Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156212 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuke Ardiaria Finola Ivani
"Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak dialami oleh populasi di dunia. DM tipe 2 yang tidak tertangani dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya seperti ulkus diabetes, penyakit jantung, gagal ginjal, katarak, dll. Modifikasi perilaku diperlukan pada penderita diabetes agar dapat mengadaptasi kebiasaan baru sebab manajemen diabetes membutuhkan konsistensi dalam pelaksanaannya. Tujuan pelaksanaan studi kasus berbasis bukti (evidence based case report) pada karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran hasil adaptasi metode PATUH sebagai manajemen diabetes melalui intervensi modifikasi perilaku. Pada pelaksanaannya, dukungan keluarga dalam perawatan klien merupakan komponen penting dan diukur dengan kuesioner dukungan keluarga. Intervensi modifikasi perilaku dilakukan selama 4 minggu dan dalam setiap pertemuannya dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu. Namun, hasil pemeriksaan gula darah masih tidak stabil yang diperkirakan diakibatkan oleh ketidakteraturan minum obat. Walaupun begitu, adaptasi perilaku positif ditunjukkan oleh klien utamanya terkait manajemen diet dan partisipasi olahraga. Penelitian lebih lanjut mengenai efek olahraga rutin jangka panjang pada kadar gula darah penderita DM tipe 2 dapat dilakukan untuk merancang intervensi keperawatan yang efektif.
Type 2 diabetes mellitus (DM) is a prevalent health concern affecting numerous global populations. Untreated type 2 DM can lead to a range of comorbidities, including diabetic ulcers, cardiovascular disease, kidney failure, cataracts, and others. For individuals with diabetes, behavioral modification is essential to facilitate the adoption of new habits, as diabetes management necessitates consistency in implementation. The objective of this scientific work is to provide an overview of the results of the adaptation of the PATUH method as a diabetes management approach through behavior modification interventions. In its implementation, family support in client care is an important component, and this is measured by a Family Support Questionnaire. The behavior modification intervention was carried out for four weeks, with a blood glucose test conducted in each meeting. However, the results of the blood sugar checks remained erratic, which was presumed to be attributable to irregularity in taking medication. Nevertheless, the clients demonstrated positive behavioral adaptations, particularly in regard to diet management and exercise participation. It would be prudent to conduct further research on the effects of regular exercise over an extended period on the blood sugar levels of patients with type 2 diabetes, with a view to designing effective nursing interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Oktaviani
"Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit di dunia yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kementrian Kesehatan RI (2022) memproyeksikan lebih dari setengah miliar, yakni 537 juta manusia di seluruh dunia hidup dengan diabetes dan akan mencapai 643 juta pada tahun 2030. Penderita DM di Kelurahan Jatijajar juga tercatat sejumlah 860 orang pada tahun 2022, dimana hanya 837 orang mendapatkan pelayanan kesehatan. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran hasil penerapan praktik berbasis bukti pada pengelolaan Diabetes Melitus melalui asuhan keperawatan pada keluarga Ibu PS di RT.02/RW.04 Kelurahan Jatijajar. Metode penulisan yang digunakan adalah laporan studi kasus dengan penerapan senam kaki diabetes dalam 10 kali kunjungan. Tolak ukur keberhasilan intervensi ini dilihat berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah serta hasil tes monofilamen. Hasil pemeriksaan glukosa darah pada Ibu PS sebelum intervensi sebesar 178 mg/dl dengan tes monofilamen, 6/9 pada kaki kanan dan 7/9 pada kaki kiri. Setelah dilakukan intervensi selama 10 kali, kadar glukosa darah Ibu PS sebesar 90 mg/dl dengan tes monofilamen, 9/9 pada kaki kanan dan 9/9 pada kaki kiri. Berdasarkan hal tersebut, senam kaki diabetes terbukti berhasil untuk mengontrol kadar glukosa darah serta mencegah neuropati perifer sehingga dapat diterapkan oleh perawat pada wilayah kerja binaannya.

