Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202089 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Ramadhani
"Prematuritas dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan hal yang masih menjadi perhatian di seluruh dunia, terutama komplikasi jangka panjang yang dapat dialami neonatus. Untuk mencegah terjadinya komplikasi tersebut upaya yang dapat dilakukan adalah mengejar pertumbuhan bayi, salah satunya adalah penambahan berat badan. Oleh karena itu, intervensi berbasis bukti harus menjadi perhatian dan prioritas bagi perawat dalam menegakkan asuhan keperawatan pada bayi prematur dan BBLR. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memaparkan hasil praktik berupa asuhan keperawatan pada bayi dengan masalah prematuritas dan BBLR dengan penerapan Perawatan Metode Kanguru (PMK) untuk penambahan berat badan di ruang rawat neonatal Rumah Sakit Universitas Indonesia. Intervensi ini dilakukan pada bayi dengan usia gestasi saat lahir 30 minggu 3 hari dengan berat badan lahir 1.795 gram. Setelah dilakukan intervensi selama lima hari, didapatkan kesimpulan bahwa Perawatan Metode Kanguru (PMK) dapat digunakan sebagai intervensi untuk membantu menambah berat badan pada bayi prematur dan BBLR.

Prematurity and Low Birth Weight (LBW) are things that are still a concern throughout the world, especially the long-term complications that neonates can experience. To prevent these complications, efforts that can be made are to pursue the baby's growth, one of which is weight gain. Therefore, evidence-based interventions must be a concern and priority for nurses in providing nursing care for premature and LBW babies. This Final Scientific Work aims to present the results of practice in the form of nursing care for babies with prematurity and LBW problems by applying the Kangaroo Mother Care (KMC) for weight gain in the neonatal ward at the Universitas Indonesia Hospital. This intervention was carried out on babies with a gestational age at birth of 30 weeks 3 days with a birth weight of 1,795 grams. After five days of intervention, it was concluded that Kangaroo Mother Care (KMC) could be used as an intervention to help increase weight in premature and LBW babies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Anastasya Riwu Prasetya
"Memandikan bayi merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan perkembangan neurofisiologis dan kebersihan tubuh untuk mencegah infeksi. Namun, mandi juga dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh bayi, seperti hipotermia. Sekitar 40% dari total 2,4 juta kematian bayi baru lahir di dunia disebabkan oleh hipotermia. Pada bayi prematur atau bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, pusat pengaturan suhu tubuh di hipotalamus belum berkembang sempurna untuk dapat menghindari kehilangan panas dalam mencegah hipotermia setelah mandi. Intervensi dapat diterapkan untuk tetap mempertahankan suhu tubuh pada bayi prematur. Karya ilmiah ini memberikan gambaran mengenai proses asuhan keperawatan pada bayi prematur dan efektivitas penerapan selama empat hari perawatan dilakukan selama ± 5 menit setiap harinya dengan mengikuti standar prosedur yang ada. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa efektif dalam mempertahankan suhu tubuh pada bayi prematur dengan nilai maksimal suhu satu menit setelah mandi sebesar 36,3° C. Tidak ditemukan komplikasi seperti sesak napas atau sianosis selama intervensi diberikan.
