Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194914 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naomi Athina
"Media digital menjadi bagian dalam kehidupan saat ini dan mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak. Durasi screen time berlebih berpotensi memunculkan masalah perilaku pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara screen time dan masalah perilaku pada anak berusia 4-6 tahun, serta memeriksa peran moderasi parental stress dalam hubungan ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik cross-sectional. Partisipan penelitian adalah 663 orang tua yang memiliki anak berusia 4-6 tahun yang mengisi serangkaian kuesioner melalui google form. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mencakup, durasiscreen time anak diukur menggunakan instrumen untuk mengukur durasi screen time, masalah perilaku, dan stres pengasuhan. Melalui uji statistik moderasi menggunakan PROCESS Hayes, ditemukan bahwa parental stress tidak memoderasi hubungan durasi screen time dan masalah perilaku. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa durasi screen time dan parental stress memiliki hubungan yang positif terhadap masalah perilaku. Di sisi lain, parental stress tidak memiliki hubungan dalam meningkatkan durasi screen time anak. Penelitian ini menegaskan kembali pentingnya mengelola durasi screen time anak dan memperhatikan faktor pengasuhan seperti durasi parental stress dalam menangani masalah perilaku pada anak.

Digital media has become an integral part of contemporary life, influencing the parent-child relationship. Excessive screen time has the potential to give rise to behavioral problems in children. This study aims to explore the relationship between screen time and behavioral problems in children aged 4-6 years, as well as to examine the moderating role of parental stress in this relationship. Employing a quantitative research method with a cross-sectional design, the study involved 663 parents of children aged 4-6 years who completed a series of questionnaires via Google Forms. The research instruments utilized instruments to measure children's duration of screen time, behavioral problems, and parental stress. Through moderation statistical tests using PROCESS Hayes, it was found that parental stress did not moderate the relationship between screen time and behavioral problems. The results also indicated a positive relationship between screen time and parental stress with behavioral problems. Conversely, parental stress did not have a significant association with increasing children's screen time. This study reaffirms the importance of managing children's screen time and considering parenting factors such as parental stress in addressing behavioral problems in children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kyana Salapani Sangadi
"Durasi screen time tinggi merupakan salah satu faktor risiko munculnya masalah perilaku pada anak usia prasekolah. Aspek yang bisa menjadi faktor protektif terhadap dampak buruk dari media adalah parental mediation. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara screen time dan masalah perilaku pada anak usia prasekolah yang dimoderasi oleh parental mediation. Partisipan merupakan 663 orang tua anak usia prasekolah yang memenuhi kriteria. Hasil menunjukkan adanya efek positif dan signifikan antara screen time dan masalah perilaku (r = 0.128, p < 0.01). Efek negatif dan signifikan ditemukan antara parental mediation terhadap masalah perilaku (r = , p < 0.01). Dimensi dari parental mediation yaitu, supervision (r = -0.25, p <0.01), activerestrictive meditation (r = -0.18, p < 0.01), dan technical restriction (r = -0.18, p < 0.01) juga memiliki hubungan yang signifikan dengan masalah perilaku. Namun, dimensi couse tidak memiliki efek signifikan terhadap masalah perilaku ( r = - 0.02, p > 0.05). Selanjutnya, parental mediation secara keseluruhan dan dimensinya tidak memoderasi secara signifikan hubungan antara durasi screen time dan masalah perilaku (p > 0.05). Penemuan dari riset ini dapat digunakan sebagai pertimbangan pembuatan panduan durasi screen time dan pengembangan strategi untuk memitigasi efek negatif dari screen time.

