Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachel Margareth Tho
"Voice cloning adalah pengolahan suara dengan bantuan artificial intelligence (AI) yang bertujuan menghasilkan suara tiruan yang memuat karakteristik unik dari data suara yang digunakan. Hasilnya disebut suara kloning dan dapat disamakan dengan representasi suara, yang tercakup dalam kategori karya fonogram. Namun demikian, pemrosesan rekaman suara atau fonogram dalam kegiatan voice cloning menimbulkan permasalahan hak cipta serta menimbulkan pertanyaan perihal apakah suara kloning yang dihasilkan dari voice cloning dapat dilindungi sebagai ciptaan. Permasalahan lain yang timbul berkaitan dengan hak privasi dalam hal pemrosesan suara, yang merupakan data pribadi, dilakukan tanpa persetujuan pemilik suara sebagai subjek data dan ketika suara kloning tersebut digunakan untuk kejahatan seperti identity theft. Dengan menggunakan metode penelitian doktrinal, tulisan ini akan menganalisis bagaimana voice cloning ditinjau dari perspektif hukum hak cipta serta hukum pelindungan privasi dan data pribadi. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat potensi pelanggaran hak cipta dalam kegiatan voice cloning. Kemudian mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, suara kloning tidak dapat dilindungi sebagai suatu ciptaan. Oleh karena karya cipta yang memuat suara seseorang beririsan dengan hak privasi, pembuat undang-undang perlu mempertimbangkan ketentuan khusus dalam UU Hak Cipta untuk karya cipta berbentuk suara.

Voice cloning is a voice processing assisted by artificial intelligence with the intention to produce cloned voice that contains unique characteristics of the original voice used. The output is called cloned voice and it is comparable to representation of sounds, which falls under the category of phonogram. However, the processing of voice or phonogram in voice cloning activity causes copyright issues and raises the question whether cloned voice produced from voice cloning is eligible to be protected as a work. Another issue regarding privacy rights occurs when the processing of voice as personal data is carried out without the consent of the voice owner as the data subject, and when the cloned voice is used for crimes such as identity theft. By utilizing the doctrinal research method, this paper will analyse how voice cloning is perceived from the perspective of copyright law and privacy and personal data protection law. The result of this study concludes that there are potential copyright infringements in voice cloning activity. Furthermore, according to Law Number 28 of 2014 on Copyrights, cloned voice cannot be protected as a work. Sound recordings might contain a person's voice, thus overlap with privacy concerns. For this reason, lawmakers need to consider special provisions in copyright law for this type of work."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Firmansyah
"Skripsi ini memiliki tujuan dalam menggambarkan sekaligus mengkorelasikan tingkat pengetahuan mengenai keamanan identitas pada 260 mahasiswa program studi sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia FISIP UI yang dikaitkan terhadap tingkat perilaku berisiko pencurian identitas. Kerangka teori yang digunakan adalah gabungan dari dua teori, yaitu teori disonansi kognitif dari cabang ilmu psikologi sebagai teori penunjang dan teori aktivitas rutin dari ranah kriminologi. Penelitian kuantitatif dengan metode self-administered questionnaire 92 item ini memiliki hipotesis yang ditentukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan mengenai kemanan identitas / data pribadi terhadap tingkat perilaku berisiko mengalami kejahatan pencurian identitas. Uji tabulasi silang, signifikansi, korelasi, dan regresi dilakukan dan ditemukan hasil yang konsisten berupa p-value sebesar 0,000; koefisien korelasi sebesar -0,661; dan nilai odds ratio sebesar 24,662. Hasil penelitian ini membuktikan kebenaran hipotesis bahwa variabel tingkat pengetahuan dan variabel perilaku berisiko benar memiliki hubungan dengan arah negatif. Penjelasan akan rendahnya tingkat perilaku berisiko yang dimiliki oleh mahasiswa FISIP UI terletak pada konsonansi elemen kognisi sehingga individu tidak perlu melakukan adaptasi perilaku yang malah menempatkan mereka pada situasi berisiko tercurinya identitas.