Diabetes mellitus (DM) is a disease in the world that is increasing every year. The Indonesian Ministry of Health (2022) projects that 537 million people in the world have diabetes, and this will reach 643 million people in 2030. In 2022, there were 860 people in Kelurahan Jatijajar who were detected to have diabetes, but only 837 had treatment at the health services. This scientific paper was written to provide an overview of the results of implementing evidence-based practices in diabetes mellitus through nursing care for Mrs. PS, who lives in RT.02/RW.04 Kelurahan Jatijajar. The writing method used is a case study report made by doing diabetes foot exercises 10 times. The success of this intervention is measured based on the results of checking blood glucose levels and the results of the monofilament test. Before the intervention, the glucose level of Mrs. PS was 178 mg/dl, and the monofilament test results were 6/9 on the right leg and 7/9 on the left leg. After 10 interventions, Mrs.PS's blood glucose level was 90 mg/dl, and monofilament test results were 9/9 on the right leg and 9/9 on the left leg. Therefore, family caregivers can apply diabetic foot exercises to control blood glucose and prevent peripheral neuropathy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nusaibah Meili Karimah
"Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik kronis dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Pasien diabetes melitus berisiko mengalami komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Salah satu komplikasi makrovaskular pada pasien diabetes melitus adalah penyakit arteri perifer (PAD) yang berkontribusi pengembangan penyakit ulkus kaki diabetik. Latihan fisik sebagai salah satu manajemen non farmakologi pada Penyakit arteri perifer. Buerger allen exercise (BAE) merupakan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan perfusi perifer ke kaki. Buerger allen exercise diterapkan dalam dua kali sehari selama lima hari perawatan dan dilakukan rutin pada pasien untuk mengatasi masalah keperawatan perfusi perifer tidak efektif. Evaluasi dari latihan ini adalah pengukuran ankle-brachial index untuk menilai perfusi pada kaki. Hasil yang didapatkan terdapat kenaikan ankle-brachial index pada kaki kanan 0.88 menjadi 1.03 dan untuk kaki kiri 0.87 menjadi 1.01. Kesimpulan dari hasil penerapan intervensi buerger allen exercise dapat mengatasi masalah perfusi perifer tidak efektif dibuktikan dengan peningkatan pada nilai ankle brachial index.

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease with a prevalence that continues to increase every year. Diabetes mellitus patients are at risk of experiencing microvascular and macrovascular complications. One of the macrovascular complications in diabetes mellitus patients is peripheral arterial disease (PAD), which contributes to the development of diabetic foot ulcers. Physical exercise as a non-pharmacological management of peripheral arterial disease. Buerger Allen Exercise (BAE) is an exercise that aims to increase peripheral perfusion to the feet. The Buerger Allen exercise is applied twice daily for five days of treatment and is carried out routinely on patients to overcome the problem of ineffective peripheral perfusion nursing. The evaluation of this exercise is the measurement of the ankle-brachial index to assess perfusion in the foot. The results showed an increase in the ankle-brachial index for the right leg from 0.88 to 1.03 and for the left from 0.87 to 1.01. The conclusion from the results of implementing the Buerger Allen Exercise intervention can overcome the problem of ineffective peripheral perfusion as evidenced by an increase in the ankle-brachial index value.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Firdausi
"Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme kronis yang meningkatkan kadar glukosa darah. DM disebabkan oleh kurangnya atau tidak adanya insulin yang diproduksi oleh pankreas, sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah dan perubahan metabolisme lemak dan protein. Jika tidak ditangani dengan baik, DM dapat menyebabkan komplikasi akut. Indonesia memiliki jumlah penderita diabetes tertinggi di Asia Tenggara. Prevalensi DM di Indonesia meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada 2018, dengan provinsi DKI Jakarta memiliki prevalensi tertinggi. DKI Jakarta juga memiliki jumlah penderita DM tipe 2 terbanyak, dengan 300.422 penderita pada tahun 2021. Puskesmas DKI Jakarta menyediakan layanan kesehatan untuk penderita DM. