Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108671 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firli Wulansari Wahyuputri
"Pandemi COVID-19 menyebabkan keterbatasan mobilitas masuk keluarnya barang di Indonesia. Volume ekspor dan impor mengalami penurunan yang tajam. Impor menurun lebih tajam daripada ekspor, sehingga menyebabkan peningkatan surplus perdagangan barang yang cukup tinggi sejak pandemic Covid-19 terjadi (triwulan 1 tahun 2020). Peningkatan surplus perdagangan barang tersebut menyebabkan transaksi berjalan Indonesia malah mengalami surplus pertamanya dalam 9 tahun terakhir. Surplus transaksi berjalan tersebut terus terjadi secara berturut-turut sampai triwulan 4 2020. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah surplus neraca perdagangan barang, atau net ekspor, atau nilai ekspor dikurangi impor, memiliki hubungan jangka panjang dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga keberadaannya harus dipertahankan secara berkelanjutan. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data triwulanan neraca perdagangan barang dan Produk Domestik Bruto Indonesia dari Bank Indonesia untuk periode 2004-2021. Pengujian ekonometrika yang digunakan dalam skripsi ini Augmented Dicky Fuller Unit Root Test, Cointegration Test, Vector Error Correction Model dan Impulse Response Function. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: net export dan pertumbuhan PDB terintegrasi pada first difference. Lalu, keduanya memiliki hubungan kointegrasi, yang berarti dalam jangka panjang kedua variable akan terkait satu sama lain. Peningkatan net ekspor pada periode pertama akan menurunkan pertumbuhan PDB pada period ke-2, namun pada periode ke-3 dan seterusnya pertumbuhan PDB akan meningkat. Pada Periode ke-5 hubungan positif tersebut akan stabil.
Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif serta meningkat, surplus neraca perdagangan barang dan harus terus dipertahankan. Pembatasan konsumsi produk import. Khususnya untuk barang yang dapat diproduksi di Indonesia, serta dukungan pemerintah hingga produk Indonesia dapat lebih dikenal di luar negeri, merupakan strategi penting yang harus dilakukan agar surplus perdangangan dapat terjadi secara berkelanjutan.

The COVID-19 pandemic has limited the mobility of goods in/out of Indonesia, thereby leading to a significant decline in export and import volumes. Since the inception of the virus, the imports of goods have decreased more than the exports with a fairly high increase in the goods trade surplus (Q1, 2020). Furthermore, the rise in the amount of goods trade made Indonesia experience its first surplus in the last 9 years, which continuously occurred successively until the 4th quarter of 2020. Therefore, this research aims to determine whether the surplus in the goods trade balance, net exports, and the value of exports minus imports have a long-term relationship with economic growth to maintain sustainability. Quarterly data on the trade balance of goods and Gross Domestic Product (GDP) from Bank Indonesia for 2004-2021 were used. The econometric tests used are Augmented Dicky Fuller Unit Root Test, Cointegration Test, Vector Error Correction Model, and Impulse Response Function. The results showed that net exports and GDP growth are integrated with the first difference. Furthermore, the two variables will be related to each other in the long run because they have a cointegrated relationship. An increase in net exports in the first period reduces GDP growth in the second period, with a rise in the third period and others. Meanwhile, in the fifth period, the positive relationship is stable.
Therefore, to ensure positive and increasing economic growth, the goods trade balances surplus must be maintained. Limiting the consumption of imported products, especially for goods produced, increasing government support, and the number of products exported abroad is important strategies that need to be carried out to ensure a trade surplus occurs sustainably.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firli Wulansari Wahyuputri
"Pandemi COVID-19 menyebabkan keterbatasan mobilitas masuk keluarnya barang di Indonesia. Volume ekspor dan impor mengalami penurunan yang tajam. Impor menurun lebih tajam daripada ekspor, sehingga menyebabkan peningkatan surplus perdagangan barang yang cukup tinggi sejak pandemic Covid-19 terjadi (triwulan 1 tahun 2020). Peningkatan surplus perdagangan barang tersebut menyebabkan transaksi berjalan Indonesia malah mengalami surplus pertamanya dalam 9 tahun terakhir. Surplus transaksi berjalan tersebut terus terjadi secara berturut-turut sampai triwulan 4 2020. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah surplus neraca perdagangan barang, atau net ekspor, atau nilai ekspor dikurangi impor, memiliki hubungan jangka panjang dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga keberadaannya harus dipertahankan secara berkelanjutan. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data triwulanan neraca perdagangan barang dan Produk Domestik Bruto Indonesia dari Bank Indonesia untuk periode 2004-2021. Pengujian ekonometrika yang digunakan dalam skripsi ini Augmented Dicky Fuller Unit Root Test, Cointegration Test, Vector Error Correction Model dan Impulse Response Function. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: net export dan pertumbuhan PDB terintegrasi pada first difference. Lalu, keduanya memiliki hubungan kointegrasi, yang berarti dalam jangka panjang kedua variable akan terkait satu sama lain. Peningkatan net ekspor pada periode pertama akan menurunkan pertumbuhan PDB pada period ke-2, namun pada periode ke-3 dan seterusnya pertumbuhan PDB akan meningkat. Pada Periode ke-5 hubungan positif tersebut akan stabil.
Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif serta meningkat, surplus neraca perdagangan barang dan harus terus dipertahankan. Pembatasan konsumsi produk import. Khususnya untuk barang yang dapat diproduksi di Indonesia, serta dukungan pemerintah hingga produk Indonesia dapat lebih dikenal di luar negeri, merupakan strategi penting yang harus dilakukan agar surplus perdangangan dapat terjadi secara berkelanjutan.