Bathing in infants is important in improving neurophysiological development and body hygiene to prevent infection. However, bathing can also cause physiological changes in the infants' body, such as hypothermia. Approximately, 40% of the total 2.4 million infant deaths in the world are caused by hypothermia. Premature birth or birth that occurs before 37 weeks of gestation contributes to incomplete development of the body temperature regulation center in the hypothalamus that causes incapability to avoid heat loss in terms to prevent hypothermia after bathing. Swaddle bath intervention can be applied to maintain body temperature in premature infants. This study provides an overview of the nursing care process for premature infant and the effectiveness of applying swaddle bath during four days of care. Swaddle baths are carried out for ± 5 minutes every day following existing standard procedures. The evaluation results showed that the swaddle bath was effective in maintaining body temperature in premature infant with a maximum temperature value one minute after bathing of 36,3° C. No complications such as shortness of breath or cyanosis were found during the intervention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Holivia Almira Jacinta
"Kelahiran bayi prematur atau bayi yang lahir sebelum usia 37 minggu merupakan penyebab tertinggi yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas bayi dalam fase perinatal di dunia. Kelahiran bayi prematur disertai dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan indikator kuat terjadinya gangguan makan pada bayi yang dikaitkan dengan refleks oral motor yang inadekuat dan koordinasi hisap-menelan-dan bernapas yang buruk. Gangguan pada proses makan bayi berisiko tinggi meningkatkan kejadian gagal tumbuh (failure to thrive), keterlambatan perkembangan, dan pemulangan bayi dengan menggunakan selang OGT. Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) merupakan salah satu stimulasi oro-motor yang dapat digunakan untuk meningkatkan refleks hisap dan menelan bayi dan meningkatkan kesiapan proses transisi makan bayi dari enteral ke oral. Karya ilmiah ini memuat gambaran mengenai pemberian asuhan keperawatan kepada bayi prematur dengan BBLR dan problem feeding berusia 36 minggu melalui penerapan PIOMI sebagai intervensi berbasis bukti. PIOMI dilakukan selama dua kali sehari dalam waktu sepuluh hari berturut-turut dengan durasi tindakan selama lima menit. Hasil evaluasi menunjukkan PIOMI efektif dalam meningkatkan refleks hisap bayi yang secara objektif pengukurannya dilakukan melalui penghitungan skor Premature Oral Feeding Readiness Asessment Scale (POFRAS) dan didapatkan peningkatan dari skor 15 menjadi 36. PIOMI pun mampu meningkatkan kesiapan makan bayi dari enteral ke oral setelah PIOMI dilakukan secara terus menerus selama sembilan hari.

The birth of premature infants or infants born before 37 weeks of age is the leading cause of infant morbidity and mortality in the perinatal phase worldwide. Premature birth accompanied by low birth weight (LBW) is a strong indicator of infant feeding disorders associated with inadequate oral-motor reflexes and poor suction-swallowing-and-breathing coordination. Infant feeding disorders have a high risk of increasing the incidence of failure to thrive, developmental delay, and discharge with the use of Orogastric Tube (OGT). Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) is one of the oral motor stimulations that can be used to improve infant suction and swallowing reflexes and increase readiness for the transition of infant feeding from enteral to oral. This scientific work contains a description of the provision of nursing care to premature infants with LBW and feeding problems aged 36 weeks through the application of PIOMI as an evidence-based review intervention. PIOMI was performed twice a day for ten consecutive days with a duration of five minutes. The results of the evaluation showed that PIOMI was effective in improving infants' suction reflexes, objectively measured through the calculation of the Premature Oral Feeding Readiness Assessment Scale (POFRAS) score and an increase from a score of 15 to 36. PIOMI was also able to improve infants' feeding readiness from enteral to oral after nine days of continuous PIOMI treatment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novalda Ardheliza Ekawijaya
"Kelahiran prematur merupakan tantangan serius bagi ibu postpartum, karena dapat menjadi salah satu penyebab kurangnya produksi maupun pengeluaran ASI. Terapi pijat punggung dan payudara telah diakui sebagai metode yang mungkin meningkatkan pengeluaran ASI, namun belum banyak penelitian yang mengkaji penerapannya pada ibu postpartum dengan bayi prematur. Sehingga, kaya ilmiah ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi tersebut dalam meningkatkan pengeluaran ASI pada klien postpartum dengan bayi prematur. Adapun klien pada kasus merupakan Ny. T berusia 26 tahun pasca tindakan sectio caesarea pada usia gestasi 30 minggu. Pada saat dilakukan pengkajian, ASI klien belum keluar, tetapi klien memiliki keinginan untuk menyusui bayinya. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan utama yang diangkat pada kasus adalah ketidakefektifan pemberian ASI. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan memberikan intervensi pijat punggung dan payudara kepada klien selama 3 hari berturut-turut. Hasil evaluasi yang didapat setelah menerapkan intervensi tersebut adalah adanya peningkatan jumlah ASI yang keluar dari tidak ada pengeluaran pada hari pertama menjadi 100 ml pada hari ketiga.

