Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elisa Sonoyati
"Strategi penanggulangan TBC di Indonesia telah berlangsung lama dan permasalahan TBC semakin kompleks dengan tantangan baru. Dalam penemuan kasus, komunitas memainkan peran penting dengan pendampingan pasien selama berobat. Diperlukan sistem jejaring dan penguatan data base melalui inovasi kecamatan Bebas TBC atau KEBAS TBC. Tujuan penelitian ini untuk melakukan Analisis Implementasi Kebijakan KEBAS TBC dengan Tingkat keberhasilan program TBC di Kota Bekasi 2023. Desain dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian Non eksperimental, kualitatif wawancara mendalam dengan semi terstruktur kepada pemangku jabatan, puskesmas dan kader di wilayah kecamatan. Peneliti telah melakukan proses pengambilan data primer dengan melakukan wawancara mendalam. Strategi untuk mewujudkan kecamatan bebas Tuberkulosis dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui 5T.  Ukuran dan tujuan dari kebijakan tercantum didalam Peraturan Walikota No 64.A tahun 2020 tentang strategi peningkatan pemberdayaan Masyarakat. Kerjasama lintas sektoral sebagai dasar penanggulangan TBC menjadi tanggung jawab bersama. Alokasi anggaran khusus diperuntukan bagi Dinas Kesehatan yang berfungsi sebagai promotif, preventif, dan kuratif dengan sumber dana APBD, DAK Non Fisik dan Global Fund. Kinerja implementasi Kebijakan adalah capaian target TBC menurut Standar Pelayanan Minimal, kemampuan petugas puskesmas dan kader sudah baik. Beberapa Organisasi menilai bahwa kegiatan masih tanggung jawab Dinas Kesehatan dan bersifat seremonial.  Akses layanan Kesehatan sudah semakin mudah.  Kondisi ekonomi, perilaku sosial dan pengetahuan berperan dalam penanggulangan TB. Implementasi Kebijakan Kecamatan Bebas TBC sudah berjalan dengan komitmen dan dukungan pemerintah daerah sehingga akses layanan menjadi mudah, koordinasi dan Kerjasama lintas sektoral baik. Saat ini diperlukan optimalisasi dari masing-masing pemangku jabatan dan tindak lanjut dari kebijakan tersebut.

The TB control strategy in Indonesia has been going on for a long time and the TB problem is getting more complex with new challenges. In case, The role of the community is very important in finding cases, accompanying patients during treatment. A network system and strengthening the data base are needed through the innovation of TBC-Free sub-districts or KEBAS TB. Purpose for this research is conducting an Analysis of the Implementation of the KEBAS TBC Policy with the Success Rate of the TB program in Bekasi City in 2023. Research Design Non-experimental, qualitative research of in-depth and semi-structured interviews with public officer , health centers and cadres in the sub-district area. The researcher has carried out the process of taking primary data by conducting in-depth interviews. Strategy to realize a Tuberculosis-free sub-district by increasing community empowerment through 5T.  The size and objectives of the policy are listed in Mayor Regulation No. 64.A of 2020 concerning strategies to increase community empowerment.   Cross-sectoral cooperation as the basis for TB control is a shared responsibility. The special budget allocation is intended for the Health Office which functions as promotive, preventive, and curative with sources of funds from the Regional Revenue and Expenditure Budget, Non-Physical special allocation fund and Global Fund. The performance of the implementation of the Policy is the achievement of the TB target according to the Minimum Service Standards, the ability of health center officers and cadres is good. Several organizations consider that activities are still the responsibility of the Health Office and are ceremonial.  Access to health services has become easier.  Economic conditions, social behavior and knowledge play a role in TB control. The implementation of the TB-Free District Policy has been running with the commitment and support of the local government so that access to services is easy, coordination and cross-sectoral cooperation are good. Currently, optimization is needed from each position holder and follow-up of the policy."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Kiranti
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang berakibat fatal jika tidak segera disembuhkan. Pada tahun 2022 tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis Provinsi DKI Jakarta sebesar 81% sedangkan target nasional sebesar 90%. Untuk meningkatkan cakupan keberhasilan pengobatan diperlukan upaya penanggulangan tuberkulosis. Agar upaya penanggulangan tuberkulosis berjalan efektif dan efisien, maka perlu manajemen program yang tepat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manajemen program penanggulangan tuberkulosis di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling yaitu menentukan informan yang dapat memberikan informasi atau data dengan mempertimbangkan aspek kesesuaian dan kecukupan mengenai masalah yang diteliti. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dengan wawancara bersama berbagai macam informan dan triangulasi metode dengan telaah dokumen serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam manajemen program penanggulangan tuberkulosis, terdapat permasalahan diantaranya yaitu keterbatasan kader untuk melakukan investigasi kontak, terbatasnya tenaga pencatatan dan pelaporan pada fasyankes, masih terdapat fasyankes melaksanakan diagnosis TB tidak sesuai standar, belum terintegrasinya SITB dengan SITK, dan masih terbatasnya layanan untuk TB-RO. Untuk sarana dan prasarana telah tersedia dengan baik dan cukup. Saran yang dapat diberikan yaitu mengoptimalkan peran kader untuk melakukan investigasi kontak, menyediakan tenaga pencatatan dan pelaporan selain perawat dan tenaga yang bertugas dalam layanan TB di fasyankes, menyebarkan informasi terbaru kepada fasyankes melalui sosialiasi, segera mengintegrasikan SITB dengan SITK dan melakukan koordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta untuk membuka layanan TB-RO.