The COVID-19 pandemic has limited the mobility of goods in/out of Indonesia, thereby leading to a significant decline in export and import volumes. Since the inception of the virus, the imports of goods have decreased more than the exports with a fairly high increase in the goods trade surplus (Q1, 2020). Furthermore, the rise in the amount of goods trade made Indonesia experience its first surplus in the last 9 years, which continuously occurred successively until the 4th quarter of 2020. Therefore, this research aims to determine whether the surplus in the goods trade balance, net exports, and the value of exports minus imports have a long-term relationship with economic growth to maintain sustainability. Quarterly data on the trade balance of goods and Gross Domestic Product (GDP) from Bank Indonesia for 2004-2021 were used. The econometric tests used are Augmented Dicky Fuller Unit Root Test, Cointegration Test, Vector Error Correction Model, and Impulse Response Function. The results showed that net exports and GDP growth are integrated with the first difference. Furthermore, the two variables will be related to each other in the long run because they have a cointegrated relationship. An increase in net exports in the first period reduces GDP growth in the second period, with a rise in the third period and others. Meanwhile, in the fifth period, the positive relationship is stable.
Therefore, to ensure positive and increasing economic growth, the goods trade balances surplus must be maintained. Limiting the consumption of imported products, especially for goods produced, increasing government support, and the number of products exported abroad is important strategies that need to be carried out to ensure a trade surplus occurs sustainably.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muazam Widjaya
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idham Rizky Pratama
"Dalam menghadapi pasar yang selalu berkembang perusahaan selalu dihadapi dengan situasi surplus ataupun sebaliknya. Hal ini menjadi penting karena perusahaan akan dapat dengan mudah mengambil keptusuan pendanaan pada struktur modal perusahaan. Penelitian dengan menggunakan pendekatan surplus dan defisit masih sangat jarang dilakukan di Indonesia, terutama ketika membahas struktur modal dengan model pecking order theory, bisa dikatakan teori ini merupakan teoru yang sangat dinamis dan cocok dengan model pasar tidak sempurna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan sampel yang terdaftar di BEI mengikuti pecking order theory, apakah perusahaan sampel akan mengikuti pecking order theory jika dilihat dari ukuran perusahaan dan apakah pecking order theory terjadi pada perusahaan sampel di Indonesia jika dilihat dari kapasitas hutang perusahaan. Metode penelitian menggunakan software E-views 9. Temuan dari penelitian yaitu perusahaan di indonesia tidak mengikuti pecking order theory, teori pecking order juga tidak terjadi ketika kelompok kelompok ukuran perusahaan di bedakan. Perusahaan di Indonesia tidak mengikuti pecking order theory jika dilihat dari besarnya kapasitas utang perusahaan sehingga tidak ditemukan pengaruh kapasitas hutang terhadap teori pecking order pada pasar saham Indonesia.