High screen time duration can be considered as a risk factor for the emergence of problem behaviors in preschool-aged children. One aspect that may serve as a protective factor against the negative effects of scree time is parental mediation. The aim of this research is to examine the moderating effect of parental mediation on screen time and behavior problems will also be studied in this study. Based on the results of this study, it was found that there was a positive and significant effect between screen time and behavioral problems (r = 0.128, p < 0.01). Furthermore, a negative and significant effect was found between parental mediation and problem behavior (r = -0.18, p < 0.01). Different dimensions of parental mediaiton such as supervision (r = -0.25, p <0.01), active- restrictive meditation (r = -0.18, p < 0.01), technical restriction (r = -0.18, p < 0.01) was also found to correlate negatively with problem behavior. However, co-use did not have a significant effect on behavior problems (r = -0.18, p < 0.01). There was also no significant moderating effect of parental mediation and its dimensions on the relationship between screen time and behavior problems (p > 0.05). The findings of this research can considered for creating guidelines regarding screen time duration as well as developing strategies to mitigate the negative effects of screen time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Dewianti Putri
"Pada periode transisi menjadi orang tua baru, individu seringkali dihadapkan dengan kondisi yang menimbulkan stres. Berdasarkan penelitian sebelumnya, stres yang dialami memiliki hubungan dengan well-being dari orang tua. Dengan demikian, dibutuhkan strategi yang tepat agar well-being orang tua tetap terjaga meskipun stres pengasuhan tidak dapat dihindari. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran common dyadic coping sebagai moderator dalam hubungan parenting stress dan well-being dalam periode transisi menjadi orang tua baru. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini meliputi Parental Stress Scale (PSS), The PERMA-Profiler, dan Dyadic Coping Inventory (DCI). Data diperoleh dari 342 partisipan (N perempuan = 307, M usia = 27.97, SD usia = 3.988). Hasil analisis data menggunakan Hayes PROCESS menunjukkan bahwa emotion-focused common dyadic coping dapat secara signifikan memoderasi hubungan antara parenting stress dan well-being (b=0.1529, t=3.6358, p<0.001), sedangkan problemfocused common dyadic coping tidak signifikan memoderasi hubungan antara parenting stress dan well-being (b=0.0875, t=1.9146, p>0.05). Temuan ini meningkatkan pentingnya peran dukungan dari pasangan dalam bentuk menghibur, menenangkan satu sama lain dan berkegiatan bersama untuk menjaga well-being orang tua dari dampak negatif stres pengasuhan.

During the transition period of becoming first-time parents, individuals often face stressful conditions. Previous research has shown that the stress experienced is related to the well-being of parents. Therefore, effective strategies are needed to maintain the well-being of parents even though parenting stress is inevitable. This study aims to examine the role of common dyadic coping as a moderator in the relationship between parenting stress and well-being during the transition to becoming first-time parents. The measurements used in this study include the Parental Stress Scale (PSS), The PERMA-Profiler, and the Dyadic Coping Inventory (DCI). Data were obtained from 342 participants (N female = 307, M age = 27.97, SD age = 3.988). Data analysis using Hayes PROCESS showed that emotion-focused common dyadic coping can significantly moderate the relationship between parenting stress and well-being (b=0.1529, t=3.6358, p<0.001), while problem-focused common dyadic coping does not significantly moderate the relationship between parenting stress and well-being (b=0.0875, t=1.9146, p>0.05). This finding highlights the importance of the role of support from partners in the form of comforting, consoling each other, and engaging in activities together to protect the well-being of parents from the negative impact of parenting stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arzeti Ayu Cendekia
"Penggunaan perangkat layar elektronik semakin tidak terpisahkan dalam kehidupan, terutama bagi mahasiswa keperawatan. Perangkat layar elektronik banyak digunakan oleh mahasiswa untuk mengerjakan tugas, mengakses e-book, serta menjadi sumber hiburan. Namun, tingginya screen time atau waktu yang dihabiskan untuk menatap layar elektronik dapat berpotensi dalam peningkatan stres. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan screen time dan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan di Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel penelitian 287 mahasiswa keperawatan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner self report screen time, screen dependence, dan Perceived Stress Scale (PSS-10) secara daring melalui google form. Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara screen time dengan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mungkin lebih berpengaruh terhadap tingkat stres mahasiswa keperawatan. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi faktor-faktor tersebut.