Tuberculosis is one of the infectious diseases that is fatal if not cured immediately. In 2022, the success rate of tuberculosis treatment in DKI Jakarta Province is 81%, while the national target is 90%. To increase the scope of successful treatment, efforts to overcome tuberculosis are needed. In order for tuberculosis control efforts to run effectively and efficiently, proper program management is needed. Therefore, this study aims to determine the management picture of tuberculosis control programs at the DKI Jakarta Provincial Health Office. The type of research used in this research is qualitative with in-depth interview methods, observation and document review. Determination of informants using purposive sampling techniques, namely determining informants who can provide information or data by considering aspects of suitability and adequacy regarding the problem under study. Data validation using source triangulation by interviewing various informants and method triangulation with document review and observation. The results showed that in the management of the tuberculosis control program, there are problems including limited cadres to conduct contact investigations, limited recording and reporting personnel at health facilities, there are still health facilities carrying out TB diagnosis not according to standards, not yet integrated SITB with SITK, and still limited services for MDR-TB (multidrug-resistant tuberculosis). For facilities and infrastructure aspects are well and adequately available. Suggestions that can be given are optimizing the role of cadres to conduct contact investigations, providing recording and reporting personnel in addition to nurses and personnel on duty in TB services at health facilities, disseminating the latest information to health facilities through socialization, immediately integrating SITB with SITK and also coordinating with private health service facilities to open MDR-TB services."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah Nurhaqqi
"Investigasi Kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TB untuk menemukan terduga TB. Puskesmas Cirimekar turut melaksanakan IK dengan meminta seluruh kontak serumah pasien TB BTA (+) dan BTA (-) untuk melakukan pemeriksaan dahak secara gratis di puskesmas. Puskesmas memberikan kemudahan dengan menitipkan pot dahak untuk kontak serumah melalui pasien. Namun kemudahan tersebut belum bisa menjangkau seluruh kontak serumah untuk melaksanakan IK. Hal ini diduga disebabkan adanya stigma asosiasi yaitu seseorang mendapatkan stigma berdasarkan pergaulannya dengan individu lain yang mengalami stigma. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan dengan wawancara mendalam pada keluarga pasien TB, pasien TB, dokter, perawat serta Kepala Puskesmas pada bulan Juni 2024. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis stigma asosiasi yang menghambat pelaksanaan investigasi kontak TB pada anggota keluarga pasien TB di wilayah kerja Puskesmas Cirimekar dan evaluasi untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program dengan menggunakan kerangka kerja Reach, Effectiveness, Adoption, Implementation, Maintenance (RE-AIM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan IK di Puskesmas Cirimekar masih belum efektif ditinjau dari jangkauan, efektivitas, adopsi, implementasi dan pemeliharaan. Dalam penelitian ini terdapat stigma asosiasi yang dirasakan oleh keluarga pasien TB namun faktor yang lebih dominan sebagai penghambat IK yaitu kurangnya pengetahuan keluarga pasien TB tentang penyakit TB.