When encounter of a developing market the company is always seen a surplus situation or the otherwise. This situation is important because company will be able to easily choose funding decisions depends on the company’s capital structure. The study using surplus and deficit approach is still very rarely find in Indonesia, especially when discussing capital structure using model pecking order theory, usually the other studies only use other approaches and only a few sectors to finding pecking order theory occurred in the country. The purpose of this study is to find out the sample companies listed on Indonesia Stock Exchange follow the pecking order theory, the sample will follow the pecking order theory when divided into four company size, the pecking theory model occurs in sample companies in Indonesia when viewed from company’s debt capacity. The research method uses is E-views software 9. The findings of the study are companies in Indonesia do not follow the pecking order theory, the pecking order theory not occur when the company size is differentiated. Companies in Indonesia do not follow the pecking order theory when using company’s debt capacity as a approach, so there is no effect on debt capacity and the pecking order theory on the Indonesia Stock Market."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joedith Monica
"Dalam skripsi ini, dilakukan pengujian teori pecking order dengan mengelompokan perusahaan menjadi perusahaan dalam kondisi defisit dan surplus. Teori pecking order merupakan salah satu teori yang menjelaskan tentang keputusan struktur modal perusahaan, dimana jika penggunaan dana internal sudah tidak mencukupi, perusahaan dalam kondisi defisit akan menerbitkan utang dan dalam kondisi surplus akan membayar utang yang dimiliki. Perusahaan yang dianalisa merupakan perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2015 dengan metode purposive sampling dan model data panel. Hasil estimasi dari penelitian ini menunjukan perusahaan dalam kondisi defisit mengikuti teori pecking order sedangkan perusahaan dalam kondisi surplus tidak mengikuti teori pecking order.

This study testing the pecking order theory, based on firms condition in deficit and surplus firms. The pecking order theory is one of the theories that explain firms capital structure, where internal funds is not sufficient, deficit firms will issue debt and surplus firms will redeem their debt. The object of this study are non financial firms listed in Indonesian Stock Exchange for the period 2007 2015 using purposive sampling method and panel data model. The estimation results of this study show that deficit firms follow the pecking order theory and surplus firms do not follow the pecking order theory."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Harlim
"Limbah makanan merupakan salah satu kontributor terbesar yang menimbulkan adanya permasalahan lingkungan sehingga perlu diatasi oleh seluruh dunia, salah satunya Indonesia. Salah satu penyebab yang membuat Indonesia menjadi kontributor utama limbah makanan terbesar di Asia Tenggara adalah perilaku konsumtif yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan sikap konsumsi untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat. Untuk mendukung perubahan sikap konsumsi masyarakat, salah satu perusahaan di Indonesia, yaitu PT Ekonomi Sirkular Indonesia, membuat aplikasi food rescue, Surplus Indonesia, untuk mendorong kontribusi individu dalam mengelola makanan berlebih. Namun, adopsi aplikasi food rescue di Indonesia masih sangat minim. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang memengaruhi niat individu dalam menggunakan aplikasi food rescue. Variabel dalam model penelitian ini diadopsi dari beberapa teori yang ada sebelumnya, yaitu Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT 2), Theory of Planned Behavior (TPB), Norm Activation Model (NAM), Self-Determination Theory (SDT), dan beberapa variabel tambahan dari penelitian sebelumnya, yaitu Environmental Concern dan Food Waste Awareness. Variabel yang dipilih bertujuan untuk mengisi celah penelitian sebelumnya dengan menggabungkan faktor dari beberapa aspek, yaitu aspek teknologi, ekonomi, sosial, psikologis, dan kepedulian lingkungan. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan survei sebagai metode mengumpulkan data. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif menggunakan Partial Least Squares Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Penelitian ini berhasil mengumpulkan data sebanyak 654 dan hanya 565 data yang valid untuk digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi niat individu dalam menggunakan aplikasi food rescue adalah price value, social influence, attitude, green altruism, dan environmental concern. Dengan mengetahui hasil penelitian ini, pengembang aplikasi food rescue dapat meningkatkan jumlah adopsi aplikasi melalui faktor-faktor yang diketahui memengaruhi niat penggunaan. Selain itu, pengembang aplikasi food rescue juga dapat mengetahui masalah-masalah yang pernah dialami oleh pengguna sehingga dapat memperbaikinya. Tidak hanya pengembang, pemerintah juga dapat meningkatkan jumlah adopsi aplikasi food rescue dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap aplikasi tersebut dalam mengatasi isu lingkungan, terutama isu limbah makanan. Penelitian ini berhasil mengisi celah dari penelitian sebelumnya dengan mengeksplorasi dampak gabungan faktor penerimaan teknologi, sosial, psikologis, dan kepedulian lingkungan terhadap niat penggunaan individu terhadap aplikasi food rescue.