The use of electronic screen devices has become increasingly indispensable in daily life, particularly for nursing students who utilize them for completing assignments, accessing e-books, and entertainment. However, excessive screen time, or the time spent staring at electronic screens, may potentially increase stress levels. This study aims to investigate the relationship between screen time and stress levels among nursing students in Jabodetabek. A cross-sectional design was employed, involving a sample of 287 nursing students. Data were collected through online questionnaires including self-reported screen time, screen dependence, and the Perceived Stress Scale (PSS-10) using Google Forms. Data analysis was conducted using univariate and bivariate methods. The results indicated no significant relationship between screen time and stress levels among nursing students. These findings suggest that other factors may have a more substantial impact on stress levels in nursing students. Future research should explore these factors in greater detail."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Samudera
"ABSTRAK
Dalam dua dekade terakhir terjadi peningkatan dalam jumlah angka perceraian.
Implikasi dari keadaan ini adalah semakin bertambah banyaknya jumlah an^taaoggota
keluarga yang terpisah. Hal ini semakin mempersulit terbinanya sebuah
keluarga yang sehat {healty family), seperti yang menjadi tujuan dari awal perkawinan.
Penyebab dari perceraian itu sendiri tidak dapat secara pasti dapat ditentukan, namun
para ahli mengemukakan beberapa kemungk^an, dari mulai umur ketika pertama kali
menikah, umur ketika seorang ibu melahirkan anak pertama, sampai ke tingkat
pendidikan yang diambil dari kepala keluarga. Selain itu para ahli juga
mengemukakan beberapa variabel yang mempengaruhi terjadinya perceraian, mulai
dari ketidak sanggupan menengahi isu gender, perbedaan dalam pemecahan masalah
antara laki-laki dan perempuan karena penganih sosiahsasi, sampai kepada hal-hal
yang dian^p tidak masuk akal mengenai tuntutan gender secara tradisional untuk
isteri dan suami. Namun demikian satu hal yang menjadi perhatian dalam
permasalahan pada penelitian ini adalah, masyarakat pen^ut agama Islam, akan
memakai Undang-Undang Peradilan Agama (UUPA) sebagai landasan legalitas dalam
suatu perkawinan, dengan adanya klausul yang menyatakan bahwa jika pasangan
suami istri yang telah mempunyai anak bercerai, jika umur si anak belum sampai 12
tahun {mummqyi^ maka hak pengasuhan anak secara otomatis akan diserahkan ke
pihak ibu. Dengan adanya klausul ini maka secara langsung maupun tidak, fungsi si
ayah untuk mengasuh akan terhambat. Hal ini akan bertambah parah jika hubungan
yang ada tidak terbina dengan baik, sehin^ dalam banyak kasus konflik antara
mantan pasangan tersebut akan semakin besar karena berusaha untuk mendapatkan
anaknya. Apapun jenis hubungan yang ada dengan pihak mantan istri, perceraian
sendiri kerap kali dipersepsikan sebagai sesuatu yang menyakitkan, dan sangat
potensial menimbulkan stres. Stres sendiri didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai,
suatu fenomena yang terjadi saat individu mengjiadapi dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan atau situasi yang menekan dan tekanan tersebut dapat
menimbulkan ketegangan secara fisik maupun psikis, serta dapat mempengaruhi
perilakunya. Atas dasar tersebut diataslah, peneliti tertarik untuk mengetahui
gambaran sumber-sumber stres dari duda cerai, yang tidak lagi mengasuh anakanaknya,
dikarenakan adanya perintah/putusan pengadilan atau kesepakatan yang
menyerahkan pengasuhan anak kepibak ibu. Sebagai landasan teori, penulis memakai
teori proses parenting dari Belsky (1983) dengan skema model determinants of parenting
process (1893). Namun dalam penerapannya ke permasalahan dalam penelitian ini,
pembahasan dilakukan pada empat hal besar dari skema Belsky, yaitu ; marital relations,
parenting, work, dan social network. Pemusatan pembahasan kepada empat hal diatas
r^;^olrgiirlVan karena data yang diperoleh hanya cukup untuk membahas dan
menganalisa empay hal tersebut Tedebih la^ Belsky (1983) menyebutkan pada
bagian work dan social network merupakan bagian yang potensial menyebabkan stres.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah memakai
pendekatan kualitatif, dan wawancara mendalam dipilih sebagai metode dalam
penggalian data. Total responden yang berhasil diwawancarai sebanyak tiga orang,
dan dianalisa dengan cara hasil wawancara diketik verbatim, dilakukan analisa kata
kunci, dan analisa setiap subyek dan lintas subyek. Hal tersebut di atas berpatokan
pada skema proses parenting dari Belsky (1983).
Hasil analisa dari seluruh responden menyatakan penyebab terjadinya
perceraian karena adanya pihak-pihak dari luar yang menggan^ keharmonisan
mereka, selain adanya subyek yang menanggap bahwa dirinya masih mempunyai
kesulitan dengan keterikatan. Sedangkan dalam penentuan pengasuhan anak ada
pihak yang secara sadar menyerahkan ke pihak mantan istri, dengan alasan demi
kesejahteraan anak atau demi kebahagiaan mantan istri sebagai seorang ibu, ada juga
yang bertengkar dipengaddan untuk memperebutkan anaL Selain itu, kesulitan untuk
bertemu dengan anak atau dihalang-halangi untuk bertemu dengan anak atau adanya
ancaman untuk membawa kabur anak dipersepsikan oleh para ayah ini sebagai
sesuatu yang tidak menyenangjcan. Hal-hal tersebut di atas lah yang menjadi sumber
stres dari pihak duda."
1999
S2723
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Pradnyasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ekspektasi orang tua dalam memediasi hubungan antara tingkat stres orang tua dan hasil terapi pada anak. Desain penelitian ini adalah correlational study dengan melibatkan 92 partisipan, yang merupakan orang tua dari anak yang sedang mengikuti terapi psikologi dan berdomisili di Jabodetabek. Pengukuran dilakukan dengan mengadministrasikan beberapa alat ukur kepada orang tua yaitu Parent Stress Index – Short Form untuk mengukur tingkat stres orang tua, The Parent Expectancies of Treatment Scale untuk mengukur tingkat ekspektasi orang tua, dan Outcome Rating Scale untuk mengukur hasil terapi pada anak. Hasil menunjukkan bahwa hubungan tingkat stres orang tua terhadap hasil terapi tidak dimediasi oleh ekspektasi orang tua. Meskipun demikian, ditemukan bahwa tingkat stres orang tua memiliki hubungan signifikan terhadap hasil terapi.

