Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eliza Cahyani
"Pendahuluan Peningkatan disabilitas pada individu yang mengalami gangguan kesehatan mental khususnya ansietas dan depresi, menurunkan kemampuan mereka untuk kembali bekerja terutama setelah menjalani rawat inap, hanya sedikit yang kemudian berhasil melakukannya. Penelitian lain  telah dilakukan untuk mengetahui keterlibatan  dari stakeholder mengenai pemulihan serta evaluasi keberhasilan program rehabilitasi psikososial namun belum ada penelitian yang mengeksplorasi kemampuan keberhasilan individu dengan masalah kesehatan mental untuk kembali kerja dan kontribusinya terhadap pelayanan keperawatan terutama peran perawat sebagai kolaborator perencana pemulangan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi pengalaman kembali bekerja pada klien dengan ansietas dan depresi paska rawat inap. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologi deskriptif  pada 8 partisipan dengan menggunakan wawancara semi terstruktur  untuk mendapatkan data pengalaman yang kaya, analisis dilakukan menggunakan Colaizzi. Hasil Didapatkan 4 tema, yaitu. 1) Bertahan untuk berdamai dengan menerima, 2) Beradaptasi, menyelesaikan masalah menuju pemulihan, 3) Dukungan berharga bagi jiwa, 4) Meraih kualitas hidup melalui kembali bekerja. Kesimpulan. Kembali bekerja adalah kemampuan adaptasi kompleks yang memerlukan mekanisme pertahanan yang matur dan koping yang adaptif, dukungan yang kuat dan penegasan nilai spiritual agar menemukan makna serta harapan menuju kehidupan yang berkualitas. Rekomendasi. bagi perawat sebagai perencana pemulangan agar dapat mengidentifikasi dukungan dan intervensi keperawatan yang menunjang peningkatan kemampuan adaptasi.

Introduction Increased disability in individuals experiencing mental health disorders, especially anxiety and depression, reduces their ability to return to work, especially after undergoing hospitalization, with only a few succeeding in doing so. Other research has been conducted to determine the involvement of stakeholders regarding recovery and evaluate the success of psychosocial rehabilitation programs, but no research has explored the successful ability of individuals with mental health problems to return to work and their contribution to nursing services, especially the role of nurses as discharge planning collaborators. This study aims to explore the experience of returning to work for clients with anxiety and depression after hospitalization. Method This research is descriptive phenomenological qualitative research on 8 participants using semi-structured interviews to obtain rich experience data, analysis was carried out using Colaizzi. Results There were 4 themes, namely. 1) Survive to make peace with acceptance, 2) Adapt, solve problems towards recovery, 3) Valuable support for the soul, 4) Achieve quality of life through returning to work. Conclusion. Returning to work is a complex adaptive capacity that requires mature defense mechanisms and adaptive coping, strong support and affirmation of spiritual values in order to find meaning and hope towards a quality life. Recommend. for nurses as discharge planners to be able to identify nursing support and interventions that support increased adaptive capacity."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harwina Widya Astuti
"Fatigue merupakan kelemahan atau kelelahan mental dan/atau fisik yang ekstrim dan persisten. Fatigue merupakan gejala yang umum dialami orang-orang dengan kronis penyakit, seperti klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan depresi dan kecemasan dengan tingkat fatigue pada klien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan jumlah sampel 96 responden. Alat ukur yang digunakan Fatigue Severity Scale (FSS), Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS),dan Medical Outcomes Study (MOS) Social Support Survey.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara depresi dengan tingkat fatigue pada klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis (p value < 0,05). Penelitian ini juga menunjukkan tidak ada hubungan antara kecemasan dengan tingkat fatigue pada klien gagal ginjal kronik. Hubungan antara variabel perancu yaitu usia, jenis kelamin, dukungan sosial dan lamanya menjalani hemodialisis tidak ada hubungan dengan tingkat fatigue.

Fatigue is a mental weakness or fatigue and / or extreme physical and persistent. Fatigue is a common symptom experienced by people with chronic diseases, such as clients with chronic renal failure undergoing hemodialysis. The research aims to identify the relationship of depression and anxiety with fatigue levels in clients with chronic renal failure undergoing hemodialysis. The study design is cross-sectional, with 96 respondents. Fatigue Severity Scale (FSS), Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), and the Medical Outcomes Study (MOS) Social Support Survey were used.