Food waste is one of the largest contributors to environmental problems and needs to be addressed globally, including in Indonesia. One of the reasons Indonesia is the largest contributor to food waste in Southeast Asia is the consumerist behavior of its people. Therefore, there needs to be a change in the consumption attitudes of Indonesians to create a better and healthier environment. To support this change in consumption attitudes, one of the companies in Indonesia, PT Ekonomi Sirkular Indonesia, developed a food rescue app called Surplus Indonesia to encourage individual contributions to managing surplus food. However, the adoption of food rescue apps in Indonesia remains very low. Hence, this study aims to examine the factors influencing individuals' intentions to use or adopt food rescue apps. The variables in this research model were adopted from several existing theories, including the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT 2), Theory of Planned Behavior (TPB), Norm Activation Model (NAM), Self-Determination Theory (SDT), and some additional variables from previous studies, namely Environmental Concern and Food Waste Awareness. The chosen variables aim to fill gaps in previous research by combining factors from various aspects, including technology, economy, social, psychology, and environmental concern. This study uses a quantitative approach involving surveys as the data collection method. The obtained data were quantitatively analyzed using Partial Least Squares Structural Equation Modelling (PLS-SEM). This study successfully collected 654 data points, of which only 565 were valid for analysis. The results indicate that the factors influencing individuals' intentions to use or adopt food rescue apps are price value, social influence, attitude, green altruism, and environmental concern. Understanding these results allows food rescue app developers to increase the adoption rate by focusing on the identified influencing factors. Moreover, developers can identify and address issues experienced by users. Additionally, the government can boost the adoption of food rescue apps by raising public awareness of these apps in addressing environmental issues, especially food waste, motivating people to take action. This study fills gaps in previous research by exploring the combined impact of technological acceptance, social, psychological, and environmental concern factors on individuals' intentions to use food rescue apps."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamal Hamidi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan ACFTA terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia-China dalam jangka panjang dan jangka pendek. Penelitian ini menggunakan data time series dari triwulan 1 tahun 2000 sampai dengan triwulan 4 tahun 2011 dengan menggunakan metode estimasi Error Correction Model (ECM). Perjanjian ACFTA disahkan pada 1 tahun 2005, sedangkan dampak penerapannya pada neraca perdagangan bilateral Indonesia-China secara efektif adalah sejak 1 Januari tahun 2008. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dibuat dua model regresi untuk dua periode ACFTA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ACFTA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap neraca perdagangan bilateral Indonesia-China hanya dalam jangka panjang dan untuk periode ACFTA yang dimulai 1 Januari 2008.

The aim of this study is to know the impact of ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) on Indonesia?s-China Balance of Trade in the long term and in the short term. This study uses time series data from 2000 to 2011 (quarterly basis) and the estimation method used is Error Correction Model (ECM). ACFTA agreement was legally implemented starting from January 1, 2005, whereas the impact of the implementation on Indonesia?s-China Balance of Trade was effectively on January 1, 2008. Therefore, there are two regression models for two periods of ACFTA agreement. The result of this study is variable ACFTA has significant effect to Indonesia?s-China Balance of Trade only in the long term and for period of ACFTA agreement starting from January 1, 2008."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T39043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Diaz Aryawiguna
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari Surplus Free Cash Flow, Corporate Governance, dan Firm Size terhadap Earnings Predictability. Penelitian dilakukan pada perusahaan non-keuangan di Bursa Efek dengan jumlah sampel 72 emiten dari tahun 2006-2015. Model regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi data panel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara SFCF dan Earnings Predictability. Sementara itu, Corporate Governance mempengaruhi hubungan SFCF dan Earnings Predictability secara parsial, dan Corporate Governance lebih berpengaruh terhadap perusahaan kecil.

This study has a main objective to analyze the effect of Surplus Free Cash Flow, Corporate Governance, and Firm Size on Earnings Predictability. This study used panel data analysis of 72 non financial firms, listed on Indonesian Stock Exchange for period 2006 2015. From this research, it is found that SFCF has significant negative relationship with Earnings Predictability. The author also finds that Corporate Governance affects the relationship between SFCF and Earnings Predictability partially, in which the Corporate Governance has more significant effect on smaller firms."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Salsabila Budiman
"Brand image menjadi aspek penting bagi brand untuk dapat memenangkan persaingan pasar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membangun brand image yang positif adalah dengan strategi marketing public relations. Adanya pandemi Covid-19 sejak tahun 2020 di Indonesia menjadi tantangan baru bagi para pelaku usaha, termasuk dalam menjalankan strategi marketing public relations. Tulisan ini menganalisis strategi marketing public relations oleh brand Sunsilk melalui kampanye “Tak Terhentikan Tuk Berkilau” yang dilakukan saat pandemi untuk mempertahankan brand image yang dimiliki. Hasil analisis dari tulisan ini menyatakan Sunsilk melakukan strategi marketing public relations yang terdiri dari strategi push, pull, dan pass melalui berbagai cara seperti iklan, publikasi, events, speech, partnership, news, dan public services activity. Dapat disimpulkan bahwa Sunsilk mampu beradaptasi di masa pandemi untuk menjalankan strategi marketing public relations melalui kampanye “Tak Terhentikan Tuk Berkilau” dengan mengoptimalkan platform digital seperti media sosial dan website untuk mempertahankan brand image yang positif di kalangan perempuan muda Indonesia.