This study was aimed to examine the role of parental expectation as mediator of the relationship between parenting stress and therapy outcome in children. The research design was correlational study, which involved 92 participants. These participants are parents of children that have been taking psychological therapy in Jabodetabek. Data were collected by administering three instruments to participants: Parent Stress Index - Short Form to measure parenting stress levels, The Parent Expectancies of Treatment Scale to measure parental expectation levels, and the Outcome Rating Scale to measure the therapy outcome in children. The results showed that parenting stress on therapy outcome is not mediated by parental expectations. However, parenting stress was shown to have a significant effect on therapy outcome."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Aulia Rahma
"Kepuasan pernikahan merupakan faktor penting dalam keberfungsian keluarga dan perkembangan anak. Akan tetapi, banyak penelitian menemukan bahwa terutama pada ibu, kepuasan pernikahan menurun drastis pada awal menjadi orangtua ketika anak berusia 0-5 tahun. Salah satu penyebab penurunan ini adalah stres pengasuhan yang diakibatkan oleh bertambahnya peran serta beban pengasuhan anak usia 0-5 tahun yang berat dan intens.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan pernikahan dan stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak berusia 0-5 tahun yang dalam pengasuhannya ikut melibatkan kakek nenek. Kepuasan pernikahan diukur menggunakan ENRICH Marital Satisfaction scale dan stres pengasuhan diukur menggunakan PSI-SF. Sebanyak 154 data partisipan di Jabodetabek telah terkumpul dengan rata-rata usia 27 tahun dan usia anak 15 bulan.
Menggunakan teknik analisa statistik korelasi Pearson didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel kepuasan pernikahan dan variabel stres pengasuhan r = -.615, p < 0.01 di mana semakin rendah kepuasan pernikahan maka semakin tinggi stres pengasuhan, dan sebaliknya. Selain itu, didapatkan pula perbedaan stres pengasuhan yang signifikan antara ibu bekerja dan tidak bekerja berdasarkan hasil analisis menggunakan independent t-test. Alasan dari temuan penelitian didiskusikan lebih lanjut berkaitan dengan keterlibatan kakek nenek dalam pengasuhan.

Marital satisfaction is one of important factors that can affect family functioning and child development. Studies found that parenting stress is one of important factors affecting individuals marital satisfaction. The current study aims to examine the correlation between marital satisfaction and parenting stress of mothers whose first childs age ranging from 0-5 years old that coresident with grandparents.
In this study, the marital satisfaction variable was measured using ENRICH Marital Satisfaction scale and parenting stress variable was measured using PSI SF. Pearson correlation was done to analyze data of 154 participants age mean 27 years old, childs age mean 15 months.
The result shows that there are negatively significant correlation between marital satisfaction and parenting stress r .615, p 0.01, which means that mothers high marital satisfaction is associated with low parenting stress, and vice versa. This study also found that employed mother scored lower in parenting stress in comparison to stay at home mother using independent test technique. Explanations of current result related with grandparenting were discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Riandinar Djati
"ABSTRAK
Ibu yang berasal dari keluarga miskin sangat rentan mengalami stres, baik stres yang dialami karena keterbatasan ekonomi maupun stres yang disebabkan karena mengasuh anak. Stres yang dialami ibu, terutama stres yang terkait dalam pengasuhan (parenting stress) seringkali membawa dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang disebabkan oleh tingginya parenting stress adalah dysfunctional parenting. Hubungan negatif antara parenting stress dan dysfunctional parenting dapat dimoderasi oleh satu faktor protektif, yaitu dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parenting stress dan dysfunctional parenting serta efek moderasi dari dukungan sosial pada hubungan parenting stress dan dysfunctional parenting pada populasi ibu dari keluarga miskin. Penelitian ini dilakukan pada 113 partisipan yang berasal dari populasi keluarga miskin yang memiliki anak berusia 3-5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukannya peran moderasi dari dukungan sosial.