Contact Investigation (CI) is a tracking and investigation activity aimed at individuals who have had contact with TB patients to identify suspected TB cases. Puskesmas Cirimekar is also conducting CI by requesting all household contacts of TB patients (both smear-positive and smear-negative) to undergo free sputum examination at the health center. The health center facilitates by collecting sputum samples from household contacts through the patients, but this convenience has not reached all household contacts to participate in the CI. This is thought to be due to association stigma, namely that someone gets stigma based on their association with other individuals who experience stigma. This is a qualitative study with a case study approach conducted through in-depth interviews with TB patients' families, TB patients, doctors, nurses, and the head of the health center in June 2024. The objective of this research is to analyze the association stigma that hinders the implementation of TB contact investigations among family members of TB patients in the Cirimekar Community Health Center working area and evaluation to determine the effectiveness of program implementation using the Reach, Effectiveness, Adoption, Implementation, Maintenance (RE-AIM) framework. The research results indicate that the implementation of CI at Puskesmas Cirimekar is still ineffective in terms of reach, effectiveness, adoption, implementation, and maintenance. In this study, there is a perceive association stigma experienced by TB patients families, but the dominant inhibiting factor in seeking treatment is the lack of knowledge of the TB patient's family about TB."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Fadila
"Tuberkulosis (TB) Paru merupakan salah satu penyakit penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2020 penyakit TB menempati peringkat kedua penyebab utama kematian akibat infeksi agen tunggal. Infeksi TB pada anak masih menjadi salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas sehingga dibutuhkan tindakan preventif dan promotif yang tepat untuk menurunkan angka insiden TB salah satunya dengan mengevaluasi faktor-faktor risiko kejadian TB paru pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB paru pada anak di Kota Bekasi tahun 2022. Penelitian ini menggunakan studi kasus-kontrol dengan sampel 135 kasus dan 135 kontrol yang diambil berdasarkan data SITB Kota Bekasi. Variabel yang diteliti antara lain usia, jenis kelamin, status gizi, status vaksinasi BCG, riwayat kontak serumah dengan penderita TB, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, kepadatan hunian, ventilasi rumah, dan sumber pencahayaan. Hasil penelitian berdasarkan analisis multivariat menunjukkan faktor risiko usia 0 - ≤5 tahun (OR 2,27; 95% CI: 1,22-4,22), status vaksinasi BCG negatif (OR 7,96; 95% CI: 2,02-31,40), status gizi kurang (OR 13,24; 95% CI: 5,44-32,22), riwayat kontak TB serumah lebih dari 4 minggu (OR 4,52; 95% CI: 2,41-8,48), dan pencahayaan rumah tidak memenuhi syarat (OR 2,39; 95% CI: 1,17-4,84) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB paru pada anak di Kota Bekasi tahun 2022.

Tuberculosis (TB) is one of the main causes of morbidity and mortality in worldwide. In 2020 TB disease is the second leading cause of death due to single agent infection. TB infection in children is still one of the causes of mortality and morbidity, so appropriate preventive and promotive measures are needed to reduce the incidence of TB, one of which is by evaluating the risk factors for pulmonary TB in children. The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of pulmonary TB in children in Bekasi City in 2022. This study used a case-control study with a sample of 135 cases and 135 controls taken based on SITB from Bekasi City. The variables studied included age, gender, nutritional status, BCG immunization status, history of household contact with TB, parents' education level, parents' occupation, occupancy density, house ventilation, and lighting sources. The results of the study based on multivariate analysis showed that the risk factors were age 0 - ≤5 years (OR 2,27; 95% CI: 1,22-4,22), negative BCG immunization status (OR 7,96; 95% CI: 2,02-31,40), malnutrition status (OR 13,24; 95% CI: 5,44-32,22), history of contact with TB in the household for more than 4 weeks (OR 4,52; 95% CI: 2,41-8,48), and house lighting not requirements (OR 2,39; 95% CI: 1,17-4,84) has a significant relationship with the incidence of pulmonary TB in children in Bekasi City in 2022."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Kadek Ratih Prisma Laksmi
"ABSTRAK
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, DKI Jakarta memiliki prevalensi paru-paru tertinggi Tuberkulosis di antara provinsi lain di Indonesia yaitu 0,06%. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati gambaran umum pelaksanaan program pengendalian Tuberkulosis di Mampang Puskesmas Kecamatan Prapatan 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode wawancara mendalam kepada informan yang terkait dengan kontrol Tuberkulosis Program di Puskesmas Mampang Prapatan 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi penemuan pasien TB telah dilakukan oleh TB karyawan secara pasif atau aktif, seperti kegiatan konseling, penyaringan pasien dengan
investigasi kontak rumah, skrining pasien dengan gejala Tuberkulosis. Itu kegiatan pengobatan untuk TBC dilakukan setelah pemeriksaan dahak, diagnosis dan pengobatan OAT dengan dosis yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan selama pengendalian perawatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pengendalian TB Program telah dilakukan melalui beberapa cara dan sumber daya yang memadai. Itu
kesadaran dan stigma di masyarakat menjadi tantangan dalam melakukan pasien TB ' penemuan dan perawatan TBC.