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi edukasi kesehatan, pelayanan nutrisi medis, terapi farmakologis, dan pemeriksaan laboratorium. Konseling dan edukasi kesehatan sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien DM. Konseling yang dilakukan oleh apoteker telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil kesehatan pasien DM. Maka dari itu, laporan ini bertujuan membuat formulir yang dapat digunakan sebagai panduan dalam pemberian materi konseling kepada pasien DM oleh apoteker Puskesmas Kecamatan Matraman. Materi panduan konseling dibuat dengan metode penelusuran data sekunder hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam 10 tahun terakhir dan membahas tentang DM beserta terapi farmakologinya. Kemudian, data diolah dengan meringkas data dan mengkaji obat yang tersedia di Puskesmas Kecamatan Matraman. Pada laporan ini formulir materi panduan konseling telah disusun untuk membantu apoteker Puskesmas Kecamatan Matraman dalam memberikan edukasi maupun konseling kepada pasien DM. Materi konseling disesuaikan dengan obat-obatan yang tersedia di Puskesmas, antara lain Metformin 500 mg, Glimepirid 2 mg, dan Glibenklamid 5 mg, serta tambahan informasi obat berupa insulin. Formulir panduan yang telah dibuat mengacu pada aspek-aspek tata laksana konseling American Society of Health-System Pharmacists (2020).
.

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic metabolic disorder that increases blood glucose levels. DM is caused by a lack or absence of insulin produced by the pancreas, causing an increase in blood glucose levels and changes in fat and protein metabolism. If not treated properly, DM can cause acute complications. Indonesia has the highest number of diabetes patients in Southeast Asia. The prevalence of DM in Indonesia increased from 6.9% in 2013 to 8.5% in 2018, with DKI Jakarta province having the highest prevalence. DKI Jakarta also has the highest number of DM type 2 patients, with 300,422 patients in 2021. Puskesmas DKI Jakarta provides health services for DM patients. The health services provided include health education, medical nutrition services, pharmacological therapy, and laboratory examinations. Counseling and health education are very important in increasing DM patient compliance. Counseling carried out by pharmacists has been proven to be effective in improving the health outcomes of DM patients. Therefore, this report aims to create a form that can be used as a guide in providing counseling material to DM patients by Puskesmas Kecamatan Matraman pharmacists. The counseling guide material was created using a secondary data search method resulting from research that has been published in the last 10 years and discusses DM and its pharmacological therapy. Then, the data was processed by summarizing the data and reviewing the available drugs at the Puskesmas Kecamatan Matraman. In this report, a counseling guide material form has been prepared to assist Puskesmas Kecamatan Matraman pharmacists in providing education and counseling to DM patients. The counseling material is adapted to the medicines available at the Puskesmas, including Metformin 500 mg, Glimepiride 2 mg, and Glibenclamide 5 mg, as well as additional drug information in the form of insulin. The guide form that has been created refers to aspects of the counseling guidelines of the American Society of Health-System Pharmacists (2020).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michelia Champaca Firdausi
"Peran Apoteker dalam pengobatan diabetes mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dan kepatuhan pasien. Apoteker dapat menunjukkan perannya sebagai care giver melalui kegiatan home pharmacy care. Dalam hal ini, Apoteker dapat memberikan edukasi ke pasien, memonitor respons pasien terhadap terapi obat dan non-obat, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek dilaksanakan selama 20 hari, dimulai dari 3 April hingga 28 April 2023 di Apotek Kimia Farma Adelina Tanah Baru, Depok, Jawa Barat. Metode pelaksanan dilakukan secara kualitatif, yang dilakukan dengan wawancara secara langsung terhadap pasien. Objek dalam pelaksanaan home pharmay care ini adalah pasien yang menderita diabetes dan hipertensi serta luka diabetes. Pasien rutin meminum obat hipertensi dan obat diabetes sesuai dengan arahan Dokter. Obat hipertensi yang pasien gunakan adalah amlodipine, sedangkan obat diabetes yang dikonsumsi adalah kombinasi dari glimepiride dan metformin. Terdapat efek samping dan interaksi yang terjadi antar obat sehingga perlu dilakukan monitor lebih lanjut. Kegiatan home pharmacy care dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki kepatuhan yang cukup baik terhadap konsumsi obat. Pasien disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan yang berlemak, telalu tinggi gula dan garam serta memperbanyak konsumsi serat, serta disarankan mejaga pola hidup sehat.