The results showed a significant relationship between depression and fatigue levels on chronic renal failure patient undergoing hemodialysis (p value <0.05). The study also showed no relationship between anxiety with fatigue levels on a client with chronic renal failure. There were no correlation between confounding variables as age, sex, social support and the duration of hemodialysis with the level of fatigue."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Gebrina
"Latar Belakang. Pada lupus eritematosus sistemik (LES) ditemukan prevalensi ansietas dan depresi yang cukup besar. Beberapa aspek menjadi kaitan antara lupus eritematosus sistemik dengan ansietas dan depresi, di antaranya disbiosis usus. Rasio Firmicutes/Bacteroidetes rendah menunjukkan disbiosis dan nilainya rendah pada LES.
Tujuan. Mengetahui profil mikrobiota usus pada ansietas dan depresi pada LES serta secara khusus mengetahui korelasi rasio Firmicutes/Bacteroidetes dengan skor gejala ansietas dan depresi pada LES.
Metode. Penelitian ini mengambil data studi Pengaruh sinbiotik terhadap aktivitas penyakit, respons imun, serta permeabilitas dan mikrobiota usus pada pasien lupus eritematosus sistemik. Dari studi besar tersebut, diambil data dasar (baseline) berupa data demografik, Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS), Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index 2000 (SLEDAI-2k), obat-obatan yang dikonsumsi, pola diet, serta proporsi mikrobiota usus tingkat filum. Keseluruhan data dijabarkan secara deskriptif. Dilakukan analisis korelasi antara rasio Firmicutes/Bacteroidetes dengan HADS-Ansietas dan HADS-Depresi.
Hasil. Dari 41 subjek, didapatkan proporsi ansietas 53,66% dan depresi 14,63%. Kelompok ansietas memiliki proporsi Bacteroidetes lebih tinggi dan indeks diversitas lebih rendah daripada kelompok tidak ansietas. Kelompok depresi memiliki proporsi Bacteroidetes lebih tinggi, Firmicutes lebih rendah, dan rasio Firmicutes/Bacteroidetes lebih rendah dibandingkan kelompok tidak depresi. Diagram sebar menunjukkan tidak adanya hubungan yang linear antara rasio Firmicutes/Bacteroidetes dengan skor gejala ansietas dan depresi sehingga tidak dapat dilakukan analisis korelasi.
Simpulan. Secara deskriptif didapatkan kecenderungan disbiosis pada kelompok yang mengalami ansietas dan depresi daripada kelompok yang tidak mengalami gangguan psikis.

Background. There was a high prevalence anxiety and depression in systemic lupus erythematosus (SLE). Some aspects interconnecting them, such as intestinal dysbiosis. Firmicutes/Bacteroidetes ratio, one of dysbiosis parameter, found low in SLE patients and also depressed patients.
Objectives. This research aim to study intestinal microbiota profile among anxious and depressed SLE patients, and also to know the correlation between Firmicutes/Bacteroidetes ratio with anxiety and depression score in SLE patients.
Methods. We used secondary data from research entitled Effects of synbiotic supplementation on disease activity, immune response, gut permeability, and microbiota of systemic lupus erythematosus patients. We used baseline data of demographic data, Hospital Anxiety and Depression Scale, Systemic Lupus Erythematosus Disease Activity Index 2000, drugs used, nutrients intake, and intestinal microbiota profile at phylum level. All those data were described descriptively and also analysed for the correlation between Firmicutes/Bacteroidetes ratio with anxiety score and depression score.
Results. From all 41 subjects, the proportion of anxiety was 53,66% and depression 14,63%. Anxiety group had more Bacteroidetes than not anxiety group. Depressed group had more Bacteroidetes, less Firmicutes, and lower Firmicutes/Bacteroidetes ratio than not depressed group. The scatterplot shows that there is no linear relationship between the Firmicutes/Bacteroidetes ratio with anxiety and depression symptom scores so that correlation analysis cannot be done.
Conclusion. Descriptively there was a tendency for dysbiosis in the group that experienced anxiety and depression than the group that did not experience psychological disorders."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rana Jumana
"Psoriasis merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis dan kambuhan. Psoriasis berdampak terhadap kondisi psikologis dan kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres, ansietas dan depresi dengan kualitas hidup di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini bersifat dekriptif dengan metode cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 53 responden yang diambil melalui non probality sampling dengan teknik accidental sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS-21) dan Dermatology Life Quality Index (DLQI). Analisis menggunakan Kendall’s Tau dan T- test dengan hasil yang menujukkan adanya hubungan yang kuat (p<0.001<0,05) antara stres, ansietas dan depresi dengan kualitas hidup. Selain itu juga ditemukan ada hubungan yang lemah antara sebagian karakteristik pasien dengan kualitas hidup. Penelitian ini merekomendasikan agar adanya peningkatan asuhan keperawatan yang holistik tertutama dari aspek psikologis agar mampu meningkatkan kualitas hidup pasien psoriasis.