The purpose of this thesis is to describe as well as to correlate the levels of knowledge about identity security of 260 undergraduates in the Faculty of Social and Political Sciences Universitas Indonesia FISIP UI, relating to the levels of identity theft risky behavior. The theoretical framework used is a combination of two theories, namely the cognitive dissonance theory from the branch of psychology as a supporting theory, and the theory of routine activity from criminology domain. This quantitative research with 92 items self administered questionnaire method has a hypothesis determining that there is a significant relation between the levels of knowledge on identity security personal data, on the levels of identity theft risky behavior. Cross tabulation, significance, correlation, and regression test were performed and were found consistent results of p values greater than 0,000 correlation coefficient of 0,661 and odds ratio of 24,662. The result of this research has confirmed the hypothesis that the variable of knowledge levels and the variable of risky behavior is true to have a negative relation. The explanation of the low levels of risky behavior possessed by FISIP UI students lies in the consonance of cognitive elements so that individuals do not need to adapt their behavior that instead puts them in a risky situation of stolen identity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utari Kusumawardhani
"Peningkatan popularitas dan penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam penciptaan karya kian ramai diperbincangkan. Mulai dari gambar, suara hingga tulisan, program AI dapat menghasilkan karya sebagaimana buatan manusia. AI bahkan mulai dicantumkan sebagai author atau co-author dalam buku dan jurnal ilmiah, yang menuai pertanyaan mengenai perlindungan hukum, pencipta dan kepemilikan hak cipta atas karya tulis yang dihasilkan AI tersebut. Setelah melakukan penelitian, ditemukan kesimpulan bahwa karya tulis yang dihasilkan AI dapat dilindungi dalam hukum hak cipta beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Inggris dengan syarat tertentu, namun belum dilindungi di Indonesia. Aspek originality untuk perlindungan karya tulis yang dihasilkan AI terletak pada prompt dari pengguna dan/atau perubahan-perubahan yang dilakukan pengguna terhadap output dari program AI. Kemudian, pengguna yang memasukkan prompt menjadi pencipta dan pemegang hak cipta atas karya tulis yang dihasilkan AI, yang ditegaskan melalui syarat dan ketentuan program AI. Apabila karya tulis yang dihasilkan AI tidak dapat dilindungi hak cipta, maka substansinya akan sulit dilindungi dan dibuktikan kepemilikan hak ciptanya. Namun, wujud karya tulis dapat menjadi benda bergerak berwujud berupa informasi elektronik yang dilindungi dengan hak kebendaan seperti hak milik.

The increase in popularity and usage of Artificial Intelligence (AI) in creation of works are being widely discussed. From visual, musical, to written works, AI programs are capable of generating works that resemble human creations. AI is even being credited as an author or co-author in books and scientific journals, which raises questions about legal protection, authorship, and copyright ownership of the works generated by AI. After conducting research, it has been concluded that the written works generated by AI can be protected under copyright laws in certain countries, such as the United States and the United Kingdom as long as it fulfils certain conditions, but these works are not yet protected by Indonesia’s copyright law. The originality aspect for the protection of written works generated by AI lies in the prompts that the user entered and/or the changes made by the user to the output from the AI. Subsequently, the copyright of the written works produced by AI belongs to the user as an author, which is regulated by the terms and conditions of the AI program. If the written works generated by AI cannot be protected by copyright law, it will be difficult to protect its substance and to prove its copyright ownership. However, the tangible or physical form of the written works can be considered as tangible movable in form of electronic information and can be protected with property rights, such as ownership rights."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Kalyana Fasya
"Makalah ini membahas bagaimana persepsi dan adaptasi penggemar SM entertainment terhadap teknologi metaverse perusahaan. Mengingat pengalaman ini, akan bermanfaat untuk memahami strategi yang digunakan perusahaan hiburan dalam menanggapi preferensi konsumen yang berkembang dan teknik mutakhir yang mereka gunakan untuk memfasilitasi keterlibatan penggemar dengan konten pilihan mereka. Dalam hal ini, teknologi Artificial Intelligence (AI) dimasukkan ke dalam komersialisasi idola SM. Inovasi SM Entertainment, seperti konser online dan barang AI, telah membangkitkan minat yang luar biasa dalam komunitas K-Pop. Namun, konsep metaverse ini baru di industri hiburan yang baru masuk perbincangan media arus utama pada 2020). Dengan demikian, cara konsumen memahami dan beradaptasi dengan komersialisasi baru ini berbeda dari pengalaman konsumsi tradisional sebelumnya, yang menawarkan pengalaman yang lebih interaktif, personal, dan dapat diakses oleh konsumen K-pop. Pengetahuan ini memungkinkan kita untuk memahami lebih baik dan menghargai dinamika perubahan industri K-pop dan hubungannya dengan audiensnya. Memanfaatkan Teori Penggunaan dan Gratifikasi, makalah ini berfokus pada motivasi penonton dan kebutuhan untuk mengkonsumsi konser virtual SM Entertainment, dan barang-barang yang tergabung dengan AI menyiratkan konsep metaverse.