ABSTRACT
Based on the results of Riskesdas 2013, DKI Jakarta has the highest lung prevalence of Tuberculosis among other provinces in Indonesia, which is 0.06%. This study aims to observe an overview of the implementation of the Tuberculosis control program in Mampang Puskesmas Prapatan District 2018. This study uses a qualitative approach, with in-depth interviews with informants related to Tuberculosis Program control at the Mampang Prapatan Puskesmas 2018. The results of this study indicate that the implementation of patient discovery TB has been done by TB employees passively or actively, such as counseling activities, screening patients with home contact investigations, screening of patients with symptoms of tuberculosis. The treatment activities for tuberculosis are carried out after sputum examination, diagnosis and treatment of OAT at a dosage that is appropriate to the patient's needs and during care control. The conclusion of this study is that the application of the TB control program has been carried out through several means and adequate resources. That
awareness and stigma in the community become a challenge in conducting TB patients' discovery and treatment of tuberculosis.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ardhani
"Tuberkulosis (TB) saat ini masih menjadi global burden disease. Indonesia memiliki jumlah penderita TB terbanyak kedua di dunia dengan notifikasi kasus yang masih rendah, ini menandakan bahwa keterlibatan rumah sakit dalam program TB masih rendah salah satunya adalah rumah sakit khusus gigi dan mulut. Padahal tindakan perawatan gigi dan mulut memiliki risiko infeksi yang tinggi dan setidaknya terdapat lebih dari 15% pasien TB yang memiliki masalah gigi dan mulut. RSGM UGM Prof. Soedomo merupakan salah satu RS khusus dengan angka penemuan kasus yang rendah. Tujun Penelitian : Evaluasi program penanggulangan tuberkulosis di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Gadjah Mada Prof. Soedomo Tahun 2023 yang dilihat dari komponen input, proses, dan output. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data akan diperoleh dengan wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi di RSGM UGM Prof. Soedomo. Informan berjumlah 9 dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil : Komponen program TB mulai dari komponen input RS (SDM, sarana – prasarana, pembiayaan, sistem informasi, jejaring dan kemitraan), dan komponen proses (promosi kesehatan, surveilans, pengendalian faktor risiko, penemuan kasus) serta monitoring dan evaluasi sudah dijalankan sesuai dengan regulasi yang ada tetapi terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki seperti pada pemanfaatan klinik isolasi dan bilik dahak yang jarang terpakai, mencegah keterlambatan pelaporan kasus TB ke aplikasi SITB, memperbaharui poster TB yang sudah lama, leaflet TB yang sudah habis dapat diisi kembali, monitor TV agar dapat dihidupkan setiap hari, dan kegiatan monitoring dan evaluasi TB yang belum dijalankan secara rutin. Komponen output yang hanya dilihat dari angka penemuan kasus masih berada dibawah target yang ditetapkan yaitu 0 (zero), ini disebabkan oleh tidak adanya pasien suspek TB yang datang ke RS mengingat RS merupakan RS Khusus Gigi dan Mulut. Kesimpulan : Seluruh komponen input, proses, dan output program TB RSGM UGM telah dijalankan sesuai dengan regulasi yang ada tetapi masih dapat dimaksimalkan.