Premature birth is a serious challenge for postpartum mothers, because it can be one of the causes of lack of milk production and excretion. Back and breast massage therapy has been recognized as a method that might increase breast milk production, but there has not been much research examining its application in postpartum mothers with premature babies. Thus, this professional final assignment aims to evaluate the effectiveness of this intervention in increasing breast milk production in postpartum clients with premature babies. The client in the case is Mrs. T is 26 years old after having a caesarean section at 30 weeks' gestation. At the time of the assessment, the client's breast milk had not yet come in, but the client had the desire to breastfeed her baby. Therefore, the main nursing diagnosis raised in the case ineffective  breastfeeding. The method used is a case study by providing back and breast massage interventions to clients for 3 consecutive days. The evaluation results obtained after implementing this intervention were an increase in the amount of breast milk coming out from nothing on the first day to 100 ml on the third day.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anafrin Yugistyowati
"Kelahiran bayi prematur dan perawatan di ruang rawat intensif neonatus
merupakan peristiwa yang menyebabkan sumber stres pada orang tua khususnya
ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
mengenai pengalaman ibu selama perawatan masa awal kehidupan bayi prematur
di ruang rawat intensif neonatus RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini pada delapan partisipan. Analisis data menggunakan metode Colaizzi dan menghasilkan tujuh tema penelitian, yaitu: reaksi ibu, proses berduka, dampak perawatan bayi prematur, koping diri ibu, upaya ibu untuk meningkatkan hubungan kelekatan (bonding attachment), dukungan terhadap ibu, dan harapan selama perawatan bayi prematur.

The birth and treatment of premature infants in the neonatal intensive care unit is the event that makes it the source of stress to parents especially the mother. This study aims to gain a deeper understanding of the experience of mother during the early life of premature infants in the neonatal intensive care unit of Dr. Soeradji
Tirtonegoro Central Hospital, Klaten. This qualitative research design with phenomenology approach took eight participants. The data analysis uses Colaizzi method and produced seven research themes, namely: the mothers? reaction, the grieving process, the impact of premature infant care, mother?s self ?coping efforts, the mothers? attempts to improve the close and attached relationship (bonding attachment), the support for the mother, and expectations for the care of premature infants.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31825
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Felani
"Latar Belakang: Studi sebelumnya telah menyebutkan bahwa kontraksi ventrikel prematur (KVP) beban tinggi dapat menjadi faktor resiko terhadap kejadian disfungsi ventrikel kanan, sebagaimana kejadian disfungsi ventrikel kiri atau kardiomiopati terkait KVP (KM-KVP) pada umumnya. Sampai saat ini masih belum terdapat penelitian khusus sebelumnya yang menganalisa antara besar persentase beban KVP idiopatik aksis inferior terhadap penurunan fungsi ventrikel kanan.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara besar persentase beban KVP idiopatik aksis inferior terhadap disfungsi ventrikel kanan menggunakan ekokardiografi speckle tracking.
Metode: Studi observasional potong lintang pada 24 pasien dengan KVP idiopatik aksis inferior beban tinggi yang didiagnosis di Poliklinik Aritmia dan dilakukan pemeriksaan ekokardiografi speckle tracking (global longitudinal strain / GLS dan free wall longitudinal strain / FWLS) di Poliklinik Ekokardiografi di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita sejak 1 Januari - 31 Maret 2023. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara besar persentase beban KVP terhadap disfungsi ventrikel kanan menggunakan ekokardiografi GLS dan FWLS ventrikel kanan.