The role of pharmacists in diabetes treatment can improve patient quality of life and patient compliance. Pharmacists can demonstrate their role as care givers through home pharmacy care activities. In this case, pharmacists can provide education to patients, monitor patient responses to drug and non-drug therapy, detect and recognize side effects early and solve problems related to drug administration. Pharmacist Professional Work Practices (PKPA) in pharmacist  be held for 20 days, starting 3-18 April, 2023 at Kimia Farma Adelina Tanah Baru Pharmacy, Depok, West Java. The implementation method is carried out qualitatively, which is carried out by direct interviews with patients. The objects in implementing home pharmacy care are patients suffering from diabetes and hypertension as well as diabetic wounds. Patients routinely take hypertension medication and diabetes medication according to the doctor's instructions. The hypertension medication the patient uses is amlodipine, while the diabetes medication consumed is a combination of glimepiride and metformin. There are side effects and interactions that occur between drugs so further monitoring is necessary. Home pharmacy care activities can be concluded that patients have fairly good compliance with medication consumption. Patients are advised to reduce consumption of foods that are fatty, too high in sugar and salt and increase fiber consumption, and are advised to maintain a healthy lifestyle."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana
"Sebagai salah satu program unggulan guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi BPJS Kesehatan serta memudahkan akses pelayanan kesehatan kepada peserta penderita penyakit kronis, maka dilakukan Program Rujuk Balik. Peserta yang berhak memperoleh obat PRB adalah peserta dengan diagnose penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil oleh Dokter spesialis/sub spesialis dan pasien akan membawa resep obat dari dokter yang akan dibawa ke Apotek yang bekerja sama dengan BPJS. Berdasarkan pengkajian data resep pasien PRB pada periode Juni 2023 diperoleh 93 resep dengan 53 item obat dan total obat pasien PRB periode Juni 2023 yaitu 10946. golongan obat yang diresepkan yaitu 3 antihiperglikemik oral dan pemberian insulin, meliputi sulfonylurea, penghambat alfa-glukosidase, biguanid, Insulin campuran (Premixed insulin), Insulin kerja panjang (Long-acting), dan Insulin kerja cepat (Rapid-acting).  Total obat antidiabetes yang diberikan yaitu 3323 dengan persentase 30,36% dari total obat PRB yang diberikan. Obat yang paling banyak diresepkan yaitu metformin sebanyak 1590 untuk metformin 500mg dan 120 untuk metformin 850mg, jika diakumulasi penggunaan metformin yaitu 1710 dengan persentase 51,46%. Kemudian, frekuensi obat yang paling banyak diresepkan pada PRB Juni 2023 yaitu 23 resep. Hal ini sesuai dengan algoritma pengobatan DM yang mengacu pada Perkeni 2021, Perkeni 2021 menyatakan bahwa lini pertama yang dianjurkan pada pengobatan yaitu Metformin (Perkeni, 2021). Obat metformin merupakan salah satu obat yang paling aman digunakan pasien lansia, hal ini dinyatakan dengan criteria beers. Diketahui obat yang paling sedikit diresepkan yaitu Sansulin Log-G Dispopen sebanyak 3 buah setara 0,09%.