ABSTRACT
Mothers who live in poverty are vulnerable to parenting stress, which is caused by economic condition or child-rearing experience. Mothers who experience parenting stress will have negative impacts. One of the negative impacts of parenting stress is dysfunctional parenting. The relationship between parenting stress and dysfunctional parenting can be moderated by social support, which is our aim of study. This study conducted on 111 mothers living in poverty who had children aged 3-5 years. Result shows that parenting stress could predict dysfunctional parenting while there is no moderating effect of social support."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivian Agatha Lukman
"Latar Belakang: Adanya penerapan berbagai kebijakan sebagai upaya untuk mencegah penularan dan penyebaran virus corona membuat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan, dimana hal ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan durasi screen time yang dapat memengaruhi stres mahasiswa kedokteran gigi. Belum ada penelitian yang mengkaji kaitan antara durasi screen time dengan stres pada mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara durasi screen time dengan stres pada mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap durasi screen time dan stres.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 270 mahasiswa Program Pendidikan Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner screen time dan Perceived Stress Scale 10 (PSS-10) versi bahasa Indonesia secara daring melalui google form.
Hasil Penelitian: Uji Chi-Square menunjukkan durasi screen time memiliki hubungan bermakna dengan stres pada mahasiswa kedokteran gigi selama pandemi Covid-19 (p=0.012). Uji Chi-Square menunjukkan jenis kelamin tidak memiliki hubungan bermakna baik dengan durasi screen time (p=0.282) maupun stres (p=0.103).
Kesimpulan: Tedapat hubungan antara durasi screen time dengan stres pada mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19. Namun tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan dengan durasi screen time maupun dengan stres.

Background: The implementation of various policy to prevent the transmission and spread of the corona virus makes someone spend more time indoors, where this can lead to an increase in screen time duration which can affect the stress of dental students. There has been no research examining the relationship between screen time duration and stress in dental students at the University of Indonesia during the Covid-19 pandemic.
Objectives: The aim of this study is to asses the relationship between screen time duration and stress in dental students at the University of Indonesia during the Covid-19 pandemic. This study also aims to asses the influence of gender to the duration of screen time and stress.
Method: Cross-sectional study was conducted on 270 pre-clinical year students of Faculty of Dentistry, Universtas Indonesia. Screen time duration was evaluated using screen time questionnaire and stress was evaluated using Perceived Stress Scale 10 (PSS-10) Indonesian version questionnaire. Retrieval of data using questionnaires distributed and collected online.
Result: The Chi-Square test showed that screen time duration had a significant relationship with stress in dental students during Covid-19 pandemic (p=0.012). Chi-Square test also showed that gender didn’t have a significant relationship with screen time duration (p=0.282) as well as stress (p=0.103).
Conclusion: This study shows that there was a relationship between screen time duration and stress in dental students during Covid-19 pandemic. However, no relationship was found between gender and screen time duration as well as stress.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisantia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara cinta dan kepuasan perkawinan pada individu yang pertama kali menjadi orangtua. Sebanyak 62 partisipan diminta untuk mengisi kuesioner cinta (Sternberg’s Triangular Love Scale) dan kepuasan perkawinan (Fowers & Olson’s ENRICH Marital Satisfaction Scale). Pada penelitian ini, partisipan ditemukan memiliki cinta dan kepuasan perkawinan yang tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara cinta dan kepuasan perkawinan (r = 567, p < .01). Hal ini berarti semakin tinggi cinta, maka semakin tinggi pula kepuasan perkawinan pada individu yang pertama kali menjadi orangtua.

The aim of this research was to examine the relationship between love and marital satisfaction in first-time parent. A total of 62 participants were asked to complete questionnaires on love (Sternberg’s Triangular Love Scale) and marital satisfaction (Fowers & Olson’s Marital Satisfaction). In this research, participants were found to have high love and marital satisfaction. The result also indicates a positive and significant relationship between love and marital satisfaction (r = 567, p < .01). This means that the higher the love, the higher the marital satisfaction in first-time parent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>