Brand image is an important aspect for brands to win the market competition. One way to build a positive brand
image is by using a marketing public relations strategy. The Covid-19 pandemic that happened in Indonesia since
2020 has become a new challenge for business actors, including in carrying out marketing public relations
strategies. This paper analyzes the marketing public relations strategy by Sunsilk through the “Tak Terhentikan
Tuk Berkilau" campaign, which was carried out during the pandemic to maintain its brand's image. The results of
the analysis stated that Sunsilk implements a marketing public relations strategy consisting of push, pull, and pass
strategies through various means such as advertisements, publications, events, speeches, partnerships, news, and
public services activities. In conclusion, Sunsilk managed to adapt during the pandemic to implement a marketing
public relations strategy through “Tak Terhentikan Tuk Berkilau” campaign by optimizing digital platforms such
as social media and websites to maintain a positive brand image among young Indonesian women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Respati Suta Wibawa
"Tekanan yang terus terjadi terhadap mata uang Rupiah sebagai imbas dari diberlakukannya rezim nilai tukar mengambang bebas sejak 14 Agustus 1997, memberikan dampak tersendiri bagi neraca perdagangan Indonesia dengan negara lain, khususnya Tiongkok. Mencakup sekitar 17 dari total perdagangan atau sekitar 11 dari total ekspor dan 23 total impor di tahun 2016, Tiongkok menjadi mitra dagang terbesar Indonesia saat ini. Nilai tukar riil Rupiah terhadap Renmibi yang terus mengalami tekanan dari waktu ke waktu memberikan dampak tersendiri bagi neraca perdagangan baik secara agregat maupun sektoral di antara kedua negara. Dengan menggunakan model Autoregressive Distributed Lag ARDL Bounds Testing Approach, peneliti menemukan bahwa depresiasi nilai tukar riil Rupiah terhadap Renmibi memberikan dampak yang beragam dalam jangka pendek dan cenderung negatif dalam jangka panjang terhadap neraca perdagangan sekoral Indonesia dengan Tiongkok. Dampak yang beragam dari depresiasi terhadap neraca perdagangan dibuktikan oleh ditemukannya koefisien yang signifikan dari nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan di sejumlah sektor dan bukti keberadaan fenomena J-Curve dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, depresiasi nilai tukar riil justru memberikan dampak yang cenderung negatif. Hanya sektor kayu serta batu dan kaca yang terdampak positif oleh depresiasi dalam jangka panjang atau memeuhi asumsi Marshall-Lerner Condition. Sektor kayu bahkan teridentifikasi memenuhi kriteria J-Curve berdasarkan pengertian modern, yakni koefisien negatif dalam jangka pendek diikuti oleh koefisien positif dalam jangka panjang.

The ongoing pressure on Rupiah currency as a result of the establishment of floating exchange rate regime since August 14, 1997, had impacted Indonesia rsquo s trade balance with other countries, particularly China. Covering about 17 of total trade or about 11 of total exports and 23 of total imports in 2016, China is Indonesia rsquo s largest trading partner today. The real exchange rate of the Rupiah against Renmibi, which continues to experience pressure over time, has its own impact on the trade balance, both aggregate and sectoral, between two countries. Using Autoregressive Distributed Lag ARDL Bounds Testing Approach model, the study found that the depreciation of the real exchange rate of Rupiah against Renmibi gives diversed short run impact and long run negative impact on most of Indonesia rsquo s sectoral trade balance with China. The diversed impact of depreciation on the trade balance is proven by the discovery of significant coefficient of the real exchange rate on the trade balance in several sectors and the evidence of the existence of the J Curve phenomenon in the short run. While in the long run, the depreciation of the real exchange rate has a negative impact. Only wood stone and glass sectors are positively affected by depreciation in the long run, which fulfill the Marshall Lerner Condition assumption. Wood sector is even identified to meet the J Curve criteria based on modern definition, which proven by the negative coefficient in the short run followed by the long run positive coefficient. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>