Hasil: Dari 24 subjek penelitian, proporsi jenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (17 orang berbanding 7 orang), dengan mayoritas morfologi KVP adalah blok berkas cabang kiri (BBCKi) aksis inferior sebanyak 83.3%. Rerata besar beban persentase KVP pada populasi penelitian ini adalah 18.6 ± 9.6%. Besar persentase beban KVP secara bivariat ditemukan berhubungan dengan disfungsi ventrikel kanan melalui parameter GLS ventrikel kanan (p = 0.031), namun dari analisis multivariat tidak didapatkan hubungan secara independen terhadap disfungsi ventrikel kanan (p = 0.063, OR 1.18, 95% CI 0.99 - 1,41). Besar persentase beban KVP tidak berhubungan terhadap disfungsi ventrikel kanan melalui parameter FWLS ventrikel kanan dari analisis bivariat dan multivariat.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara persentase beban KVP terhadap disfungsi ventrikel kanan pada populasi pasien KVP idiopatik aksis inferior beban tinggi di RSJPD Harapan Kita.

Background: Previous studies have proved that high burden premature ventricular contractions (PVC) can be a risk factor for right ventricular dysfunction as similar to left ventricular dysfunction or PVC-induced cardiomyopathy (PIC) in general. There has been no previous specific study that analyzed how large percentage of idiopathic inferior axis PVC burden that could lead to right ventricular dysfunction.
Aim: To evaluate the association between idiopathic inferior axis PVC burden percentage and right ventricular dysfunction using speckle tracking echocardiography examination.
Methods: A cross-sectional observational study on 24 patients with high burden of idiopathic inferior axis PVC underwent right ventricular global longitudinal strain (GLS) and free wall longitudinal strain (FWLS) using speckle tracking echocardiography in outpatient clinic of National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK) from January 1st - March 31st, 2023. Statistical analysis performed to find out the association between the percentage of idiopathic inferior axis PVC burden and right ventricular dysfunction using right ventricular GLS and FWLS.
Results: From the 24 study subjects, the proportion of female sex was higher than male (17 people compared to 7 people), with the majority of PVC morphology was inferior axis and left bundle branch block (LBBB) pattern as much as 83.3%. The average of the percentage of PVC burden in this study population is 18.6 ± 9.6%. The percentage of PVC burden was found to be associated bivariately with right ventricular dysfunction through the right ventricular GLS parameter (p = 0.031), but there is no independent association with right ventricular dysfunction from multivariate analysis (p = 0.063, OR 1.18, 95% CI 0.99 – 1.41). The percentage of PVC burden had no association to right ventricular dysfunction through right ventricular FWLS parameters from both bivariate and multivariate analysis.
Conclusion: There is no independent association between the percentage of PVC burden and right ventricular dysfunction in patients with high burden of idiopathic inferior axis PVC
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Pauline Tamba
"Latar Belakang. Kelahiran bayi prematur di Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia. Sebanyak 50% bayi prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat infeksi, dimana 90% diantaranya disebabkan oleh infeksi saluran cerna. Hal ini dikaitkan dengan imaturitas saluran cerna. Spermin, senyawa poliamin, diketahui berperan penting dalam proliferasi, pertumbuhan, serta diferensiasi sel. Pada saluran cerna, spermin diketahui berinteraksi dengan protein penyusun barier usus dan berperan penting dalam penyembuhan luka serta sistem imun. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai efek spermin selama masa gestasi, sehingga efek spermin terhadap maturasi usus in utero menjadi penting untuk diketahui.
Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh suplementasi spermin dalam diet terhadap maturasi protein tight junction selama masa gestasi yang berbeda pada kelinci.