This paper discusses how SM entertainment fans’ perception and adaptation to the company’s metaverse technology. Given these experiences, it would be advantageous to understand the strategies that entertainment companies employ in response to developing consumer preferences and the cutting-edge techniques they use to facilitate fan engagement with their preferred content. In this case, Artificial Intelligence (AI) technology was incorporated into SM’s idols' commercialisation. SM Entertainment's innovations, such as online concerts and AI goods, have generated tremendous interest within the K-Pop community. However, the metaverse concept is new to the entertainment industry, which only entered the mainstream media discussion in 2020). Thus, how consumers perceive and adapt to this new commercialisation differs from the previous traditional consuming experience, which offers a more interactive, personalised, and accessible experience for K-pop consumers. This knowledge allows us to understand better and appreciate the changing dynamics of the K-pop industry and its relationship with its audience. Utilising the Uses and Gratification Theory, this paper focuses on audience motivation and needs to consume SM Entertainment’s virtual concert, and the AI-incorporated goods imply the metaverse concept."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Segu Mohamed Basith Ahmed
"Kecerdasan buatan atau AI adalah simulasi pengetahuan manusia yang telah dikodekan ke dalam suatu perangkat lunak, biasanya digunakan oleh bisnis dan orang-orang untuk memanfaatkan perangkat lunak ini untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. AI digunakan di banyak sektor perekonomian seperti keuangan hingga layanan kesehatan. Perangkat lunak AI menjalankan aktivitas seperti pikiran manusia dan diprogram untuk melakukan aktivitas pembelajaran, penalaran, dan persepsi. Implementasi AI telah dimanfaatkan oleh banyak bisnis terkenal seperti speaker pintar seperti Siri atau Alexa. Kecerdasan Buatan telah digunakan di sektor medis melalui pengujian perawatan, menyarankan dosis obat, dan membantu prosedur pembedahan. Namun, hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai praktik etika seperti pelanggaran data pribadi pelanggan, kemampuan pengambilan keputusan yang bias, penggunaan data tanpa izin, dan manipulasi preferensi pelanggan. Laporan tersebut menyebutkan contoh pelanggaran data yang terjadi di bisnis skala besar seperti Cambridge Analytica, Canva, dan Optus. Untuk menghindari timbulnya masalah ini, bisnis harus membuat pedoman yang ketat untuk penggunaan dan penyimpanan data pribadi pelanggan, pelatihan karyawan yang ekstensif untuk menangani dan memelihara program AI, audit rutin dengan manajer risiko untuk melakukan pengawasan harian terhadap manajemen data untuk mendapatkan pemahaman. keamanan dan kepercayaan dengan pelanggan. Namun, AI juga bermanfaat bagi pengoperasian bisnis dan pencapaian tujuan serta sasarannya. Ini mungkin termasuk otomatisasi tugas yang membosankan, menyediakan layanan pelanggan yang inovatif sekaligus mengurangi biaya yang telah digunakan oleh Google seperti yang dijelaskan dalam laporan tersebut. Integrasi AI dengan layanan Starbucks Barista berhasil meningkatkan pengalaman pelanggan. Dengan penerapan AI ini, harus selalu ada keseimbangan antara keberhasilan integrasi AI dengan tetap mengikuti protokol etika yang ditetapkan oleh dunia usaha dan pemerintah untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan membangun reputasi serta basis pelanggan mereka.