ABSTRACT
Psoriasis is a skin disease that is chronic and recurring. Psoriasis affects the psychological condition and quality of life of the sufferer. This study aims to determine the correlation between stress, anxiety and depression with the quality of life in Dr. Hasan Sadikin Bandung. This research is descriptive with cross sectional method. The research sample was 53 respondents who were taken through non-probability sampling with accidental sampling technique. The research instrument used the Depression, Anxiety and Stress Scale (DASS-21) questionnaire and the Dermatology Life Quality Index (DLQI). The analysis used Kendall's Tau and T-test with results showing a strong correlation (p <0.001 <0.05) between stress, anxiety and depression with quality of life. It was also found that there was a weak correlation between some patient characteristics and quality of life. This study recommends an increase in holistic nursing care, especially from a psychological aspect, in order to improve the quality of life for psoriasis patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syena Aulia Tasya Pratiwi
"Fenomena kegiatan menggemari budaya korea terutama dari sektor industri musik yaitu K-pop marak terjadi di kalangan remaja. Pada masa remaja mereka mengalami masa transisi atau peralihan dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa yang berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Usia remaja menjadi tempat proses dalam mencari jati dirinya yang mencari sosok figure yang dapat dicontohnya dan tak sedikit dari mereka memiliki sosok figure dari tokoh idola korea yang mereka gemari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres, kecemasan, dan depresi di wilayah kabupaten tangerang. Penelitian deskriptif ini menggunakan metode purposive sampling dimana mengikutsertakan 108 remaja penggemar K-pop yang berdomisili di Kabupaten Tangerang. Data penelitian dikumpulkan pada bulan Juni 2024 dengan menggunakan kuesioner DASS-42 (Depression, anxiety,stress scale). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami stres tingkat sedang (33.33%), kecemasan tingkat sangat berat (33.33%) dan depresi tingkat normal (42.59%). Studi ini juga meneliti karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, dan ekonomi dimana mayoritas penelitian diikuti oleh remaja akhir (69.44%), paling banyak diikuti remaja yang berjenis kelamin perempuan (95.4%), responden mayoritas berasal dari perguruan tinggi (49.07%) dan mayoritas bersumber pendapatan masih ditanggung oleh orang tua (90.74%). Adanya perbedaan tingkat stres, kecemasan, dan depresi kemungkinan dipengaruhi oleh peggunaan coping strategy menggemari K-pop. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat menganalisa lebih lanjut terkait hubungan tingkat stres, kecemasan dan depresi terhadap perilaku menggemari K-pop dengan memperhatikan keseimbangan pada karakteristik responden.

The phenomenon of Korean culture, especially from the music industry, is that K-pop is common among teenagers. In adolescence they experience a transition or transition from childhood to adulthood at risk of mental health disorders. Adolescence is the process of finding a figure that can be portrayed and not a few of them have the figure of a Korean idol that they love. The aim of this study is to get a picture of the levels of stress, anxiety, and depression in the district. This descriptive study uses a purposive sampling method involving 108 K-pop teenagers residing in Tangerang District. Research data collected in June 2024 using the DASS-42 questionnaire (Depression, anxiety,stress scale). The study also examined the characteristics of respondents such as gender, age, education, and economics where the majority of the study was followed by late adolescents (69.44%), the most followed adolescents of the female type (95.4%), respondents were mostly from college (49.07%) and the main source of income was still borne by parents (90.74%). There are differences in the levels of stress, anxiety, and depression that are likely to be influenced by the use of coping strategies by K-pop fans. Recommendations for further research could further analyze the relationship between levels of Stress, Anxiety and Depression to K-Pop fans' behavior by considering the balance in the characteristics of respondents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Rahmawati
"Pandemi Covid-19 (coronavirus diseases 2019) yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2 yang pertama kali muncul Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019. Virus ini muncul di berbagai negara di dunia sehingga menciptakan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan ekonomi global. Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga menimbulkan kekhawatiran dan berbagai gangguan kesehatan mental lainnya di masyarakat. Selain itu, tenaga kesehatan juga rentan terhadap gangguan kesehatan mental selama menangani pasien Covid-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi gejala kecemasan dan depresi pada tenaga kesehatan laboratorium terpadu di Rumah Sakit Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di Laboratorium Terpadu Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan Juli 2021. Analisis yang digunakan yaitu, univariat, bivariat dan multivariabel dengan derajat kepercayaan 95%. Dari 42 tenaga kesehatan laboratorium terpadu RS UI didapatkan prevalensi gejala kecemasan sebesar 11,9% dan prevalensi gejala depresi sebesar 14,3%. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara gejala kecemasan ataupun depresi dengan variabel independen penelitian.