Metode Penelitian. Desain penelitian merupakan studi analitik eksperimental menggunakan hewan coba kelinci New Zealand White (Oryctolagus cuniculus), yang dilakukan di Laboratorium Hewan Coba Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Departemen Histologi FKUI, Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI, dan Laboratorium Terpadu FKUI mulai dari bulan Oktober 2018 - September 2019. Setelah dilakukan anestesis umum, sampel jaringan usus halus janin kelinci diambil dan dibagi dalam 6 kelompok yang terdiri dari kelompok perlakuan (dengan suplementasi spermin 20 mg/kgBB) dan kelompok tanpa perlakuan (tanpa suplementasi spermin), masing-masing kelompok berasal dari induk kelinci dengan usia gestasi 24 hari, 26 hari, dan 28 hari. Jumlah masing-masing kelompok adalah 4 induk gestasi dengan berat badan berkisar antara 3-3,5 kg dengan janin berkisar 5-9 ekor per induk gestasi. Jaringan usus halus dari setiap kelompok diambil untuk pemeriksaan biokimia menggunakan teknik ELISA untuk β-actin, β-catenin, dan occludin, serta pemeriksaan histomorfologi dengan pewarnaan hematoxyllin-eosin. Analisis statistik menggunakan uji Mann-Whitney U, uji Chi Square dengan uji Fisher untuk data proporsi, dan uji korelasi Spearman untuk data numerik.
Hasil. Tidak ditemukan perbedaan konsentrasi β-actin, β-catenin, dan occludin antar kelompok perlakuan dan non perlakuan. Pada kelompok perlakuan dan tidak pada kelompok non-perlakuan, ditemukan adanya korelasi positif bermakna antara konsentrasi β-actin dan β-catenin, β-actin dan occludin, serta β-catenin dan occludin. Hasil skoring maturasi barier pada kelompok dengan suplementasi spermin pada usia gestasi 24 dan 26 hari mendekati kelinci aterm.
Simpulan. Suplementasi spermin dalam diet selama masa gestasi memperbaiki interaksi antar molekul tight junction pada janin kelinci prematur.

Background. Indonesia is ranked 5th as a country with premature births. Half of the premature infants carry higher risks of death, in which 90% are due to gastrointestinal tract infection — these cases associated with the immaturity of the gastrointestinal tract system. Spermine is a polyamine molecule known for its essential role in cell proliferation, growth, and differentiation. Previous studies reported that spermine could interact with junctional proteins in the small intestine and responsible for maintaining the intestinal barrier integrity. However, to date, the efficacy of dietary spermine supplementation during the gestation period in utero remains unclear. Thus, an investigation is required. The purpose of the present study is to investigate the mechanism of spermine in improving intestinal villi barrier in premature rabbit fetus.
Aim. To investigate the effect of spermine supplementation in diet on the maturation of intestinal tight junction proteins during different rabbit gestation period.
Method. This study was an analytical, experimental study on New Zealand White Rabbits (Oryctolagus cuniculus) as animal models, performed at Laboratorium Hewan Coba Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Departments of Histology FKUI, Department of Biochemistry and Molecular Biology FKUI, and Integrated Laboratory FKUI, from October 2018 until September 2019. Following general anesthesia, rabbit fetal intestinal specimens were taken and divided into six groups, consisting of groups given the intervention (spermine 20 mg/kg BW supplementation) and groups without intervention, each group based on the gestation period of 24 days, 26 days, and 28 days. β-actin, β-catenin, and occludin of ileal portion were determined and was stained by hematoxyllin-eosin for histomorphological assessment. Statistical analysis was carried out using the Mann-Whitney U test, Chi-Square test with Fisher test for data proportion, and Spearman’s rank correlation for numeric data.
Results. There was no significant difference for β-actin, β-catenin, dan occludin concentration between groups with- and without spermine supplementation. Significantly positive correlation was obtained in the groups with- but not in the groups without spermine supplementation, between concentration of β-actin and β-catenin, β-actin and occludin, as well as β-catenin and occludin. The barrier scoring of ileal histomorphology in groups with spermine supplementation at gestation period of 24 dan 26 days were similar to a mature fetus.