Artificial intelligence or AI is a simulation of human knowledge that has been encoded into a software, usually used by businesses and people to utilize this software to achieve their desired goals and objectives. AI is being utilized in many sectors in the economy such as from finance to healthcare. AI software carries on activities like a human mind and is programmed to do learning, reasoning, and perception activities. AI implementations have been utilized by many known businesses like smart speakers which include Siri or Alexa. Artificial Intelligence has been utilized in the medical sector through testing treatments, suggesting medicine dosages, and assisting the surgical procedures. However, it raises concerns about ethical practices such as breach in private or personal customer data, biased decision-making ability, unauthorized use of data and manipulating customer's preferences. The report mentions examples of data breaches that have occurred in large scale businesses such as, Cambridge Analytica, Canva and Optus. To avoid these issues from arising, businesses should form strict guidelines to use and store of customer personal details, extensive employee training to handle and maintain the AI program, regular audits with risk managers to have a daily surveillance of data management to gain a sense of safety and trust with customers. However, AI also benefits a business's operation and achieving its goals and objectives. It may include automation of tedious tasks, providing innovative customer service while cutting down costs that have been utilized by Google that has been explained in the report. The AI integration with Starbucks Barista service has been successful in enhancing customer experience. With this adoption of AI, there should always be a balance between successful integration of AI while following ethical protocols set by the business and government to maintain a good relationship with customers and building their reputation and customer base."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Tasha Renggani
"Penelitian ini berfokus pada permasalahan tanggung jawab dan bias yang terjadi dalam Artificiall intelligence melalui penerapannya pada Applicant Tracking System (ATS). Masalah ini menimbulkan pertanyaan mengenai agen yang bertanggung jawab atas bias yang ditimbulkan AI. Terdapat dua posisi dalam agen moral teknologi, pertama manusia sebagai agen moral dan kedua, AI sebagai agen moral. Namun, kedua posisi ini memiliki masalah yang membuatnya tidak cukup untuk memahami permasalahan tanggung jawab moral dalam AI. Artikel ini membahas permasalahan tanggung jawab dalam bias yang terjadi pada AI melalui penerapannya pada ATS dan mengargumentasikan bagaimana kita seharusnya memahami permasalahan tersebut. Artikel ini disusun menggunakan kajian literatur dan metode analisis deskriptif dengan teori mediasi teknologi Peter Paul Verbeek sebagai kerangka analisis. Dimulai dari pemaparan mengenai AI dan ATS, dimensi bias dalam ATS AI, pemaparan mengenai tanggung jawab dalam AI dan diakhiri dengan pemaparan teori mediasi dari Paul Verbeek dan analisis tanggung jawab AI untuk memahami relevansi moral dan status moral dari teknologi sebagai pendekatan baru dalam menjawab problem tanggung jawab dalam AI. Artikel ini bertujuan untuk mendemonstrasikan bagaimana mutualitas teknologi dan manusia terjadi dalam AI dan bahwa permasalahan tanggung jawab moral bukan permasalahan antara satu entitas manusia atau AI tetapi merupakan gabungan keduanya.

This study focuses on the problem of responsibility and bias that occurs in Artificial intelligence through its application in Applicant Tracking System (ATS). This issue raises questions about the responsible agents of bias in AI systems. There are two positions in the moral agent of technology, firstly humans as moral agent and secondly, AI as moral agent. However, both positions have issues that make them insufficient to understand the issue of moral responsibility in AI. This article examines the issue of responsibility for bias that occurs in AI through its application to ATS and argues how we should understand the problem. This article was compiled using literature review and descriptive analysis method with Peter Paul Verbeek's technology mediation theory as the analytical framework. Starting with a discussion about AI and ATS, the dimensions of bias in ATS AI, responsibility issue in AI and ends with a discussion of mediation theory from Paul Verbeek and an analysis of AI responsibility to understand the moral relevance and moral status of technology as a new approach in answering the problem of responsibility. This article aims to demonstrate how the mutuality of technology and humans occurs in AI and that the issue of moral responsibility is not a problem between a single human entity or AI but a combination of the two entities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ervan Augusto Mince
"Teknologi yang disebut sebagai AI (Artificial Inteligence atau kecerdasan buatan) diciptakan dengan tujuan agar manusia dapat berinteraksi dengan algoritma dan program yang kompleks namun dengan komunikasi yang natural layaknya berbicara dengan manusia lain. Serupa teknologi lain, AI memiliki kelebihan dan kekurangan yang tampak sebagai hasil dari interaksi antara manusia dengan AI, seperti yang tampak pada film pendek Unter Druck. Unter Druck merupakan sebuah film pendek yang dibuat oleh kanal YouTube Filmakademie Baden-Württemberg, yang menceritakan seorang seniman amatir yang meraih kesuksesan dengan bantuan mesin fotokopi yang memiliki kemampuan berpikir layaknya sebuah AI. Penelitian ini akan membahas tentang interaksi dan dampak dari interaksi antara manusia dengan AI yang tergambarkan pada film tersebut. Penelitian ini menggunakan teori mengenai paradoks yang menjelaskan tentang adanya kekecewaan yang ada dikarenakan perkembangan AI yang maju dan tingkat produktivitas yang tidak meningkat oleh Erik Brynjolfsson, Daniel Rock, dan Chad Syverson, dan teori lain mengenai jenis-jenis AI, pentingnya perkembangan AI bagi hidup manusia, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan AI oleh Philip Boucher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara manusia dengan AI dapat menguntungkan bagi manusia dalam berbagai aspek bila interaksi tersebut merupakan interaksi yang sehat, namun bila kekurangan AI seperti ketidakmampuan untuk menyaring informasi tidak diperbaiki, interaksi antara manusia dengan AI dapat berakibat fatal bagi manusia. Selain itu, sifat manusia yang serakah juga dapat berkontribusi terhadap munculnya interaksi yang tidak sehat antara manusia dengan AI, yang dapat berakibat buruk bagi manusia.

