Sakit Universitas Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Irrational use of drugs is one of the challenges in developing countries because of the high number of cases that occur when compared to developed countries. It can have a negative impact on economic and public health aspects. WHO has designed patient care indicators to identify prescriptions and services by health workers through the provision of optimum values in an effort to maintain rational drug use. Evaluation of drug services using patient care indicators is slightly done in Indonesia, especially in hospitals. This research was conducted to evaluate drug services using patient care indicators in the general outpatient at The University of Indonesia Hospital. It was conducted prospectively with observation for consultation and dispensing time, adequately labeled, and drugs actually dispensed also using the interview to determine patient's knowledge. Samples were taken consecutively with 100 samples for consultation time and 99 samples for other aspects. The univariate data analysis shows results for consultation time is 12,44 ± 8,1 minutes; drugs dispensing time is 2738,79 ± 1729,3 seconds; drugs actually dispensed is (96,25%); adequately labeled (100%); and patient's knowledge is (78,78%). Then, conducted bivariate analysis of patient’s knowledge. Spearman Correlation test analysis showed p=0,111, r=0,161 (age); Mann-whitney U Test showed p=0,014 (educational), p=0,075 (gender). Based on the results, it is concluded that not all aspects of indicators meet the optimum values and there was a relationship between educational level with patient's knowledge, therefore patient care at The University of Indonesia Hospital still needs to be improved."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library