As one of the leading programs to improve the quality of health services for BPJS Kesehatan and facilitate access to health services to participants with chronic diseases, “Pasien Rujuk Balik / PRB” is carried out. Participants who are entitled to obtain PRB drugs are participants with a diagnosis of chronic disease that has been determined in a controlled / stable condition by a specialist / sub-specialist doctor and the patient will bring a prescription from a doctor who will be taken to a pharmacy that collaborates with BPJS. Based on the review of PRB patient prescription data in the June 2023 period, 93 prescriptions were obtained with 53 drug items and the total drugs for PRB patients in the June 2023 period were 10946. the classes of drugs prescribed were 3 oral antihyperglycemics and insulin administration, including sulfonylureas, alpha-glucosidase inhibitors, biguanids, Premixed insulin, Long-acting insulin, and Rapid-acting insulin.  The total number of antidiabetic drugs prescribed was 3323 with a percentage of 30.36% of the total PRB drugs prescribed. The most prescribed drug is metformin as much as 1590 for metformin 500mg and 120 for metformin 850mg, when accumulated the use of metformin is 1710 with a percentage of 51.46%. Then, the frequency of the most prescribed drug in PRB June 2023 was 23 prescriptions. This is in accordance with the DM treatment algorithm that refers to Perkeni 2021, Perkeni 2021 states that the recommended first line of treatment is Metformin (Perkeni, 2021). Metformin drug is one of the safest drugs used by elderly patients, this is stated by the Beers criteria. It is known that the least prescribed drug is Sansulin Log-G Dispopen as much as 3 pieces equivalent to 0.09%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mahriani Sylvawani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penderita Diabetes Melitus (DM) mengalami peningkatan resiko fraktur akibat penurunan kualitas dan kekuatan tulang. Bone Mineral Densitometry tidak dapat menggambarkan fragilitas tulang pada pasien DM tipe 2 (DMT2) karena menunjukkan hasil yang normal atau meningkat. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat penurunan penanda formasi tulang (P1NP) pada perempuan pramenopause dengan DMT2 dibandingkan dengan bukan DM. IGF-1 dan sclerostin adalah faktor yang mempengaruhi diferensiasi dan maturasi osteoblast dalam formasi tulang dan saat ini belum diketahui profilnya pada perempuan pramenopause dengan DM. Tujuan: Untuk mengetahui dan membandingkan kadar IGF-1 serum dan sclerostin serum perempuan pramenopause dengan DMT2 dan bukan DM. Metode: Studi potong lintang, dilakukan pada Agustus 2018 dan melibatkan 80 perempuan pramenopause yang terdiri dari 40 subjek DMT2 dan 40 bukan DM. Pemeriksaan IGF-1 serum dan Sclerostin serum dilakukan dengan metode enzymelinked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian: Median (rentang interkuartal) kadar IGF-1 serum pada pasien DMT2 lebih rendah tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok bukan DM (40,6 (11-110) ng/ml vs 42,75 (10-65) ng/ml, p=0.900). Rerata kadar sclerostin serum pada kelompok DMT2 lebih tinggi bermakna dibandingkan kelompok bukan DM (132.05 (SB 41.54) ng/ml vs. 96.03 ng/ml (SB 43.66) (p<0.001). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kadar IGF-1 serum antara perempuan pramenopause DMT2 dan bukan DM. Terdapat perbedaan bermakna sclerostin serum antara perempuan pramenopause dengan DMT2 dan bukan DM.

ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus (DM) patients are at increased risk for fracture due to the decrease in bone quality and strength. Bone Mineral Densitometry (BMD) measurement in T2DM cannot depict bone fragility (T2DM) because they are shown to be normal or increased results. Previous studies have shown a decrease in markers of bone formation (P1NP) in premenopausal women with T2DM compered non-DM. IGF-1 and sclerostin are factors that influence the differentiation and maturation of osteoblasts in bone formation and their profiles are not currently known in patients with premenopausal women with diabetes. Objective: To determine and compare serum IGF-1 and serum sclerostin levels between premenopausal women T2DM and non-DM. Method: A cross-sectional