The technology known as AI (Artificial Intelligence) was created with the aim that humans can interact with complex algorithms and programs with natural communication processes as easy as talking to other humans. Like other technologies, AI certainly has advantages and disadvantages that will be shown as a result of the interaction between humans and AI, as seen in the short film Unter Druck. Unter Druck is a short film made by the YouTube channel Filmakademie Baden-Württemberg, which tells of an amateur artist who achieves success with the help of a photocopy machine that has the ability to think and act like an AI. Therefore, this study will discuss the interactions and impacts of the said interactions between humans and AI depicted in the film. This study uses a theory that explains of a certain paradox that dictates that there is a disappointment regarding the stagnant state of productivity, while AI developments has reached the point where it has never seen before by Erik Brynjolfsson, Daniel Rock, and Chad Syverson, and another theory by Philip Boucher that explains the many categories of AI, why AI is important for human lives, and what can we do to improve AI. The results of the study show that the interaction between humans and AI can benefit humans in various aspects if the interaction is a healthy interaction, but if AI deficiencies such as the inability to filter information are not corrected, the interaction between humans and AI can be fatal for humans. Aside from that, certain the human trait of greed can also contribute to the rising of such an unhealthy interaction between humans and AI, an interaction that can have an unpleasant result for humans.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dafania Valentine
"Perkembangan teknologi telah memberikan kemudahan bagi sejumlah pihak, salah satunya dalam membangun hubungan pelanggan. Hubungan pelanggan dapat dibangun serta dipelihara melalui sistem yang terintegrasi antara CRM dan AI. Keduanya memberikan solusi bagi perusahaan maupun institusi lainnya untuk memperoleh data serta memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh sebab itu, tulisan ini ingin melihat efektivitas penggunaan CRM dan AI dalam mengelola pelanggan yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan maupun perilaku para pelanggannya. CRM yang telah terintegrasi oleh AI, memberikan manfaat yang besar dibandingkan CRM tradisional. Atas manfaat yang diperoleh, CRM yang terintegrasi dengan AI sangat membantu perusahaan dalam efisiensi waktu maupun biaya serta efektivitas dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan serta penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan demikian, penggunaan CRM dan AI secara bersamaan dinilai lebih efektif dibandingkan dengan CRM tradisional.