The Covid-19 pandemic (coronavirus diseases 2019) caused by the SARS-Cov-2 virus which first appeared in Wuhan City, Hubei Province, China at the end of 2019. This virus appeared in various countries in the world, causing a significant impact on society and the global economy. Covid-19 pandemic has also caused concern and various other mental health disorders in the community. Furthermore, healthcare workers are also vulnerable to mental health disorders while treating Covid-19 patients. The purpose of this study is to estimate the prevalence of anxiety and depression symptoms in healthcare workers in the integrated laboratory at the Universitas Indonesia Hospital during the Covid-19 pandemic. This study uses a cross sectional design conducted at the Integrated Laboratory of the Universitas Indonesia Hospital in July 2021. The analysis used is univariate, bivariate and multivariable with a 95% confidence interval. Of 42 integrated laboratory health workers at Universitas Indonesia Hospital, the prevalence of anxiety symptoms was 11.9% and the prevalence of depressive symptoms was 14.3%. The results of the bivariate analysis with the chi-square test there is no significant relationship between symptoms of anxiety or depression with the independent variables of the study. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Iqlima Istiqomah
"Mahasiswa merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah stres, ansietas, dan depresi karena berbagai penyebab stressor. Bencana wabah pandemi COVID-19 menimbulkan suatu perubahan yang secara tiba-tiba yang menuntut mahasiswa untuk cepat beradaptasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross-sectional dan memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat stres, ansietas, dan depresi mahasiswa sarjana keperawatan pada kondisi pandemi COVID-19. Sampel penelitian ini yaitu 237 mahasiswa sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen Depression Anxiety Stress Scale-21 (DASS-21) dan menunjukkan hasil sebanyak 3,8% mahasiswa mengalami stres sangat berat dan 74,3% mahasiswa tergolong dalam kondisi normal. Sedangkan pada kategori ansietas, terdapat 27% mahasiswa yang mengalami ansietas sangat berat, lebih besar dari jumlah mahasiswa yang termasuk tergolong normal yaitu sebanyak 24,5% mahasiswa. Pada kategori depresi, ditemukan sebanyak 7,2% mahasiswa mengalami depresi sangat berat dan sebanyak 49,8% mahasiswa yang tergolong normal. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat lebih mengukur secara khusus sumber, respons, faktor-faktor lain yang berpengaruh, dan dampak terhadap tingkat stres, ansietas, dan depresi pada mahasiswa di berbagai tingkatan lainnya sehingga cakupan populasi menjadi lebih luas, serta diperlukan adanya penelitian intervensi bagi mahasiswa yang diketahui berada dalam kondisi stres, ansietas, dan depresi berat.