Conclusion. Spermine supplemented diet given during the gestation period improves the interaction between proteins composing tight junction in premature fetal rabbits.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqika Puspitasari
"Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronis yang menyebabkan psikosis disertai penurunan fungsi kognitif, afektif, dan psikososial. Masalah keperawatan yang sering muncul akibat gejala negatif skizofrenia yakni isolasi sosial. Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang lain serta sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Seseorang dengan kondisi ini cenderung menarik diri dari lingkungan dan mengalami penurunan–bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan proses asuhan keperawatan klien melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa generalis, expressive writing, dan aktivitas bernyanyi pada klien dengan isolasi sosial. Metode penulisan yang digunakan adalah metode case report. Kombinasi expressive writing dan aktivitas bernyanyi ini berfungsi sebagai media bagi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya serta menstimulasi keinginan untuk berinteraksi. Asuhan keperawatan diberikan pada klien bernama Nn. W yang berusia 37 tahun dengan diagnosis skizofrenia. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan lembar evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial serta kemampuan bersosialisasi klien yang dikembangkan oleh Departemen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Hasil case report ini menunjukkan bahwa penerapan asuhan keperawatan jiwa generalis, expressive writing, dan aktivitas musik bernyanyi selama 7 hari efektif dalam menurunkan tanda gejala isolasi sosial pada klien, yakni dari skor 30 menjadi 6, serta mengalami peningkatan kemampuan bersosialisasi dari skor 0 menjadi skor 9. Oleh karena itu, penulis berharap expressive writing dan aktivitas musik bernyanyi dapat diterapkan sebagai intervensi tambahan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial di rumah sakit.
Schizophrenia is a chronic psychiatric disorder that causes psychosis accompanied by decreased cognitive, affective, and psychosocial functions. Nursing problems that often arise due to negative symptoms of schizophrenia are social isolation. Social isolation is loneliness experienced by individuals and is considered to arise because of other people and as a threatening negative situation. A person with this condition tends to withdraw from the environment and experience a decrease-even a complete inability-to interact with others. The purpose of writing this scientific work is to describe the client's nursing care process through the application of generalist mental nursing care, expressive writing, and singing activities for clients with social isolation. The writing method used is the case report method. The combination of expressive writing and singing activities serves as a medium for clients to express their feelings and thoughts and stimulate the desire to interact. Nursing care was provided to a 37-year-old client named Ms. W with a diagnosis of schizophrenia. The evaluation was carried out using an evaluation sheet for signs and symptoms of social isolation and client socialization skills developed by the Department of Mental Health Nursing, Faculty of Nursing, Universitas Indonesia. The results of this case report show that the application of generalist mental nursing care, expressive writing, and singing music activities for 7 days is effective in reducing signs and symptoms of social isolation in clients, namely from a score of 30 to 6, and experiencing an increase in socialization skills from a score of 0 to a score of 9. Therefore, the author hopes that expressive writing and singing music activities can be applied as additional interventions in providing nursing care to clients with social isolation in hospitals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asy-Syifa Khoirunisa
"Asma merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan karena adanya respon inflamasi pada jalan napas sehingga menyebabkan gejala berupa sesak, peningkatan frekuensi pernapasan, hingga penurunan saturasi oksigen. Latihan pernapasan diketahui menjadi terapi non farmakologis yang mampu membantu gejala asma. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien asma dengan pemantauan pernapasan dan pemberian Breathing Exercise untuk meningkatkan saturasi oksigen pasien. Setelah dilakukan intervensi selama lima hari, diketahui bahwa saturasi oksigen meningkat, baik dengan melakukan pemantauan pernapasan dengan pemberian aktivitas, maupun dengan pemberian latihan pernapasan. Penulis merekomendasikan penelitian lanjutan untuk pemantauan pernapasan menggunakan skala tertentu dan pemberian latihan pernapasan dalam waktu yang sesuai dengan studi literatur pendahulu.