Technological developments have made things easier for several parties, one of which is building customer relationships. Customer relationships can be built and maintained through an integrated system between CRM and AI. Both provide solutions for companies and other institutions to obtain data and meet customer needs. Therefore, this paper wants to see the effectiveness of using CRM and AI in managing customers to know the needs and behaviors of customers. CRM that has been integrated with AI provides great benefits compared to traditional CRM. Due to the benefits obtained, CRM integrated with AI helps companies in terms of time and cost efficiency as well as effectiveness in meeting customer needs and resolving the problems they are facing. Thus, using CRM and AI together is considered more effective than traditional CRM."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Djamaludin
"Saat ini teknologi informasi semakin herkembang pesat, begitu pula dengan teknologi kecerdasan buatan (Artificial intelligence) yang semakin banyak digunakan Teknologi ini dapat membuat komputer melakukan proses-proses dengan pola pikir seperti halnya manusia biasa. Perancangan sistem pakar (expert system) yang berbasiskan Artificial Intelligence, telah membuat sebuah sistem komputer dapat meniru proses pemikiran dan pengetahuan seorang ahli dalam memecahkan masalah-masalah yang rumit. Implemenlasi dari sistem pakar (expert system) ini dapat diterapkan pada departemen elektro yang diharapkan dapat membantu mahasinva elektro. Tidak sedikif mahasiswa elektro yang mengalami kesulitan dan kebingungan ketika harus memilih salah satu konsentrasi dari departemen elektro. Bahkan ada mahasiswa yang berpindah konsentrasi karena tidak sesuai dengan minat dan kemampuannya. Expert system ini merupakan suatu sarana konsultasi bagi mahasiswa elektro dalam menentukan konsentrasi yang tepat bagi dirinya. Dalam expert system terdapat beberapa komponen yang diperlukan di antaranya aturan (rules) dan database. Rules berisi berbagai aturan-aturan yang akan menentukan konsentrasi yang tepat bagi mahasiswa. Rules yang dibuat ini direpresentasikan dalam bentuk IF- THEN. Dalam implementasi expert system ini menggunakan database Sistem Informosi Akademis (SISKA). Perancongan dan implemenlasi sistem pakar (expert system) ini merupakan pengembangan dari sistem akademis (SISKA) yang Ielah digunakan di departemen elektro dan diharapkan dapal memberikan bantuan bagi mahasiswa. Implementasi expert system dalam menentukan konsentrasi ini dapat memberikan solusi yang terbaik bagi mahasiswa dan dapat diintegrasikan dalam Sistem lnformasi Akademis (SISKA)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrian Setiagama
"Penelitian ini mengkaji perlindungan hak cipta atas prompt dan ciptaan yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan generatif (AI generatif) dalam konteks hukum di Indonesia. Dengan perkembangan pesat teknologi AI yang semakin banyak digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk penciptaan karya-karya baru, muncul pertanyaan mengenai kepemilikan hak cipta atas karya yang dihasilkan oleh AI. Penulis menggunakan metode penelitian doktrinal untuk menganalisis konsep dan definisi kecerdasan buatan generatif dan prompt di Indonesia serta internasional, dan membahas konsep ciptaan dan perlindungannya menurut Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia. Metode ini melibatkan kajian terhadap literatur hukum, undang-undang, dan kasus-kasus pelanggaran hak cipta oleh AI di berbagai negara untuk memberikan pandangan komprehensif tentang perlindungan hukum yang ada. Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa meskipun AI generatif dapat menghasilkan karya inovatif, perlindungan hukumnya masih belum jelas. Diperlukan pembaruan dan penyesuaian regulasi hak cipta untuk mengakomodasi perkembangan teknologi AI, sehingga memberikan perlindungan yang adil bagi pencipta dan pengguna karya AI. Perlindungan karya dapat diberikan jika AI hanya sebagai alat teknis dalam pembuatan karya, dan prompt sebagai bentuk proses kreatif dan imajinatif yang dimiliki pengguna, sehingga mendapatkan perlindungan hak cipta atas prompt tersebut. Penulis merekomendasikan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan aspek hukum baru yang muncul seiring kemajuan teknologi AI, demi menjaga keadilan dan kepastian hukum dalam perlindungan hak cipta di era digital ini.

This study examines copyright protection for prompts and creations generated by generative artificial intelligence (AI) within the legal context of Indonesia. With the rapid development of AI technology increasingly used in various aspects of life, including the creation of new works, questions arise regarding the ownership of copyright for works produced by AI. The author employs a doctrinal research method to analyze the concepts and definitions of generative artificial intelligence and prompts both in Indonesia and internationally and discusses the concept of creation and its protection under Indonesian Copyright Law. This method involves a review of legal literature, laws, and cases of copyright infringement by AI in various countries to provide a comprehensive view of existing legal protections. The author's research findings indicate that although generative AI can produce innovative works, its legal protection remains unclear. There is a need for updates and adjustments to copyright regulations to accommodate the advancements in AI technology, thereby providing fair protection for creators and users of AI works. Protection may be granted if AI is merely a technical tool in the creation process, and prompts as a form of creative and imaginative process owned by users, thus earning copyright protection for the prompts. The author recommends policymakers to consider new legal aspects emerging alongside the advancement of AI technology to maintain justice and legal certainty in copyright protection in this digital era."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>