College students are one of the vulnerable groups to experiencing stress, anxiety, and depression because of various stressors. The disaster of the COVID-19 pandemic outbreak has caused a sudden change that requires students to adapt rapidly. This research is a quantitative study using a cross-sectional design and has the aim to describe the level of stress, anxiety, and depression of undergraduate nursing students in the COVID-19 pandemic. The sample of this research is 237 undergraduate students of the Faculty of Nursing, University of Indonesia, using the purposive sampling technique. This study used the Depression Anxiety Stress Scale-21 (DASS-21) instrument and showed the results of 3,8% of students experienced severe stress and 74.3% of students classified in normal conditions. On the other hand, in the anxiety category, there are 27% of the students experienced severe anxiety, that is bigger than the number of the students that classified with normal anxiety 24.5%. In the depression category, it was found that 7.2% of the students experienced severe depression, and 49.8% of the students are classified as normal. For further research, the researcher can measure specifically the source, response, other influencing factors, and the impact on stress, anxiety, and depression levels in college students at various other levels so that the population coverage becomes wider, and intervention research is needed for college students who are known to be in conditions of stress, anxiety, and major depression."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiqih Aulia
"Pandemi COVID-19 menimbulkan masalah psikologis pada orang-orang yang terdampak. Salah satu yang terkena dampak masalah psikologis pada masa pandemi adalah perawat. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang paling rentan dalam tertular virus COVID-19, perawat dapat mengalami masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, dan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan, stres, dan depresi perawat pasien COVID-19 di Rumah Sakit Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Subjek pada penelitian ini adalah perawat yang menangani pasien COVID-19 yang terdiri dari 135 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu total populasi sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen DASS 42 yang disebar melalui media internet. Hasil penelitian menunjukkan responden yang mengalami depresi dalam tingkat normal dengan jumlah 82 orang, ringan 28 orang, sedang 18 orang, berat 5 orang, dan sangat berat 2 orang. Responden yang mengalami kecemasan dalam tingkat normal dengan jumlah 94 orang, ringan 7 orang, sedang 28 orang, berat 4 orang, dan sangat berat 2 orang. Responden yang mengalami stres dalam tingkat normal dengan jumlah 130 orang, ringan 1 orang, sedang 2 orang, berat 2 orang. Penelitian ini mendukung pentingnya kepala perawat di rumah sakit untuk membentuk konsultasi profesional dalam mengatasi kesehatan mental perawat pada masa pandemi COVID-19. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa dilakukan pada populasi yang lebih luas dan mengkategorikan tinggi dan rendahnya resiko perawat dalam menangani pasien COVID-19.

COVID-19 pandemic causes psychological issues in affected people. One of the people who is affected psychologically during pandemic is nurses. As one of healthcare workers who are most vulnerable to being contracted with COVID-19, nurses are experiencing psychological problems such as depression, anxiety, and stress. This study aims to identify levels of anxiety, stress, and depression in nurses working with COVID-19 patients at Banten provincial hospital. The method of this study is quantitative research with cross-sectional design. The subject of this study is nurses who work with COVID-19 patients in the amount of 135 participants which are selected through total population sampling. The data are collected using the DASS 42 instrument which is being distributed through the internet. The result of this study shows that 82 participants experience depression within normal level, 28 participants experience mild depression, 18 participants experience moderate depression, 5 participants experience severe depression, and 2 participants experience very severe depression. In terms of anxiety, 94 participants experience anxiety within normal level, 7 participants experience mild anxiety, 28 participants experience moderate anxiety, 4 participants experience severe anxiety, and 2 participants experience very severe anxiety. Meanwhile, 130 participants experience stress within normal level, 1 participant experience mild stress, 2 participants experience moderate stress, and 2 participants experience severe stress. This research supports the importance of head nurses in hospitals to form professional consultations to address the mental health of nurses during the COVID-19 pandemic. Future research is expected to be carried out in a wider population and categorize the high and low risk of nurses handling COVID-19 patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Prycilia
"Kehamilan mengharuskan adaptasi yang berbeda yang dapat menyebabkan kecemasan. Kecemasan pada kehamilan dapat berakibat pada ibu serta kelahiran bayinya. Kecemasan selama kehamilan meningkatkan resiko terjadinya postpartum blues. Postpartum blues ialah periode gangguan emosional setelah melahirkan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara cemas pada kehamilan dengan terjadinya postpartum blues.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode consecutive sampling. Jumlah sampel penelitian 107 responden ibu postpartum. Instrumen yang digunakan yaitu Blues Questionnaire versi Bahasa Indonesia dan Perinatal Anxiety Screening Scale versi Bahasa Indonesia. Ibu nifas memiliki tingkat kecemasan ringan-sedang 36,4 dan mengalami postpartum blues 48,6.
Hasil penelitian dianalisis dengan Chi-square menunjukkan terdapat hubungan antara kecemasan ringan-sedang dengan postpartum blues p=0,000 Penelitian ini merekomendasikan pentingnya memperhatikan psikologis ibu hamil maupun ibu postpartum, mengoptimalkan promosi kesehatan untuk menurunkan kecemasan, mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi adaptasi postpartum.

Pregnancy requires different adaptation which may cause anxiety. Anxiety during pregnancy may affect mother and baby. Anxiety during pregnancy increases risk of postpartum blues. Postpartum blues is a period of emotional disorder after childbirth. The purpose of this study was identifying the relation between anxiety during pregnancy and postpartum blues.
This study used cross sectional design with consecutive sampling method. Total research sample was 107 postpartum women. The instruments were Bahasa Indonesia version of Blues Questionnaire and Bahasa Indonesia version of Perinatal Anxiety Screening Scale. Puerperal women had mild moderate level of anxiety 36,4 and had postpartum blues 48,6.