study was conducted in August 2018 and involved 80 premenopausal women consisting of 40 DMT2 and 40 non-DM subjects. Serum IGF-1 and serum sclerostin were examined using an enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method. Results: Median (interquarter range) serum IGF-1 in T2DM is 40.6 ng/ml (11-110 ng/ml) vs. 42.75 ng/ml (10-65 ng/ml) in non-DM (p=0.900). Mean serum sclerostin level in T2DM is 132.05 ng/ml (SB 41.54 ng/ml) vs. 96.03 ng/ml (SB 43.66 ng/ml) in not DM (p<0.001). Conclusion: There was no difference in serum IGF-1 levels between premenopausal women with T2DM and non-DM. There were significant differences in serum sclerostin between premenopausal women with T2DM and non-DM."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarto
"Latar Belakang: Subyek diabetes melitus (DM) tipe 2 mengalami peningkatan
risiko fraktur akibat penurunan kekuatan tulang. Bone mineral density (BMD),
sebagai parameter kuantitas tulang, tidak dapat menggambarkan fragilitas tulang pada subyek DM tipe 2 karena menunjukkan hasil yang normal atau meningkat dibandingkan dengan subyek bukan DM, sehingga peningkatan resiko fraktur pada subyek DM tipe 2 lebih disebabkan oleh penurunan kualitas tulang. Salah satu unsur penentu kualitas tulang adalah turnover tulang. Beberapa faktor yang berpengaruh pada turnover tulang, antara lain tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan sclerostin. Kajian TNF-α dan sclerostin pada subyek DM perempuan pernah dilaporkan namun melibatkan subyek pascamenopause, sehingga tidak dapat dipisahkan efek TNF-α dan sclerostin terhadap turnover tulang.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil kadar TNF-α dan
sclerostin serum pada subyek perempuan pramenopause DM tipe 2 dan bukan
DM.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 80 subyek perempuan
pramenopause yang terdiri dari ini 40 subyek DM Tipe 2 dan 40 subyek bukan
DM. Data yang dikumpulkan antara lain: karakteristik subyek, riwayat
penggunaan obat-obatan, HbA1C, SGPT, kreatinin, dan eGFR. Pemeriksaan
TNF-α dan sclerostin serum dilakukan dengan metode enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA).
Hasil: Median (rentang interkuartil) kadar TNF-α serum pada subyek DM tipe 2
[43,0 pg/mL (14,4-101,31)], lebih tinggi dibandingkan subyek bukan DM [23,86
pg/mL (11,98-78,54)] namun perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0.900).
Rerata (simpang baku) kadar sclerostin serum pada subyek DM tipe 2 [132,05
pg/mL (SB 41,54)], lebih tinggi bermakna (p<0.001) dibandingkan subyek bukan DM [96,03 pg/mL (SB 43,66)]. Tidak didapatkan hubungan antara kadar TNF-α dan sclerostin serum baik pada subyek DM tipe 2 (p=0,630) maupun subyek bukan DM (p=0,560).
Kesimpulan: Subyek perempuan pramenopause DM tipe 2 memiliki kadar TNF-
α serum lebih tinggi namun tidak bermakna dibandingkan dengan subyek bukan DM. Subyek perempuan pramenopause DM tipe 2 memiliki kadar sclerostin serum lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan subyek bukan DM.

Background: The subject of type 2 diabetes mellitus (T2DM) has an increased
risk of fracture due to a decrease in bone strength. Bone mineral density (BMD), as a parameter of bone quantity, cannot describe bone fragility in T2DM subjects because it shows normal or increased results compared to non-DM subjects, so an increased risk of fracture in T2DM subjects is due to a decrease in bone quality. One element that determines bone quality is bone turnover. Some factors that influence bone turnover include tumor necrosis factor-α (TNF-α) and sclerostin. TNF-α and sclerostin studies in female DM subjects have been reported but involve postmenopausal subjects, so that the effects of TNF-α and sclerostin cannot be separated from bone turnover.
Objective: This study aims to obtain a profile of serum TNF-α and sclerostin levels in premenopausal women with T2DM and non-DM.
Method: A cross-sectional study was carried out on 80 premenopausal female
subjects consisting of 40 T2DM subjects and 40 non-DM subjects. Data collected included: subject characteristics, history of drug use, HbA1C, SGPT, creatinine, and eGFR. Serum TNF-α and sclerostin examination was carried out by the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method.