Tuberculosis (TB) is currently still a global burden disease. Indonesia has the second highest number of TB sufferers in the world with case notifications which are still low, this indicates that hospital involvement in the TB program is still low, one of which is a special dental and oral hospital. However, dental and oral care procedures have a high risk of infection and at least more than 15% of TB patients have dental and oral problems. RSGM UGM Prof. Soedomo is a special hospital with a low case discovery rate. Research Aim: Evaluation of the tuberculosis control program at the Dental and Oral Hospital, Gadjah Mada University, Prof. Soedomo in 2023 as seen from the input, process and output components. Method: This research uses qualitative methods with a case study approach. Data will be obtained by in-depth interviews, document review, and observations at RSGM UGM Prof. Soedomo. Nine informants were selected using purposive sampling technique. Results: TB program components starting from hospital input components (HR, facilities, financing, information systems, networks and partnerships), and process components (health promotion, surveillance, risk factor control, case finding) as well as monitoring and evaluation have been carried out in accordance with existing regulations but there are several things that need to be improved, such as the use of isolation clinics and sputum chambers which are rarely used, preventing delays in reporting TB cases to the SITB application, renewing old TB posters, TB leaflets that have run out can be refilled, turn on the TV monitors every day, and TB monitoring and evaluation activities that are not yet carried out routinely. The output component which is only seen from the case discovery rate is still below the set target, namely 0 (zero), this is caused by the absence of suspected TB patients coming to the hospital considering that the hospital is a special dental and oral hospital. Conclusion: All input, process and output components of the UGM RSGM TB program have been carried out in accordance with existing regulations but can still be maximized."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hendaryo
"Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Beberapa keadaan diduga merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam meningkatnya infeksi TBC pada saat ini, antara memburuknya kondisi sosial ekonorni, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal, meningkatnya infeksi HIV, daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang meningkat. (Kardiana, 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mutu pelayanan program TB di Puskesmas terhadap tingkat keberhasilan program TB di Kabupaten Ciamis tahun 2007. Desain penelitian adalah kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap petugas yang berkaitan langsung dengan program, diskusi kelompok terarah dengan masyarakat pengguna pelayanan dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukan pada kelompok Puskesmas yang berhasil dalam peneapaian program penanggulangan TB, pelak.sanaan kegiatan melibatkan seluruh petugas dan sumber daya yang ada di Puskesmas. Sedangkan pada kelompok Puskesmas yang belurn berhasil dalam pencapaian program penangguIangan TB, belum terjalin kerja sama baik lintas program .dan lintas sektor serta belum adanya kepedulian dari seluruh staf Puskesmas terhadap program.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya kepedulian petugas dan karyawan Puskesmas terhadap program, peran aktif dokter terhadap program, peningkatan frekuensi penyuluhan dan sosialisasi program di lintas sektor, pemberian pelayanan yang bermutu sesuai standar dengan mengutamakan kepuasaxi pasien sebagai pelanggan ekstemal dalam pelayanan kesehatan, adanya pembinaan dan pertemuan rutin dari Dinas Kesehatan pengahargaan terhadap prestasi kerja.

Amount of TBC paru patient from year to year in Indonesia increasing. Some situation anticipated to represent factor playing a part important in the increasing of TBC infection at the moment, for example: deteriorating it condition of social economic, not yet is optimal of service facility of health society, the increasing of amount of resident which don't have residence, the increasing of HIV infection, weak body endurance/ downhill, germ amount and virulence which mounting. (Kardiana, 2007).
This research aim to to know picture quality of TB program service in Puskesmas to level efficacy of TB program in Sub-Province Ciamis year 2007. Research Design is qualitative by conducting interview to direct interconnected officer with program, directional group discussion with service consumer society and document study. Research place conducted by in four Self-Supporting Puskesmas Executor (PPM) in TB program with selection of research place in two a success Puskesrnas in attainment of Puskesmas and program which not yet succeeded in attainment of program.
Result of research show of a success Puskesmas group in attainment of TB overcome program, activity execution entangle entire resource and officer exist in Puskesmas, existence the same of activity pass by quickly program and pass by quickly good sector. While at Puskesmas group which not yet succeeded in attainment of TB overcome program not yet intertwined the same of activity the goodness pass by quickly program and pass by quickly sector.