The research result was analyzed by Chi square, showing relation between mild moderate anxiety and postpartum blues p 0,000. This study recommended the importance of paying attention of the psychology of pregnant women and postpartum women, optimizing health promotion to reduce anxiety, identifying other factors influencing postpartum adaptation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnamandala
"Latar Belakang: Ansietas dan depresi merupakan gangguan psikosomatis yang paling banyak ditemukan. Pada pasien Lupus Eritematosus, ansietas merupakan gangguan mood paling banyak ditemukan dibandingkan depresi. Selain bagian dari manifestasi NPSLE, ansietas dan depresi dapat memicu terjadinya inflamasi yang akan memengaruhi aktivitas lupus. Hospital Anxiety dan Depresi Scale (HADS) merupakan salah satu skala pengukuran ansietas dan depresi yang berbentuk kuesioner yang mudah digunakan dan
sudah tervalidasi. Mexican Systemic Lupus Erythemathosus Sistemic Disease Activity (Mex SLEDAI) merupakan sistem skoring untuk pasien LES yang mudah dan lebih murah serta memiliki reliabilitas dan validitas yang baik. Saat ini belum ada yang meneliti perihal hubungan ansietas dan depresi yang menggunakan HADS dengan kadar C3 dan
C4 pada pasien LES.
Tujuan: Mengetahui korelasi antara ansietas dan depresi dengan kedua kadar C3 dan C4 pada pasien LES di RSCM.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang, dilakukan analisis data primer pasien LES usia 18-60 tahun. Dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik serta pengisian kuesioner HADS diikuti dengan pengambilan sampel darah untuk menilai kadar C3 dan C4. Korelasi antara skor HADS ansietas dan depresi dengan kadar C3 dan C4, dan serta Mex-SLEDAI didapat dengan uji korelasi Spearman menggunakan SPSS.
Hasil: Dari 120 sampel dengan median usia 31 tahun (24-37), penggunaan steroid dengan median 16 mg/minggu (0-28), dan aktivitas lupus dengan median 6 (0-11). Didapatkan korelasi antara ansietas dengan kadar C3 dan C4 yang signifikan dengan nilai r = -0,189 dan r = -0,206. Tidak didapatkan korelasi depresi dengan kadar C3 dan C4 ataupun korelasi ansietas dan depresi dengan aktivitas lupus.
Kesimpulan: Terdapat korelasi negatif antara HADS ansietas dengan kadar C3 ataupun C4.

Background: Anxiety and depression are the most common psychosomatic disorders. Both of them have the highest prevalence of chronic diseases. In Lupus Erythematosus patients, anxiety is more common compared to depression. They have been widely penelitianed and found to have a clinical relationship. Not only they are one of the manifestations of NPSLE, they can also trigger inflammation that will affect lupus activity. On the other hand, many patients with anxiety and depression are undiagnosed and treated inappropriately. There is a screening tool that can measure both disorders quantitatively, namely the Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Mexican Systemic Lupus Erythematosus Systemic Disease Activity (Mex-SLEDAI) can also be used to measure lupus activity. The advantage of this scoring is that it can be tested without measuring complement or anti-dsDNA levels, which is not necessarily available in every hospital. One of the factors that affects the activity of lupus is complement activity. Currently, no one has investigated the relationship between anxiety and
depression using HADS with levels of C3 and C4 in SLE patients.
Objective: To determine the correlation between anxiety and depression with levels of C3 and C4 in SLE patients in RSCM.
Methods: This study used a cross-sectional design, analyzed the primary data of SLE patients aged 18-60 years. Interviews and physical examinations were carried out as well as filling out the HADS questionnaire followed by taking blood samples to assess C3 and C4 levels. The correlation between HADS scores of anxiety and depression with levels
of C3 and C4, and Mex-SLEDAI was obtained using the Spearman correlation test using SPSS.
Results: 120 samples with a median age of 31 years (24-37), with the use of steroid doses with a median of 16 mg/week (0-28) and lupus activity with a median of 6 (0-11), there was a correlation between anxiety HADS and C3 levels and C4 which is significant with a value of r = -0.189 and r = -0.206. However, for HADS Depression with levels of C3 or C4 no correlation was found. In addition, in this study, there was no correlation between HADS Anxiety and Depression with Lupus Mex Sledai activity
Conclusion: There was a negative correlation between HADS Anxiety and levels of C3 or C4.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>