Results: The median (interquartile range) of serum TNF-α levels in T2DM
subjects [43.0 pg/mL (14.4-101.31)], was higher than non-DM subjects [23.86
pg/mL (11.98 -78.54)] but the difference was not significant (p= 0.900). The mean (standard deviation) of serum sclerostin levels in T2DM subjects [132.05 pg/mL (SD 41.54)], was significantly higher (p< 0.001) than non-DM subjects [96.03 pg/mL (SD 43.66)]. There was no association between serum TNF-α and sclerostin levels in both T2DM subjects (p= 0.630) and non-DM subjects (p= 0.560).
Conclusions: Subjects of premenopausal women with T2DM had higher serum
TNF-α levels but were not significant compared to non-DM subjects. Subjects of premenopausal women with T2DM had significantly higher serum sclerostin
levels compared to non-DM subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hasyim Wibisono
"ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia yang diakibatkan dari kurangnya sekresi insulin, gangguan
metabolisme insulin, atau keduanya. Tingginya prevalensi DM memerlukan
perhatian khusus dari perawat, terutama pada aspek manajemen glukosa darah
secara mandiri oleh klien. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
metode fenomenologi. Hasil analisa data teridentifikasi lima tema, yaitu:
perubahan yang terjadi setelah menderita DM, faktor penghambat kontrol
glukosa darah, faktor pendorong kontrol glukosa darah, pelayanan keperawatan
yang pernah diterima, dan bentuk dukungan yang diharapkan dari perawat. Hasil
penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan dalam membantu klien memperbaiki gaya hidupnya.

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder characterised by hyperglycemia,
as a result of insulin secretion deficit, altered insulin utilization, or both. The high
prevalence of DM needs intense attention from nurses, especially on client’s
experience in self blood glucose management. This research employs qualitative
methodology, with phenomenology approach. The data analysis revealed five
themes as follows: changes after being diagnosed DM, factors inhibiting glucose
control, factors facilitating glucose control, received nursing care, and
expectations towards nursing care. The results of this research are expected to
contribute postively in improving nursing care quality, especially in modifying
client’s lifestyle."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina
"Asupan serat dalam menu harian penyandang diabetes masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan serat dalam makanan selingan penyandang diabetes melitus (DM) 2 terhadap kadar glukosa darah. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain menyilang alokasi acak pada 7 laki-laki dan 13 perempuan di Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih Jakarta. Subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok: kelompok kontrol mendapat anjuran diet DM dan kelompok perlakuan mendapat anjuran diet DM dan pemberian makanan selingan yang mengandung serat 6 gram/hari selama 3 minggu. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial dilakukan pada awal dan akhir perlakuan. Status gizi obes didapatkan pada 55% subyek. Sebagian besar subyek tidak mematuhi anjuran diet DM: asupan lemak tinggi sedangkan asupan serat 7,0–13,7 g/hari. Pada awal penelitian, kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial serum kedua kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna. Setelah periode perlakuan, perubahan kadar glukosa darah tidak bermakna, namun terlihat cenderung menurun pada kelompok perlakuan. Kesimpulan: pada penyandang DM tipe 2, pemberian makanan selingan yang mengandung serat 6 gram selama 3 minggu tidak menurunkan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial serum.

Fiber intake in the daily menu of diabetes patients was observed to be lower than recommendation. The aim of this study was to evaluate the effect of fiber supplementation as snack on blood glucose levels in type 2 diabetic subjects. This randomized, cross-over controlled clinical trial involved 7 men and 13 women, who visited to Family Doctor Clinic Kayu Putih in Jakarta. Subjects were assigned into two groups: control group who got diabetic diet recommendation, while treatment group got diabetic diet recommendation and snack containing 6 grams fiber/day for three weeks. Fasting blood glucose (FBG) and 2 hours postprandial blood glucose (PPBG) levels were assessed before and after intervention. Fifty five percent of the subjects were obese. Majority of subjects could not comply with diabetic regiment: high in fat, while fiber intakes was around 7.0–13.7 g/day. At baseline, FBG and PPBG levels were comparable. After intervention period, blood glucose level did not changed significantly, but tend to decrease in the treatment group. In conclusion: snack containing 6 grams of fiber for three weeks did not decrease FBG and PPBG of type 2 diabetic subjects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>