Nursing Care for Asthma Patients with Breathing Monitoring and Application of Breathing Exercises to Increase Oxygen Saturation. Asthma is a respiratory disorder caused by an inflammatory response in the airways, causing symptoms in the form of shortness of breath, increased respiratory frequency, and decreased oxygen saturation. Breathing Exercise is a non-pharmacological therapy that can help asthma symptoms. This scientific work aims to analyze the nursing care for asthma patients by monitoring breathing and providing breathing exercises to increase the patient's oxygen saturation. After five days of intervention, it was discovered that oxygen saturation increased, both by monitoring breathing by providing activities and by providing breathing exercises. The author recommends further research to monitor breathing using a specific scale and providing breathing exercises for a time that is consistent with previous literature studies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Indah Tiyasningrum
"Sindrom koroner akut adalah kegawatan sirkulasi yang disebabkan oleh penurunan suplai oksigen di arteri koroner yang dapat menyebabkan infark miokard. Laporan kasus ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan dengan metode case study dan intervensi limb-raising. Perawatan dilakukan selama 3 hari di ICU pada Tn S (61 tahun) dengan diagnosa medis perioperative MI-NSTEMI dengan post perawatan di ICU. Tatalaksana medis invasif diperlukan pada beberapa kasus SKA dengan risiko tinggi. Revaskularisasi dengan PCI merupakan salah satu yang paling popular. Masalah nyeri dan kenyaman merupakan salah satu masalah keperawatan utama pasien. Nyeri yang tidak ditangani dapat menyebabkan penurunan kualitas perawatan, mengganggu hemodinamik, dan bertambahnya hari rawat. Intervensi limb-raising dilakukan pada Tn S dengan memberikan elevasi 30ᵒ pada tangan area penusukan dan kompresi. Asuhan keperawatan dilakukan secara komprehensif. Hasil implementasi yang di dapatkan yakni beberapa hemodinamik selalu stabil seperti tekanan darah, frekuensi nadi, saturasi oksigen, dan suhu tubuh. Frekuensi napas pasien selama perawatan seringkali mengalami takipnea. Skala nyeri pasien selama perawatan diukur menggunakan NRS. Intervensi limb-raising berhasil menurunkan nyeri pada lokasi penusukan post PCI dari nyeri sedang (4/10) menjadi tidak ada nyeri (0/10), hal lainnya yang dievaluasi yakni tidak adanya pembengkakan dan pasien merasa lebih nyaman dengan metode yang digunakan. Diharapkan implementasi limb raising dapat dilakukan perawat pada lebih banyak pasien Post-PCI dan penelitian selanjutnya mampu mengembangkan intervensi keperawatan mandiri lainnya untuk mengatasi nyeri pada pasien di ICU.
Acute coronary syndrome is a circulatory emergency caused by decreased oxygen supply in the coronary arteries that can lead to myocardial infarction. This case report aims to analyze nursing care using the case study method and limb-raising intervention. Treatment was carried out for 3 days in the ICU for Mr. S (61 years old) with a perioperative medical diagnosis of MI-NSTEMI with post-treatment in the ICU. Invasive medical treatment is necessary in some high-risk ACS cases. Revascularization with PCI is one of the most popular. The problem of pain and comfort is one of the main nursing problems for patients. Untreated pain can reduce the quality of care, disrupt hemodynamics, and increase hospital days. The limb-raising intervention was carried out on Mr. S by providing an elevation of 30ᵒ to the hand in the stabbing and compression area. Nursing care is carried out comprehensively. The implementation results obtained were that several hemodynamics were always stable, such as blood pressure, pulse frequency, oxygen saturation, and body temperature. The patient's respiratory frequency during treatment often experiences tachypnea. The patient's pain scale during treatment was measured using NRS. The limb-raising intervention was successful in reducing pain at the post-PCI puncture site from moderate pain (4/10) to no pain (0/10), other things that were evaluated were the absence of swelling and the patient felt more comfortable with the method used. It is hoped that the implementation of limb raising can be carried out by nurses on more Post-PCI patients and that further research will be able to develop other independent nursing interventions to deal with pain in patients in the ICU."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>