Recommendation in this research the existence of officer caring and Puskesmas employees to program, active the role of doctor on the program, the improving make-up of counseling frequency pass by quickly sector socialization, giving of certifiable service according to standard by majoring satisfaction of patient as the external client in health service, existence of routine meeting and construction from Public Health Service appreciation and reward to the achievement activity.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Budijono
"Tuberculosis (TB) sampai hari ini masih menjadi masalah dunia terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak tahun 1993, WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa TB sebagai Global Emergency (kedaruratan umum). Pada tahun 2000, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) merespon dengan mengeluarkan resolusi PBB tentang Deklarasi Millenium. Tahun 2005, Indonesia resmi mengadopsi MDG?s (Millenium Development Goal?s) sebagai arah pembangunan nasional dan menetapkan TB sebagai prioritas penanggulangan penyakit infeksi dan penyakit menular.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan model manajemen penyakit TB paru berbasis wilayah Kota Bekasi tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan hasil penderita TB BTA (+) laki-laki 62%, Wanita 38%, kelompok umur penderita terbanyak (25-34 tahun) 28%, kelompok umur anak (0-14 tahun) 12%, kelompok pelajar (5-24 tahun) 30%, kelompok umur produktif (25-55 tahun) 85,33%, kelompok lansia (>55 tahun) 9,34%, status imunisasi BCG 6% dan status tidak imunisasi BCG 94%. Kondisi lingkungan fisik rumah penderita TB paru BTA (+) tidak memenuhi syarat sehat, meliputi suhu 72,33%, kelembaban 82,67%, pencahayaan 82%, ventilasi 69,33% dan lantai rumah 38%. Sangat perlu dilakukan tindakan penanggulangan untuk memutuskan rantai penularan TB secara integrated dengan melibatkan lintas sektor dan lintar program untuk perbaikan fisik rumah penderita seperti Dinas Tata Kota, PNPM, Kecamatan dan Kelurahan, serta ibu-ibu PKK untuk penggiatan posyandu.dan menambah faktor risiko lingkungan fisik rumah penderita pada formulir TB.01.

Tuberculosis (TB) shall today still become the world problem especially at developing countries including Indonesia. Since year of 1993, WHO ( World Health Organization) please express that TB as Global Emergency. In the year 2000, United Nations response by the resolution PBB concerning Deklarasi Millenium. Year of 2005, Indonesia begin to adopt MDG's ( Millenium Development Goal's) as national development direction and specify TB as priority prevention disease of contagion and infection.
Purpose of research is to get the disease management model TB paru base on the region Kota Bekasi year of 2012. This research is research descriptif with patient result TB BTA (+) men of 62%, Woman of 38%, of old age group of patient many ( 25-34 year) 28%, of old age group [of] child ( 0-14 year) 12%, student group ( 5-24 year) 30%, productive of old age group ( 25-55 year) 85,33%, group lansia (> 55 year) 9,34%, status immunize BCG 6% and status don't immunize BCG 94%. Environmental condition of patient house physical TB paru BTA (+) healthy ineligibility, cover the temperature of 72,33%, dampness of 82,67%, illumination of 82%, ventilation of 69,33% and house floor of 38%. Is very needed to conduct action preventife to decide to enchain the infection TB integratedly by entangling to pass by quickly the sector and pass by quickly program for the repair of patient house physical be like Dinas Tata Kota, PNPM, Kecamatan and Kelurahan, and also mothers PKK for animation posyandu."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31251
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zatalini Zahra Irawan
"Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit infeksius yang menyebabkan kematian terbesar di dunia yang berasal dari satu agen infeksius. Prevalensi TB di Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di dunia menempati posisi lima tertinggi. Kompleksitas penularan TB, kepadatan penduduk, dan kemiskinan menjadi salah satu faktor penghambat untuk memutus rantai penyebaran TB di Indonesia. Dibutuhkan penanganan dari tenaga professional yang beragam untuk dapat menangangi permasalahan TB yang kompleks di Indonesia.
Pada penelitian sebelumnya telah ditemukan bahwa kolaborasi antarprofesi terbukti menunjukan hasil yang baik pada berbagai layanan kesehatan. WHO juga menyatakan adanya keterkaitan antara kolaborasi antarprofesi dengan penyelenggaraan program penanggulangan penyakit infeksius yang lebih baik. Maka dari itu, pendekatan kolaborasi antarprofesi tenaga kesehatan diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk memutus rantai penularan TB di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kolaborasi antarprofesi dengan kesuksesan program penanggulangan TB di Puskesmas sebagai salah satu layanan kesehatan primer di Indonesia. Penelitian dilakukan di 34 Puskesmas di Kota Depok dengan responden tenaga kesehatan yang tergabung dalam tim penanggulangan TB di Puskesmas  yaitu dokter, perawat/petugas TB, dan analis laboratorium. Desain penelitian menggunakan pendekatan potong lintang dengan sampel sebesar 95 responden (total sampling). Hasil uji chi square menunjukan adanya hubungan antara kolaborasi antarprofesi dengan kesuksesan program penanggulangan TB (p value: 0,003; OR: 3,518; 95% CI: 1,511-8,195).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kolaborasi antarprofesi memiliki pengaruh positif pada penyelenggaraan program penanggulangan TB di Puskesmas Kota Depok. Kolaborasi Antarprofesi diharapkan dapat diterapkan dalam berbagai setting kesehatan oleh berbagai tenaga kesehatan agar dapat tercipta pelayanan kesehatan yang lebih baik yang berorientasi pada pasien.

Tuberculosis (TB) is one of the most infectious disease in the world caused by a single infectious agent. Indonesia’s prevalence of TB is amongst the highest ranking the top five in the world. Breaking the chain of TB transmission in Indonesia is still a complex challenge with the high population density and poverty. Various professionals contribution is needed to solve the complex dynamic of TB problem in Indonesia.
From previous researches, it has been proven that interprofessional collaboration results in a positive implementation of various healthcare services. WHO has also stated a positive link between interprofessional collaboration and infectious prevention programs. Interprofessional collaboration approach towards Indonesia’s TB problem is expected to be a solution.
This research aim to identify relationship between interprofessional collaboration and tuberculosis program success in public health center as one of Indonesia’s primary healthcare facility. The research is done in 34 public health centers in Depok City on healthcare providers that contribute in a TB collaboration team including doctor, nurse, and laboratorium analyst. The research design used was cross-sectional design on 95 respondents (total sampling). The result of the chi square test shows that there is a significant relationship between interprofessional collaboration and tuberculosis progam success (p value: 0,003; OR: 3,518; 95% CI: 1,511-8,195).
Based on this result, it can be concluded that interprofessional collaboration has a positive impact on tuberculosis prevention programs in Depok City public health centers. Awareness of interprofessional collaboration importance in creating a better patient-centered health services is hope to rise amongst stake holders such as government, educational institutions, health care centers, and healthcare provider to tackle the challenges of overcoming TB in Indonesia.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Jamiliani
"Menurut WHO, tahun 2013, Indonesia merupakan negara ketiga yang paling banyak pengidap TB dengan angka insiden 185 per 100.000 penduduk dan angka kematian sebesar 27 per 100.000 penduduk. Berdasarkan laporan perkembangan TB di Indonesia Januari s.d. Juni 2011 angka penemuan pasien baru TB (case detection rate/CDR) pada tahun 2010 tercatat 8 provinsi yang mencapai target CDR 70%, salah satunya adalah Provinsi Banten. Kota Tangerang adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Banten dengan pencapaian CDR pada tahun 2010 hanya sebesar 68,2%. Tercatat di Puskesmas Karawaci Baru pencapaian CDR tahun 2010 hanya sebesar 55%, bahkan pada tahun 2014 hanya sebesar 29%. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan cakupan penemuan pasien TB didapatkan sebesar 68,4% tahu mengenai penyakit TB, 27,8% cukup tahu mengenai TB, dan 3,8% kurang tahu mengenai TB. Berdasarkan uji statistik, tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara nilai pengetahuan dengan temuan suspek sehingga diperlukan faktor lain untuk meningkatkan cakupan penemuan TB, seperti tingkat kesadaran dan perilaku mencari layanan kesehatan.

According to WHO, in 2013, Indonesia is the third country with TB sufferers accounted 185 incidence rate per 100,000 population and a mortality rate of 27 per 100,000 population. Based on the progress report of TB in Indonesia from January to June 2011, the discovery rate of new TB patients (case detection rate / CDR) in 2010 listed eight provinces achieve the target of 70% CDR, one of which is the Banten Province. Tangerang city is one of the city located in the Banten Province with the achievement of CDR in 2010 only amounted to 68.2%. Recorded in Puskesmas Karawaci baru, attainment CDR in 2010 was only amounted to 55%, even in 2014 only by 29%. The level of knowledge is one factor that can increase the coverage obtained by the discovery of the TB patients 68.4% know about TB disease, 27.8% know enough about TB, and 3.8% less know about TB. Based on statistical test, there was not a significant relationship between the value of knowledge and the findings (suspected) so that other factors are required to increase the coverage of TB, such as the level of awareness and health services seeking behavior."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>